Anda di halaman 1dari 21

BERFIKIR, INGATAN, LUPA DAN KESADARAN

MATA KULIAH PSIKOLOGI

Kelompok 3
Abdul Munqidz (20197270174)
Febri Eka Putra Suroso (20197270177)
Asep Umaedi, S.Pd.MG ( 20197270179 )
Mohammad Al Fath Jauhar Firdaus ( 20197270182)

PASCA SARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS
INDRAPRASTA PGRI
2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rezeki dan kesehatan kepada kami sehingga kami mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan
pembuatan makalah yang dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Psikologi.
Adapun materi makalah yang kami buat adalah "Memori dan Lupa".
Kami menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Masih banyak kekurangan dan kesalahan yang kami sadari atau pun yang tidak kami sadari.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari makalah ini, agar di masa yang akan
datang kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Namun begitu, meskipun makalah ini
jauh dari kata sempurna kami berharap agar makalah ini sedikit banyaknya dapat bermanfaat
bagi yang membacanya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam pembuatan makalah ini. Demikian sedikit kata pengantar dari kami atas
perhatian para pembaca sekalian kami mengucapkan terima kasih.

Jakarta 10 Nopember 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. 2


Daftar Isi ...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................4
B. Batasan Masalah......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
I. Pengertian Berfikir...................................................................................... 5
II. Pengertian Ingatan (Memory). ..................................................................... 7
III. Pengertian Lupa ........................................................................................ 11
IV. Pengertian Kesadaran. ............................................................................... 15
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 18
B. Saran.......................................................................................................
19
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

Otak merupakan perangkat yang paling kompleks di dunia. Trilyunan sel otak
memiliki fungsi spesifik tetapi saling berhubungan. Mengendalikan seluruh aspek fisik dan
psikis manusia. Baik secara sadar maupun tak sadar, kapasitas penyimpanan memori di dalam
otak jauh melebihi kapasitas hardisk komputer terbesar sekalipun. Otak memiliki kemampuan
menangani algoritma rumit secara bersamaan dalam jumlah tak terbatas, jauh melebihi
kemampuan prosesor komputer tercanggih sekalipun. Tapi sayangnya manusia tidak mampu
mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut, sehingga otak tidak memungkinkan semua
jejak ingatan itu tersimpan terus dengan sempurna, melainkan berangsur-angsur akan
menghilang.
Manusia cenderung menyempurnakan sendiri bagian-bagian yang terlupa tersebut
dengan cara mengkreasikan detail-deatil cerita itu. Akibatnya, sebuah cerita tentang suatu
peristiwa yang pernah disaksikan oleh seseorang akan berubah-ubah dari masa ke masa.
Makin lama jarak waktu antara kejadian awal dengan saat bercerita, maka makin banyak
perubahannya.
Berpikir adalah satu kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang
sebagai pengganti obyek dan peristiwa sedangkan Ingatan merupakan alih bahasa dari
memory. Ingatan berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang telah lampau. Dengan
adanya kemampuan mengingat pada manusia, hal ini menunjukkan bahwa manusia mampu
menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dialaminya.
Apa yang telah pernah dialami oleh manusia tidak seluruhnya hilang, tetapi disimpan dalam
jiwanya, dan apabila diperlukan hal-hal yang disimpan itu dapat ditimbulkan kembali dalam
alam kesadaran yang diartikan sebagai kondisi dimana seorang individu memiliki kendali
penuh terhadap stimulus internal maupun stimulus eksternal.

A. Batasan Masalah
Adapun batasan Masalah dalam karya tulis ini adalah:
1. Apa pengertian dari berfikir, ingatan, lupa dan kesadaran itu?
2. Bagaimana proses terjadinya berfikir, ingatan, lupa dan kesadaran?
3. Apa saja faktor dan teori berfikir, ingatan, lupa dan kesadaran?
4. Bagaimana cara meningkatkan cara berfikir, ingatan dan kiat mengurangi lupa, serta
mengontrol kesadaran?

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Berfikir

Arti kata dasar “pikir” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010: 767) adalah akal
budi, ingatan, angan-angan. “Berpikir” artinya menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan (Wowo,
2013: 01).
Sedangkan dalam sastra Arab disebutkan bahwa kata berpikir (fakara) adalah kalimat
terbalik dari faraka yang artinya menggosok-gosok. Jadi, berpikir itu bagaikan orang yang
menggosok-gosok dan mencari-cari sesuatu agar diketahui hakikatnya (Achmad, 2008: 124)
Berpikir adalah satu kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang sebagai
pengganti obyek dan peristiwa. Berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur
lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan
kegiatan yang tampak. (Achmad, 2008 hal. 124)
Berpikir juga dapat diartikan sebagai akumulasi dari proses sensasi, asosiasi, persepsi, dan
memori yang dikeluarkan untuk mengambil keputusan (Nina, 2011: 5).
Terdapat beberapa macam pendapat mengenai pengertian berpikir, diantaranya ada yang
menganggap berpikir sebagai suatu proses asosiasi saja, ada pula yang memandang berpikir
sebagai proses penguatan hubungan antara stimulus dan respons, ada yang mengemukakan
bahwa berpikir itu merupakan suatu kegiatan psikis untuk mencari hubungan antara dua objek
atau lebih. Selain itu terdapat pula pendapat para ahli mengenai berfikir diantaranya:
a. Philip L. Harriman mengungkapkan, bahwa berpikir(thinking)adalah istilah yang sangat
luas dengan berbagai definisi misalnya, angan-angan, pertimbangan, kreativitas, tingkah
laku seperti jika (as if, vaihinger), pembicaraa yang lengkap, aktivitas idaman, pemecahan
masalah, penentuan, perencanaan, dan sebagainya, aktivitas dalam menanggapi suatu
situasi yang tidak objektif yang menyerang organ panca indra.
b. “Berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dnegan
menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang
tampak,” kata Floyd L. Ruch dalam bukunya yang klasik, Psychology and Life (1967).
(Abdul, 2009: 225).
c. Secara singkat Anita Taylor mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan
(thinking is an inferring process) (Taylor et. Al., 1977: 55). (Nina, 2011)
Secara umum, proses berpikir akan menimbulkan kegiatan-kegiatan jiwa berupa
membentuk pengertian, membentuk pendapat, dan membentuk kesimpulan (Ahmadi,2009)
1. Membentuk pengertian
Pengertian merupakan hasil proses berpikir yang merupakan rangkuman sifat-sifat pokok
(ciri khas) dari suatu barang atau kenyataan yang dinyatakan dalam suatu perkataan.
Dengan mendapatkan suatu pengertian, kita akan dapat membedakan atau menyamakan
satu entitas dengan entitas yang lain. Dan dengan mendapatkan suatu perbedaan atau
menyamakan kita akan mendapatkan pengertian baru yang lebih konkret. Pengertian terdiri

5
dari dua macam, empiris dan logis. Pengertian empiris merupakan pengertian yang
diperoleh dari pengalaman sehari-hari, sehingga hampir tidak ada proses berpikir.
Pengertian empiris dibentuk berdasarkan pengalaman dan pengamatan secara berulang.
Sedangkan pengertian logis atau ilmiah merupakan pengertian yang diperoleh dari aktivitas
berpikir secara sadar dan disengaja untuk memahami sesuatu. Pembentukan pengertian
logis melalui 4 proses, yaitu proses analisis, proses komparasi, proses abstraksi, dan proses
kombinasi. Proses analisis yaitu menguraikan unsur-unsur atau ciri-ciri dari sejumlah objek
yang sejenis. Proses komparasi yaitu membandingkan unsur-unsur yang telah dianalisis.
Sehingga didapatkan unsur yang sama, unsur yang bersifat umum, dan unsur yang bersifat
tambahan. Proses abstraksi yaitu mengurangkan atau menyisihkan sifat-sifat yang
tambahan dari sifat-sifat yang umum, sehingga yang ada hanya sifat-sifat umum saja.
Proses kombinasi yaitu sifat-sifat umum yang bersamaan kita rangkum kemudian kita
tetapkan menjadi definisi.
2. Membentuk pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih.
Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat
atau subyek dan sebuah predikat.
3. Membentuk kesimpulan
Kesimpulan merupakan suatu pendapat baru yang dibentuk dari pendapat-pendapat lain
yang sudah ada. Cara-cara mengambil keputusan atau kesimpulan ada tiga macam yaitu
deduktif, induktif, dan analogi;
a. Kesimpulan Deduktif
Deduksi merupakan proses berpikir yang bertolak dari proposisi yang sudah ada,
menuju peroposisi yang baru sebagai sutau kesimpulan (Keraf dalam Sobur, 2003).
Proses berpikir deduktif berlangsung dari umum ke yang khusus. Dari teori, prinsip,
yang bersifat umum, kemudian diterapkan pada fenomena yang khusus untuk
mendapatkan kesimpulan khusus yang berlaku untuk fenomena tersebut (Sobur, 2003).
Sehingga kesimpulan deduktif merupakan suatu kesimpulan yang diambil dengan cara
berpikir dari yang umum ke yang khusus. Contoh kesimpulan deduktif yaitu: Semua
Mahasiswa Psikologi UM cerdas-cerdas (umum atau premis mayor) Rizal Mahasiswa
Psikologi UM (khusus atau premis minor) Jadi, Rizal cerdas (kesimpulan khusus dari
yang umum/deduksi) Contoh di atas dalam logika disebut dengan silogisme.
Kesimpulan deduktif dapat diambil hanya jika kedua premis memliki unsur yang sama,
atau dalam contoh di atas adalah mahasiswa psikologi UM. Akan tetapi walaupun
begitu, terdapat juga silogisme semu yang kebenarannya tidak bisa diterima. Silogisme
semu ini menjadi kekurangan dalam pengambilan keputusan atau penarikan
kesimpulan dengan cara deduktif. Kebenarannya tidak bisa diterima karena tidak
semua premis (mayor dan minor) itu benar, disebut ke salah material. Terkadang salah
dalam pengampilan kesimpulan dengan bertolak kepada premis mayor dan minor,
disebut kesalah formal. Contoh silogisme semu: Manusia bernapas dengan paru-paru
(mayor) Kerbau bernapas dengan paru-paru (minor) Kerbau adalah manusia (silogisme
semu) Ini merupakan kesalahan formal karena kerbau bukanlah manusia. Sedangkan
contoh kesalahan material adalah: Mahasiswa yang rajin masuk kuliah akan mendapat

6
nilai bagus (mayor) Rizal mahasiswa yang rajin masuk kuliah (minor) Rizal akan
mendapatkan nilai yang bagus (konklusi) Pengambilan kesimpulan ini merupakan
bentuk kesalahan material. Kesalahan terdapat pada premis mayor, karena mahasiswa
yang rajin belum tentu dapat nilai bagus. Bisa jadi memang rajin, kalau tidak pernah
kerja tugas, tidak pernah memperhatikan, tidak pernah jawab ujian, maka nilainya akan
jelek.
b. Kesimpulan Induktif
Induksi merupakan proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena
individual untuk menentukan suatu kesimpulan umum. Jadi cara berpikir induksi yaitu
menarik kesimpulan yang umum dari yang khusus. Sehingga kesimpulan induktif
merupakan kesimpulan yang diambil dari cara berpikir dari yang khusus ke yang
umum. Datanya merupakan fenomena sekitar, dasarnya adalah observasi, proses
berpikirnya adalah sintesis, dan tingkatan berpikirnya adalah induktif.
c. Kesimpulan Analogi
Jika deduktif merupakan dari umum ke khusus dan induktif merupakan dari khusus
keumum, maka kesimpulan analogi merupakan pendapat khusus dari yang khusus.
Dengan kata lain kesimpulan analaogi merupakan kesimpulan yang diambil dari
pendapat yang khusus dengan membandingkan situasi. Analogi diambil dari pendapat
khusus dengan memanfaatkan situasinya yang sama. Contohnya, hari kemarin Anton
terlambat ke sekolah karena hujan. Kemudian di hari selanjutnya, juga turun hujan dan
Anton terlambat juga. Sehingga dari sini orang akan memanfaatkan keadaan yang
sama yaitu hujan sebagai alasan kesimpulan bahwa Anton akan terlambat ke sekolah
lagi. Kesimpulan analogi ini memang cenderung menggeneralisasikan atau
menyamaratakan, sehingga tidak salah jika kesimpulan ini sering dianggap tidak logis
dan kebenarannya kurang dapat diterima.

2. Pengertian Ingatan (Memory)

Ingatan (memory) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan


mereproduksikan kesan-kesan. Jadi, ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan; menerima kesan-
kesan, menyimpan dan mereproduksikan.
Orang yang dapat mengingat sesuatu kejadian, ini berarti kejadian yang diingat itu
pernah dialami, atau dengan kata lain kejadian itu pernah dimasukkan ke dalam jiwanya,
kemudian disimpan dan pada suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam kesadaran.
Dengan demikian ingatan itu merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk
menerima atau memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali
(remembering) hal-hal yang telah lampau (Woodworth dan Marquis, 1957).[1][1]
Dengan kata lain ingatan merupakan kemampuan psikis untuk memasukkan (learning),
menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang lampau.
A. Sifat-Sifat Ingatan (Memory)
Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia ini berarti ada suatu indikasi
bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang
pernah dialami. Namun tidak berarti bahwa semua yang pernah dialami itu akan tetap tinggal

7
seluruhnya dalam ingatannya, oleh karena ingatan kemampuan yang terbatas.
Sifat-sifat ingatan:
1. Ingatan yang cepat dan mudah: seorang dapat dengan mudah dalam menerima kesan-
kesan.
2. Ingatan yang luas: sekaligus seseorang dapat menerima banyak kesan-kesan dan dalam
daerah yang luas.
3. Ingatan yang teguh: kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan tetap
sebagaimana pada waktu menerimanya (tidak mudah lupa).
4. Ingatan yang setia: kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan tetap
sebagaimana pada waktu menerimanya.
5. Ingatan mengabdi atau patuh: kesan yang pernah dicamkan dapat dengan mudah
direproduksi dengan lancar.

Gangguan-gangguan ingatan:
1. Lupa, peristiwa yang tidak dapat memproduksikan tanggapan kita.
2. Amnesia, peristwa yang tidak dapat memproduksikan tanggapan karena ingatan kita
tidak sehat.
3. Deja vu, ialah suatu peristiwa seakan-akan sudah pernah. Sesuatu yang sebenarnya
belum (pengenalan tipuan)
4. Jamais vu, ialah peristiwa seakan akan belum pernah kenal kepada sesuatu yang
sebenarnya sudah (lupa tipuan)
5. Depersonalis, ialah suatu peristiwa, seolah olah tidak mengenal dirinya sendiri. Contoh:
seseorang berbuat sesuatu, waktu ia ditegur ia tidak mengakui bahwa itu perbuatannya
dan dikatakan bahwa itu perbuatan orang lain. Kalau yang dikatakan ini orang besar
maka peristiwa ini disebut GROOTHEIDSWAN.

Prestasi ingatan berhubungan erat dengan kondisi jasmani, misalnya; kelelehan, sakit,
dan kurang tidur juga menurunkan prestasi ingatan. Dari factor usia, ingatan paling tajam pada
diri manusia ialah kurang lebih pada masa kanak-kanak (10-14 th), dan ini baik sekali untuk
daya ingatan mekanis, yakni daya ingatan yang hanya untuk kesan-kesan penginderaan.
Sesudah umur ini mencamkan dalam ingatan juga dapat dipertinggi, tetapi hanya untuk kesan-
kesan yang mengandung pengertian (daya ingatan logis). Dan ini berlangsung antara umur 15-
50 th.
Ingatan berhubungan pula dengan emosi seseorang. Factor sugesti dan perasaan
memegang peranan besar dalam penentuan kualitas ingatan. Rasa takut, cemas, ragu-ragu,
gugup, minder dan malu semua dapat mempengaruhi ingatan seseorang.Salah satu produk dari
ingatan adalah mengenal kembali. Mengenal kembali ialah (recognize) ialah kesadaran masa
lampau sebagai akibat dari pengamatan. Pengenalan

kembali itu berlangsung dengan bantuan impuls dari luar. Disamping pengenalan
kembali, ada peristiwa mengingat kembali (to remember, to recall), yaitu kesadaran masa
lampau, dikaitkan reproduksi. Jika pngenalan kembali ditimbulkan oleh impuls dari luar maka
mengingat kembali disebabkan oleh adanya perangsang/impuls dari dalam atau internal.

8
Peristiwa lain yang sangat penting dalam ingatan ialah aktivitas psikis mencamkan
(memasukkan-meletakkan). Usaha dengan sengaja memasukkan-meletakkan bahan pengenalan
dalam ingatan itu disebut “memorisasi”.

Dalam memorisasi dapat berlansung dengan cara “otomatis” atau berlangsung dengan
sendirinya, tanpa menggunakan akal atau tidak sengaja. Sekalipun dengan memorisasi
memungkinkan orang dapat mengingat apa yang telah dipelajarinya, tetapi tidak berarti bahwa
semua “memory traces” ini akan tetap tinggal dengan baik, karena pada suatu saan akan hilang,
dalam hal ini orang mengalami kelupaan. Yang mana seseorang tidak dapat mereproduksi
tanggapan-tanggapan yang pernah dialami, padahal ingatannya sehat.

B. Cara penyelidikan ingatan:


1. Metode mempelajari (the learning method)
Metode ini merupakan metode untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan cara
melihat sampai sejauh mana waktu yang diperlukan atau usaha yang dijalankan oleh subjek
(S), untuk dapat menguasai materi yang dipelajarai dengan baik.
2. Metode mempelajari kembali (the relearning method)
Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subjek disuruh mempelajari
materi kembali yang pernah dipelajari sampai pada suatu criteria tertentu seperti pada
mempelajari materi tersebut pada pertama kali. Makin sering dipelajari materi tersebut,
waktu yang dibutuhkan semakin pendek. Ini berarti bahwa pada “relearning” ada waktu yang
dihemat atau disimpan. Kerena itu metode ini juga sering disebut “saving method”.
3. Metode rekonstruksi
Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subjek disuruh
mengkonstruksi kembali suatu materi yang diberikan kepadanya. Dalam mengkonstruksi itu
dapat diketahui waktu yang digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada
criteria tertentu.
4. Metode mengenal kembali
Metode ini digunakan dengan mengambil bentuk dengan cara pengenalan kembali.
Subjek disuruh mempelajari suatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui
sampai sejauh mana yang dapat diingan dengan bentuk pilihan benar salah, atau dengan
pilihan ganda (multiple choise).
5. Metode mengingat kembali
Metode ini ialah mengambil bentuk subjek disuruh mengingat kembali apa yang
telah dipelajarinya.
6. Metode assosiasi berpasangan
Metode ini mengambil bentuk subjek disuruh mempelajari materi secara berpasang-
pasangan. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dalam mengingat, dalam evaluasi
salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus dan subjek disuruh menyebutkan atau
menimbulkan kembali pasangannya.

3. Pengertian Lupa

9
Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan bahkan
setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu tentang
peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga
sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada siapapun juga, tak peduli apakah
orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, profesor, petani dan sebaginya. (syaiful
Bahri Djamarah, 2008: 206)
Soal mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu
retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan
sama dari segi berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal yang
dilupakan adalah hal yang tidak diingat. (Sumadi Suryabrata, 2006: 47)
Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang
ingatan kita sehat. (Agus Suyanto, 1993: 46), adapula yang mengartikan lupa sebagai suatu
gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali utnuk digunakan.
(Irwanto, 1991: 150).
Muhibbinsyah (1996) dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan mengartikan
lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-
apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Gulo (1982) dan Reber (1988)
mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah
dialami atau dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan
pengetahuan dari akal kita.

A. Proses Terjadinya Lupa


Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yang pernah diketahui, tidak dapat
diingat kembali atau dilupakan.
Menurut Ahmad Fauzi, (1997: 52 – 54) ada empat cara untuk menerangkan proses lupa
keempatnya tidak saling bertentangan, melainkan saling mengisi.
1. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus
diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak
materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena
tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
2. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-
perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan
kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
b. Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling
mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang
diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak
begitu diingat.
c. Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun
bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak
ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu
tidak kita ingat lagi.
3. Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat

10
kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya kembali materi
pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi
yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh adanya
materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini disebut hambatan proaktif.
4. Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa
mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang tidak
dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang
sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada bentuknya
yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak
dan istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia dapat ditolong atau
disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang sangat dramatis sehingga
menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)

B. Faktor-Faktor Penyebab Lupa


Menurut (Reber, 1988; Best, 1989; Anderson, 1990) ada beberapa faktor penyebab lupa
yaitu: Pertama, lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi
yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interfence theory (teori mengenai gangguan),
gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:

1) proactive interference,
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran yang
sudah lama tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi
pelajaran baru. Peristiwa ini terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi
pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang
waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat
atau diproduksi kembali.

2) retroactive interference
Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan retro aktif apabila materi
pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang
telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini,
materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain,
siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama tersebut.

Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item
yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya
kemungkinan.
a. Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang
diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga
ke alam ketidak sadaran.
b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah
ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.
c. Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam

11
bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.

Itulah pendapat yang didasarkan para repression theory yakni teori represi/
penekanan (Reber, 1988). Namun, perlu ditambahkan bahwa istilah “alam ketidaksadaran”
dan “alam bawah sadar” seperti tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak
psikologi analisis yang banyak mendapat tantanganm baik dari kawan maupun lawannya itu.
Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara
waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika seorang siswa hanya
mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kuda nil lewat gambar-gambar yang ada di
sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menybut nama hewan-hewan tadi ketika
melihatnya di kebun binatang.
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses
belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan minat siswa
tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidak senangan kepada guru) maka materi
pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Kelima, menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena
materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut
asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian denga sendirinya akan masuk ke
alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang
siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan geger otak
akan kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.
Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk
diperhatikan para guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif,
karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja semua
orang maklum.
Kecuali gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang
menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang ia serap
rusak sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak hilang dan
tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali.
Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena tennggang waktu (delay)
antara waktu diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodean dan transformasi
dalam memori jangka pendek siswa tersebut (Best, 1989; Anderson, 1990).
Apakah materi pelajaran yang terlupakan oleh siswa benar-benar hilang dari ingatan
akalnya? Menurut pandangan ahli psikologi kognitif, “tidak!” materi pelajaran itu masih
terdapat dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk di panggil atau
diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh “kehilangan ilmu”, setelah
melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi memperbaiki
atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam memori para siswa
tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang memuaskan. (Muhibbin Syah,
1996: 160)
C. Teori-Teori Mengenai Lupa

12
Lupa merupakan suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat
ditemukan kembali untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa, yaitu Decay theory,
Interference theory, Retrieval failure, motivated forgetting, dan lupa karena sebab-sebab
fisiologis. Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang.
1. Decay theory
Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus aus dengan berlalunya
waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap
informasi di simpan dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini
akan rusak atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian, banyak ahli
sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya informasi.
2. Teori interferensi
Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori janga
panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses lupa
terjadi karena informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya. Bisa terjadi
bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat informasi yang lama, tetapi
bisa juga sebaliknya.
Bila informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita sulit mencari informasi yang
sudah ada dalam memori kita, terjadilah interferensi retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita
mengalami hal ini.
Adalagi yang disebut interferensi proaktif, yaitu informasi yang sudah dalam memori
jangka panjang mengganggu proses mengingat informasi yang baru saja disimpan.
3. Teori retrieval failure
Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah
disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali
tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat kembali lebih disebabkan tidak
adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan
petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
4. Teori motivated forgetting
Menurut teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan.
Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak
diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori psikoanalisis yang
dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa teori ini juga beranggapan
bahwa informasi yang telah disimpan masih selalu ada.
5. Lupa karena sebab-sebab fisiologis
para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai
perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan
mengakibatkan lupa yang disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi yang
telah disimpan dalam beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan dikatakan menderita
amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru saja diterimanya, ia
dikatakan menderita amnesia anterograd. Karena proses lupa dalam kedua kasus ini erat
hubungannya dengan faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang menjadi fokus perhatian bagi
para pendidik.
D. Meningkatkan Kemampuan Ingatan

13
Berdasarkan buku dari (Irwanto, 1991: 152-158) secara umum usaha-usaha untuk
meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:
1. Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Oleh karena itu, perlu diperhatikan
bahwa pengulangan/rekam. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu
organisme dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar
dari pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah
diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya saat ini.
2. Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal-hal lain. Khusus
mengenai hal ini, konteks memegang peranan penting. Dari uraian di depan jelas bahwa
memori sangat dibantu bila informasi yang yang dipelajari mempunyai kaitan dengan hal-
hal yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu,
perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini memberikan retrievel cues atau karena itu
mempermudah recognition.
3. Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian informasi yang sangat
dikenal adalah mnemonik (bahasa Yunani: mnemosyne, yaitu dewi memori dalam mitologi
Yunani). Informasi diorganisasi sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah
dikenal) sehingga informasi yang kompleks mudah untuk diingat kembali.

Salah satu metode mnemonik yang biasa dilakukan adalah metode loci (method of loci;
loci= locus= tempat). Individu diminta untuk membayangkan suatu tempat yang ia kenal
dengan baik, misalnya rumahnya. Ia membayangkan dari bagian rumah itu, misalnya dari ruang
tamu sampai kekamarnya. Ia membayangkan benda-benda apa saja yang akan ditemui dekat
pintu masuk, di ruang tamu, dekat pintu kamarnya dan di dalam kamarnya. Kemudian ia
diasosiasikan benda-benda tersebut dengan informasi baru yang harus diingat.
Metode mnemonik lain yang biasa dipakai adalah metode menghubung-hubungkan (link
method), yaitu menghubungkan informasi yang harus diingat satu dengan lainnya sehingga
mempunyai arti, walu kadang-kadang agak lucu. Orang yang baru belajar musik sering harus
menghafal tanda-tanda yang amat kompleks. Untuk itu cara seperti berikut sering banyak
membantu:
a. Nada-nada yang naik ½ (kruis/ #) = Gudeg Djogja Amat Enak Banyak Fitamin
b. Nada-nada yang turun ½ (mol) = Fajar Bandung Elok Amat Dekat Garut Ciamis
Seorang mahasiswa psikologi yang ingin menghafalkan spektrum warna harus
menempuh jalan sebagai berikut:
Mau Jadi Koboi Harus Bisa Naik Unta = Merah Jingga Kuning Hijau Biru Nila Ungu
Pengorganisasian juga bisa dilakukan dengan membuat suatu akronim sekaligus sebagai
suatu kesatuan informasi (chunk) seperti dalam jembatan keledai yang pernah kita singgung di
depan (LUBER, ANDAL kota BERIMAN, dan lain-lain).
E. Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan
Anderson (1990) adalah sebagai berikut:
1. Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas
materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul

14
setelah siswa melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan.
Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara lain pembacaan teks pancasila
pada setiap hari senin dan sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
2. Extra Study Time
Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar
materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti
siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini dipandang cukup strategis
karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
3. Mnemonic Device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga disebut mnemonic itu berarti kiat
khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke
dalam sistem akal siswa.
4. Pengelompokkan
Maksud kiat pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut
memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
5. Latihan Terbagi
Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah massed practice (latihan terkumpul) yang
sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan
terbagi siswa melakukan latihan-latihan waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan
untuk menghindari camming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu
yang singkat. Dalam melaksanakan istributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai
metode dan strategi belajar yang efisien.
6. Pengaruh Letak Bersambung
Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect),
siswa dianjurkan menyusun daftar kata0kata (nama, istilah dan sebagainya) yang diawali dan
diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa tersebut
sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat
berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian, kata yang
ditulis pada awal yang akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan
melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa. (Muhibbin Syah, 1996: 160-164)

4. Pengertian Kesadaran

Secara harfiah, kesadaran sama artinya dengan mawas diri (awareness). Kesadaran juga bisa
diartikan sebagai kondisi dimana seorang individu memiliki kendali penuh terhadap stimulus
internal maupun stimulus eksternal. Namun, kesadaran juga mencakup dalam persepsi dan
pemikiran yang secara samar-samar disadari oleh individu sehingga akhirnya perhatiannya
terpusat.
Ada dua macam kesadaran, yaitu:
1. Kesadaran Pasif
Kesadaran pasif adalah keadaan dimana seorang individu bersikap menerima segala
stimulus yang diberikan pada saat itu, baik stimulus internal maupun eksternal.

15
2. Kesadaran Aktif
Kesadaran aktif adalah kondisi dimana seseorang menitikberatkan pada inisiatif dan
mencari dan dapat menyeleksi stimulus-stimulus yang diberikan.

A. Teori kesadaran Menurut Carl G Jung


Kesadaran menurut Jung terdiri dari 3 sistem yang saling berhubungan yaitu kesadaran
atau biasa disebut ego, ketidaksadaran pribadi (personal unconsciousness) dan
ketidaksadaran kolektif (collective unconscious)
1. Ego
Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-
perasaan sadar. Ego bekerja pada tingkat conscious Dari ego lahir perasaan identitas dan
kontinyuitas seseorang. Ego seseorang adalah gugusan tingkah laku yang umumnya
dimiliki dan ditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat. Ego
merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada dirinya.
2. Personal Unconscious
Struktur psyche ini merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego. Terdiri dari
pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi dilupakan dan diabaikan dengan
cara repression atau suppression. Pengalaman-pengalaman yang kesannya lemah juga
disimpan kedalam personal unconscious. Penekanan kenangan pahit kedalam personal
unconscious dapat dilakukan oleh diri sendiri secara mekanik namun bisa juga karena
desakan dari pihak luar yang kuat dan lebih berkuasa. Kompleks adalah
kelompok yang terorganisir dari perasaan, pikiran dan ingatan-ingatan yang ada dalam
personal unconscious. Setiap kompleks memilki inti yang menarik atau mengumpulkan
berbagai pengalaman yang memiliki kesamaan tematik, semakin kuat daya tarik inti
semakin besar pula pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Kepribadian dengan
kompleks tertentu akan didominasi oleh ide, perasaan dan persepsi yang dikandung oleh
kompleksitu.
3. Collective Unconscious
Merupakan gudang bekas ingatan yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang
yang tidak hanya meliputi sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri tetapi
juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Collective unconscious
terdiri dari beberapa Archetype, yang merupakan ingatan ras akan suatu bentuk pikiran
universal yang diturunkan dari generasi ke generasi. Bentuk pikiran ini menciptakan
gambaran-gambaran yang berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan, yang dianut oleh
generasi terentu secara hampir menyeluruh dan kemudian ditampilkan berulang-ulang
pada beberapa generasi berikutnya. Beberapa archetype yang dominan seakan terpisah
dari kumpulan archetype lainnya dan membentuk satu sistemsendiri.

B. Teori kesadaran Sigmund Freud


Dalam teori tentang alam sadar (Conscious Mind), Freud menjelaskan bahwa alam
sadar adalah satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas. Terkait
dengan alam sadar ini adalah apa yang dinamakan oleh Freud sebagai alam pra-sadar
(Preconscious Mind), yaitu jembatan antara Conscious dan Unconscious, berisikan segala

16
sesuatu yang yang dengan mudah dipanggil ke alam sadar, seperti kenangan-kenangan yang
walaupun tidak kita ingat ketika kita berpikir, tetapi dapat dengan mudah dipanggil lagi, atau
seringkali disebut sebagai “kenangan yang sudah tersedia” (available memory). Alam
bawah sadar (Unconscious Mind), merupakan bagian yang paling dominan dan penting
dalam menentukan perilaku manusia. Mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke
alam sadar, seperti nafsu dan insting kita serta segala sesuatu yang masuk ke dalamnya
karena kita tidak mampu menjangkaunya, seperti kenangan pahit atau emosi yang terkait
dengan trauma.
Freud berpendapat bahwa alam bawah sadar adalah sumber dari motivasi dan
dorongan yang ada dalam diri kita, apakah itu hasrat yang sederhana seperti makanan atau
seks, daya-daya neurotik, atau motif yang mendorong seorang seniman atau ilmuwan
berkarya. Namun anehnya, menurut Freud, kita sering terdorong untuk mengingkari atau
menghalangi seluruh bentuk motif ini naik ke alam sadar. Oleh karena itu, motif-motif itu
kita kenali dalam wujud samar-samar.
Freud mengembangkan konsep struktur mind di atas dengan mengembangkan ‘mind
apparatus’, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya
yang terpenting, yaitu id, ego, dan superego.
1. Id
adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja
menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.
2. Ego
Ego berkembang dari Id struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan
mengambil keputusan atas perilaku manusia.
3. Super ego
Merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral.
Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.
Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa
bersalah. Ego selalu menghadapi ketegangan antara tuntutan id dan superego. Apabila
tuntutan ini tidak berhasil diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah
kecemasan (anxiety). Dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan
reaksi defensif/pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang
jenisnya bermacam-macam.

17
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

I. Berpikir adalah satu kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang sebagai
pengganti obyek dan peristiwa. Berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-
unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu
langsung melakukan kegiatan yang tampak. (Achmad, 2008 hal. 124) Berpikir juga
dapat diartikan sebagai akumulasi dari proses sensasi, asosiasi, persepsi, dan memori
yang dikeluarkan untuk mengambil keputusan. (Nina, 2011: 5).
II. Ingatan merupakan proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi-
informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat
kesadaran (otak) setelah diberikan tafsiran. Dalam otak, terdapat dua macam tempat
penyimpan informasi atau tanggapan yaitu:
a. Ingatan Jangka Pendek (Short Term Memori/STM)
b. Ingatan Jangka Panjang (Long Term Memori/LTM)
III. Lupa adalah hilangnya kemampuan menyebut atau melakukan kembali informasi dan
kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.
Faktor-faktor yang menyebabkan lupa meliputi:
1. Adanya konflik-konflik antara item-item informasi atau materi pelajar yang ada di
sistem memori seseorang.
2. Adanya tekanan terhadap item atau materi yang lama baik disengaja atau tidak
disengaja.
3. Perbedaan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu memanggil
kembali item tersebut.
4. Perubahan situasi dan minat terhadap proses dan situasi tertentu.
5. Tidak pernah latihan/tidak pernah dipakai.
6. Kerusakan jaringan syaraf otak.

Cara mengurangi lupa:


1. Belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu.
2. Menambah waktu belajar sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang
dipelajari.
3. Mengelompokkan kata atau istilah tertentu dalam susunan yang logis.
Jenuh belajar adalah yaitu suatuv situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak
adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar
pada waktu tertentu.
IV. Kesadaran adalah kondisi dimana seseorang individu memiliki kendali penuh terhadap
stimulus internal maupun stimulasi eksternal. Kesadaran menurut Carl G Jung terdiri
dari 3 sistem yang saling berhubungan yaitu kesadaran atau biasa disebut ego,
ketidaksadaran pribadi (personal unconsciousness) dan ketidaksadaran kolektif
(collective unconscious), sedangkan menurut Teori Sigmund Freud menjelaskan bahwa

18
alam sadar adalah satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas.

B. SARAN

I. Tidak berarti bahwa semua yang telah dialami akan tetap tinggal seluruhnya dalam
ingatan atau dengan kata lain akan ada yang dilupakan. Peristiwa kelupaan ini dapat
terjadi karena kemampuan ingatan yang terbatas, cepat lambat orang dalam
memasukkan (mendispersi) apa yang ia pelajari, ataupun karena problem psikologis
yang ada pada dirinya. Sehingga diperlukan teknik-teknik tertentu untuk mengatasi
kelupaan yang terjadi.
II. Dengan terus menggunakan otak untuk berfikir dalam batas normal dan dengan
kesadaran maka ingatan akan dapat terus terjaga dan dapat mengurangi lupa
III. Kepada para pembaca jika ingin lebih mengetahui tentang bahasan ini bisa membaca
buku atau majalah-majalah yang memuat tentang bagaimana cara manusia berfikir,
mengingat, kiat mengurangi lupa dan tentang kesadaran yang kesemuanya berhubungan
dengan Psikologi.

19
Daftar Pustaka

1. Mahmud, M. Dimyati. 1991. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan. Yogyakarta:


PBFE.
2. Purwanto, M. Ngalim. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
3. Suyanto, Agus. 1993. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 9.
4. Abu Ahmadi, 1998. Pikologi Umum. Rineka Cipta: Jakarta.
5. Bimo Walgito, 2004. Pengantar Psikologi Umum. ANDI: Yogyakarta
6. Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
7. Hilary. Memory Otak. http://hi4ry.worspress.com/. 23 Oktober 2007
8. NN. Memori Jangka Pendek. www.groups.yahoo.com. 19 September 2008.
9. N.N. Meningkatkan Daya Ingat. http://www.e-edukasi.net. 19 September 2008.
10. Almazini.P. Mengoptimalkan Daya Ingat. www.makelarz.blogspot.com. 19 September 2008.
11. Djamarah, Syaiful Bahri. 2008, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Sujanto, Agus Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara,2009

12. Abror, Abd. Rachcman. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. PT Tiara Wacana Yogya.
14. Suryabrata, Sumadi. 1995. Psikologi Pendidikan, Ed. 1. Cet. 7. Jakarta. PT RajaGrafindo
Persada.
15. Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan, Ed. 1. Cet. 11. Jakarta. PT RajaGrafindo
Persada.
[1] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Ed. 1. Cet. 7., (PT RajaGrafindo Persada:
Jakarta, 1995), hlm. 43-44.
[2] Ibid., hlm. 45-47.
[3] Abd. Rachcman Abror, Psikologi Pendidikan, (PT. Tiara Wacana Yogya: Yogyakarta,
1993), hal. 101.
16. Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. PT RINEKA CIPTA: Jakarta

20
21

Anda mungkin juga menyukai