Anda di halaman 1dari 17

LOGIKA ILMU DALAM BERPIKIR ILMIAH

(HAKIKAT BERPIKIR ILMIAH, BAHASA KEILMUAN,


KRITERIA METODE BERPIKIR ILMIAH,
KELEMAHAN BERPIKIR ILMIAH)

FILSAFAT ILMU
Dosen Pengampu : Dr. Suherman, M.Si

Oleh

1.      Junainah : 20206013038
2.      Nurhidayah : 20206013090
3.      Reni Dian Puri : 20206013095
4. Vita PD : 20206013019
5. Eka Pratiwi : 20206013015

Kelompok 4
Kelas : A10 MP PALEMBANG 1

MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Logika
Ilmu Dalam Berpikir Ilmiah (Hakikat Berpikir Ilmiah, Bahasa Keilmuan,
Kriteria Metode Berpikir Ilmiah, Kelemahan Berpikir Ilmiah)
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Dalam menyusun makalah ini, kami menghaturkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. Dr. Suherman, M.Si yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada
kami sehingga dapat terwujudnya makalah ini.

2. Kepada Teman-Teman kelompok yang turut membuat , membantu,


membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas makalah ini
bisa selesai.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun.

Palembang, Oktober 2020


Penyusun,

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................   i
DAFTAR ISI.............................................................................................   ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................   1
A.    Latar Belakang .....................................................................   1
B.   Rumusan Masalah................................................................. 2
C.   Tujuan................................................................................ 3
D. Manfaat.............................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................   4
A. Pengertian Logika Ilmu.........................................................   4
B. Hakikat Berpikir Ilmiah …………..………………….…….. 5
C. Pengertian Bahasa Keilmuan Berpikir Ilmiah …………….. 6
D. Karakteristik Bahasa Keilmuan Berpikir Ilmiah …………. 6
E. Kriteria Metode Berpikir Ilmiah …………………………... 8
F. Kelemahan Berpikir Ilmiah ……………………………….. 9

BAB III PENUTUP...................................................................................   12


A.    Kesimpulan..........................................................................   12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................   14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akal manusia pada hakikatnya memerlukan aturan dalam menganalisa berbagai
masalah yang ada karena ilmu logika merupakan ilmu yang mengatur cara berpikir
(analisa) manusia, maka keperluan kita kepada ilmu logika adalah untuk mengatur dan
mengarahkan kita kepada suatu cara berpikir yang benar.
Logika merupakan bagian dari kajian epitemologi, yaitu cabang filsafat yang
membicarakan mengenai pengetahuan. Ia bisa dikatakan ruh dari filsafat. Karena
mungkin tidak akan ada filsafat kalau tidak ada logika.
Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan,
memutuskan, mengembangkan dan sebagainya. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah
dapat digunakan dua jenis pendekatan, yaitu Pendekatan Deduktif dan Pendekatan
Induktif.
Pendekatan Deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa
umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari
pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrument dan operasionalisassi.
Dengan kata lain untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep
dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan.
Dengan demikian konteks pendekatan deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan
kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Berdasarkan uraian diatas nampak bahwa berpikir ilmiah, merupakan kebutuhan
dasar manusia untuk mempertahankan hidupnnya di muka bumi. Manusia diberi akal
untuk berpikir, bahkan untuk memikirkan dirinya sendiri. Namun demikian, berpikir
yang benar adalah berpikir melalui metode ilmiah, sehingga hasil akan benar pula.
Hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran memperlihatkan bahwa pada
dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasariah dari pengetahuan manusia. Darinya,
kita membedakan antara pengetahuan yang ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah. Hanya
saja, pemahaman kita tentang berfikir ilmiah belum dapat disebut benar atau sahih
sebelum kita melakukan penyimpulan terhapat proses berfikir kita. Karena pengetahuan
sesungguhnya terdiri atas kesimpulan-kesimpulan dari proses berfikir kita. Dengan kata
lain, suatu pengetahuan ilmiah disebut sahih ketika kita melakukan penyimpulan dengan
benar pula. Kegiatan penyimpulan inilah yang disebut logika. Dengan demikian kita
sudah mendapati hubungan antara syarat berfikir ilmiah dengan kegiatan penyimpulan.
Keduanya sama-sama memenuhi suatu pola pikir tertentu yang kita sebut logika.

1
Hakikat berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah–langkah metode ilmiah
seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menguji hipotesis,
menarik kesimpulan. Kesemua langkah–langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut
harus didukung dengan alat/sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir
ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya
merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh. Tujuan mempelajari Hakikat berfikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu
dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa
memecahkan masalah sehari-hari.
Bahasa Indonesia sebagai salah satu perwujudan budaya bangsa memiliki sejarah
perkembangan yang umik, yang terdiri dari berbagi suku yang berbeda dan memiliki
berbagai ragam bahasa daerah. Oleh keran itu dalam pembahasaan karya ilmiah sering
kali masih banyak ditemui masalah dalam penulisian bahasa Indonesia yang benar.
Dalam berbagai hasil penelitian masih banyak penggunaan tatanan bahasa yang
sangat membingungkan dan masih banyak membuang banyak kata. Terutama dalam
pembahasan sering kali ditemui pemborosan kata.
Kali ini akan di jelaskan mengenai karakter dan kedudukan bahasa Indonesia
keilmuan. Kita dapat mengenal salah satu karakter dan penggunakan bahasa Indonesia
yang benar terutama dalam penulisan karya ilmiah dan penelitian.
Kelemahan berpikir ilmiah lainnya seperti cakupan jangkauan kajiannya, dan asumsi yang
melandasinya, serta kesimpulannya bersifat relatif, metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali
pada kajian objek-objek material yang dapat diindera. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu
eksperimental. Secara entologi, ilmu membatasi dirinya pada pengkajian yang berada pada
ruang lingkup pengalaman manusia.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apa pengertian Logika Ilmu?
2. Apa yang dimaksud dengan Hakikat berpikir ilmiah?
3. Apa pengertian Bahasa Keilmuan berpikir ilmiah?
4. Bagaimana karakteristik Bahasa Keilmuan berpikir ilmiah?
5. Bagaimana kriteria metode berpikir ilmiah?
6. Bagaimana Kelemahan Berpikir Ilmiah?

2
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan logika ilmu.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Hakikat berpikir ilmiah
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Bahasa Keilmuan berpikir ilmiah
4. Mengetahui karakteristik Bahasa Keilmuan berpikir ilmiah
5. Mengetahui kriteria metode berpikir ilmiah
6. Mengetahui Kelemahan Berpikir Ilmiah

D. Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini
mempunyai manfaat diantaranya :
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan
atau pengetahuan tentang Logika Ilmu Dalam Berpikir Ilmiah (Hakikat Berpikir
Ilmiah, Bahasa Keilmuan, Kriteria Metode Berpikir Ilmiah, Kelemahan Berpikir
Ilmiah).

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Logika Ilmu


Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Nama logika untuk
pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke -1 sebelum Masehi), tetapi dalam arti
“seni berdebat”, Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah Masehi
adalah orang pertama yang mempergunakan kata “logika” dalam arti ilmu yang
menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.
Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan
logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang
mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini
mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan yang mengacu
pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata
logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Logika secara
luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara valid.
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran,
dan sekaligus sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai
dasar filsafat dan sarana ilmu logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat
dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan teori tentang penyimpulan yang
sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang
kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan
pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali sekaligus juga benar, yang
berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi. Contohnya, pada kupu-kupu
mengalami fase metamorfosa. Karena sebelum menjadi kupu-kupu adanya tahap-
tahapan yang dilalui yaitu yang pertama fase telur kemudian menetas menjadi ulat lalu
berubah menjadi kepompong dan selanjutnya menjadi kupu-kupu. Penyimpulan di atas
dikatakan penyimpulan yang sah karena sesuai dengan kenyataan yang ada dan tidak
dibuat-buat (masuk akal).
Menurut Louis O. Kattsoff (2004), Logika ialah ilmu pengetahuan mengenai
penyimpulan yang lurus. Ilmu pengetahuan ini menguraikan tentang aturan-aturan serta
cara untuk mencapai kesimpulan, setelah didahului oleh suatu perangkat premis. Contoh
penerapan ilmu logika dalam kehidupan misalnya pada manusia yang mengalami
penyakit serak pada tenggorokan maka pengobatannya dapat dilakukan dengan minum
air putih. Logikanya air putih adalah cairan yang diperlukan manusia untuk menjaga
keseimbangan tubuh, memberi kekuatan kepada leukosit untuk menjalankan tugasnya

4
menghasilkan makrofag untuk membunuh patogen yang masuk, menjadikan kekebalan
tubuh meningkat sehingga luka yang dihinggapi bakteri akan sembuh dan akhirnya
tenggorokan menjadi lapang dan dikatakan sembuh.

B. Hakikat Berpikir Ilmiah


Berfikir dengan mendasarkan pada kerangka fikir tertentu disebut sebagai penalaran
atau kegiatan berfikir ilmiah. Dengan demikian tidak semua kegiatan berfikir dapat
dikategorikan sebagai kegiatan berfikir ilmiah, dan begitu pula kegiatan penalaran atau
suatu berfikir ilmiah tidak sama dengan berfikir (Contoh dapat diambil dari kehidupan
sehari-hari kita).
Pertama, perlu dipahami bahwa kegiatan penalaran adalah proses berfikir yang
membuahkan sebuah pengetahuan. Selain itu, melalui proses penalaran atau berfikir
ilmiah berusaha mendapatkan sebuah kebenaran. Untuk mendapatkan sebuah kebenaran,
kegiatan penalaran harus memehuni dua persyaratan penting, yakni logis dan analitis.
Syarat pertama adalah logis, dengan kata lain kegiatan berfikir ilmiah harus mengikuti
suatu aturan atau memenuhi pola pikir (logika) tertentu.
Hakikat berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita
tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Mempunyai metode
tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya
sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.
Berfikir secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan dan ide yang
belum diketahui sebelumnya. Ilmu merupakan proses kegiatan mencari pengetahuan
melalui pengamatan berdasarkan teori dan atau generalisasi. Ilmu berusaha memahami
alam sebagaimana adanya dan selanjutnya hasil kegiatan keilmuan merupakan alat
untuk meramalkan dan mengendalikan gejala alam. Adapun pengetahuan adalah
keseluruhan hal yang diketahui, yang membentuk persepsi tentang kebenaran atau fakta.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari hakikat berpikir ilmiah adalah :
1) Hakikat berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmu.
2) Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik. 

Tujuan mempelajari hakikat berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk
menelaah ilmu secara baik.  Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah
kita sehari-hari.

5
Fungsi berfikir ilmiah sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dalam kaitan
kegiatan ilmiah secara keseluruhan. Dalam hal ini berpikir ilmiah merupakan alat bagi
cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan
metode ilmiah. Pada hakikatnya berfikir  ilmiah  merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya.

C. Pengertian Bahasa Keilmuan Berpikir Ilmiah


Bahasa indonesia keilmuan merupakan ragam bahasa yang digunakan untuk
kegiatan yang bersifat ilmiah. Bahasa Indonesia keilmuan banyak digunakan dalam
penulisan karya ilmiah. Selain itu, bahasa Indonesia keilmuan harus singkat, padat, jelas,
dan logis. Karena bahasa keilmuan digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan
pola pikir atau gagasan secara ilmiah melalui tulisan sehingga dapat diterima oleh orang
lain atau pembaca dengan benar.
Pengertian lain bahasa Indonesia keilmuan adalah bahasa Indonesia yang digunakan
untuk menyampaikan buah pikiran yang bersifat ilmiah, bersituasi resmi dengan unsur-
unsur kebahasaan yang bersifat baku. Dalam berbagai macam situasi bahasa dapat
dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicara kepada pendengar atau penulis
kepada pembaca.

D. Karakteristik Bahasa Keilmuan Berpikir Ilmiah


Karakteristik bahasa Indonesia keilmuan pada dasarnya ada dua, yaitu ciri umum
dan ciri khusus. Ciri umumnya adalah bahasa yang digunakan harus bersifat ilmiah.
Diawali dengan mencari ide, topik, atau gagasan. Selanjutnya menemukan masalah yang
dibatasi agar menjadi kegiataan ilmiah yang layak dikerjakan. Data yang terkumpul
dianalisis dan sistematis. Diakhiri dengan pembuatan naskah untuk diumumkan secara
luas melalui penerbit.
Ciri – ciri khusus bahasa Indonesia keilmuan adalah:
a.  Diksi
Pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu. Fungsi diksi membuat orang atau pembaca lebih paham
mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang. Kemampuan menggunakan
kosakata dan istilah yang tepat, kemahiran menyusun kalimat efektif , dan kecekatan
menuliskannya kedalam paragraf yang baik mutlak harus dimiliki oeh penulis.
b. Berbentuk kalimat
Penggunaan kalimat dalam penulisan karya ilmiah perlu dilakukan secara efektif
yang dapat diukur dari dua sisi, yaitu dari penulis dan pembaca. Kalimat di katakan
dikatakan efektif dari segi penulis jika kalimat yang digunakan dapat memahami

6
gagasan kailmuan penulis secara tepat. Dari segi pembaca pesan yang disampaikan
persis dengan apa yang dimaksud penulis. Kalimat dalam bahasa Indonesia  mempunyai
seifat antara lain pendek, masif dan sederhana. Kalimat dikatakan baik jika memiliki
kesatuan pikiran dan terdapat koherensi diantara unsurnya 
c. Penguasaan paragraf
Paragraf dalam penulisan karya ilmiah memiliki ciri hampir sama dengan paragraf
pada umunya. Yang membedakan adalah keketataan dalam pengembangan gagasan dan
penyusunan kalimat. Keberhasilan paragraf sangat ditentukan oleh kerapian penempatan
kalimat yang tepat dalam paragraf tersebut.
1. Cendekia
Cendekia yang dimaksud adalah bahasa yang digunakan mampu mengungkapkan
hasil berpikir logis secara tepat. Artinya teratur dan runtut sehingga menunjukkan
kelogisan berpikir seseorang atau penulis. Contoh, kemajuan informasi pada era
globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia
terutama pengaruh budaya barat yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan
tidak sesuai dengan nilai budaya moral bangsa Indonesia. Dalam kalimat ini
kecendekiaan bahasa tampak pada ketepatan penggunaan kata yang disesuaikan dengan
isi pesan yang akan disampaikan
2. Lugas dan logis
Lugas yang dimaksud adalah bahasa yang digunakan harus bermakna harafiah dan
tidak bermakna ganda, sedangkan logis adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan
logika atau dapat diterima oleh akal. Contoh, Para pendidik yang kadangkala atau
bahkan sering kena getahnya oleh sebagian anak-anak mempunyai tugas yang tidak
ringan.
3. Jelas
Jelas yang dimaksud adalah bahasa yang digunakan memiliki struktur kalimat yang
jelas dan gamblang. Hal ini sangat membantu penulis memaparkan pola pikir dan
mempermudah pembaca untuk memahami makna yang dimaksud. Contoh, penanaman
moral di sekolah merupakan lanjutan dari penanaman moral di rumah. Kalimatnya
pendek sehingga mampu mengungkapkan gagasan secara jelas.
4. Padat dan ringkas
Padat yang dimaksut adalah gagasan yang akan diungkapkan tidak tercampur unsur
lain. Ringkas yang dimaksut adalah bahasa yang digunakan harus singkat dan tidak
menggunakan kata-kata berlebihan. Contoh ringkas, nilai etis di atas menjadi pedoman
bagi setiap warga negara Indonesia. Contoh padat, berdasarkan hasil pemeriksaan Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah

7
dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku. Isu negatif yang selama ini
berkembang tidak benar.
5. Formal dan objektif
Formal yang dimaksut mengacu pada pandangan bahwa komunikasi melalui tulisan
merupakan komunikas formal atau resmi. Artinya, bahasa yang digunakan haruslah
bahasa yang berlaku dalam situasi formal atau resmi. Objektif yang dimaksut adalah
bahasa yang mencakup seluruh tataan struktur kebahasaan yaitu dapat diukur
kebenarannya secara terbuka oleh umum. Contoh formal, saya membuat geblek dari ubi.
Contoh objektif, contoh-contoh itu sudah memberikan bukti besarnya peranan orang tua
dalam  pembentukan kepribadian seorang anak.
6. Gagasan sebagai pangkal tolak
Gagasan sebagai pangkal tolak yang dimaksut adalah bahasa yang digunakan harus
berorientasi pada gagasan atau pola pikir bukan pada penulis begitu juga yang terkait
dengan objektifan penulis artinya penggunaan bahasa tersebut secara dominan harus
bertolak pada objek yang dibicarakan. Oleh karena itu objektifitas harus menghindari
kata saya, kami dan kita. Contoh, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
7. Penggunaan istilah teknis
Penggunaan istilah teknis yang dimaksut adalah bahasa yang digunakan harus
berfungsi sebagai wacana teknis artinya sesuai dengan bidang keilmuannya yang
dilengkapi penulisan angka, lambang, dan istlah sesuai dengan bidang ilmu. Contoh,
mengenal mahklukdisekeliling, yang langsung tak langsung ada kaitan dengan
kehidupan manusia.
8. Konsisten
Konsisten yang dimaksut adalah bahasa yang digunakan mulai tataran terkecil
sampai terbesar harus ajek. Arti ajek taat asas atau selalu menggunakan bentuk-bentuk
atau unsur-unsur tersebut dari awal tulisan sampai akhir tulisan. Contoh, untuk
mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, pengusaha angkutan
dihimbau mengoperasikan semua kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah
Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Bagi mereka yang penting adalah
pencabutan embargo persenjataan.

E. Kriteria Metode Berpikir Ilmiah


Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi.
Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan
yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan
proses penentuan (definisi) dan observasi; observasi yang dimaksud seringkali

8
memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat
dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan
terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi
manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus
seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang
ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil
pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam
bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan
perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi.
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode
tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1)             Berdasarkan fakta
2)             Bebas dari prasangka
3)              Menggunakan prinsip-prinsip analisis
4)              Menggunakan hipotesis
5)              Menggunakan ukuran objektif
6)              Menggunakan teknik kuantifikasi
Kriteria berfikir ilmiah adalah objektivitas, Generalisasi dan sistematisasi.
Kemudian kematangan berfikir ilmiah sangat ditentukan oleh kematangan berpikir
rasional dan berpikir empiris yang didasarkan pada fakta (objektif), karena kematangan
itu mempunyai dampak pada kualitas ilmu pengetahuan. Sehingga jika berpikir ilmiah
tidak dilandasi oleh rasionalisme, empirisme dan objektivitas. Maka berpikir itu tidak
dapat dikatakan berpikir ilmiah. Karena itu, sesuatu yang memiliki cara ciri rasional,
empiris dan objektif dalam ilmu pengetahuan dipandang menjamin kebenarannya.
Adapun kriteria metode berpikir ilmiah antara lain: (1) berdasarkan fakta; (2) bebas
dari prasangka; (3) menggunakan prinsip-prinsip analisis; (4) menggunakan hipotesis;
(5) menggunakan ukuran objektif; (6) menggunakan teknik kuantifikasi. (Adib, M.
2011, hal. 137-138).

F. Kelemahan Berpikir Ilmiah


Pertama, metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada penuh kajian objek-
objek material yang dapat diindra. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu eksperimental. Ia
dilakukan dengan cara memperlakukan materi (objek) dalam kondisi-kondisi dan faktor-
faktor baru yang bukan kondisi dari faktor yang asli. Melakukan pengamatan terhadap
materi tersebut serta berbagai kondisi dan faktornya yang ada, baik yang alami maupun
yang telah mengalami perlakuan. Dari proses terhadap materi ini, kemudian ditarik
suatu kesimpulan berupa fakta material yang dapat diindera.

9
Kedua, metode ilmiah mengasumsikan adanya penghapusan seluruh informasi
sebelumnya tentang objek yang dikaji, dan mengabaikan keberadaannya. Kemudian
memulai pengamatan dan percobaan atas materi. Setelah melakukan pengamatan dan
percobaan, maka selanjutnya adalah melakukan komparasi dan pemeriksaan yang teliti,
dan akhirnya merumuskan kesimpulan berdasarkan sejumlah premis ilmiah.
Ketiga, kesimpulan yang didapat ini adalah bersifat spekulatif atau tidak pasti
(dugaan). Kelemahan-kelemahan yang ada pada metode ilmiah ini juga diungkapkan
dalam literatur lain. Misalnya, “Pertama-tama ilmu ilmu menyadari bahwa masalah yang
dihadapinya adalah masalah yang bersifat kongkrit yang terdapat dalam dunia fisik yang
nyata. Secara entologi, ilmu membatasi dirinya pada pengkajian yang berada pada ruang
lingkup pengalaman manusia. Hal inilah yang membedakan antara ilmu dan agama.
Perbedaan antara lingkup permasalahan yang dihadapinya juga menyebabkan perbedaan
metode dalam memecahkan masalah tersebut”.
Dinyatakan pula, “proses pengujian ini tidak sama dengan pengujian ilmiah yang
berdasarkan kepada tangkapan pancaindera, sebab pengujian kebenaran agama harus
dilakukan oleh seluruh aspek kemanusiaan kita seperti penalaran, perasaan, intuisi,
imajinasi disamping pengalaman. “Demikian juga halnya dengan bidang bidang sastra
yang termasuk dalam humaniora yang jelas tidak mempergunakan metode ilmiah dalam
penyusunan tubuh pengetahuannya”.
Pada hakikatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara
deduktif dan induktif. Masing-masing penalaran ini berkaitan erat dengan rasionalisme
atau empirisme. Memang terdapat beberapa kelemahan berpikir secara rasionalisme dan
empirisme, karena kebenaran dengan cara berpikir ini bersifat relatif  atau tidak mutlak.
Beberapa kelemahan yang dapat kita lihat yaitu sebagai berikut :

1. Metode berpikir ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada pengkajian objek-
objek material yang dapat di indera. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu
eksperimental. Ia dilakukan dengan cara memperlakukan materi (objek) dalam
kondisi-kondisi dan faktor-faktor baru yang bukan kondisi dari faktor yang asli. Dan
melakukan pengamatan terhadap materi tersebut serta berbagai kondisi dan faktornya
yang ada, baik yang alami maupun yang telah mengalami perlakuan. Dari proses
terhadap materi ini, kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa fakta material yang
dapat diindera. 
2. Metode berpikir ilmiah mengasumsikan adanya penghapusan seluruh informasi
sebelumnya tentang objek yang akan dikaji, dan mengabaikan keberadaannya.
Kemudian memulai pengamatan dan percobaan atas materi. Ini dikarenakan metode
ini mengharuskan kita untuk menghapuskan diri dari setiap opini dan keyakinan si

10
peneliti mengenai subjek kajian. Setelah melakukan pengamatan dan percobaan,
maka selanjutnya adalah melakukan komparasi dan pemeriksaan yang teliti, dan
akhirnya merumuskan kesimpulan bersarkan sejumlah premis-premis ilmiah. 
3. Metode berpikir ilmiah bersifat tentatif, yaitu sebelum ada kebenaran ilmu yang
dapat menolak kesimpulan maka kesimpulan dianggap benar. tetapi kesimpulan
ilmiah bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan 
4. Metode berpikir ilmiah tidak dapat membuat kesimpulan tentang baik buruk
sistem nilai dan juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan estetika 
5. Metode berpikir ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak
termasuk ke dalam kelompok ilmu. Demikian juga   halnya   dengan bidang sastra
yang termasuk dalam humaniora yang jelas tidak mempergunakan metode ilmiah
dalam penyusunan tubuh pengetahuaannya. 
6. Pengetahuan yang berupa wahyu Ilahi merupakan kebenaran dari pengetahuan
yang bersifat mutlak, artinya tidak berubah sepanjang masa. Metode berpikir ilmiah
tidak bisa menjangkau untuk menguji adanya Tuhan.

11
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari makalah, dapat menyimpulkan bahwa dalam mempelajari suatu nilai


kebenaran, manusia dituntut untuk bisa memanfaatkan wahana berpikir yang
dimilikinya, manusia juga harus mampu memposisikan dirinya diposisi kebenaran. Hal
yang harus dilakukan manusia adalah menempatkan penalaran. Penalaran sebagai salah
satu langkah menemukan titik kebenaran. Pengetahuan inilah yang disebut dengan ilmu
dan ilmu inilah yang membuat manusia bisa berpikir.
Didalam penalaran ditemukan logika. Logika melahirkan deduksi dan induksi,
secara umum induksi dan induksi suatu proses pemikiran untuk menghasilkan suatu
kesimpulan yang benar didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki. Metode ilmiah
berkaitan dengan gabungan dari metode deduksi dan metode induksi. Jadi suatu proses
pemikiran dapat dituangkan dalam pembuatan metode ilmiah dan juga membuktikan
tentang penalaran yang melahirkan logika dibantu dengan metode deduksi dan induksi
maka akan menghasilkan pengetahuan yang baru. Dengan metode ilmiah pengetahuan
akan dianggap sah adanya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari hakikat berpikir ilmiah adalah :
1) Hakikat berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmu.
2) Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik. 
Bahasa indonesia keilmuan merupakan ragam bahasa yang digunakan untuk
kegiatan yang bersifat ilmiah dan sebagai sarana untuk mengungkapkan pola pikir atau
gagasan secara ilmiah agar dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan
pembicara kepada pendengar atau penulis kepada pembaca.
Karakteristik bahasa Indonesia keilmuan memiliki dua ciri, yaitu ciri umum dan ciri
khusus. Ciri umumnya adalah bahasa yang digunakan harus bersifat ilmiah. Ciri khusus
bersifat cendekia, lugas dan logis, jelas, padat dan ringkas, formal dan objektif, gagasan
pangkal tolak, teknis dan konsisiten.
Suatu metode yang di gunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut
harus mempunyai kriteria metode berpikir ilmiah sebagai berikut:
a)        Berdasarkan fakta
b)        Bebas dari prasangka
c)        Menggunakan prinsip-prinsip analisis

12
d)        Menggunakan hipotesis
e)        Menggunakan ukuran objektif
f)        Menggunakan teknik kuantifikasi
Beberapa Kelemahan Berpikir Ilmiah yang dapat kita lihat yaitu sebagai berikut :
1. Metode berpikir ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada pengkajian objek-objek
material yang dapat di indera. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu eksperimental.
2. Metode berpikir ilmiah mengasumsikan adanya penghapusan seluruh informasi
sebelumnya tentang objek yang akan dikaji, dan mengabaikan keberadaannya.
3. Metode berpikir ilmiah bersifat tentatif, yaitu sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat
menolak kesimpulan maka kesimpulan dianggap benar.
4. Metode berpikir ilmiah tidak dapat membuat kesimpulan tentang baik buruk sistem
nilai dan juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan estetika.
5. Metode berpikir ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak
termasuk ke dalam kelompok ilmu.
6. Pengetahuan yang berupa wahyu Ilahi merupakan kebenaran dari pengetahuan yang
bersifat mutlak, artinya tidak berubah sepanjang masa.

13
DAFTAR PUSTAKA

Surajiyo Drs. (2007) Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia: Suatu Pengantar.
Jakarta: Bumi Aksara.

Adib Mohamad. (2010). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,.

Kattsoff, Louis O. (2004). Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

An-Nabhani,Taqiyuddin. (2006) Hakekat Berpikir, Jakarta: Hizbut Tahrir.

Ningsih,Sri, A. Erna Rochiyati, Eambang Wibisono, Arjun Mutiah dan Tutik Patmiati.
(2007). Bahasa Indonesia.Yogyakarta: Andi

Sugihastuti. (2000). Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta

https://nurwiddy.wordpress.com/2017/10/29/makalah-logika-ilmu-dan-berpikir-ilmiah/
(Diakses pada tanggal 12 Oktober 2020, pukul 22.05 WIB)

https://www.slideshare.net/milaimoutz1/makalah-berfikir-ilmiah-205909436 (Diakses
pada tanggal 12 Oktober 2020, pukul 23.15 WIB)

http://mimipermanisuci26.blogspot.com/2014/04/hakikat-berpikir-penalaran-dan-
logika.html (Diakses pada tanggal 13 Oktober 2020, pukul 20.25 WIB)

https://www.academia.edu/14844724/BERPIKIR_ILMIAH_DAN_NON_ILMIAH
(Diakses pada tanggal 13 Oktober 2020, pukul 21.45 WIB)

https://sophiascientia.wordpress.com/hakikat-berfikir-ilmiah/ (Diakses pada tanggal 14


Oktober 2020, pukul 23.15 WIB)

https://klipaa.com/story/1460-hakikat-proses-dan-sarana-berfikir-ilmiah (Diakses pada


tanggal 14 Oktober 2020, pukul 23.15 WIB)

https://www.academia.edu/28478302/MAKALAH_METODE_BERFIKIR_ILMIAH
(Diakses pada tanggal 14 Oktober 2020, pukul 23.15 WIB)

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/sarana-berfikir-ilmiah-dalam-
filsafat/ (Diakses pada tanggal 14 Oktober 2020, pukul 23.15 WIB)

14

Anda mungkin juga menyukai