Anda di halaman 1dari 17

LANGKAH – LANGKAH KONSELING

OLEH

KELOMPOK III

HARNI PO. 71.4.261.17.2.015


H A RW IA N I R A H IM PO. 71.4.261.17.2.016
HASRIANI SUCI PO. 71.4.261.17.2.017
H A S R I YA N I PO. 71.4.261.17.2.018
H E R L I N A WA S I R PO. 71.4.261.17.2.019
INASARI PO. 71.4.261.17.2.020
MAHYUNI PO. 71.4.261.17.2.021

DIV ALIH JENJANG KEPERAWATAN GIGI POLTEKKES

KEMENTERIAN KESEHATAN MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2017 / 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Limpahan kesehatan
dan Rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan “Makalah
Langkah-Langkah Konseling” yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bimbingan dan Konseling. .

Dengan keterbatasan waktu yang diberikan serta pengetahuan yang masih


kurang, maka kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan dan juga masih banyak kekurangan serta kesalahan yang
masih harus diperbaiki. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak.

Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, berguna


sebagai bahan penunjang nantinya, terutama bagi yang berkepentingan.

Makassar, 7 Januari 2018

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Langkah-langkah Konseling ................................................................... 3
B. Contoh langkah-langkah konseling......................................................... 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
B. Saran ...................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap mahasiswa mempunyai latar belakang yang berlainan, baik latar
belakang sosial, ekonomi, asal sekolah, dan keluarga. Oleh karena itu bagi
mahasiswa yang bermasalah dengan lingkungannya yang baru, perlu
bimbingan dan konseling dari konselor yang ada di jurusan atau universitas.
Istilah bimbingan dan konseling sudah sangat popular dewasa ini, bahkan
sangat penting peranannya dalam sistem pendidikan kita. Bimbingan dan
konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita, mengingat
bahwa bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan
tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya dan mahasiswa pada
khususnya.
Hal tersebut sangatlah relevan jika dilihat dari perumusan bahwa
pendidikan adalah merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk
mengembangkan kepribadian dan potensi-potensinya (bakat, minat, dan
kemampuan). Kepribadian menyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan
kemampuannya meliputi masalah akademik dan keterampilan. Tingkat
kepribadian yang dimiliki oleh seseorang merupakan atau gambaran mutu dari
orang tersebut.
Mahasiswa Keperawatan Gigi sangat berpotensi untuk mengalami stress
akibat tuntutan dan harapan yang tinggi, baik dari keluarga, lingkungan
masyarakat sekitarnya, diri sendiri maupun para staf pengajar. Mereka
menghadapi berbagai tantangan seperti ujian kompetisi dengan sesama
mahasiswa lain, beban informasi yang harus dipahami, kesulitan mengatur
waktu, hubungan dengan orang lain, kesulitan keuangan, masalah karir dan
permasalahan lainnya. Permasalahan yang dihadapi mahasiswa Keperawatan
Gigi dapat antara lain : masalah akademik, karir, profesional, masalah pribadi,
administratif.

1
Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang
diberikan oleh konselor atau pembimbing kepada seorang klien atau siswa
secara terus menerus dan menyeluruh, agar mereka dapat menentukan pilihan-
pilihan untuk menyesuaikan diri, dan memahami dirinya dalam mencapai
kemampuan yang optimal untuk memikul tanggung jawab.

B. TUJUAN
1. Agar mahasiswa memahami apa yang dimaksud dengan bimbingan dan
konseling
2. Agar mahasiswa memahami langkah-langkah konseling.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Langkah-langkah Konseling
Sebelum membahas apa itu konseling, maka perlu dipahami apa konseling itu
sendiri. Konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu yaitu adanya
interaksi antar konselor dan konseling dalam suatu kondisi yang membuat konseling
terbantu dalam mencapai perubahan dan belajar membuat keputusan sendiri serta
bertanggung jawab atas keputusan yang diambil.
Proses konseling pada dasarnya berjalan sistematis. Adapun tahapan-
tahapan yang mesti dilalui untuk sampai pada pencapaian konseling yang
sukses. Tetapi sebelum memasuki tahapan tersebut sebaiknya konselor
memperoleh data mengenai diri klien melalui wawancara pendahuluan (intake
interview). Gunarsa (1996) mengatakan bahwa manfaat dari intake interview
adalah memperoleh data pribadi atau hasil pemeriksaan klien. Setelah itu,
konselor dapat memilih langkah selanjutnya. Brammer, Abrego dan Shostrom
(dikutip dari Lesmana, 2005) memberikan langkah-langkah konseling tersebut
sebagai berikut :
1. Langkah 1: Membangun Hubungan
Membangun hubungan dijadikan langkah pertama dalam konseling, karena
klien dan konselor harus saling mengenal dan menjalin kedekatan emosional
sebelum sampai pada pemecahan masalahnya. Pada tahap ini, seorang klien
perlu mengetahui sejauh mana kompetensi yang dimiliki konselor. Selain
itu, konselor harus menyadari bahwa membangun kepercayaan klien
terhadap konselor tidaklah mudah tanpa adanya kepercayaan, dan klien
tidak akan membuka dirinya pada konselor. Oleh karena itu, seorang
konselor harus menunjukkan bahwa ia dapat dipercaya dan kompeten
menangani masalah klien.
Willis (2009) mengatakan bahwa dalam hubungan konseling harus
terbentuk a working relationship yaitu hubungan yang berfungsi, bermakna,
dan berguna. Konselor dan klien saling terbuka satu sama lain tanpa ada

3
kepura-puraan. Selain itu, konselor dapat melibatkan klien terus-menerus
dalam proses konseling. Keberhasilan pada tahap ini akan menentukan
keberhasilan langkah konseling selanjutnya.
Membangun hubungan konseling juga dapat dimanfaatkan konselor
untuk menemtukan sejauh mana klien mengetahui kebutuhannya dan
harapan apa yang ingin dicapai dalam konseling. Konselor juga dapat
meminta klien agar berkomitmen menjalani konseling dengan sungguh-
sungguh. Meminta kesediaan klien melakukan komitmen perlu dilakukan
untuk mencegah klien menghindar/menolak komitmen yang telah
disepakati.

2. Langkah 2: Identifikasi dan Penilaian Masalah


Apabila hubungan konseling telah terjalin baik, maka langkah selanjutnya
adalah mulai mendiskusikan sasaran-sasaran spesifik dan tingkah laku
seperti apa yang menjadi ukuran keberhasilan konseling. Konselor perlu
memperjelas tujuan yang ingin dicapai oleh mereka berdua. Hal penting
dalam langkah ini adalah bagaimana keterampilan konselor dapat
mengangkat isu dan masalah yang dihadapi klien. Pengungkapan masalah
klien kemudian diidentifikasi dan didiagnosis secara cermat. Sering kali
klien tidak begitu jelas mengungkapkan masalahnya, atau ia hanya secara
samar menjelaskannya. Apabila hal ini terjadi, konselor harus membantu
klien mendefinisikan masalahnya secara tepat agar tidak terjadi kekeliruan
dalam diagnosis.

3. Langkah 3: Memfasilitasi Perubahan Konseling


Langkah berikutnya adalah konselor mulai memikirkan alternatif
pendekatan dan strategi yang akan digunakan agar sesuai dengan masalah
klien. Harus dipertimbangkan pula bagaimana konsekuensi dari alternatif
dan strategi tersebut. Jangan sampai teknik pendekatan dan strategi yag
digunakan bertentangan dengan nilai-nilai yang terdapat pada diri klien,

4
karena akan menyebabkan klien otomatis menarik dirinya dan menolak
terlibat dalam proses konseling.
Ada beberapa strategi yang dikemukakan oleh Willis (2009) untuk
dipertimbangkan dalam konseling:
a. Mengomunikasikan nilai-nilai agar klien selalu jujur dan terbuka
sehingga dapat menggali lebih dalam masalahnya.
b. Menantang klien untuk mencari rencana dan strategi baru melalui
berbagai alternatif. Hal ini membuatnya termotivasi untuk meningkatkan
dirinya sendiri.
Selain alternatif dan strategi disusun dengan matang, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan intervensi pada klien. Dalam hal ini, konselor
harus mengevaluasi terus-menerus apakah ada kemajuan dalam proses
konseling atau malah menyadari bahwa intervensi yang digunakan tidak
tepat sehingga harus dicari kembali alternatif dan strategi yang baru.
Pada langkah inilah terlihat jelas bagaimana proses konseling berjalan.
Apakah terjadi perubahan strategi atau alternatif yang telah disusun? Sudah
tepat atau malah tidak sesuai? Proses konseling berjalan terus-menerus pada
akhirnya sampai kepada pemecahan masalah.

4. Langkah 4: Evaluasi Dan Terminasi


Langkah ini adalah langkah terakhir dalam proses konseling secara umum.
Evaluasi terhadap hasil konseling akan dilakukan secara keseluruhan. Yang
menjadi ukuran keberhasilan konseling akan tampak pada kemajuan
tingkahlaku klien yang berkembang ke arah yang lebih positif. Pertanyaan
evaluasi yang penting mencakup: apakah hubungan ini telah memberi
kemajuan pada diri klien? Sejauh mana membantu? Bila tidak, mengapa hal
ini bisa terjadi? Apakah semua sasaran strategi telah tercapai? Dan
sebagainya.
Menurut Willis (2009) pada langkah terakhir sebuah proses konseling akan
ditandai pada beberapa hal:
a. Menurunnya tingkat kecemasan klien

5
b. Adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan
dinamis.
c. Adanya rencana hidup di masa mendatang dengan program yang jelas.
d. Terjadinya perubahan sikap positif. Hal ini ditandai dengan klien sudah
mampu bepikir realistis dan percaya diri.
Selain itu, Willis (2009) juga menambahkan bahwa tujuan yang ingin
dicapai dalam langkah terakhir proses konseling adalah:
a. Membuat keputusan untuk mengubah sikap menjadi lebih terarah dan
positif.
b. Terjadinya transfer of learning pada diri klien, artinya klien mengambil
makna dari hubungan konseling yang telah dijalani
c. Melaksanakan perubahan perilaku
d. Mengakhiri hubungan konseling

Selanjutnya, Stewart (dikutip dari Gunarsa, 1996) menyusun langkah-


langkah konseling yang dikenal sebagai “Stewart model” yang terdiri dari
enam tahap: yaitu penentuan tujuan, perumusan konseling, pemahaman
kebutuhan klien, penjajakan berbagai alternatif, perencanaan suatu tindakan
dan penghentian masa konseling. Berikut ini adalah penjelasannya :

Langkah 1: Penentuan tujuan konseling


Setiap klien yang datang pada konnselor pasti memiliki masalah berbeda.
Untuk itulah tujuan yang ingin dicapai dari konseling juga pasti berbeda.
Dan hal itu dibicarakan pada langkah awal memulai konseling. Konselor
harus peka terhadap tujuan yang ingin disampaikan klien. Pada tahap ini,
konselor bertindak sebagai pendengar yang aktif dan berusaha meyakinkan
klien bahwa dirinya akan mampu keluar dari permasalahan yang
dihadapinya.

Langkah 2: Perumusan Konseling


Setelah tujuan terbentuk, langkah selanjutnya adalah merumuskan konseling
baik mengenai strukturnya. Pendekatan yang digunakan, dan rencana

6
tindakan yang akan dilakukan. Pada tahap ini konselor dan klien sama-sama
menjalin kesepakatan baik tertulis maupun tidak tertulis tentang apa-apa
saja yang boleh atau tidak boleh dilakukan.
Langkah 3: Pemahaman Kebutuhan Klien
Pada tahap ini, masalah klien mulai diperjelas dan dicari kebutuhan apa
yang hilang dan ingin dipenuhi klien. Konselor seyogyanya dapat
memerhatikan tanggapan klien terhadap kesulitan yang dihadapinya.
Perasaan empati juga perlu ditunjukkan oleh klien agar klien merasa
dimengerti dan tidak merasa dikucilkan karena masalah yang dimilikinya.

Langkah 4: Penjajakan Berbagai Alternatif


Selanjutnya konselor mulai memikirkan rencana dan strategi yang akan
digunakan untuk memecahkan masalah klien. Hal ini harus diingat oleh
konselor adalah selain membantu klien mencari alternatif pendekatan yang
sesuai dengan klien, konselor juga harus mengembangkan minat klien untuk
mencari alternatif lain dalam pemecahan masalahnya. Klien diajak untuk
memprediksi akibat-akibat dari setiap rencana yang diambil beserta resiko
yang harus diterima klien.

Langkah 5: Perencanaan Suatu Tindakan


Setelah rencana dan strategi dipersiapkan dengan baik, maka langkah yang
diambil selanjutnya adalah memulai tindakan. Dalam memilih tindakan ini,
klien cenderung lebih mudah menjalani rencana yang dipilihnya sendiri,
atau bila berasal dari konselor tetap klien yang menentukan rencana mana
yang harus dijalankan terlebih dahulu. Pada tahap ini, konselor bertugas
mengamati dan melakukan penilaian terhadap tindakan yang dilakukan
klien untuk melihat apakah tujuan konseling telah terlaksana atau tidak.
Setelah tindakan dilakukan, klien diminta merumuskan kembali
pengalaman-pengalamannya selama menjalankan rencana. Hal ini dlakukan
untuk mengetahui apakah pada klien telah tumbuh pemahaman baru sesuai
rencana konseling atau tidak. Dari sinilah dapat diketahui sejauh mana
tingkat keberhasilan konseling

7
Langkah 6: Penghentian Masa Konseling
Ini adalah langkah terakhir dalam proses konseling. Penghentian konseling
dapat dilakukan sementara di mana klien masih dapat berhubungan dengan
konselor, atau konseling dihentikan karena tujuan konseling telah tercapai
dan kebutuhan klien telah terpenuhi. Adapun fungsi dari penghentian
konseling seperti yang dikemukakan Ward (dikutip dari Gunarsa, 1996)
adalah:
 Memeriksa kesiapan klien dalam menghadapi berakhirnya konseling.
 Mengatasi bersama faktor afeksi yang tersisa dan membicarakankan hal-
hal penting dan intensif dalam hubungan konselor-klien.
 Meningkatkan kepercayaan diri klien untuk mempertahankan perubahan
yang telah diperoleh selama menjalani konseling.

Langkah-langkah konseling yang berbeda juga disumbangkan oleh


pemikiran Gladding (dikutip dari Lesmana, 2005). Menurutnya, struktur
memegang peranan penting dalam proses konseling. Ini dilakukan untuk
memberikan pemahaman pada klien secara mendetail tentang permasalahan
yang dihadapinya. Selain itu, ia juga menekankan tentang perlunya
informasi mengenai diri klien yang berasal dari luar diri klien yang disebut
alloanamnesis. Hal ini akan sangat diperlukan ketika konselor menangani
klien yang masih anak-anak. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa
anak-anak masih belum dapat berpikir rasional, sehingga konselor
membutuhkan informasi tambahan dari orang dewasa sekitarnya yang dapat
menjelaskan masalah anak tersebut secara jelas.

B. Contoh langkah-langkah konseling


1. Identifikasi Masalah
Bunga adalah siswa kelas V SD yang berumur 11 tahun, Bapaknya adalah
seorang pensiunan Gudang Garam, Ibunya buka warung di rumah. Dia adalah
anak keempat dari 4 bersaudara. Dia termasuk anak yang pandai, supel, dan
“kemayu” istilah Jawanyanya. Dia merupakan salah satu anak yang
mengalami penurunan prestasi belajar. Pada saat kelas 1 dia mendapat

8
peringkat 1 di kelasnya berlanjut sampai kelas 3 tapi pada saat kelas 4 dia
mengalami penurunan prestasi, menjadi peringkat 10 besar sampai kelas 5
sekarang ini.
2. Diagnosis
Berdasarkan informasi dari orang tuanya, maka dapat didiagnosis bahwa
penurunan prestasi belajar pada Bunga disebabkan oleh:
 Bobot mata pelajaran yang semakin berat
 Terlalu sering bermain dengan teman-temannya
 Suka bermain handphone
Dari penurunan prestasi belajar tersebut, orang tua Bunga sudah
menganjurkan kepada Bunga agar bersedia mengikuti les tapi Bunga
mengeluh karena tempat les yang dianjurkan oleh orang tuanya tersebut
melewati atau menyeberang jalan raya dan Bunga juga meminta agar dia
dicarikan tempat les lain yang lebih dekat, lebih nyaman, dan tidak perlu
menyeberang jalan raya.
Dan timbul satu permasalahan lagi, yaitu ketika belajar, Bunga tidak pernah
mau belajar di luar kamar, dia selalu belajar di dalam kamar. Dan ketika dicek
oleh orang tuanya, dia memang sedang belajar. Namun pertanyaanya, apakah
Bunga benar-benar belajar, ataukah dia hanya berpura-pura belajar dan
melakukan hal lain di luar pengawasan orang tuanya?
Tapi disisi lain, berdasarkan informasi dari guru Bunga, sikap Bunga saat di
kelas:
 Baik
 Aktif bertanya jika kurang jelas
 Aktif menjelaskan kepada teman-temannya
 Nyambung saat diajak berbicara
 Tapi juga kurang teliti
Tidak ada usaha untuk memperbaiki kesulitan belajarnya + yang ada
dipikirannya hanya lawan jenis yang disukainya + Jenuh belajar + tertarik
lawan jenis + Pintar.

9
Dari keterangan yang telah berhasil kami kumpulkan, kami
memperkirakan bahwa masalah yang dihadapi oleh Bunga bersumber dari
dalam diri Bunga sendiri. Sebenarnya Bunga itu siswa yang pandai tetapi dia
kurang bisa mengontrol dirinya. Perkiraan ini kami buat karena dari pihak
keluarga, Bunga telah di didik dengan baik. Kemungkinan Bunga mengalami
kejenuhan terhadap cara belajar, dan materi pelajaran di sekolahnya,
disamping itu Bunga juga telah mengalami ketertarikan terhadap lawan
jenisnya.
Dia tetap bersikap seperti biasanya karena sebenarnya Bunga merupakan
siswa yang pandai, dia tetap aktif di kelas tapi dia tidak mau berpikir terlalu
berat. Terlalu banyak materi yang diberikan yang melebihi kapasitas.

3. Prognosis
Setelah melakukan diagnosis, kami (konselor) melakukan pendekatan kepada
Bunga dan berusaha memberikan motivasi untuk mengembalikan semangat
belajarnya, serta memberi arahan kepada orang tuanya agar sedikit
mengurangi kebebasan Bunga untuk terlalu sering bermain.
Beberapa kemungkinan apabila masalah-masalah yang dihadapi Bunga bisa
diselesaikan, yaitu:
a. Bunga akan kembali bersemangat dalam belajar
b. Prestasi Bunga kembali meningkat
c. Bunga akan lebih berkonsentrasi dalam menerima materi pelajaran
Sebaliknya, beberapa kemungkinan apabila masalah-masalah yang dihadapi
Bunga masih belum bisa diselesaikan, yaitu:
a. Tidak ada perubahan prestasi belajar
b. Bunga akan semakin malas untuk berpikir
c. Kesulitan belajar yang akan datang semakin sulit untuk dipecahkan.

4. Pemberian Bantuan
Dengan memberikan konseling individu untuk lebih mengenal watak dan
karakter Bunga. Setelah melakukan pendekatan dengan Bunga, kami akan

10
memberi masukan kepada Bunga bahwa belajar merupakan kewajiban bagi
siswa. Serta memberikan motivasi bahwa belajar bisa dilakukan dengan cara
yang menyenangkan. Misalnya: membuat media belajar yang menarik dengan
dibantu oleh orang tua atau kakak-kakaknya. Dengan begitu diharapkan
Bunga tidak akan merasa bosan dengan cara belajarnya atau merasa jenuh
dengan materi pelajaran.
Selain memberikan konseling kepada Bunga, kami juga perlu mengadakan
pertemuan dan sharing masalah Bunga dengan orang tuanya, agar lebih bisa
mengawasi dan memberi batasan waktu bagi Bunga untuk bermain (bermain
handphone atau bermain di luar =>> dolan). Selain itu orang tua juga harus
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan nyaman, seperti
memberikan fasilitas belajar yang lengkap, menemani Bunga disaat belajar,
dan sebaiknya orang tua atau kakak-kaknya tidak menyalakan radio, televisi,
atau apa saja yang nantinya bisa mengganggu Bunga saat belajar. Sehingga
Bunga dapat berkonsentrasi dan fokus dalam belajar.
Kerjasama dengan guru:
Mungkin dengan mengubah metode mengajarnya, dengan cara-cara yang
menyenangkan. Misal:
a. Metode ceramah >> diselingi dengan menyanyi bersama, sehingga siswa
dengan guru tidak cepat bosan dan suasana kegiatan belajar mengajar
terasa menyenangkan.
b. Metode diskusi >> berkelompok, hasil dari kerja kelompok dikumpulkan,
memberikan kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya
dengan diiming-imingi tambahan nilai bagi yang tercepat.

5. Evaluasi Dan Tindaklanjut


Setelah kami (konselor) memberikan konseling kepada Bunga dan orang
tuanya. Kami akan melihat perubahan pada diri Bunga dalam waktu yang
ditentukan (1-2 Bulan). Dilihat dari:
a. Sikap Bunga di rumah (sering tidaknya Bunga belajar, bermain
handphone, bermain di luar =>> dolan)

11
b. Nilai Bunga di kelas, baik nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Apabila tidak terjadi perubahan dalam diri Bunga, kami (konselor) akan
mengadakan konseling kembali. Dengan mengubah strategi awal, yakni:
a. Memberikan arahan atau masukan lagi kepada orang tuanya untuk
memberikan penghargaan (hadiah) kepada Bunga saat Bunga
mendapatkan nilai bagus atau prestasi belajarnya meningkat
b. Memberikan sanksi apabila Bunga mendapat nilai jelek atau menunjukkan
prestasi belajar yang menurun.

Dengan penghargaan (hadiah) dan sanksi (hukuman) yang ditujukan kepada


Bunga tersebut, kita bisa melihat usaha apa yang akan dilakukannya, dan
diharapkan Bunga akan lebih giat lagi dalam belajar, sehingga prestasi
belajarnya dapat meningkat kembali.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam memberikan layanan bimbingan hendaknya konselor benar-benar
memahami permasalahan, kebutuhan klien, memilih pendekatan yang tepat,
memahami langkah-langkah konseling.
Dalam memberikan layanan bimbingan ada beberapa langkah yang harus
ditempuh yaitu: membangun hubungan, identifikasi dan penilaian masalah,
memfasilitasi perubahan konseling, evaluasi dan terminasi.

B. SARAN
1. Mudah-mudahan kita dapat menyelesaikan masalah-masalah yang kita
hadapi sebagai mahasiswa, baik dalam persoalan akademis ataupun
persoalan sosial pribadi.
2. Berusaha menjadi pendengar yang baik

13
DAFTAR PUSTAKA

Lumongga Lubis, Namora. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam


Teori dan Praktek, Kencana Media Prenada Group, Jakarta.

Suteja, Amar. 2014. http://amarsuteja.blogspot.co.id/2014/07/proses-dan-langkah-


langkah-konseling.html. Tgl 29/12/2017 20:13

https://yurikafridianaa.wordpress.com/2014/01/12/tahap-tahap-konseling-secara-
umum-dan-motif-yang-membahayakan-dalam-diri-konselor/. Tgl
18/januari/2018 pukul 12:08

http://ochascorpiogirl.blogspot.co.id/2012/10/contoh-langkah-langkah-
layanan.html/ Tgl.18/januari/2018 pukul 12:45

14

Anda mungkin juga menyukai