Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“BERPIKIR”

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan

Dosen Pegampu: Dr. Marliza Oktapiani, M.Pd

Disusun Oleh:

Dewi Pandu Kusuma Ningrum (3120210025)

Ifroh Nailah (3120210070)

Nur Hikmatul Aulia (3120210084)

Ruslani Farhan (3120210035)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

TAHUN AJARAN 2022-2023


KATA PENGANTAR

‫ِبْس ِم ِهّٰللا الَّرْح َم ا ِن الَّر ِح ْيِم‬

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Alhamdullilahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT shalawat beserta salam tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya,
yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan. Dalam
rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Psikologi Pendidikan, dengan judul “Berpikir”.
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.

Dalam proses penyusunan makalah ini kami ingin mengucapkan terimakasih yang sebanyak-
banyaknya kepada Ibu Dr. Marliza Oktapiani, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah
Psikologi pendidikan. Selanjutnya, kami masih memerlukan kritikan dan saran-saran yang
dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Karena sesungguhnya tiada yang
sempurna di dunia ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Jakarta, November 2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................3

Latar Belakang.....................................................................................................................3

Rumusan masalah................................................................................................................3

Tujuan Pembahasan.............................................................................................................4

Sistematika Pembahasan......................................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................5

Pengertian Bahasa................................................................................................................5

Pengertian Berpikir..............................................................................................................6

Pendapat beberapa aliran psikologi tentang berpikir...........................................................7

Macam-macam berpikir.......................................................................................................10

Hasil-hasi penyelidikan tentang berpikir.............................................................................11

BAB 3 PENUTUP...............................................................................................................14

Kesimpulan .........................................................................................................................14

Saran....................................................................................................................................14

2
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan komunikasi. Kita menggunakan Bahasa untuk
berkomunikasi, dengan bahasa kita mampu bersosialisasi (mengomunikasikan) ide-ide kita.
Bila di lihat dari aktifitas berpikir itu sendiri, dapat kita lihat bahwa dalam berpikir itu
pertama membutuhkan adanya fakta, hal yang jadi objeknya adalah nyata, bisa berupa benda
ataupun yang lainnya, kedua membutuhkan adanya indra, bisa berupa indra penglihatan
(mata), pendengaran (telinga), penciuman (hidung), pengecap (lidah), dan peraba (kulit), dan
ketiga membutuhkan adanya akal fikiran untuk berpikir.

Setiap manusia akan berpikir, begitulah alaminya seorang manusia tercipta. Seorang filsuf
pernah berkata ”aku hidup karena berpikir”. Proses berpikir merupakan suatu hal yang
natural, lumrah, dan berada dalam lingkaran fitrah manusia yang hidup. Bahkan, seorang
yang mengalami gangguan jiwa pun merupakan seorang pemikir yang mempunyai dunia lain
dalam hidupnya. Saat kita berpikir, seringkali apa yang kita pikirkan menjadi bias, tidak
mempunyai arah yang jelas, parsial, dan tidak jarang emosional atau terkesan egosentris.

Seharusnya manusia bisa kembali merenung, bahwa kualitas hidup seseorang sesungguhnya
ditentukan dengan bagaimana cara seorang berpikir, sehingga dari pemikiran yang
berkualitas itu seorang akan mampu menciptakan penemuan atau pun inovasi baru dalam
hidupnya. Bukankah seorang pahlawan lahir dari cara berpikirnya yang selalu besar.
Ilmuwan-ilmuwan ternama dunia pun mengubah wajah dunia yang primitif menjadi dunia
yang luar biasa ini dengan perubahan pemikiran.

Begitu juga dalam dunia pendidikan, proses berpikir peserta didik sangat penting dalam
meningkatkan pengetahuannya terkait mempelajari suatu konsep maupun memecahkan suatu
permasalahan. Proses peserta didik memperoleh informasi, memahami dan mengaplikasikan
konsep-konsep tersebut adalah tahap-tahap dalam proses berpikir. Proses berpikir sangat
penting dalam setiap pembelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik. Proses berpikir
juga sangat penting dalam pemecahan masalah, dimana peserta didik dituntut untuk bisa
berpikir kreatif yang berguna untuk pembentukan pemahaman konseptual peserta didik.
Berpikir kreatif adalah tentang bagaimana mengimajinasikan suatu pengetahuan yang
dimiliki untuk dikaitkan dengan konsep-konsep atau ide-ide dalam memecahkan
permasalahan.

1.2 Rumusan Masalah

3
1. Apa pengertian bahasa?
2. Apakah berpikir itu?
3. Bagaimana Pendapat aliran psikologi tentang berpikir?
4. Terdapat berapa macamkah cara berpikir?
5. Bagaimana dengan hasil-hasil penyelidikannya?
1.3 Tujuan Pembahasan

1. Memberi pengetahuan dan wawasan bagi pembaca ataupun penulis;


2. Guna mencaritahu, mengetahui, dan mempelajari hal-hal mengenai berpikir, agar
dapat mengimplementasikannya dengan baik dan tepat didalam bertindak;
3. Sebagai bahan masukan untuk dijadikan dasar oleh calon tenaga pendidik didalam
melaksanakan pembelajaran yang lebih efektif nantinya.

1.4 Sistematika Pembahasan


Bab I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang Latar belakang, Alasan memilih judul, Tujuan pembahasan, dan
Sistematika pembahasan.
Bab II: Pembahasan
Memuat uraian tentang pengertian Bahasa, berpikir, pendapat aliran psikologi tentang
berpikir, macam-macam berpikir dan hasil penyelidikannya.
Bab III: Penutup
Berisikan kesimpulan dan saran.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahasa

Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai sistem lambang vokal manusia yang digunakan
sebagai alat untuk berpikir, menyatakan pikiran, dan memahami pikiran seseorang. Dengan
adanya bahasa kita dapat memikirkan sesuatu meskipun objek yang dipikirkan itu tidak
berada di sekitar kita. Kita dapat pula mengkomunikasikan sesuatu yang sedang dipikirkan
dan dapat pula belajar sesuatu dari orang lain. Oleh karena itu, memahami Bahasa akan
memungkinkan kita memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia.

Bahasa mempermudah kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan persoalan dan


menarik kesimpulan. Bahasa memungkinkan individu menjadi peristiwa dan objek dalam
bentuk kata-kata. Dengan bahasa, individu mampu mengutarakan pengalamannya dan
mengkomunikasikannya kepada orang lain karena bahasa merupakan sistem lambang yang
tidak terbatas yang mampu mengungkapkan segala pemikiran.

Berikut ini beberapa pengertian Bahasa, yaitu:

1. Didalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)


Bahasa adalah sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota atau suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentivikasikan diri.
2. Menurut Gorys Keraf (1984:1 dan 1991:2)
Bahasa adalah komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi ujaran
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
3. Menurut D.P. Tambulan (1994:3)

5
Bahasa adalah untuk memahami pikiran dan perasaan, serta menyatakan pikiran dan
perasaan.1

Pendapat para ahli mengenai keterkaitan bahasa dan pikiran dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Bahasa Memengaruhi Pikiran

Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pikirannya terhadap realitas. Pikiran


manusia dapat terkondinsikan oleh kata yang manusia gunakan. Tokoh yang
mendukung hubungan ini ialah Benjamin Wrof dan gurunya, Edward Sapir. Wrof
mengambil contoh Bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang sangat
tinggi karena orang Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam menjelaskan realitas.
Hal ini membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang mendetail tentang
realitas.

2) Pikiran Memengaruhi Bahasa

Tokoh psikologi kognitif, yaitu Jean Piaget menyatakan keterkaitan antara pikiran
dan Bahasa. Bahasa adalah representasi dari pikiran. Melalui observasi yang
dilakukan oleh Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia melihat bahwa
perkembangan aspek kognitif anak akan mempengaruhi bahasa yang digunakannya.
Semakin tinggi aspek tersebut maka akan semakin tinggi bahasa yang digunakannya.
Sebelum anak-anak menggunakan bahasanya secara efektif, terlebih dahulu anak-anak
akan memperlihatkan kemampuan kognitif yang cukup berarti dan beragam.

3) Bahasa dan Pikiran Saling memengaruhi

Hubungan timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh Benyamin
Vigotsky, seorang ahli semantic kebangsaan Rusia yang teorinya dikenal sebagai
pembaharu teori. Piaget mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada tahap permulaan
berkembang secara terpisah, dan tidak saling mempengaruhi. Jadi, mula-mula pikiran
berkembang tanpa bahasa, dan bahasa mula-mula berkembang tanpa pikiran. Lalu

1
Arif Dian Kristiono dan Sella Arif Benfica, “pengertian bahasa,” Bahasa, Pikiran, Representasi, 29 oktober
2013, https://www.academia.edu/9991086/Makalah_bahasa_pikiran_dan_representasi

6
pada tahap berikutnya, keduanya bertemu dan saling bekerja sama, serta saling
mempengaruhi. Penggabungan Vigotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak
diterima oleh kalangan ahli psikologi kognitif.

2.2 Pengertian Berpikir

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia arti kata ”Pikir” adalah akal budi,ingatan,angan-angan.
“Berfikir” artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan
sesuatu, dengan menimbang-nimbangnya dalam ingatan. Pikiran merupakan bagian didalam
berpikir, pikiran adalah suatu gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang
untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara
efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginannya. Berfikir adalah sebuah aktivitas
kerja otak mengenai suatu hal. Berfikir juga merupakan aktivitas mental sebab, berfikir tidak
hanya menggunakan aktivitas otak namun juga menyangkut semua bagian tubuh dan juga
perasaan atau emosi dalam psikologi.

Berikut beberapa gagasan mengenai pengertian berpikir:

 Menurut Santrock (dalam Rahmawati:2014) “Berpikir adalah memanipulasi atau


mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori”. Ini sering dilakukan untuk
membentuk konsep, bernalar dan berpikir secara kritis, membuat
keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah.
 Menurut Najla (2016:16) Dalam berpikir juga termuat berabagai kegiatan seperti;
kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur,
mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan,
menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada,
membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis
yang ada, menimbang, dan memutuskan.2

2
Kajian teori berpikir, Agustus 8, 2018, http://repository.unim.ac.id/714/3/3.BAB%20II.pdf

7
 Menurut Sri Utami (1992:30), menyatakan bahwa berpikir adalah aktivitas mental
manusia. dalam proses berpikir kita merangkai-rangkaikan sebab akibat,
menganalisisnya dari hal-hal yang khusus atau kita menganalisisnya dari hal-hal yang
khusus ke yang umum.3

2.3 Pendapat beberapa aliran psikologi

1. Psikologi Asosiasi; berpendapat bahwa dalam alam kejiwaan yang penting ialah
terjadinya, tersimpannya dan bekerjanya tanggapan-tanggapan. Jadi, bahwa berpikir
itu tidak lain daripada jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh hukum
asosiasi. Contohnya seperti; adanya perasaan, kemauan, keinginan dan berpikir,
yang mana semua itu berasal dan terjadi karena bekerjanya tanggapan-tanggapan.
2. Aliran Behaviorisme; berpendapat bahwa "berpikir" adalah gerakan-gerakan
reaksi yang dilakukan oleh urat syaraf dan otot-otot bicara seperti halnya bila kita
mengucapkan "buah pikiran". Jadi menurut Behaviorisme "berpikir" tidak lain
adalah berbicara. Contohnya seperti; dari adanya perasaan, kemauan, dan berpikir,
maka dari sanalah akan menimbulkan reflex-refleks yang bisa terjadi. Karena dalam
penyelidikannya terhadap tingkahlaku manusia, aliran ini (Behaviorisme) hanya
ingin tau mengenai tingkah laku luar (badaniah) saja.
3. Psikologi Gestalt; berpendapat bahwa proses berpikirpun seperti proses gejala-
gejala psikis yang lain — merupakan suatu kebulatan, yang mana aliran ini
memandang bahwa Gestalt yang teratur mempunyai peranan yang besar dalam
berpikir. Berlainan dengan Behaviorisme, maka penganut Psikologi Gestalt
memandang berpikir itu merupakan keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya
tidak dapat kita amati dengan alat indra kita. Contohnya seperti; Jika dalam diri
seseorang timbul suatu masalah yang harus dipecahkan, terjadilah lebih dahulu
suatu skema/bagan yang masih agak kabur-kabur / proses pemecahan masalah
dalam suatu persoalan yang diperlukannya pertimbangan yang matang guna
menghasil sebuah keputusan yang tepat sebagai penyelesaian.4
4. Ahli Psikologi Sekarang

3
Arif Dian Kristiono dan Sella Arif Benfica, “pengertian bahasa,” Bahasa, Pikiran, Representasi, 29 oktober
2013, https://www.academia.edu/9991086/Makalah_bahasa_pikiran_dan_representasi

8
Para ahli-ahli psikologi saat ini, berpendapat bahwa berpikir pada taraf yang tinggi
pada umumnya melalui tahap-tahap sebagai berikut:
 Timbulnya masalah yang harus dipecahkan
 Mencari dan mengumpulkan fakta-fakta yang bersangkutan dengan
pemecahan masalah
 Pengolahan dan pencernaan fakta-fakta
 Menemukan cara memecahkan masalah
 Menilai, menyempurnakan dan mencocokkan hasil pemecahan

Proses terjadinya berpikir melalui 3 langkah yaitu:

1. Pembentukan pikiran; Pada pembentukan pikiran inilah manusia menganalisis


ciri-ciri dari sejumlah objek. Misalnya mau mengetahui perbedaan hewan dan
tumbuhan, maka kita akan menganalisis satu demi satu ciri-ciri hewan dan
tumbuhan.
2. Pembentukan pendapat; Pada pembentukan pendapat ini seseorang meletakkan
hubungan antara dua buah pengertian atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk
Bahasa yang disebut kalimat.
3. Penarikan kesimpulan dan pembentukan keputusan.

Di dalam menarik kesimpulan, seseorang dapat menggunakan bermacam– macam


cara yang secara kronologis meliputi hal–hal sebagai berikut:

a) Kesimpulan yang ditarik atas dasar analogi


Yaitu dimana seseorang yang sedang berusaha mencari hubungan dari peristiwa-
peristiwa atas dasar adanya persamaan–persamaan atau kemiripan–
kemiripannya.
Contoh:
Belajar Seperti Membangun Sebuah Rumah

4
“Sumber ilmu psikologi,” Pendapat beberapa aliran psikologi tentang berpikir,
http://sumberilmupsikologi.blogspot.com/2015/12/pendapat-beberapa-aliran-psikologi.html

9
Hasil belajar tidak bisa dinikmati secara instan. Saat mempelajari materi
baru, seseorang mungkin tidak langsung paham. Namun, kamu tidak
boleh menyerah karena belajar diibaratkan sedang membangun rumah.
Saat belajar, kamu sedang menata sebuah batu bata. Lama-kelamaan, batu
bata yang tersusun tersebut akan menjadi rumah yang kokoh. Semakin
sering dan rajin kamu belajar, akan semakin cepat pula rumahmu
terbangun.
b) Kesimpulan yang ditarik atas dasar induksi sintesis
Yaitu metode berfikir, dimana seseorang menyimpulkan sesuatu yang mengarah
pada suatu aturan atau prinsip atau kesimpulan umum, berdasarkan observasi
sampel atau observasi kasus.
Contoh:
Jurusan Ekonomi memiliki bakat
Jurusan Hukum memiliki bakat
Jurusan Pendidikan Agama Islam memiliki bakat
kesimpulan: setiap jurusan memiliki bakat.

c) Kesimpulan yang ditarik atas dasar deduksi analitis


Yaitu metode berfikir menalar dari satu atau lebih pernyataan umum (premis)
untuk mencapai kesimpulan logis tertentu. Metode deduksi akan membuktikan suatu
kebenaran baru berasal dari kebenaran-kebenaran yang sudah ada dan diketahui
sebelumnya (berkesinambungan).
Contoh:
Premis 1; Setiap manusia yang hidup pasti akan berpikir
Premis 2; Orang dalam gangguan jiwa yang hidup adalah manusia
Kesimpulan; Orang dalam gangguan jiwapun berpikir

Maka dapat disimpulkan bahwasannya pikiran adalah akal budi atau ingatan terhadap suatu
Persepsi yang kita peroleh dari rangsangan panca indra kita yang kemudian dianalisis sesuatu
apa yang muncul dalam ingatan tersebut. Yang mana dari dalam proses penganalisisan,
kemudian mengaitkan hal-hal yang ada dalam ingatan antara yang satu dengan yang lain
sampai pada akhirnya terbentuk suatu kesimpulan.

2.4 Macam-Macam Cara Berpikir

10
1. Berpikir Induktif

Berpikir induktif adalah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari hal-hal
spesifik/khusus menuju kepada yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu
kemudian menarik sebuah kesimpulan. Contoh; seorang guru mengadakan eksperimen-
eksperimen menanam biji-bijian bersama murid-muridnya; jagung di-tanam, tumbuh ke atas;
kacang tanah ditanam tumbuh-nya ke atas pula, begitupun dengan kacang Ijo yang ditanam
tumbuhnya ke atas pula. Maka dapat disimpulkan bahwa Semua batang tanaman tumbuhnya
ke atas karena mencari sinar matahari.

2. Berpikir Deduktif

Berpikir deduktif adalah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari umum menuju
kepada hal-hal spesifik/khusus. Contoh; Semua logam jika dipanaskan memuai (kesimpulan
umum) Besi adalah logam (kesimpulan khusus) Besi jika dipanaskan memuai (kesimpulan
deduksi). Atau didalam mengajarkan nilai-nilai kebaikan, seorang pendidik tidak hanya
mengajari nilai-nilai tersebut secara teoristis. Pendidik pun harus mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, para peserta didik pun akan jauh lebih memahami
nilai-nilai tersebut serta tergerak untuk mengamalkannya.

3. Berpikir Analogis

Analogi berarti persamaan atau perbandingan. Berpikir analogi ialah berpikir dengan jalan
menyamakan atau memperbandingkan fenomena-fenomena yang biasa pernah dialami.
Contoh; Memaksa anak untuk bisa menjadi seperti apa yang diharapkan orang tuanya adalah
sama saja dengan memaksa seekor ikan berjalan di atas padang pasir. Seekor ikan sudah pasti
tidak akan bisa berjalan di atas padang pasir, karena memang tempat tersebut bukanlah
habitatnya.

Secara garis besar ada dua macam berfikir, diantaranya yaitu:


1. Berfikir Autistik
Berfikir autistik ini sering disebut sebagai melamun, maksudnya dengan berfikir autistik,
seseorang melarikan diri dari kenyataan dan melihat hidup sebagai gambaran–gambaran
fantastis. Contoh berfikir autistik antara lain mengkhayal, fantasi, dan sebgainya.
2. Berfikir Realistik

11
Berfikir realistik atau sering pula disebut berfikir reasoning (nalar) adalah berfikir dalam
rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.

2.5 Hasil-hasil Penyelidikan tentang berpikir


Berikut ini merupakan beberapa hasil atau gagasan yang penting dari penyelidikan-
penyelidikan yang dilakukan oleh ahli-ahli psikologi terhadap proses berpikir manusia.
Seperti:
Oswald Kulpe dengan rekan-rekannya, setelah mengadakan eksperimen-eksperimen terhadap
mahasiswa-mahasiswanya dengan menggunakan metode instrospeksi-eksperimental,
mendapat kesimpulan sebagai berikut:
1) Bahwa di dalam diri manusia terdapat adanya gejala-gejala psikis yang tidak
dapat diragukan. Di samping kesan-kesan dan tanggapan-tanggapan yang
diperoleh dengan alat indra masih ada gejala-gejala yang lebih abstrak dan tidak
dapat diragukan. Hal demikian terjadi antara lain waktu orang berpikir.
2) Bahwa pada waktu berpikir, individu atau pribadi orang itu memegang peranan
yang penting. Si "Individu" bukanlah faktor yang pasif (seperti pendapat
psikologi asosiasi), melainkan merupakan faktor yang mengemudikan semua
perbuatan sadar.
3) Bahwa berpikir itu mempunyai arah tujuan yang tertentu (determine rende
tendens). Arah tujuan berpikir itu ditentukan atau dipengaruhi oleh soal atau
masalah yang harus dipecahkannya.
B Frohn dan kawan-kawannya, setelah menyelidiki bagaimana proses dan perkembangan
berpikir pada anak-anak yang bisu tuli dan membandingkannya dengan anak-anak yang
normal, lalu ia mengambil kesimpulan sebagai berikut; Bahwasannya berpikir layaknya
bekerja dengan unsur-unsur yang abstrak dan bergerak ke arah yang ditentukan oleh soal atau
masalah yang dihadapi. Tetapi anak-anak kecil, anak-anak yang terbelakang, dan anak-anak
yang bisu-tuli, dalam berpikir itu tidak dapat melepaskan diri dari bayang-bayang atau
tanggapan-tanggapan kongkret. Karena itu mereka tidak dapat membentuk pikiran-pikiran
yang logis dan umum.
Pada anak-anak kecil, berpikirnya dipengaruhi oleh tanggapan-tanggapan yang kongkret yang
pernah diamatinya. Sedangkan anak-anak yang bisu tuli tidak dapat menyusun pengertian
karena perkembangan bahasanya terhambat.
Juga dari penyelidikannya itu Frohn dan kawan-kawannya mendapatkan bahwa di dalam
kesadaran manusia dapat dibedakan dengan adanya tiga tingkatan (niveau kesadaran).
1) Tingkat lukisan kongkret, dalam tingkat ini bayangan-bayangan atau
tanggapan khusus terjadi karena pengamatan dengan alat indra sifatnya masih
kongkret. Kesadaran akan hubungan antara tanggapan-tanggapan itu satu sama
lain belum ada.
2) Tingkat skematis, dalam tingkat ini tanggapan-tanggapan tidak lagi sangat
kongkret. Orang telah mempunyai lukisan-lukisan umum. Hubungan atau asosiasi
antara tanggapan yang satu dengan yang lain telah ada.

12
3) Tingkat pengertian abstrak, dalam tingkat ini pengertian-pengertian telah
terbagi dalam golongan-golongan. Sifat-nya abstrak. Dalam pemakaian kata-kata
orang dengan cepat tanpa membayangkan benda-bendanya. Alam Pikiran penuh
dengan pengertian-pengerian umum, dan kekuatan jiwa ialah menyusun
pengertian-pengertian itu menurut arahnya yang ditentukan oleh soal yang
dihadapi-nya. Semua niveau memegang peranan berganti-ganti dalam kesadaran
kita, juga pada waktu orang berpikir.5
Dari Hasil-hasil penyelidikan berpikir yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwasannya berpikir sangatlah berpengaruh besar terhadap perbaikan polapikir (mindset)
individu sebagai keyakinan yang akan mendorong seseorang didalam melakukan tindakan.
Termasuk dalam Pendidikan, dimana pendidik akan terlibat dalam proses perkembangan
peserta didik, yang mana guru akan membantu atau membimbing peserta didik didalam
proses belajar yang berhubungan erat dengan berpikir, karena berpikir dapat mengolah,
mengorganisasikan bagian dari pengetahuanya, sehingga pengalaman dan pengetahuan yang
tidak teratur menjadi tersusun serta dapat dipahami. Dalam mendidik dan mengajar, pendidik
tidak cukup hanya mengisikan pengetahuan atau tanggapan-tanggapan yang banyak ke dalam
otak anak-anak. Anak harus diajarkan bagaimana cara berpikir dengan baik. Supaya anak
dapat mengerti dan memahami berpikir dengan baik sehingga mampu
mengimplementasikannya dengan baik dan tepat, upaya-upaya yang dapat dilakukan
pendidik untuk membantu peserta didik diantara lain;

1. Guru memulai proses belajar dengan memberikan suatu permasalahan, dan mengatur
ruangan kelas untuk dapat membangkitkan interaksi antar siswa selama KBM
berlangsung, seperti:
 Menerapkan Model Pembelajaran Problem Posing, Karena metode ini mampu
menuntut siswa untuk mengajukan pertanyaan dan memancingnya untuk berpikir
kritis sebagai tahap untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
 Menggunakan metode Diskusi, karena metode ini dapat melatih kemampuan
berpikir kritis siswa. Hal ini dapat terjadi karena siswa akan dituntut untuk saling
bertanya, mendengar secara aktif pendapat antar teman kelompok, dan
merundingkan cara penyelesaian masalah tersebut.
 Mengadakan Debat atau Presentasi, guna melatih kepercayaan diri dan
meningkatkan potensi diri pada peserta didik.
2. Tenaga pendidik (guru), harus memiliki Pengertian yang berisi, yang mengandung arti
(tidak verbalistis) dan benar-benar dapat dimengerti oleh peserta didik.

13
3. Diperlukannya motivasi dari tenaga pendidik untuk dapat membangun dan
mendorong pembentukan proses perkembangan berpikir pada peserta didik.

Adapun manfaat berpikir itu sendiri yang akan kembali atau tertanam dalam diri peserta
didik seperti; Dapat Mendorong Rasa Ingin Tahu peserta didik, mampu meningkatkan
kreativitas diri, meningkatkan kemampuan didalam pemecahan masalah, mampu
mendorong perkembangan pada peserta didik, dan dapat mendorong anak untuk bisa
lebih mandiri.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahasa dan berpikir pada dasarnya merupakan dua aspek yang saling memiliki timbal
balik. Bahasa berfungsi sebagai sarana untuk berpikir. Begitu juga sebaliknya, hasil berpikir
itu kembali diungkapkan dalam Bahasa, baik dalam bentuk ujaran maupun tulisan. Dengan
adanya bahasa kita dapat memikirkan sesuatu meskipun objek yang dipikirkan itu tidak
berada di sekitar kita. Selain itu; Bahasa mampu memengaruhi pikiran begitupun sebliknya,
Pikiran mampu Memengaruhi Bahasa, sehingga Bahasa dan Pikiran dapat Saling
memengaruhi

Berfikir adalah sebuah aktivitas kerja otak mengenai suatu hal. Didalam proses berpikir kita
merangkai-rangkaikan sebab akibat, menganalisisnya dari hal-hal yang khusus ataupun
umum. Adapun beberapa pendapat aliran psikologi tentang berpikir yaitu melalui; 1)
Psikologi Asosiasi, 2) Aliran Behaviorisme, 3) Psikologi Gestalt, 4) Ahli Psikologi Sekarang.
Adapun macam-macam berpikir diantaranya; Berpikir Induktif, berpikir Deduktif, dan
berpikir Analogis. Terkait hasil-hasil penyelidikan yang dilakukan oleh ahli-ahli psikologi
terhadap proses berpikir manusia, maka dapat disimpulkan bahwasannya berpikir sangatlah
berpengaruh besar terhadap perbaikan pola pikir (mindset) individu sebagai keyakinan yang
akan mendorong seseorang didalam melakukan tindakan. Termasuk dalam Pendidikan,
dimana pendidik akan terlibat dalam proses perkembangan peserta didik, yang mana guru
akan membantu, membimbing peserta didik didalam proses belajar yang erat kaitannya

14
dengan berpikir, agar peserta didik dapat berlatih menempatkat pemikirannya dengan tepat
didalam bertindakan.

3.2 Saran
Saran yang peneliti kemukakan sehubungan dengan pembahasan ini ialah;Sebagai individu
yang hidup sebagai makhluk sosial maka alangkah baiknya kita bisa melakukan hal-hal
berikut guna melatih dan meningkatkan pola pikir agar lebih efektif, seperti; banyak
membaca buku, bertanya, berdiskusi, observasi, problem solving dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Kristiono, Arif Dian. Sella Arif Benfica. 2013. Bahasa, Pikiran, Representasi. Surabaya:
https://www.academia.edu/9991086/Makalah_bahasa_pikiran_dan_representasi

“Sumber ilmu psikologi,” Pendapat beberapa aliran psikologi tentang berpikir,


http://sumberilmupsikologi.blogspot.com/2015/12/pendapat-beberapa-aliran
psikologi.html

Kajian teori berpikir, Agustus 8, 2018, http://repository.unim.ac.id/714/3/3.BAB%20II.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Metode_deduksi#:~:text=Deduksi%20berarti%20penarikan
%20kesimpulan%20dari,yang%20khusus%20dari%20yang%20umum.

http://sumberilmupsikologi.blogspot.com/2015/12/hasil-hasil-penyelidikan-tentang.html

http://sumberilmupsikologi.blogspot.com/2015/12/beberapa-macam-cara-berpikir.html

15
16

Anda mungkin juga menyukai