Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Memori

Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Psikologi Umum

Dosen Pengajar : Noer Suci Endah Puspitaningrum, S.Psi., M.Psi.

Disusun oleh :

KELOMPOK 9

1. Sri Rokhani 210701035

2. Sri Mariya Ningsih 210701072

3. Fayzah Rachmawati 210701013

4. Nurfika Nabiya 210701071

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

2021
Abstrak

Memori menjadikan manusia menjadi makhluk sejarah. Menurut Plato, memori berasal dari
alam ide yang abadi, yang terlepas dari matreri. Ketika manusia lahir, memori dipanggil
kembali melalui penginderaan/pengalaman. Prinsip pengembangan memori, antara lain,
mencakup asosiasi, gambaran, dan lokasi. Memori melewati tiga proses: (1) perekaman,
yakni pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal; (2) penyimpanan,
yaitu menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan di
mana; dan (3) pemanggilan, artinya mengingat lagi, yakni menggunakan informasi yang
disimpan. Memori juga dikaitkan dengan proses aktif seseorang di dalam mencari,
menyimpan/ mengorganisasikan, dan menyebarluaskan informasi yang ada di luar dirinya
untuk ditemukan kembali oleh para pencari informasi. Apa yang dicari tersebut adalah
informasi yang membantu seseorang dalam memperlancar kehidupannya, baik untuk urusan
praktis maupun keilmuan. Dalam hal ini, terdapat dua macam memori yang terlibat: memori
internal dalam diri seseorang dan memori eksternal yang umumnya terdapat dalam literatur
dan pangkalan data atau memori orang lain terutama memori para pakar, karena dalam
memori tersebut terkandung atau tersimpan beragam informasi yang berbentuk pengetahuan,
pemahaman, kebijaksanaan atas suatu ilmu yang diinginkan dan dibutuhkannya. Memori
adalah tempat komoditas disimpan. Dengan demikkian, memori merupakan sumber energi
pemikiran, sumber fakta, sumber data, sumber pengetahuan, juga sumber kebijaksanaan.

Kata kunci: memori, informasi


Abstract

Memory makes humans into historical creatures. According to Plato, memory comes from the
eternal realm of ideas, which are independent of matter. When humans are born, memory is
recalled through sensing/experience. The principles of memory development, among others,
include associations, images, and locations. Memory goes through three processes: (1)
recording, namely recording information through sensory receptors and internal neural
circuits; (2) storage, namely determining how long the information is with us, in what form,
and where; and (3) calling, which means remembering again, that is, using stored
information. Memory is also associated with a person's active process in finding,
storing/organizing, and disseminating information that is outside himself to be found again
by information seekers. What is sought is information that helps a person in facilitating his
life, both for practical and scientific matters. In this case, there are two kinds of memory
involved: internal memory within a person and external memory which is generally found in
literature and databases or other people's memory, especially the memory of experts, because
in that memory is contained or stored various information in the form of knowledge,
understanding. , wisdom on a knowledge that he wants and needs. Memory is where
commodities are stored. Thus, memory is a source of thought energy, a source of facts, a
source of data, a source of knowledge, as well as a source of wisdom.

Key word: memory, information


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan karunia, rahmat, dan ridho-Nya lah kami mampu menyelesaikan makalah yang
ditulis untuk tugas kelompok mata kuliah Psikologi Umum. Adapun materi makalah yang
kami buat berjudul “Memori”.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan wawasan kepada banyak orang
mengenai “Memori”. Serta memberikan informasi kepada pembaca mngenai “Memori” yang
ditinjau dari sudut pandang psikologi.

Karena keterbatasan keterampilan serta pengetahuan kami, pasti banyal kekurangan yang
terdaapat dalam maklah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharap ketersediaan pembaca
untuk memberikan kritik serta saran yang membangun agar kami dapaat menjadi lebih baik
kedepannya.

Gresik, 23 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
Daftar Gambar
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia memiliki memori (ingatan) yang kemampuan dan kapsitasnya sangat besar.
Akan tetapi, tidak semua orang memanfaatkan kapasitas tersebut seoptimal mungkin. Banyak
lrang yang memanfaatkan memori ini sekadarnya saja. Sehingga banyak ruang-ruang dalam
memori tersebut yang tidak terisi dan tidak diperlakukan dengan baik. Memori memiliki fungsi
yang penting bagi manusia. Jika kita melakukan aktifitas berpikir atau menalar, maka sebagian
besar kita menggunakan fakta dari memori. Kita menggunakan konsep waktu dengan
menghubung-hubungkan masa sekarang dengan maasa lalu dengan membuat perencanaan
untuk masa yang akan datang. Hal tersebut dimungkinkan dengan adanya fasilitas fungsi
memori kita yang kuat yang dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. Oleh karena memori
inilah manusia dapat dikatakan makhluk bersejarah. Manusia tidak hanyaa ditentukan dengan
pengaruh proses yang terjadi saat ini, tapi berkembang dalam sejarah masa lalu yang
dimilikinya, yang tersimpan dalam memori, yang sewaktu-waktu dapat dihidupkan kembali.

Pentingnya pemahaman mengenai memori atau ingatan manusia untuk kebutuhan manusia
sendiri dalam melakukan kegiatan akademik maupun non akademik, untuk itu makalah ini
membahas teori-teori yang berkaitan dengan memori.
1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan laatar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
dijelaskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian memori menurut berbagai definisi ?


2. Bagaimana sifat memori ?
3. Bagaimana prses terbentuknya memori ?
4. Bagaimana proses pengukuran memori ?
5. Bagaimana pemaparan dalam model memori ?
6. Bagaimana bentuk-bentuk penyimpanan informasi ?
7. Bagaimana manfaat memori bagi kehidupan ?
8. Apa saja faktor-faktor yang dapat mempenagruhi kinerja memori ?

1.2. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masaalah di atas, maka tujuan dalam makalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan tentang pengertian memori.


2. Menjelaskan tentang sifat-sifat memori.
3. Menjelaskan tentang proses terbentuknya memori.
4. Menjelskan tentang proses pengukuran memori.
5. Menjelaskan tentang model dalam memori.
6. Menjelaskan tentag bentuk-bentuk penyimpanan informasi.
7. Menjelaskan manfaat memori bagi kehidupan.
8. Menjelaskan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja memori.
1.3. Manfaat Pembahasan

Menurut tujuan pembahasan di atas, maka manfaat dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Dapat memahami tentang pengertian memori.


2. Dapat memahami tentang sifat-sifat dalam memori.
3. Dapat memahami tentang proses terbentuknya memori.
4. Dapat memahami tentang proses pengukuran memori.
5. Dapat memahami tentang model dalam memori.
6. Daapat memahami tentang bentuk-bentuk penyimpaan informasi.
7. Dapat memahami tentang manfaat memori dalam kehidupan.
8. Dapat memahami tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja memori.
9. Diharapkan makalah ini dapat menjadi acuan bagi pembuat makalah dengan
pembahasan serupa.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN MEMORI

Schlessinger dan Grover (1976, dalam Rakhmat, 2000:62) mengatakan bahwa memori
adalah sistem yang sangat berstruktur,yang menyebabkn organisme sanggup merekam fakta
gtentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Telaah
tentang memori banyak diberikan oleh psikologi, terutama psikologi kognitif yang sebagian
mengadaptasi dari bidaang kajian informatika, terutama yang menerangkan proses
pengolahan informasi.

Menurut tinjauan kognitif, memori ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan,
dan mereproduksikan kesan-kesan. jadi, ada tiga unsur dalam perbuatan ingatan. Yaitu
menerima kesan-kesan, menyimpan, dan mereproduksikan. Adanya kemampuan untuk
mengingat ini berarti ada suatu indikasi bahwa manusi mampu untuk menyimpan dan
meimbulkan dari sesuatu yang pernah dialami. Namun, tidak berarti bahwa semua yang
pernah dialami itu akan tetaap tinggal seluruhnya daalam ingatannya.

Secara etimologi, memori atau memory (Inggris), memoire (Prancis) adalah keberadaan
tentang pengalaman masa lampau yang hidup kembali, catatan yang berisi penjelasan, alat
yang dapat menyimpan dan merekam informasi.

Ilmu psikologi mendefenisikan memori sebagai sebuah proses pengkodean, penyimpanan dan
pemanggilan kembali informasi (retrieval) oleh manusia dan organisme lainnya. Pengkodean
berkaitan dengan persepsi awal dan pengenalan.

Memori atau ingatan aadalah kesanggupan untuk menyimpan pengetahuan untuk


beberapa lama, bahkan sampai seumur hidup dan mengeluarkan lagi pengetahuan itu saat
dibutuhkan. Sedangkan Barlett mengatakan bahwa mengingat itu banyak ditentukan oleh
masa lampau. Dari pengalaman masa lampau individu mengembangkan organisasi yang aktif
dari gambaaran-gambaaran ingatan (traces) untuk menyusun skema atau bagan.
2.2. SIFAT-SIFAT MEMORI

1. ingatan disebut luas dan cepat (immediate memory span), apabila dalam waktu yang
singkat sanggup memasukkan banyak item (pengetahuan-pengetahuan) dari luar dan lengkap
serta cepat tersimpan dalam jiwa sebagai bahan-bahan dalam ingatan. Cepat dan luas ingatan
pada manusia semakin bertambah sehubungan dengan bertambahnya umur dan latihan atau
praktik.

2. ingatan disebut lama dan teguh, yaitu fungsi menyimpan atau retensi yang lama waktunya
dan tidak mengalami perubahan-perubahan terhadap pengetahuan yang disimpannya. Retensi
pengetahuan yang terletak di dalam otak manusia dipikirkan sebagai memory traces,
semacam engram atau bekas-bekas kesan, semacam tusukan pada plat-pat hitam. Semakin
kuat tusukan, maka semakin kuat retensinya.hal ini dapat terjadi apabila pengetahuan yang
diperoleh dengan stimulus yang kuat atau jelas, persepsinya jugaa jelas sehingga
mengesankan.

3. Ingatan disebut setia dan siap, yaitu fungsi mengingat kembali pengetahuan-pengetahuan
dari retensi dengaan siap siaga (sewaktu-waktu) dan tidak mengalami perubahan-perubahan
(setia).

2.3. PROSES TERBENTUKNYA MEMORI

1. Memasukkan Pesan (Encoding)

Cara memperoleh ingatan pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Secara sengaja:bahwa seseprang dengan sengaja memasukkan inforamasi,


pengetahuan, pengalaman-pengalamannya ke dalam ingatannya.
b. Secara tidak sengaja: bahwa seseorang secara tidak sengaja memasukkan pengetahuan,
pengalaman, informasi ke dalam ingatannya. Misalnya: jika gelas kaca terjtuh, maka
akan pecah. Informasi ini disimpan sebagai pengertian-pengertian.
Pengkodean secara bertahap meliputi:

a) Penkodean dalam Ingatan Sensori

Pada saat melihat sesuatu atau telinga mendengar sesuatu, informasi dari indera-
indera akan diubah dala bentuk impuls-impuls neural dan dihantar ke bagian tertentu di otak.
Proses ini berlangsung dalam waktu sepersekian detik. Sinar yang mengenai retina diterima
oleh reseptor-reseptor yang ada kemudian sinar tersebut diitransformasikanbentuknya ke
dalam impuls-impuls neural dan dikirim ke otak.

b) Penkodean dalam Ingatan Jangka Pendek

Inforamasi yang masuk melalui indera dan disimpan dalam ingatan sensori dapat
dianggap sebagai bahan mentah yang jumlahnya banyak sekali. Jumlah yang banyaak itu
akan diseleksi menurut beberapa cara dalam control proceses (proses-proses pengendalian).
Pertama, informasi yang masuk akan dirujukkan ke gudang informasi dalam ingatan jangka
panjang. Pada ingatan jangka panjang, pola-pola informasi yang masuk dibandingkan dengan
pola-pola yang telah ada seblumnya. Dengan demikian, akan terpilih inforamasi yang telah
dikenal atau yang memiliki makna. Kedua, mekanisme lain yang digunakan untuk
menyeleksi informasi adalah attention (perhatian. Perhatian ini menyaring informasi yang
masuk ke dalam ingatan jangka pendek sehingga hanya sebagian kecil yang boleh lewat.

c) Pengkodean dalam Ingatan Jangka Panjang

Pengkodean dalam ingatan jangka panjang terbagi dua, yaitu: ingatan deklaratif

(declarative memory) dan ingatan prosedural (procedural memory). Ingatan deklaratif


terbagi menjadi dua lagi, yaitu: ingatan semantik (semantic memory) dan ingatan episodik
(episodic memory). Ingatan semantik adalah ingatan mengenai makna suatu benda.
Sedangkan ingatan episdik adalah ingatan mengenai pengalaman-pengalaman spesifik
pada waktu dan tempat tertentu. Ingatan prosedural bisa didefinisikan sebagai ingatan
mengenai keterampilan yang telah dipelajari.
2. Penyimpanan (Storage)

Tahap kedua dari ingatan adalah penyimpanan atau (retention) apa yang telah
dipelajari. Apa yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan dalam bentukn jejal-jejak
(traces) dan bisa ditimbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut biasa disebut dengan memory
traces. Walaupun disimpan namun jika tidak sering digunakan, maka memory traces tersebut
bisa sulit untuk ditimbulkan kembali bahkan juga hilang, dan ini yang disebut dengan
kelupaan. Oleh karena itu, penyimpanan informasi adalah mekanisme penting dalam ingatan.

a) Penyimpanan dalam Ingaatan Sensori

Ingatan sensori memiliki kapasitas penyimpanan informasi yang sangat besar,


tetapi informasi yang disimpan tersebut cepat sekali menghilang. Berbagai penelitian me
unjukkan bahwa informasi yang disimpan dalam ingatan sensori akan mulai menghilang
setelah sepersepuluh dan hilang sama sekali dalam waktu satu detik ( dalam Irwanto, 1991).
Mekanisme seperti ini penting sekali artinya dalam hidup manusia karena hanya engan
ingatan seperti inilah kita bisa menaruh perhatian pada sejumlah kecil informasi yang relevan
terhadap hidup kita.

b) Penyimpanan dalam Ingatan Jangka Pendek

Kapasitas dalam ingaatan jangka pendek saangat terbatas untuk menyimpan


sejumlah informasi dalam jangka waktu tertentu. Rathus menyatakan bahwa informasi yang
diterima setelah 10 sampai 12 detik tidak diulangi, maka informasi tersebut akan hilang.

c) Penyimpanan dalam Ingatan Jangka Panjang

Kapasitas ingatan jangka panjang sangat besar. Hal ini memungkinkan


penyimpanan informasi yang luar biasa banyaknya yang diperoleh sepanjang hidup
organisme. Meski demikian, ingatan masih bekerja sangat efisien yaitu degan jalan
mengorganisasikan informasi yang diterima dari ingatan jangka pendek. Reorganisasi ini erat
hubungannya dengan proses retrieval atau proses mengingat kembali informasi yang telah
disimpan.
Lahey membedakan 3 metode dalam menguji retrieval dalam ingatan jangka paanjang yaitu:

 Metode Mengingat Kembali (Recall Method)

Pegukuran ingatan berdasarkan pada kemampuan untuk mengingat kembali informasi


dengan beberapa petunjuk.

 Metode Rekognisi (Recognition Method)

Pengukuran ingatan berdasrkan pada kemampuan untuk memilih informasi yang


benar dari pilihan yang disediakan.

 Methode Pembelajaran Kembali (Relearning Method)


Pengukururan kembali ingatan berdasaarkan pada waktu yang dibutuhkan untuk
mempelajari kembali (relearn) materi yang dilupakan.

3. Mengingat Kembali (Retrieval)

Menimbulkan kembali ingatan yang sudah disimpan dapat ditempun dengan (1)
mengingat kembali (to recall) dan (2) mengenal kembali (to recognize). Dari pendapat ahli di
atas dapat disimpulkan bahwa ada tiga tahap mengingat, yaitu tahap pemasukan informasi
dan pesan-pesan ke dalam ingatan, tahap penyimpanan ingatan dan tahap mengingat kembali.
Jadi recall memory adalah kemampuan menimbulkan ingtan kembali cengan cara mengingat
kembali. Atau bisa diartikan juga sebagai kegiatan individu untuk mengingat kembali
informasi yang telah disimpan di dalam ingatannya.
2.4. PROSES PENGUKURAN MEMORI

A. Tes Ingatan Langsung (Eksplisit)

Richardson-Klavenh dan Bjork (1988, hal.477) merumuskan tes-tes ingatan langsung sebagai
tugas-tugas yang perintahnya mengacu pada peristiwa-peristiwa sasaran dalam sejarah
pribadi subjek, yaitu yang menunjuk pada konteks ruang dan waktu (jam, tanggal, atau
lingkungan ddi mana peristiwa tersebut terjadi). Peristiwa-peristiwaa khas yang menjadi
sasaran tersebut dapat berupa penyajian daftar kata-kata, penyajian daftar gambar-gambar,
penyajian daftar kalimat-kalimaat maupun bisa bisa juga peristiwa yang terjadi dalam sejarah
kehidupan subjek.

a) Tes Rekognisi

Dalam tes rekognisi, subjek di minta untuk membedkan antara stimulus-stimulus


yaang ada pada saat terjadinya peristiwa sasaran dengan stimulus-stimulus yang tak
ada pada saat peristiwa sasaran berlangsung. Dengan kata lain, subjek diminta
mengenali kembali apakah stimulus yang ada pada tahap pengetesan ingatan sama
dengan stimulus yang aada pada tahap belajar.

b) Tes Recall
Dalam tes recall, subjek diminta untuk memproduksi stimulus-stimulus yang terdapat
dalam peristiwa sasaran. Atau dengan kata lain, pada tahap pengetesan ingatan maka
subjek diminta menghasilkan stimulus-timulus yang telah disajikan dalam tahap
beljar. Tes recall dapat dilakukan tanpa bantuan tanda-tanda maupun dengan bantuan
tandaa-tanda (cued-recall).satu contoh penggunaan tes recall dapat ditemukan dalam
penelitian tentang pengaruh kebisingan terhadap ingatan jangka pendek (Etsem,
Sugiyatno, &Pudjono, 1994). Sejumlah kata-kata yang tak bermakna yang masing-
masing terdiri dari 3 huruf disajikan kepada subjek. Untuk mencegah subjek
menghafalkan (rehearsal) stimulus yang disajikan, maka sesudah satu kata tak
bermakna ditayangkan, subjek diberi tugas menghitung mundur. Selanjutnya barulah
subjek diminta untuk menuliskan kembali kata tak bermakna tadi.
Mengingat dapaat dibantu dengan tandaa-tanda, tanda-taandaa yang dipakai untuk
membantu me-recall dapat merupakan bagian-bagian dari stimulus yang telah
disajikan oleh Shimamura dan Squire (1984; Eksp. 1) mengenai ingatan terhdap
pasangan kata pada penderita amnesia. Pada tahap belajar, 12 pasangan kata disajikan
kepada 8 pecandu alkohol yang menderita sindrom Korsakoff. Salah satu pasangan
kata tersebut misalnya “STAIR-DIAMOND”. Masing-masing pasangan kata disajikan
selama 3 detik. Antara 2 sampai 4 menit sesudah penyajian keduabelas pasangan kata
selesai, kepada subjek disajikan kata “STAIR” dan mereka diminta kembali
mengingat pasangan kaatanya.

Tanda-tanda yang dipakai embantu mengingat bisa juga merupakan tanda-tanda yang
berhubungan dengan stimulus yang disajikan pada tahap belajar (extralist cues).
Hubungan antara tanda-tanda dan stimulus sasran dapat berdasarkan kesamaan makna
(semantik) atau kemiringan tulisan serta bunyinya (graphemic). Contoh penelitian
yanng menggunakan teknik recall dengan bantuan kata yang punya maknaa sama dan
kata yang bersifat graphemis dilakukan Blaxton seperti dikutip oleh Roediger,
Weldon dan Challis (1989). Dalam penelitian Blaxton tersebut, salah satu kata yang
harus diigat adalah kata “HEMLOCK”. Pada tahap tes mengingat, maka subjek kan
diberi kata “POISON” (maknanya sama dengan Hemlock) atau kata “HAMHOCK”
(tulisan dan maknanya sama dengan Hemlock) dan subjek diminta untuk mengingat
kata-kata yang telah dipelajari.
B. Tes Ingatan Tidak Langsung (Implisit)
tes ingatan tidak langsung dirumuskan sebagai tugas-tugas yang mengharuskan subek
melakukan kegiatan-kegiatan kognitif atau motorik, sementara perintah-perintah tes
tersebut hanya mengacu pada tugas yang sedang dihadapi dan tidak mengacu pada
peristiwa yang sebelumnya tidak dialami oleh subjek. Atau dengan kata lain, pada
tahap pengetesan ingatan su bjek tidak diinstruksikan untuk menggunakan tahapan
belajar sebagai acuan.

a) Tes-tes pengetahuan konseptual, faktual, leksikal, dan perseptual

Dalam kategori ini, tugas-tugas yang diberikan biasnya berfungsi utuk memerinci
struktur-struktur dan proses-proses yang dipakai dalam mengambil kembali
pengetahuan yang bersifat permanen. Tes-tes yang mengukur pengetahuan faktual
dan konseptual misalnya menugaskan kepada subjek untuk mengingat kembali
pengetahuan umum, menyebutkan anggota-anggota satu kategori semantik,
menyebutkan kata lain yang berasosiasi dengan satu kata tertentu, memverifikasi
kenaggotaan satu kategori, menggolong-golongkan stimulus-timulus. Salah satu
contoh adalah penelitian yang dilakukan oleh Shimamura dan Squire
(1984; Eksp. 3) menegenai proses belajar asosiasi kata. 12 pasangan kata disajikan
kepada 8 penderita sindrom Korsakoff. Salah satu pasangan kata tersebut adalah
“TABLE-CHAIR”. Selanjutnya subjek diminta menilai apakah kedua kata
tersebut berhubungan erat atau tidak. Kemudian eksperimenter akan menyebutkan
satu kata, misalnya “TABLE”, dan subjek diminta mengatakan satu kata pertama
yang terlintas dalam pikiran subjek pada saat itu yang berasosiasi dengan kata
“TABLE”.

Dalam tes pengetahuan leksikal maka tugasnya dapat mencakup menentukan


bahwa satu barisan huruf merupakan satu kata menyebut dan melafalkan kata,
menghasilkan sayu kata dari satu definisi, melengkapi kata dari satu stem,
melengkapi fragmen (satu kata yang dihilangkan beberapa hurufnya) menjadi satu
kata, serta mengeja kata-kata yang berhuruf lain tapi berbunyi sama.penggunaan
tes melengkapi stem dapaat dilihat dalam penelitian Graf, Mandler, dan Hagler
(1982) mengenai simulasi simptom amnesia pada orang normal.
20 kata-kata disajikan kepada 2 kelompok: kelompok pertaama boleh melakukan
elaborasi dengan cara menyatakan rasa suka atu tidak suka terhadap kata-kata
tersebut, sementra kelompok kedua hanya diminta apakah ada kesamaan huruf
antara satu kata dengan kata sebelumnya. Salah satu kata yang disajikan dalam
tahap belajar misalnya “TABLE”. Selanjutnya, subjek diminta melengkapi stem
“T A B” menjadi kata benda yang pertama kali terlintas di kepala. Tes ingatan
yang kedua berbentuk tes recall. Hasilnya menu njukkan bahwa ingatan kedua
kelompok sama [ada waktu di tes dengan tes melengkapi stem, namun berbeda
waktu di tes dengan recall. Pengguataan metode melengkapi fragmen dapat dilihat
pada penelitian Hastjarjo (1992). Kepada subjek disajikan 20 kata benda yang
masing-masing terdiri dari 6 huruf, misalnya “TANGGA”. Dalam pengetesan
ingatan segera setelah penyajian stimulus selesai dan 10 hari kemudian, subjek
diminta membuat kata benda yang terdiri dari 6 huruf dan berasal dari fargmen
“T.N...” yang pertama kali terlintas di krpala subjek.

GAMBAR

Dalam tes-tes perseptual maka tugas-tugasnya dapat mencakup


mengidentifikasikan secara perseptual kata-kata, gambar-gambar, serta wajah-
wajah, menamai gambar serta mengidentifikasikan fragmen-fragmen gambar. Tes
mengidentifikaskan fragmen gambar misalnya digunakan oleh Parkin dan Streete
(1988). Kepda sejumlah anak dan orang dewasa disajikan 15 stimulus berupa
gambar benda-benda yang umum ditemui sehari-hari. Setiap gambar memiliki 8
tingkat. Tingkat 1 merupakan gambar dalam brntuk fragmen yang paling tidak
komplit, sedangkan tingat 8 merupakan gambar dengan keadaan paling komplit.
Mula-mula gambar tingkat 1 akan disajikan dan subjrk diminta
mengidentifikasikan gambar tersebut. Jika subjek tidak dapat mengidentifikasi,
aka gambar tingkat 2 akan disajikan. Prosedur ini akan dihentikan jika subjek
mampu mengenaligambar atau jika gambar yang sempurna (tingkat 8) telah
disajikan. Setelah penyajian kelimabelas gambar selesai, kepada subjek dosajikan
30 gambar yang terdiri dari 15 gambar lama dan 15 gambar baru (diostraltor).
Gambar-gambar tersebut juga memiliki 8 tingkatan, dari yang paling tidak
komplit, sampai yang pling komplit. Tugas subjek adalah mengidentifikasikan
gambar-gambar tersebut dimulai dari tingkatan yang paling tidak komplit sampai
subjek mampu mengidentifikasikannya. Dalam penelitian semacam ini ingatan
implisit akan terukur dari penghematan (savings) yang ditunjukkan subjek dalam
mengidentifikasikan fargmen gambar tersebjut antara penyajian fragmen gambar
perttama kali dengan penyajian fragmen gambar yang kedua kalinya. Secara
umum dalam tugas-tugas pengetahuan konseptual, faktual, leksikal, dan
perseptual variabel yang diukur adalah ketepatan atau akurasi atau latensi (waktu
reaksi) dari respons yang benar. Pengalaman melihat satu stimulus di masa lalu
biasanya akan meningkatkan ketepatan dan atau mengurangi latensi jawaban yang
benar. Gejala tersebut oleh Cofer disebut sebagai priming langsung
(direct/repetition riming).

b) Tes-trs pengetahuan prosedural

Pengetahuan prosedural akan meliputi tes-tes belajar keterampilan dan pemecahan


masalah. Tes-tes ini akan mengukur perubahan performasi yang diakibatkan oleh
latihan-latihan. Tes-tes ini dapat mencakup tugas-tugas presepsual-motor seperti
menelusuri jejak satu lampu yang bergerak pada satu trek bundar (persuit motor)
dan menggabar lewat kaca (mirror drawing). Tugas-tugas yang lain lebih
menyangkut pada keterampilan kognitif seperti keterampilan proofreading dan
membaca teks yang hurufnya ditulis terbalik. Tugas-tugas masalah meliputi
memecahkan jigsaw puzzel, dan Tower of Hanoi Puzzel. Keterampilan membaca
kata yang ditulis terbalik misalnya yang diteliti oleh Mason (1986). Lewat monitor
ditayangkan barisan tiga kata (triplet) yang cara membacanya tetap dari kiri ke
kanan namun huruf-hurufnya ditulis terbalik. Triplet yang disajikan hanya disusun
oleh huruf-huruf “c,e,f,h,k,m,o,p,r,t,w,y,z”. Salah satu contoh kata tersbut adalah
“hockey”. Subjek diminta untuk menyuarakan dengan keras masing-masing kata
yang ada dalam triplet. Sesudah tahapan blajar selesai, kepada subjek ditayangkan
kembali sejumlah triplet yang pernah ditayangkan dan sejumlah triplet baru yang
disusun oleh huruf lama maupun baru. Tuga subjek adalah menentukan apakah
triplet tersebut pernah ditayangkan dalam tahap belajar.
c) Respon Evaluatif

Penelitian seseorang terhadap suatu subjek dapat dipengaruhi oleh penampilan


objek tersebut sebelumnya. Hasil penelitian Zajonc meuunjukkan bahawa
eksposisi terhadap satu stimulus akan meningkatkan preferensi afektif terhadap
stimuls tersebut (more exposure effect). Generalisasi efek eksposisi diteliti oleh
Gordon dan Holyoak (1983). Kepada subjek disajikan 16 barisan huruf yang
setiap barisan hurufnyaterdiri dari 3 sampai 7 huruf. Keenam belas barisan huruf
tersebut dibuat berdasar satu kaidah tertentu (gramatikal). Misalnya “XXRR,
XXRRR, dan, VTRRR”. Dalam tahap pengetesan subjek diberitahu bahwa
barisan-barisan tersebut mengikuti satu kaidah tertentu. Kemudian subjek
diberikan barisan huruf baru yang bersifat gramaatikal, misalnya “XXR atau
VTR” serta barisan huruf yang bersifat nongramatikal, misalnya “VTR atau
TTRXXM”. Subjek diminta untuk menentukan apakah barisan-barisan huruf
tersebut sesuai dengan kaidah yang ditentukan dan diminta menentukan sikap
senang atau tidak senang terhadap barisan-barisan huruf tadi. Ternayata subjek
lebih menyenangi barisan huruf baru yang bersifat gramatikal daripada yang
nongramatikal. Artinya secara tidak sadar subjek menjadi senang terhadap
stimulus yang telah dilihat berkali-kali pada masa lampau.

Pertimbangan dan keputusan kognitif juga dipengaruhi oleh eksposisi stimulus.


Misalnya Lewicki (1986) menayangkan 6 foto wanita dari 3 wanita berambut
panjang dan 3vwanita berambut pendek. Setiap kali penayangan satu foto akan
disertai dengan uraian verbal mengenai kepribadian wanita yang ada dalam foto
itu. Misalya, wanita berambut pendek akan digambarkan sebagai cerdas, dan
wankta beraambut panjang akan digambarkan sebagai baik hati. Sesudah
penyajian keenam foto selesai, 4 foto wanita lain ditayangkan. Eempat foto wanita
itu terdiri dari 2 wanitaa berambut panjang, dan dua wanita berambut pendek.
Subjek diminta untuk berpendapat apakah wanita dalam foto itu cerdas atau baik
hati. Hasil penelitian menunjukkanbahwa tanpa disadari subjek cenderung
menghubungkan rambut pendek dengan sifat cerdas, dan rambut panjang dengan
kebaikan hati. Meskipun kalau ditanya, subjek tidak mampu menunjukkan
perbedaan fisik dari foto-foto wanita tadi.

d) Pengukuran Perubahan Perilaku

Pengaruh penyajian stimulus di masa lalu juga dapat ditunjukkan dengan


perubahan respons fisiologis seperti GSR (Galvanic Skin Response) dan Event-
Related Potentials (ERP). Pengukuran kondisioning seperti kondisioning kejapan
mata kelinci juga dikategorikan sebagai tes ingatan tak langsung sebab
kondisioning menunjukkan akuisisi atau perolehan satu respons perilaku terhadap
satu stimulus yang pada awalnya bersifat netral.

2.5. MODEL MEMORI

GAMBAR

model tersebut menunjukkan tentang alur informasi yang di-representasikan


dengan arah panah yang mengalir dari satu tempat penyimpanan (memori) ke
tempat penyimpanan atau memori yang lain. Stimulus dari lingkungan (eksternal)
pertama masuk ke sensory memory. Sensory memory memiliki kapasitas yang
besar dalam penyimpanan sistem yang merekam informasi dari masing-masing
alat sensory dengan akurat. Namunkemampuannya dalam menyimpan memeori
cenderung sangat singkat. Yakni ½ detik untuk visual, dan 2 detik untuk auditori.

Dari sensory memory, informasi disandi dan mengalir ke dalam Short Term
Memory (STM) yang terdiri dari hanya sebagian kecil informasi yang secara aktif
digunakan. Kemampuan dalam menyimpan informasi juga cenderung singat,
hanyaa 30 detik tanpa dilakukan pengulangan, yang melibatkan pemrosesan
informasi yang dilakukan pada tataraan conscious.

Setelah itu informasi akan kembali terjadi penyandian dan mengalir pada Long
Term Memory (LTM). Long Term Memory memiliki kemampuan yang tak
terbatas dan dapat menyimpan informasi dalam waktu yang lama serta teratur.
Yang nantinya bisa dimunculkan kembali jika diperlukan.
2.6. BENTUK-BENTUK PENYIMPANAN INFORMASI

a) Sensory Memory
Proses penyimpanan memori melalui jalur saraf-saraf sensori yang berlangsung
dalam jangka pendek. Informasi yang diperoleh dari panca indera (pengelihatan,
perabaan, penciuman, pendengaran, dan pengecapan) hanya mampu bertahan selama
1 atau 2 detik. Pernyataan ini didukung oleh Rathus, yang menyatakan bahwa
informasi yang pertama kali diterima dari lingkungan dan diperoleh mellui pancra
indera hanya mampu bertahan 1detik. Informasi yang diterima dengan indera
penglihatan hanya mampu bertahan seperempat detik (Santrock, 2005).

b) Short Term Memory (STM) / Ingatan Jangka Pendek

Suatu proses penyimpanan memori sementara. Ingatan jangka pendek disebut juga
working memory karena informasi yang disimpan hanya dipertahankan selama ingatan masih
diperlukan. Jika informasi tidakndiulang kembali dalam kurun waktu 30 detik, maka
informasi dalam ingatan jangka pendek akan menghilang.

c) Long Term Memory (LTM) / Ingatan Jangka Panjang

Suatu proses penyimpanan informasi yang relatif permanen. Reed membagi ingatan
jangka panjang menjadi 3 jenis, yaitu:

 Ingatan Prosedural (Procedural Memory)


Ingatan akan tindakan, keterampilan, dan operasi yang telah dipelajari. Misalnya,
individu mengetahui cara menggunakan sepeda walaupun ia telah lama tidak
bersepeda.
 Ingatan Semantik (Semantic Memory)
Ingatan yang berisi tentang pengetahuan unum mengenai makna suatu hal. Misalnya,
individu mengetahui makna kata “cinta”.
 Ingatan Episodik (Episodic Memory)
Ingatan akan kejadian maupun pengalaman yang spesifik, mengetahui kapan dan di
mana kejadian maupun pengalaman tersebut terjadi. Misalnya, individu mengetahui
kapan dan di mana ia diputuskan oleh cinta pertamanya meskipun kejadian itu sudah
berlalu 20 tahun. Lahey menggolongkan ingatan semantik dan episodik ke dalam
ingatan deklaratif (declarative memory).
2.7. MANFAAT MEMORI BAGI KEHIDUPAN
A. Memori Sebagai Komoditi
Konsep ini mengacu pada informasi yang tersimpan pada memori yang tersimpan
pada memori yang berbentuk sebuah buku atau bentuk penyimpanan kompilasi
pengetahuan lainnya, dalam benak seseorang, berkas perusahaan atau statistik. Bila
informasi dianggap sebagai komoditas, maka memori seringkali diasumsikan
memiliki nilai ekonomi sehingga manajemen ekonomi menjadi penting. Maka
muncullah ungkapan seperti “memory is power”, yang berarti jika seseorang atau
badan korporasi memiliki penguasaan atas memori informasi yang dimilikinya, akan
membantu individu atau badan korporasi mencapai sasarannya. Jadi, memori
informasi memungkinkan kontrol atas objek dan manusia.

B. Memori Sebagai Sumber Energi Pemikiran


Mereka yang memandang informasi sebagai energi, menganggap informasi
sebagai wujud fisik terhitungkan keberadaannya atau ketidakberadaannya dapat diuji
berdasarkan eksperimen.

C. Memori Sebagai Sumber Fakta


Peristiwa-peristiwa masa lalu seringkali kita simpan dalam ingatan, terutama
peristiwa yang sangat membekas dalam sanubari.

D. Memori Sebagai Tempat Penyimpanan Data


Kerancuan ini timbul akibat pemahaman tentang fakta dan data. Data merupakan
simbol yang ditata menurut ketentuan dan konvensi yang berlaku, misalnya bila kita
menyusun huruf dan angka menurut cara tertentu, maka huruf dan angka ini menjadi
data. Fakta adalah sebuah data atau lebih tergabung dalam konteks. Bila kita
menganggap data sinonim dengan informasi, maka kita membahas informasi tanpa
adanya makna atau konteks.

E. Memori Sebagai Pengetahuan

Pengetahuan mengimplikasikan keadaan pemahaman di luar kesadaran.


Pengetahuan merupakan kemmpuan intelektual untuk mengkaji sebuah fakta dan
menarik kesimpulannya. Pengetahuan harus disimpulkan, bukan hanyaa disadari.
Apa yang kita ketahui atau yang kita pikir sering disebut informasi yang tersimpan
dalam memori. Impikasi dari pernyataan di atas maka para pngelola informasi
berusaha untuk menyimpan berbagai informasi serta mengorganisasinya
menggunakan metode tertentu. Tahap dari perspektif ilmu ini adalah mengigaat
kembali informasi atau retrieval. Dalam proses mengingat kembali, kita beruysaha
untuk mengingat informasi yang berjuta-juta ada di database otak. Untuk
memudahkan proses pencarian, maka digunakan keyword yang merupakan unsur
memory cues. Karena satu keyword akan mewakili sejumlah informasi. Informasi
ini tersimpan dalam ruang-ruang dalam memori (database).

2.8. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA MEMORI

A. Ingatan Jangka Pendek (STM)


Ingatan yang disimpan di dalam STM berlangsung kurang dari 30 detik. Jika
disajikan secara serial maka jumlah informasi yang dapat disimpan dalam STM
adalah antara 2 sampai 5 informasi. Secara umum STM memiliki kapasitas
mengingat objek berkisar 7 informasi, atau antara 5 sampai 9 informaasi. Informasi
yang disimpan dalam STM biasanya berupa kode auditori (bunyi), tetapi dapat pula
menggunakan kode semantik dan visual.

B. Efek Posisi Serial (The Serial Position Effect)


Sejumlah informasi yang disajikan secara berurutan akan mempengaruhi ingatan
seseorang. Sejumlah informasi yang berda pada posisi atau urutan bagian awal
(depan) dan juga akhir (belakang) akan cenderung diingat lebih baik daripada
sejumlah informasi yang ada di tengah. Karena informasi yang berada di bagian
awal akan lebih dulu memasuki ingatan jangka pendek. Sehingga memungkinkan
dilakukan pengulangan di dalam pikiran secara memadai untuk kmudian
dipindahkan lke dalam ingatan jangka panjang. Bagi informasi yang berada di
urutan tengah, ketika memasuki ingatan jaangka pendek waktunya bersamaan
dengan proses pengulangan informasi di bagian depan, sehingga hanyaa sedikit
kapasitas bagi pengulangan kembali bagi informasi yang berada di tengah. Dengan
demikian, informasi yang terletal di tengah belum sampai dipindahkan ke dalam
ingatan jangka panjang. Sementara itu, informasi yang terletak di bagian khir
cenderung diingat lebih baik, sebab informasinya masih berada pada ingatan jangka
pendek pada waktu recall.

C. Ingatan Jangka Panjang (LTM)


Ingatan jangka panjang ini meliputi proses penyimpanan informasi yang bersifat
lebih permanen (berlangsung lebih lama dari beberapa menit sampai waktu yang
tidak tetrbatas). Selain itu, informasi akan disimpan dalam betuk maknanya atau
semantik.

D. Keahlian (Expertise)
Keahlian dalam suatu bidang memiliki pengaruh yang sangat besar terhasap ingatan
seseorang. Orang akan dapat mengigat bahan dan informasi baru dengan baik
apabila ia memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup baik di bidang tersebut.
Hal ini terjadi karena latar belakang pengetahuan keahlian seseorang dapat menjadi
isyarat mental (mental cues). Isyarat mental ini merupakan bafian dari susunan
pengetahuan yang sudah dipelajari secra teliti dan diorganisasikan dengan baik.
Isyarat mental dapat menimbulkan gambaran yang jelas mengenai suatu objek di
dalam mental seseorang. Serta tidak mudah dikacaukan oleh informasi lain.

E. Pemberian Kode Khusus (Encoding Specificity)


Prinsip pemberian kode khusus adalah seseorang akan mudah mengingat kembali
suatu peristiwa yang terjadi hanya jika sesuai dengan bekas yang ditemukan di
dalam ingtannya.dengan kata lain, orang akan mengingat kembali informasi dengan
lebih baik jika situasinya sama dengan situasi pada waaktu ia melakukan proses
pemberian kode sebelumnya. Suatu informasi yangdisimpan dalam bentuk makna
atau semantik aakan diingat kembali lebih efektif apabila tugas yang diminta juga
berbentuk makna, dan bukan intonasinya.

F. Emosi Atau Efek


Aktivitas mengingat juga dipengaruhi oleh keadaan emosi seseorang, pertama,
dalam mengingat kata-kata maka orang cenderung mengingat lebih baik pada kata-
kata yang menyedihkan. Fenomena ini disebut Pollyanna principles, yaitu saatuan
informasi yang secara emosi menyenagkan biasanya diproses lebih efisien dan tepat
daripada informasi yang mengandung kesedihan. Kedua, kesamaan suasana haati
(mood congruence), yaitu ingatan menjadi lebih baik jika bahan yang dipelajari
sama dengan suasana hati yang berlangsung saat ini. Ketiga, ketergantungan
dengan suasana hati (state dependence). Ketergantungan ini terjadi apabila
seseorang mengigat informasi lebih baik dalam suasana hati sekrang yang sesuai
dengan suasana hati pada saat bahan itu pertama kaali dipelajari atau diterima.

G. Very Long Term Memory (VLTM)


VLTM adalah ingatan yang berlngsung lebih dari tiga bulan lamanya. Jenis ingatan
ini sebenarnya merupakan perluasan dari jenis ingatan jangka pendek dan ingatan
jangka panjang. Kkhusus ingatan jangka paanjang dapat berlangsung dari satu
menit sampai dengan seumur hidup. Pemikiran ini terlalu luas, sehingga sebagian
ahli psikologi mencoba memahami informasi yang disimpan di dalam ingatan
untuk jangka waktu yang sangat panjang. Sebab, perbedaan interval waktu (satu
tahun, dan puluhan tahun).

H. Stres
Elizabeth Loftus berpendapat bahwa perasaan cemas dapat mempersempit fokus
perhatian seseorang sehingga berbagai peyunjuk penting yang menuntun memori
menjadi hilang. Ketika perasaan cemas sudah membuat kita kehilangan petunjuk-
petunjuk yang berguna, kita akan semakin sulit untuk menyimpan memori ataupun
mengingat kembali apa yang telah tersimpan dalam memori.

I. Kondisi Fisik Yang Lelah


Kondisi fisik yang lelah juga sangat memoengaruhi daya serap informasi yang
masuk, dengan demikian secara langsung mempengaruhi kemampuan mengingat.
Para ahli mengetahui bahwa pikiran dan tubuh saling mempengaruhi satu sama
lain. Kondisi fisik yang lelah bisa disebabkam oleh waktu istirahat yang kurang
atau jam belajar yang terlalu panjang.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Memori bukan sekedar tempat penyimpanan informasi. Memori bekerja dengan
beberapa komponen yang lain. Seperti sensor fisik yang bertugas untuk menangkap
informasi, mengolah informasi, serta menyimpan informasi. Yang dilakukan baik secara
sadar maupun tak sadar. Teori-teori memori menjelaskan cara kerja memori. Dari mulai
proses encoding, storage, sampai retrieval. Dari proses terbntuknya memori tersebut
diperoleh jenis-jenis penyimpanan informasi yang meliputi, Sensory memory, Short Term
Memory (STM), dan Long Term Memory (LTM).

3.2. Saran
dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan. Semoga para pembaca dapat memahami engan baik maksud yang ingin kami
sampaikan dalam makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai