Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASPEK TERAPAN MEMORI

Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Perkuliahan

Mata Kuliah Psikologi Kognitif

Yang diampu oleh Prianggi Amelasasih S.Psi, M.Psi

Disusun oleh :

- Danny shafera adi argha 210701006


- Nadiah rahadatul aisy 210701022
- Nurul fitriya 210701031

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

TAHUN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,atas limpahan
nikmat,rahmat,dan hidayah-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan penugasan makalah
ini dengan judul Aspek Terapan Memori.

Makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kognitif. Selain
itu,makalah ini ditujukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi kami penulis dan
pembaca. Penyusunan makalah ini kami laksanakan secara maksimal tak luput dari bantuan
beberapa pihak. Karena itu kami ucapkan terima kasih kepada pihakpihak terkait yang telah
membantu penyelesaian makalah ini antara lain:

Dengan tersusunya makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prianggi Amelasasih S.Psi, M.Psi selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Kognitif.
2. Rekan-rekan seangkatan Tahun Akademik 2021-2022 yang selalu memberikan
motivasi dan dorongan dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi penulisan maupun isi didalamnya. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai belah pihak agar pada
pembelajaran selanjutnya dapat menulis makalah dengan lebih baik lagi.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, kami berharap dengan adanya makalah ini
bisa menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta bermanfaat bagi semua orang
Amin.

Gresik, 28, Maret, 2022

i
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar.........................................................................................................i
2. Daftar Isi..................................................................................................................ii
3. BAB 1......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................1
4. BAB 2......................................................................................................................3
2.1 Devinisi Tipologi...............................................................................................3
2.2 Jenis Jenis Tipologi...........................................................................................3
2.2.1 Tipologi Konstitusi..................................................................................3
2.2.2 Tipologi Tempramental...........................................................................6
2.2.3 Tipologi Berdasarkan Kebudayaan..........................................................9
5. BAB 3......................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan........................................................................................................11
6. Daftar Pustaka..........................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Para peneliti menguji sejumlah besar proses-proses kognitif yang berhubungan
dengan memori di laboratorium. Pada tahun-tahun terakhir telah terjadi peningkatan
minat untuk menerapkan pengerahuan ini ke isu-isu dunia nyata. Penelitian terapan
semacam ini tujuan utamanya adalah fokus pada realisme, atau validitas ekologis.
Pendukung utama pendekatan ini adalah Neisser (misalnya,1967) yang berpendapat
bahwa temuan-temuan teoritis yang realistis, kendati ini telah dikritik karena kurangnya
pengendalian terhadap berbagai variabel luar (Banaji & Crowder. 1989). Satu solusi bagi
perselisihan temuan berbasis laboratorium dalam topik yang sama. Bila terdapat
kesamaan dalam hasil-hasilnya, maka keyakinan terhadap kesimpulan-kesimpulannya
akan lebih besar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah memori otobiografis itu ?
2. Apakah memori kesaksian saksi mata itu?
3. Apakah memori prospektif itu?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu memori otobiografis.
2. Untuk mengetahui apa itu kesaksian dan saksi mata.
3. Untuk mengetahui apa itu memori prospektif.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Memori Otobiografis
Ingatan otobiografis (autobiographical memories) ingatan yang berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa atau episode-episode tertentu yang dialami dalam kehidupan
seseorang mengenai masa lalunya. Studi-studi mengenai ingatan otobiografi biasanya
melibatkan bahan yang bersumber dari kehidupan sehari-hari yang kaya akan makna dan
asosiasi. Misalnya, ingatan seseorang mengenai perjalanan dalam meniti karier yang
dilalui dari permulaan sampai kini ia menjadi orang yang paling terkenal. Memori
otobiografis juga dapat memberitahu kita berbagai hal mengenai kepribadian dan konsep
diri orang yang bersangkutan.
Memori otobiografis adalah ingatan tentang informasi yang berkaitan dengan diri.
Terdapat dua komponen dalam memori otobiografis, yaitu episodik dan semantik.
Memori episodik adalah peristiwa-peristiwa yang dialami secara pribadi pada suatu
waktu dan tempat tertentu, seperti liburan terakhir atau ciuman terakhir anda.
Schrookompts, van Dijkum dan Assink (Dalam Ling Jonathan,2012) berpendapat bahwa
komponen episodik memori otobiografis harus dibagi lebih jauh menjadi komponen
(berkaitan dengan ekspektasi) dan retrospektif (memori). Memori semantik tidak secara
khusus berkaitan dengan lokasi atau waktu; ini meliputi fakta-fakta pribadi seperti
makanan kesukaan anda, atau nama seorang teman masa kecil.
1. Struktur dan dimensi-dimensi memori otobiografis. Ada empat dimensi memori
otobiografis:
a. Fakta-fakta biografis dan pribadi ini mencakup tempat dan tanggal lahir, nama-
nama anggota keluarga, dan sekolah-sekolah yang diikuti.
b. Salinan atau rekonstruksi peristiwa-peristiwa asli-memori otobiografis dapat berupa
salinan langsung peristiwa asli, yang sangat nyata dan mencakup informasi indrawi
dan emosional, atau rekonstruksi suatu peristiwa yang diinterprestasikan ulang dari
sudut pandang informasi yang lebih baru.
c. Ingatan spesifik atau generik-memori otobiografis genetik adalah memori tentang
peristiwa-peristiwa yang berulang yang tidak terpaku pada suatu kasus spesifik,
seperti ingatan tentang berjalan kaki kesekolah.
d. Perspektif pengamat atau perspektif lapangan-memori otobiografis dapat dilihat
dari perspektif berbeda. Perspektif pengamat adalah dimana memori digambarkan
dari sudut pandang orang lain, perspektif lapangan adalah dimana memori
dipandang dari sudut pandang individu yang memiliki memori terebut.
Conway (1996) membagi memori otobiografis menjadi tiga kategori:
a. Periode sepanjang hidup: periode-periode berjalan yang signifikan, seperti
bersekolah disekolah tertentu atau hidup bersama seseorang.

2
b. peristiwa-peristiwa umum: peristiwa-peristiwa yang diulang atau diperluas yang
berkaitan dengan kurun waktu yang lebih pendek.
c. Pengetahuan spesifik peristiwa: berkaitan dengan peristiwa-peristiwa dalam rentang
waktu pendek, dari detik hingga jam.
2. Memori Lampu Kilat
Adalah potret jelas tentang situasi-situasi dimana kita mendengar informasi
berurutan atau traumatik.
Brown dan Kulik (1977) berpendapat bahwa memori lampu kilat lebih akurat,
rinci, dan tahan terhadap lupa ketimbang memori lainnya. Mereka mengemukakan
bahwa terdapat mekanisme syaraf unik untuk memori lampu kilat yang berbeda dari
rumusan memori-memori otobiografis biasa. Terr dkk. (1997) menemukan bahwa
anak-anak lebih mungkin memiliki ingatan tajam dan akurat tentang bencana
Challenger ketika mereka mengalami tingkat emosi yang lebih tinggi dan memiliki
minat pribadi yang lebih kuat terhadap peristiwa tersebut.
Topik yang paling ekstensif diteliti dalam domain dari memori autobiografi
adalahkesaksian saksi mata dalam persidangan suatu perkara. Skema memori dapat
mengubahkesaksian para saksi. Kita pun dapat melihat bahwa beberapa kesalahan
dalam kesaksiansaksi mata dapat ditelusuri sebagai bentuk kesalahan dalam
pemantauan sumber. Kesaksiansaksi mata membutuhkan kemampuang dalam
mengingat rincian spesifik tentang orang danperistiwa. Dalam kasus ini, kesaksian
saksi mata yang tidak akurat, dapat menyebabkanorang yang tidak bersalah bisa
masuk penjara atau bahkan dihukum mati.
3. Teknik-teknik untuk meneliti memori otobiografis
Beberapa metode telah digunakan untuk menguji memori otobiografis. Tes
memori otobiografis (AMT-Autobiographical Memory Test), Tes Crovitz, dan
Paradigma Rubin didasarkan pada teknik Galton dan telah digunakan secara luas
untuk menguji ingatan tentang peristiwa-peristiwa pribadi.
Tes-tes macam itu memiliki beberapa keterbatasan, termasuk memiliki ciri
berakhiran terbuka yang tidak memungkinkan penyelidikan untuk periode waktu
tertentu. Juga tidak ada skema standar untuk mengubah ingatan-ingatan episodik
menjadi skor-skor kuantitatif standar sehingga memungkinkan perbandingan-
perbandingan antar berbagai studi.
4. Pengaruh usia dalam memori otobiografis
Memori otobiografis tidak sama seiring waktu periode-periode tertentu dalam
hidup tampaknya diingat dengan relatif baik, sedangkan periode lainnya sama sekali
tidak diingat. Para peneliti telah mnecoba menjelaskan kecendrungan yang tidak pasti
ini. Ada tiga pola yang berkaitan dengan usia dalam memori otobiografis, sbb:
a. Amnesia infantil (masa kanak-kanak)
Adalah ketidakbiasaan memori untuk diakses berkenan dengan peristiwa-
peristiwa yang terjadi dimasa kanak-kanak dan balita. Ada beberapa penjelasan

3
untuk amnesia infantil, termasuk pencampuran atau kerusakan memori,
perkembangan bahasa yang belum sempurna menghambat pengodean memori
dengan cara yang dapat disarikan oleh orang dewasa yang mampu berbahasa, atau
yang paling mungkin, kurangnya perkembangan neurologis pada hipokampus
menghambat pembentukan memori.
b. Efek kebaruan, tonjolan dan dan memori otobiografis
Efek tonjolan yaitu kemungkinan lebih tinggi dan tidak berimbang bahwa
individu dapat mengingat memori antara usia 10 dan 30 tahun pada individu-
individu yang berusia 35 tahun.
2.2 Kesaksian Saksi Mata
Menurut Loftus dan Palmer,(1974) para saksi seringkali tidak bisa diandalkan,
hingga dimana titik kesalahan diidentifikasikan oleh saksi mata telah diidentifikasi
sebagai faktor terpenting yang mengakibatkan kesalahan pendakwaan. Meski demikian,
penelitian saksi mata memiliki dampak signifikan untuk mengubah asumsi-asumsi hukum
tentang keandalan bukti dari saksi mata, terutama terkait peran anak-anak dalam sistem
hukum kriminal (Dent & Flin, 1992).
Ingatan saksi mata memegang peranan sentral dalam investigasi kepolisian dan
beberapa pengambilan keputusan legal berikutnya. Sayangnya, ingatan saksi mata tidak
sempurna. Penelitian akhir akhir ini lebih menekankan pada pemahaman dampak
berbagai prosedur praktis untuk mengumpulkan bukti saksi mata dari pada mengungkap
seluk-beluk memori saksi mata dan proses judmental.
Ketika saksi mata mengobservasi sebuah kejahatan, banyak faktor yang menentukan
seberapa baik hal ini diingat. Kondisi ketika melihat mempengaruhi kedetailan yang
mencukupi dan keakuratannya. Sebagai contoh, semakin jauh jarak antara saksi mata dan
pelanggar, semakin sedikit kedetailan dan keakuratan deskripsi saksi mata tentang
pelanggar. Seberapa lama saksi melihat pelanggar juga mempengaruhi keakuratan
rekognisi. Seberapa lama saksi mata melihat kejadian juga
Karakteristik pelanggar juga mempengaruhi laporan dan penilaian saksi mata.
Perbedaan penampilan dan perilaku pelanggar dapat menjadi dampak yang signifikan
pada testimoni saksi mata. Pelanggar yang lebih tidak biasa dalam berpenampilan akan
lebih mudah diidentifikasi. Ras pelanggar juga akan mempengaruhi performa rekognisi
saksi mata.
Tingkat stres dan kecemasan yang dialami oleh saksi mata selama peristiwa
ditunjukkan oleh testimoni saksi mata lain juga merupakan variabel penting dalam
membentuk laporan memori dan identifikasi perilaku saksi mata. Ketika saksi mata
sedang ditodong pistol saat kejadian kriminal, maka dirinya akan cenderung berfokus
pada pistol daripada mengamati si penjahat.
Usia saksi mata juga merupakan faktor penting lain dalam menentukan kuantitas dan
kualitas testimoni. Anak-anak lebih menunjukkan kecenderungan yang kuat untuk
membuat identifikasi positif. Orang yang berusia 60-80 tahun akan cenderung
menunjukkan pelaku ketika ditunjukkan line-up walaupun pelaku tidak ada pada line-up
tersebut. Selain itu, mereka cenderung mengingat lebih sedikit dan kurang akurat.
4
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja saksi mata dapat dibagi menjadi isu yang
berhubungan dengan pengodean dan penyimpanan dan yang berhubungan dengan
penarikan.
Faktor-faktor pengodean dan penyimpanan dalam memori saksi mata
1. Stres
Stres yang meningkat memiliki efek negatif terhadap identifikasi orang yang menjadi
target dan terhadap ingatan tentang rincian yang berkaitan dengan kejahatan.
Deffebacher (1994) mengemukakan bahwa efek negatif tingkat kecemasan tinggi
terhadap ingatan berhubungan dengan tingginya tingkat aktivasi fisiologis. Kesadaran
atas aktivasi ini akan mengakibatkan kurangnya fokus pada informasi yang
berhubungan dengan kejahatan dan karenanya mengurangi ingatan.
2. Fokus senjata
Fokus senjata adalah kecendrungan para saksi kejahatan berat untuk fokus perhatian
mereka pada senjata yang digunakan dengan mengabaikan informasi lainnya. Mass
dan Kohnken (1989) menemukan bahwa para peserta lebih mampu mengingat rincian
tentang seorang perempuan yang memgang sebuah pena ketimbang ketika ia
memegang sebuah alat suntik.
3. Informasi sentral versus periveral
Tipe informasi merupakan penentu penting atas apa yang diingat. Memon dan
Vartoukian (1996) mengamati bahwa “sentral” merupakan bagian-bagian terpenting
dari suatu peristia, seperti aksi-aksi atau orang-orang yang terlibat dan diingat lebih
baik ketimbang informasi periferal, seperti warna sepatu seorang anggota pelaku
kejahatan.
Faktor-faktor penarikan dalam memori saksi mata
1. Informasi pasca peristiwa dan memori palsu
Kesalahan informasi atau efek memori palsu terjadi ketika ingatan tentang suatu
peristiwa dipengaruhi oleh informasi yang diterima setelah peristiwa tersebut
diketahui secara luas.
2. Mekanisme dibalik efek kesalahan informasi diyakini adalah lupa yang dipengaruhi
oleh penarikan. Disinilah dimana penarikan informasi yang menyesatkan pasca-
peristiwa akan menguat seiring dengan waktu, menyebabkan hambatan pada jejak
memori tentang peristiwa sesungguhnya (MacLeod, 2002).
3. Usia
Perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengaan usia dalam ingatan telah diteliti secara
luas. Walaupun ingatan bebas menghasilkan respons-respons sangat akurat tanpa
memandang usia, namun orang dewasa cendrung mengingat informasi lebih banyak
ketimbang anak-anak. Ingatan bebas anak-anak yang berusia muda tentang berbagai
peristiwa, sering kurang menyeluruh, lebih kurang sama akuratnya dengan individu-

5
individu yang lebih tua. Oleh karena itu, usia sendiri tampaknya tidak menghambat
penggambaran akurat tentang berbagai peristiwa.
4. Penundaan
Semakin lama penundaan sebelum mengajukan pertanyaan, semakin besar penurunan
dalam ingatan. Meski demikian, usia saksi berinteraksi dengan penundaan. Poole dan
White (1993) mengamati bahwa tidak ada perbedaan ingatan antara ingatan anak-anak
dan orang dewasa setela suatu wawancara langsung, namun setelah penundaan selama
dua tahun orang dewasa melakukan kesalahan kurang dari separuh kesalahan yang
dilakukan anak-anak.
5. Efek Tipikalitas
Teori skema juga memiliki implikasi bagi kesaksian saksi mata, dimana ingatan
dipengaruhi oleh gagasan-gagasan tentang apa yang terjadi dalam kejahatan umum,
atau stereotip mereka tentang karakteristik-karakteristik individutertentu.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akurasi Kesaksian saksi mata.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi akurasi kesaksian saksi mata, hal ini didasarkan
padatiga masalah potensial dalam kesaksian saksi mata, yaitu:
(1) Orang dapat menciptakanmemori yang konsisten dengan skema mereka.
(2) orang dapat membuat kesalahan dalampemantauan sumber.
(3) informasi pasca-peristiwa yang salah dapat mendistorsiingatan.
Berikut adalah beberapa variabel penting lainnya:
1. Kesalahan lebih mungkin bila ada penundaan yang lama antara peristiwa aslidan
saat kesaksian.
Seiring dengan berjalannya waktu, akurasi recall menurun untuk sebagian besar
memori. Penundaan yang lama dalam kesaksian saksi mata jugamemungkinkan
lebih banyak kesempatan untuk "kontaminasi" dari informasi pasca-peristiwa yang
salah.
2. Kesalahan lebih mungkin jika informasi yang keliru tersebut masukakal.
Orang juga cenderung untuk mengatakan bahwa suatu peristiwa terjadi dalam
kehidupan mereka sendiri (padahal tidak benar-benar terjadi) jika peristiwa
tersebuttampaknya konsisten dengan pengalaman serupa lainnya.
3. Kesalahan lebih mungkin jika ada tekanan sosial
Orang-orang membuat banyak kesalahan dalam kesaksian jika mereka telah ditekan
untuk memberikan jawabanyang spesifik (misalnya, "Tepatnya kapan Anda pertama
kali melihattersangka?"). Sebaliknya, testimoni akan lebih akurat ketika orang
diizinkan untuk melaporkan dalam kata-kata mereka sendiri, ketika mereka
diberikan waktu yangcukup, dan ketika mereka diizinkan untuk mengatakan, "Saya
tidak tahu".

6
4. Kesalahan lebih mungkin jika saksi mata telah diberi umpan balik positif.
Saksimata jauh lebih yakin tentang keakuratan keputusan mereka jika mereka terus-
menerus diberi umpan balik positif.

Metode-metode untuk memperkuat penarikan


Para peneliti telah menguji metode-metode verbal dan nonverbal untuk memperkuat
ingatan dan pengenalan. Metode-metode verbal termasuk pendekatan-pendekatan berbeda
terhadap wawancara, sedangkan metode nonverbal termasuk penyangga dan
pengembalian lingkungan atau pengembalian konteks.
1. Metode verbal : wawancara
Teknik-teknik wawancara yang lebih baik akan mendorong lebih banyak informasi
yang diingat dan memori yang lebih akurat. Ada beberapa pendekatan dalam
wawancara, yang paling terkenal adalah Wawancara Kognitif yang dikembangkan
oleh Fisher dan Geiselman (1992). Wawancara Kognitif measukkan berbagai teknik
penarikan memori termasuk pengembalian konteks untuk meningkatkan kuantitas
informasi yang diperoleh menjadi suatu struktur wawancara yang terorganisasi.
2. Metode-metode nonverbal untuk memperkuat ingatan
Para peneliti yang menguji alat-alat bantu memori nonverbal secara umum dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mereka yang enguji efek-efek peraga terhadap
ingatan mereka yang fokus pada petunjuk-petunjuk nonverbal lain untuk memori
seperti pengembalian lingkungan.
3. Peraga
Peraga adalah petunjuk fisik yang meniru persis aspek dari suau situasi; peraga dapat
spesifikasi pada suatu lingkungan tertentu, seperti suatu tiruan peristiwa tertentu
dalam kejahatan, atau memiliki karakteristik umum, seperti boneka yang tepat secara
anatomis.
4. Pengembalian
Dalam pengembalian konteks atau lingkungan, para saksi dekembalikan kelokasi
dimana mereka pada awalnya mengalami peristiwa tertentu.
Metode-metode lain untuk meningkatkan kinerja saksi mata
Beberapa peraturan telah disusun untuk membantu saksi mata anak-anak memberikan
keterangan, termasuk penggunaan bukti video, memberikan kesaksian melalui saluran TV
langsung, dalam sesi-sesi pengadilan tertutup dalam kamera, atau dari balik pembatas
yang menutupi mereka dari si tertuduh.
Isu-isu dalam penelitian saksi mata
1. Stimuli dan validitas ekologis
2. Relevansi stimuli

7
2.2.3 Memori Prospektif
Memori prospektif (PM-prospektive memory) adalah proses mengingat untuk
melakukan hal-hal pada suatu waktu dimasa mendatang, seperti mengingat untuk
membayar tagihan tepat waktu. Memori prospektif adalah suatu tipe umum kegagalan
lupa.
1. Karakteristik-karakteristik PM
PM seringkali dianggap sebagai suatu konsep kesatuan, meski tidak mungkin karena
terdapat serangkaian atribut yang berdampak pada kinerja PM. Suatu perbedaan
mendasar dalam PM adalah antara PM berdasarkan waktu dan berdasarkan peristiwa,
serta apakah tugas tersebut selalu dilakukan atau jarang dilakukan, dan apakah tindakan
harus dilakukan dalam waktu dekat atau dalam waktu yang masih lama.
2. Teori-teori PM
Menurut Einstein dan McDaniel (1996), model-model PM dapat dibagi menjadi
penarikan otomatis dan strategis. Dewasa ini penelitian mencoba mengembangkan
suatu pemahaman tentang peran proses-proses atensial dalam PM. Teori memori
preparatori dan atensional mengemukakan beberapa sumber daya atensial selalu
dibutuhkan untuk dapat berhasil melakukan suatu tugas PM.
3. Hubungan antara memori prorpektif den retroprektif
PM memiliki proses-roses yang sama dengan memori retrospektif dalam hal
pengodean, penyimpanan, dan penarikan. Memori retrospektif dan prospektif sulit
untuk dipisahkan, kerena setiap tugas propektif membutuhkan informasi untuk
disimpan dalam memori hingga waktu yang tepat. Meski demikian, dua bentuk memori
tersebut adalah entitas yang terpisah. Crowder (1996) berpendapat bahwa kinerja
tindakan-tindakan tersebut bukan merupakan cerminan akurat memori tentang
tindakan-tindakan tersebut.
4. Penelitian tentang PM
a. Aspek-aspek perkembangan
Studi tentang PM pada orang dewasa lanjut menunjukkan bahwa mereka bekerja lebih
buruk pada tugas-tugas berdasarkan waktu, namun tidak dalam tugas berdasarkan
peristiwa ketimbang orang dewasa muda (Henry dkk,2004). Orang dewasa tua juga
menunjukkan sensitivitas yang lebih besar untuk meningkatkan beban kognitif namun
cendrung berkinerja lebih baik dalam tugas-tugas dunia nyata ketimbang tugas-tugas
laboratorium (Kvavilashvili & Ellis, 2004).
b. Neuropsikologi klinis PM
Sebagian besar penelitian Neuropsikologi tentang PM dilakukan pada individu-
individu yang mengalami kerusakan otak. Penelitian ini menunjukkan bahwa kerusakan
di korteks prafontalis mengakibatkan masalah-masalah PM karena keterkaitan daerah
ini dengan fungsi pelaksana.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari makalah yang kami buat diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
terapan memori terdiri dari:
Memori otobiografis yang mencakup didalamnya; struktur dan dimensi memori
otobiografis, Memori lampu kilat, teknik-teknik untuk meneliti memori otobiografis,
studi-studi catatan harian memori otobiografis, pengaruh-pengarug usia dalam memori
otobiografis.
Kesaksian saksi mata yang mencakup didalamnya; faktor-faktor pengodean dan
penyimpanan dalam memori saksi mata, faktor-faktor penarikan dalam memori saksi
mata, metode-metode untuk memperkuat penarikan.
Memori prospektif (PM) mencakup; karakteristik-karakteristik PM, Teori-teori Pm,
Hubungan antara memori prospektif dan retrospektif, Penelitian tentang PM,
Neuropsikologi PM.

B. Kritik dan Saran

9
Berdasarkan dari hasil diatas, kami sebagai pemakalah menyadari adanya kekurangan
dalam makalah kami ini, maka dari itu kami mengharapkan krik, saran, serta masukan
dari pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, J.M. & Campbell, E.A. (2010). The Cambridge Handbook of Forensic
Psychology. Cambridge, London.
Ling,J. &Catling,J.2012. Psikologi Kognitif. Jakarta : Erlangga
Matlin, Margaret W. 2009.Cognitive Psikology, New Jersy : John Wiley&Son, Inc.
Maltin, M.W.1998. Contion.3rd Edition.Florida:Harcourt Brace College Publishers
Reed,S.K.2000.Cognition.5th Edition.California:Wadsworth Thmoson Learning

10
11

Anda mungkin juga menyukai