FILSAFAT ILMU
Dosen Pengampu : Dr. Suherman, M.Si
Oleh
1. Junainah : 20206013038
2. Nurhidayah : 20206013090
3. Reni Dian Puri : 20206013095
4. Vita PD : 20206013019
5. Eka Pratiwi : 20206013015
Kelompok 4
Kelas : A10 MP PALEMBANG 1
MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur pemakalah panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Logika
Ilmu Dalam Berpikir Ilmiah (Hakikat Berpikir Ilmiah, Bahasa Keilmuan,
Kriteria Metode Berpikir Ilmiah, Kelemahan Berpikir Ilmiah)
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Dalam menyusun makalah ini, kami menghaturkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dr. Suherman, M.Si yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada
kami sehingga dapat terwujudnya makalah ini.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................ 3
D. Manfaat.............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 4
A. Pengertian Logika Ilmu......................................................... 4
B. Hakikat Berpikir Ilmiah …………..………………….…….. 5
C. Pengertian Bahasa Keilmuan Berpikir Ilmiah …………….. 6
D. Karakteristik Bahasa Keilmuan Berpikir Ilmiah …………. 6
E. Kriteria Metode Berpikir Ilmiah …………………………... 8
F. Kelemahan Berpikir Ilmiah ……………………………….. 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akal manusia pada hakikatnya memerlukan aturan dalam menganalisa berbagai
masalah yang ada karena ilmu logika merupakan ilmu yang mengatur cara berpikir
(analisa) manusia, maka keperluan kita kepada ilmu logika adalah untuk mengatur dan
mengarahkan kita kepada suatu cara berpikir yang benar.
Logika merupakan bagian dari kajian epitemologi, yaitu cabang filsafat yang
membicarakan mengenai pengetahuan. Ia bisa dikatakan ruh dari filsafat. Karena
mungkin tidak akan ada filsafat kalau tidak ada logika.
Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan,
memutuskan, mengembangkan dan sebagainya. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah
dapat digunakan dua jenis pendekatan, yaitu Pendekatan Deduktif dan Pendekatan
Induktif.
Pendekatan Deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa
umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari
pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrument dan operasionalisassi.
Dengan kata lain untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep
dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan.
Dengan demikian konteks pendekatan deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan
kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Berdasarkan uraian diatas nampak bahwa berpikir ilmiah, merupakan kebutuhan
dasar manusia untuk mempertahankan hidupnnya di muka bumi. Manusia diberi akal
untuk berpikir, bahkan untuk memikirkan dirinya sendiri. Namun demikian, berpikir
yang benar adalah berpikir melalui metode ilmiah, sehingga hasil akan benar pula.
Hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran memperlihatkan bahwa pada
dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasariah dari pengetahuan manusia. Darinya,
kita membedakan antara pengetahuan yang ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah. Hanya
saja, pemahaman kita tentang berfikir ilmiah belum dapat disebut benar atau sahih
sebelum kita melakukan penyimpulan terhapat proses berfikir kita. Karena pengetahuan
sesungguhnya terdiri atas kesimpulan-kesimpulan dari proses berfikir kita. Dengan kata
lain, suatu pengetahuan ilmiah disebut sahih ketika kita melakukan penyimpulan dengan
benar pula. Kegiatan penyimpulan inilah yang disebut logika. Dengan demikian kita
sudah mendapati hubungan antara syarat berfikir ilmiah dengan kegiatan penyimpulan.
Keduanya sama-sama memenuhi suatu pola pikir tertentu yang kita sebut logika.
1
Hakikat berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah–langkah metode ilmiah
seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menguji hipotesis,
menarik kesimpulan. Kesemua langkah–langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut
harus didukung dengan alat/sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir
ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya
merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh. Tujuan mempelajari Hakikat berfikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu
dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa
memecahkan masalah sehari-hari.
Bahasa Indonesia sebagai salah satu perwujudan budaya bangsa memiliki sejarah
perkembangan yang umik, yang terdiri dari berbagi suku yang berbeda dan memiliki
berbagai ragam bahasa daerah. Oleh keran itu dalam pembahasaan karya ilmiah sering
kali masih banyak ditemui masalah dalam penulisian bahasa Indonesia yang benar.
Dalam berbagai hasil penelitian masih banyak penggunaan tatanan bahasa yang
sangat membingungkan dan masih banyak membuang banyak kata. Terutama dalam
pembahasan sering kali ditemui pemborosan kata.
Kali ini akan di jelaskan mengenai karakter dan kedudukan bahasa Indonesia
keilmuan. Kita dapat mengenal salah satu karakter dan penggunakan bahasa Indonesia
yang benar terutama dalam penulisan karya ilmiah dan penelitian.
Kelemahan berpikir ilmiah lainnya seperti cakupan jangkauan kajiannya, dan asumsi yang
melandasinya, serta kesimpulannya bersifat relatif, metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali
pada kajian objek-objek material yang dapat diindera. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu
eksperimental. Secara entologi, ilmu membatasi dirinya pada pengkajian yang berada pada
ruang lingkup pengalaman manusia.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apa pengertian Logika Ilmu?
2. Apa yang dimaksud dengan Hakikat berpikir ilmiah?
3. Apa pengertian Bahasa Keilmuan berpikir ilmiah?
4. Bagaimana karakteristik Bahasa Keilmuan berpikir ilmiah?
5. Bagaimana kriteria metode berpikir ilmiah?
6. Bagaimana Kelemahan Berpikir Ilmiah?
2
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan logika ilmu.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Hakikat berpikir ilmiah
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Bahasa Keilmuan berpikir ilmiah
4. Mengetahui karakteristik Bahasa Keilmuan berpikir ilmiah
5. Mengetahui kriteria metode berpikir ilmiah
6. Mengetahui Kelemahan Berpikir Ilmiah
D. Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini
mempunyai manfaat diantaranya :
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan
atau pengetahuan tentang Logika Ilmu Dalam Berpikir Ilmiah (Hakikat Berpikir
Ilmiah, Bahasa Keilmuan, Kriteria Metode Berpikir Ilmiah, Kelemahan Berpikir
Ilmiah).
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
menghasilkan makrofag untuk membunuh patogen yang masuk, menjadikan kekebalan
tubuh meningkat sehingga luka yang dihinggapi bakteri akan sembuh dan akhirnya
tenggorokan menjadi lapang dan dikatakan sembuh.
Tujuan mempelajari hakikat berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk
menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah
kita sehari-hari.
5
Fungsi berfikir ilmiah sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dalam kaitan
kegiatan ilmiah secara keseluruhan. Dalam hal ini berpikir ilmiah merupakan alat bagi
cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan
metode ilmiah. Pada hakikatnya berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya.
6
gagasan kailmuan penulis secara tepat. Dari segi pembaca pesan yang disampaikan
persis dengan apa yang dimaksud penulis. Kalimat dalam bahasa Indonesia mempunyai
seifat antara lain pendek, masif dan sederhana. Kalimat dikatakan baik jika memiliki
kesatuan pikiran dan terdapat koherensi diantara unsurnya
c. Penguasaan paragraf
Paragraf dalam penulisan karya ilmiah memiliki ciri hampir sama dengan paragraf
pada umunya. Yang membedakan adalah keketataan dalam pengembangan gagasan dan
penyusunan kalimat. Keberhasilan paragraf sangat ditentukan oleh kerapian penempatan
kalimat yang tepat dalam paragraf tersebut.
1. Cendekia
Cendekia yang dimaksud adalah bahasa yang digunakan mampu mengungkapkan
hasil berpikir logis secara tepat. Artinya teratur dan runtut sehingga menunjukkan
kelogisan berpikir seseorang atau penulis. Contoh, kemajuan informasi pada era
globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia
terutama pengaruh budaya barat yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan
tidak sesuai dengan nilai budaya moral bangsa Indonesia. Dalam kalimat ini
kecendekiaan bahasa tampak pada ketepatan penggunaan kata yang disesuaikan dengan
isi pesan yang akan disampaikan
2. Lugas dan logis
Lugas yang dimaksud adalah bahasa yang digunakan harus bermakna harafiah dan
tidak bermakna ganda, sedangkan logis adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan
logika atau dapat diterima oleh akal. Contoh, Para pendidik yang kadangkala atau
bahkan sering kena getahnya oleh sebagian anak-anak mempunyai tugas yang tidak
ringan.
3. Jelas
Jelas yang dimaksud adalah bahasa yang digunakan memiliki struktur kalimat yang
jelas dan gamblang. Hal ini sangat membantu penulis memaparkan pola pikir dan
mempermudah pembaca untuk memahami makna yang dimaksud. Contoh, penanaman
moral di sekolah merupakan lanjutan dari penanaman moral di rumah. Kalimatnya
pendek sehingga mampu mengungkapkan gagasan secara jelas.
4. Padat dan ringkas
Padat yang dimaksut adalah gagasan yang akan diungkapkan tidak tercampur unsur
lain. Ringkas yang dimaksut adalah bahasa yang digunakan harus singkat dan tidak
menggunakan kata-kata berlebihan. Contoh ringkas, nilai etis di atas menjadi pedoman
bagi setiap warga negara Indonesia. Contoh padat, berdasarkan hasil pemeriksaan Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah
7
dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku. Isu negatif yang selama ini
berkembang tidak benar.
5. Formal dan objektif
Formal yang dimaksut mengacu pada pandangan bahwa komunikasi melalui tulisan
merupakan komunikas formal atau resmi. Artinya, bahasa yang digunakan haruslah
bahasa yang berlaku dalam situasi formal atau resmi. Objektif yang dimaksut adalah
bahasa yang mencakup seluruh tataan struktur kebahasaan yaitu dapat diukur
kebenarannya secara terbuka oleh umum. Contoh formal, saya membuat geblek dari ubi.
Contoh objektif, contoh-contoh itu sudah memberikan bukti besarnya peranan orang tua
dalam pembentukan kepribadian seorang anak.
6. Gagasan sebagai pangkal tolak
Gagasan sebagai pangkal tolak yang dimaksut adalah bahasa yang digunakan harus
berorientasi pada gagasan atau pola pikir bukan pada penulis begitu juga yang terkait
dengan objektifan penulis artinya penggunaan bahasa tersebut secara dominan harus
bertolak pada objek yang dibicarakan. Oleh karena itu objektifitas harus menghindari
kata saya, kami dan kita. Contoh, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
7. Penggunaan istilah teknis
Penggunaan istilah teknis yang dimaksut adalah bahasa yang digunakan harus
berfungsi sebagai wacana teknis artinya sesuai dengan bidang keilmuannya yang
dilengkapi penulisan angka, lambang, dan istlah sesuai dengan bidang ilmu. Contoh,
mengenal mahklukdisekeliling, yang langsung tak langsung ada kaitan dengan
kehidupan manusia.
8. Konsisten
Konsisten yang dimaksut adalah bahasa yang digunakan mulai tataran terkecil
sampai terbesar harus ajek. Arti ajek taat asas atau selalu menggunakan bentuk-bentuk
atau unsur-unsur tersebut dari awal tulisan sampai akhir tulisan. Contoh, untuk
mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, pengusaha angkutan
dihimbau mengoperasikan semua kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah
Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Bagi mereka yang penting adalah
pencabutan embargo persenjataan.
8
memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat
dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan
terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi
manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus
seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang
ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil
pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam
bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan
perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi.
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode
tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1) Berdasarkan fakta
2) Bebas dari prasangka
3) Menggunakan prinsip-prinsip analisis
4) Menggunakan hipotesis
5) Menggunakan ukuran objektif
6) Menggunakan teknik kuantifikasi
Kriteria berfikir ilmiah adalah objektivitas, Generalisasi dan sistematisasi.
Kemudian kematangan berfikir ilmiah sangat ditentukan oleh kematangan berpikir
rasional dan berpikir empiris yang didasarkan pada fakta (objektif), karena kematangan
itu mempunyai dampak pada kualitas ilmu pengetahuan. Sehingga jika berpikir ilmiah
tidak dilandasi oleh rasionalisme, empirisme dan objektivitas. Maka berpikir itu tidak
dapat dikatakan berpikir ilmiah. Karena itu, sesuatu yang memiliki cara ciri rasional,
empiris dan objektif dalam ilmu pengetahuan dipandang menjamin kebenarannya.
Adapun kriteria metode berpikir ilmiah antara lain: (1) berdasarkan fakta; (2) bebas
dari prasangka; (3) menggunakan prinsip-prinsip analisis; (4) menggunakan hipotesis;
(5) menggunakan ukuran objektif; (6) menggunakan teknik kuantifikasi. (Adib, M.
2011, hal. 137-138).
9
Kedua, metode ilmiah mengasumsikan adanya penghapusan seluruh informasi
sebelumnya tentang objek yang dikaji, dan mengabaikan keberadaannya. Kemudian
memulai pengamatan dan percobaan atas materi. Setelah melakukan pengamatan dan
percobaan, maka selanjutnya adalah melakukan komparasi dan pemeriksaan yang teliti,
dan akhirnya merumuskan kesimpulan berdasarkan sejumlah premis ilmiah.
Ketiga, kesimpulan yang didapat ini adalah bersifat spekulatif atau tidak pasti
(dugaan). Kelemahan-kelemahan yang ada pada metode ilmiah ini juga diungkapkan
dalam literatur lain. Misalnya, “Pertama-tama ilmu ilmu menyadari bahwa masalah yang
dihadapinya adalah masalah yang bersifat kongkrit yang terdapat dalam dunia fisik yang
nyata. Secara entologi, ilmu membatasi dirinya pada pengkajian yang berada pada ruang
lingkup pengalaman manusia. Hal inilah yang membedakan antara ilmu dan agama.
Perbedaan antara lingkup permasalahan yang dihadapinya juga menyebabkan perbedaan
metode dalam memecahkan masalah tersebut”.
Dinyatakan pula, “proses pengujian ini tidak sama dengan pengujian ilmiah yang
berdasarkan kepada tangkapan pancaindera, sebab pengujian kebenaran agama harus
dilakukan oleh seluruh aspek kemanusiaan kita seperti penalaran, perasaan, intuisi,
imajinasi disamping pengalaman. “Demikian juga halnya dengan bidang bidang sastra
yang termasuk dalam humaniora yang jelas tidak mempergunakan metode ilmiah dalam
penyusunan tubuh pengetahuannya”.
Pada hakikatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara
deduktif dan induktif. Masing-masing penalaran ini berkaitan erat dengan rasionalisme
atau empirisme. Memang terdapat beberapa kelemahan berpikir secara rasionalisme dan
empirisme, karena kebenaran dengan cara berpikir ini bersifat relatif atau tidak mutlak.
Beberapa kelemahan yang dapat kita lihat yaitu sebagai berikut :
1. Metode berpikir ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada pengkajian objek-
objek material yang dapat di indera. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu
eksperimental. Ia dilakukan dengan cara memperlakukan materi (objek) dalam
kondisi-kondisi dan faktor-faktor baru yang bukan kondisi dari faktor yang asli. Dan
melakukan pengamatan terhadap materi tersebut serta berbagai kondisi dan faktornya
yang ada, baik yang alami maupun yang telah mengalami perlakuan. Dari proses
terhadap materi ini, kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa fakta material yang
dapat diindera.
2. Metode berpikir ilmiah mengasumsikan adanya penghapusan seluruh informasi
sebelumnya tentang objek yang akan dikaji, dan mengabaikan keberadaannya.
Kemudian memulai pengamatan dan percobaan atas materi. Ini dikarenakan metode
ini mengharuskan kita untuk menghapuskan diri dari setiap opini dan keyakinan si
10
peneliti mengenai subjek kajian. Setelah melakukan pengamatan dan percobaan,
maka selanjutnya adalah melakukan komparasi dan pemeriksaan yang teliti, dan
akhirnya merumuskan kesimpulan bersarkan sejumlah premis-premis ilmiah.
3. Metode berpikir ilmiah bersifat tentatif, yaitu sebelum ada kebenaran ilmu yang
dapat menolak kesimpulan maka kesimpulan dianggap benar. tetapi kesimpulan
ilmiah bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
4. Metode berpikir ilmiah tidak dapat membuat kesimpulan tentang baik buruk
sistem nilai dan juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan estetika
5. Metode berpikir ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak
termasuk ke dalam kelompok ilmu. Demikian juga halnya dengan bidang sastra
yang termasuk dalam humaniora yang jelas tidak mempergunakan metode ilmiah
dalam penyusunan tubuh pengetahuaannya.
6. Pengetahuan yang berupa wahyu Ilahi merupakan kebenaran dari pengetahuan
yang bersifat mutlak, artinya tidak berubah sepanjang masa. Metode berpikir ilmiah
tidak bisa menjangkau untuk menguji adanya Tuhan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
d) Menggunakan hipotesis
e) Menggunakan ukuran objektif
f) Menggunakan teknik kuantifikasi
Beberapa Kelemahan Berpikir Ilmiah yang dapat kita lihat yaitu sebagai berikut :
1. Metode berpikir ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada pengkajian objek-objek
material yang dapat di indera. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu eksperimental.
2. Metode berpikir ilmiah mengasumsikan adanya penghapusan seluruh informasi
sebelumnya tentang objek yang akan dikaji, dan mengabaikan keberadaannya.
3. Metode berpikir ilmiah bersifat tentatif, yaitu sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat
menolak kesimpulan maka kesimpulan dianggap benar.
4. Metode berpikir ilmiah tidak dapat membuat kesimpulan tentang baik buruk sistem
nilai dan juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan estetika.
5. Metode berpikir ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak
termasuk ke dalam kelompok ilmu.
6. Pengetahuan yang berupa wahyu Ilahi merupakan kebenaran dari pengetahuan yang
bersifat mutlak, artinya tidak berubah sepanjang masa.
13
DAFTAR PUSTAKA
Surajiyo Drs. (2007) Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia: Suatu Pengantar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ningsih,Sri, A. Erna Rochiyati, Eambang Wibisono, Arjun Mutiah dan Tutik Patmiati.
(2007). Bahasa Indonesia.Yogyakarta: Andi
https://nurwiddy.wordpress.com/2017/10/29/makalah-logika-ilmu-dan-berpikir-ilmiah/
(Diakses pada tanggal 12 Oktober 2020, pukul 22.05 WIB)
https://www.slideshare.net/milaimoutz1/makalah-berfikir-ilmiah-205909436 (Diakses
pada tanggal 12 Oktober 2020, pukul 23.15 WIB)
http://mimipermanisuci26.blogspot.com/2014/04/hakikat-berpikir-penalaran-dan-
logika.html (Diakses pada tanggal 13 Oktober 2020, pukul 20.25 WIB)
https://www.academia.edu/14844724/BERPIKIR_ILMIAH_DAN_NON_ILMIAH
(Diakses pada tanggal 13 Oktober 2020, pukul 21.45 WIB)
https://www.academia.edu/28478302/MAKALAH_METODE_BERFIKIR_ILMIAH
(Diakses pada tanggal 14 Oktober 2020, pukul 23.15 WIB)
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/sarana-berfikir-ilmiah-dalam-
filsafat/ (Diakses pada tanggal 14 Oktober 2020, pukul 23.15 WIB)
14