Anda di halaman 1dari 13

LANGKAH LANGKAH DALAM

BIMBINGAN DAN KONSELING

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Pada Mata Kuliah Bimbingan konseling

DISUSUN OLEH

AMNA LUBIS
JORDAN BATUBARA
RIRIN RIVENNI

DOSEN PENGAMPU
Setyo Lelono,S.Pd,M.,Pd.,M.Kons

Disusun Oleh :
Jordan Batubara
Amna Lubis
Ririn Rivenny

SEMESTER : 2 (DUA)

PRODI PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BAHRIYATUL ULUM
K.H. ZAINUL ARIFIN PANDAN
TAPANULI TENGAH
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami diberikan waktu dan kesempatan
untuk menyelesaikan makalah yang berjudul LANGKAH- LANGKAH DALAM
BIMBINGAN DAN KONSELING.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Program Studi Pendidikan Agama islam.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah mendukung dan
membantu hingga terselesaikannya makalah ini dengan baik. Akhir kata, kami berharap
mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan bermanfaat
khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami.
Oleh karena itu dengan terbuka dan senang hati kami menerima kritik dan saran dari
semua pihak.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pandan, Mei 2023


Penulis

Kelompok IX

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR .... .....................................................................................................i

.DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................2

BAB III PENUTUP.........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Layanan bimbingan dan konseling merupakan layanan terhadap peserta didik yang
tidak terpisahkan dari layanan manajemen dan supervisi maupun kurikulum dan
pembelajaran serta bukan merupakan bagian dari bidang yang lain. Golongan masyarakat
yang mendapat perhatian utama dalam gerakan bimbingan ialah generasi muda. Jika
ditelaah berbagai sumber akan dijumpai pengertian- pengertian yang berbeda mengenai
bimbingan, tergantung dari jenis sumbernya dan yang merumuskan pengertian tersebut.
Perbedaan tersebut disebabkan kelainan pandangan dan titik tolak, tetapi perbedaan itu
hanyalah perbedaan tekanan atau dari sudut mana melihatnya.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, remaja maupun dewasa, agar
orang yang dibimbing dapat mengambangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri,
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.1 Sementara Konseling menurut Mortensesn
adalah proses hubungan antarpribadi (konselor dan klien) dimana konselor membantu
klien supaya memperoleh pemahaman dan kecakapan menemukan masalah yang
dihadapinya.2
Dalam menyelesaikan masalah dari klien atau konseling, memang diperlukan suatu
posedur atau langkah-langkah yang harus dilalui. Prosedur atau langkah- langkah tersebut
dilakukan dengan tujuan agar seorang konselor dapat menyelesaikan masalah dari klien
atau konseli dengan baik, maksimal, dan sukses.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :
1. ApanLangkah-langkah dalam pelaksanaan layanan konseling ?
2. Sebutkan Contoh Penerapan Langkah-Langkah Konseling ?

1
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rineka Cipta, 2013),
hal.99
2
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), hal. 22

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Langkah-Langkah Konseling
Proses konseling berjalan sistematis. Ada tahapan-tahapan yang mesti dilalui untuk
sampai pada pencapaian konseling yang sukses. Secara umum, proses konseling dibagi
atas tiga tahapan yaitu tahap awal konseling, tahap pertengahan (tahap kerja) dan tahap
akhir konseling, yang disetiap tahap tersebut terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan.

1. Tahap Awal Konseling


Tahap awal ini terjadi sejak klien bertemu konselor hingga berjalan proses konseling
dan menemukan definisi masalah klien. Adapun yang dilakukan oleh konselor pada
tahap awal ini adalah sebagai berikut :

a. Membangun Hubungan
Membangun hubungan dijadikan langkah pertama dalam konseling, karena klien
dan konselor harus saling mengenal dan menjalin kedekatan emosional sebelum
sampai pada pemcahan masalahnya. Pada tahapan ini, seorang klien perlu
mengetahui sejauh mana kompetensi yang dimiliki konselor. Konselor juga dapat
meminta klien agar berkomitmen menjalani konseling dengan sungguh-sungguh.
Meminta kesediaan klien melakukan komitmen perlu dilakukan untuk mencegah
klien menghindar/menolak komitmen yang telah disepakati.3
Keberhasilan konseling diantaranya sangat ditentukan oleh tahap awal ini.
Kunci keberhasilan tahap ini diantaranya ditentukan oleh keterbukaan konselor dan
keterbukaan klien. Keterbukaan klien untuk mengungkapkan isi hati, perasaan dan
harapan sehubungan dengan masalah ini akan bergantung pada kepercayaan klien
terhadap konselor.

3
Namora L.L, Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik (Jakarta : Prenada Media,
2011), hlm.83

2
Konselor hendaknya mampu menunjukkan kemampuannya untuk dapat dipercaya
oleh klien, tidak pura-pura, asli, mengerti dan menghargai klien.4
Hal yang dapat dilakukan konselor dalam hubungan awal adalah sebagai berikut:5
1.) Menyambut kedatangan klien dengan sikap ramah, senyuman dan bahasa-
bahasa yang lembut.
2.) Mempersilakan klien untuk duduk.
3.) Konselor mengajak klien berbasa-basi. Basa-basi yang dimaksud kiranya
sesuai dengan konteks yang terhangat saat itu atau konteks mengenai seputar
kehidupan klien, misalnya kegiatan yang baru dilakukan, hobi atau
kebiasaannya. Dalam basa-basi ini konselor harus pandai mengatur waktunya,
basa-basi yang terlalu lama juga tidak baik.
4.) Jika klien datang karena dipanggil, konselor wajib menjelaskan alasan klien
dipanggil. Jika klien datang karena kesadarannya sendiri, konselor tidak perlu
menjelaskan alasan klien dipanggil.

b. Identifikasi dan Penilaian Masalah


Apabila hubungan konseling telah terjalin baik, maka langkah selanjutnya
adalah mulai mendiskusikan sasaran-sasaran spesifik dan tingkah laku seperti apa
yang menjadi ukuran keberhasilan konseling. Konselor perlu memperjelas tujuan
yang ingin dicapai oleh mereka berdua. Hal penting dalam langkah ini adalah
bagaimana keterampilan konselor dapat mengangkat isu dan masalah yang dihadapi
klien. Pengungkapan masalah klien kemudian diidentifikasi dan didiagnosis secara
cermat. Sering kali klien tidak begitu jelas mengungkapkan masalahnya, atau ia
hanya secara samar menjelaskannya. Apabila hal ini terjadi, konselor harus
membantu klien mendefinisikan masalahnya secara tepat agar tidak terjadi
kekeliruan dalam diagnosis.6

4
Achmad J.N, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling (Bandung : Refika Aditama, 2007), hlm.12-13
5
Arintoko, Wawancara Konseling di Sekolah Lengkap dengan Contoh Kasus dan Penanganan
(Yogyakarta : Andi, 2011), hlm.48
6
Namora, Op.Cit., hlm.84

3
Menentukan masalah dalam proses konseling dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu melakukan identifikasi masalah (identifikasi kasus-kasus) yang dialami oleh
klien (siswa). Misalnya, seorang siswa sebut saja bernama Putra. Berdasarkan
identifikasi dapat diketahui bahwa Putra memiliki beberapa jenis masalah. Untuk
menentukan masalah yang mana untuk dipecahkan harus menggunakan prinsip skala
prioritas. Penetapan skala prioritas ditentukan atas dasar akibat atau dampak yang
lebih besar terjadi apabila masalah tersebut tidak dipecahkan. Misalnya konselor
menetapkan masalah “prestasi belajar yang menurun” untuk diprioritaskan
dipecahkan melalui layanan konseling. Alasannya karena Putra statusnya sebagai
pelajar kelas III, apabila tidak segera dibantu, dikhawatirkan ia tidak lulus. Mudah-
mudahan dengan terpecahkannya masalah “prestasi menurun”, masalah-masalah
yang lain juga menjadi berkurang.7

c. Menegosiasikan Kontrak
Kontrak konselor dengan klien mengenai waktu, tempat, tugas dan tanggung
jawab konselor, tugas dan tanggung jawab klien, tujuan konseling dan kerja sama
lainnya dengan pihak-pihak yang akan membantu perlu dilakukan pada langkah
ini. Ini artinya konseling adalah kegiatan yang saling menunjang dan bukan
pekerjaan konselor saja. Di samping itu pula dalam kontrak ini konselor mengajak
klien dan pihak lain untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah kliennya8.

2. Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)


a. Memfasilitasi Perubahan Konseling

Konselor mulai memikirkan alternatif pendekatan dan strategi yang akan


digunakan agar sesuai dengan masalah klien. Harus dipertimbangkan pula
bagaimana konsekuensi dari alternatif dan strategi tersebut. Jangan sampai teknik
pendekatan dan strategi yang digunakan bertentangan dengan nilai- nilai yang
terdapat pada diri klien, karena akan menyebabkan klien otomatis menarik dirinya
dan menolak terlibat dalam proses konseling.

7
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta : Rajawali Pers, 2013),
hlm.301-302
8
Achmad, Op.Cit.

4
Ada beberapa strategi yang dapat dipertimbangkan dalam konseling :
a. Mengkomunikasikan nilai-nilai inti agar klien selalu jujur dan terbuka
sehingga dapat menggali lebih dalam masalahnya.
b. Menantang klien untuk mencari rencana dan strategi baru melalui berbagai
alternatif. Hal ini akan membuatnya termotivasi untuk meningkatkan dirinya
sendiri.9

b. Perencanaan Suatu Tindakan


Setelah rencana dan strategi dipersiapkan dengan baik, maka langkah yang
diambil selanjutnya adalah memulai tindakan. Dalam memilih tindakan ini, klien
cenderung lebih mudah menjalani rencana yang dipilihnya sendiri, atau bila berasal
dari konselor tetapi klien yang menentukan rencana mana yang harus dijalankan
terlebih dahulu. Pada langkah ini, konselor bertugas mengamati dan melakukan
penilaian terhadap tindakan yang dilakukan klien untuk melihat apakah tujuan
konseling telah terlaksana atau tidak. Setelah tindakan dilakukan, klien diminta
merumuskan kembali pengalaman-pengalamannya selama menjalankan rencana. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada klien telah tumbuh pemahaman baru
sesuai rencana konseling atau tidak. Dari sinilah dapat diketahui sejauh mana tingkat
keberhasilan konseling.10

c. Menjaga agar Hubungan Konseling selalu Terpelihara


Hal ini dapat terjadi jika klien merasa senang terlibat dalam proses konseling
dan merasa butuh untuk mengembangkan potensi dirinya dalam mengatasi masalah
yang dialaminya. Kondisi ini juga bisa tercipta jika konselor berupaya secara kreatif
menggunakan berbagai variasi keterampian konseling serta memelihara keramahan,
empati, kejujuran, keikhlasan dalam memberikan bantuan konseling. Kreativitas
konselor juga dituntut dengan menggunakan berbagai potensi yang ada pada klien
dan lingkungannya untuk membantu dan menemukan berbagai alternatif sebagai
upaya untuk menyusun rencana bagi penyelesaian masalah dan pengembangan diri
klien.11

9
Namora, Op.Cit., hlm.85
10
Ibid., hlm.88
11
Achmad, Op.Cit., hlm.14

5
3. Tahap Akhir Konseling
Tahap akhir konseling disebut juga dengan istilah termination. Pada tahap ini,
layanan konseling ditandai oleh beberapa hal berikut ini:
a. Menurunnya tingkat kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor
menanyakan keadaan kecemasannya.
b. Adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis.
c. Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program yang
jelas pula.
d. Terjadinya perubahan sikap positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat
mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti
orang tua, teman dan keadaan yang tidak menguntungkan.

Tujuan dari tahap ini adalah :


a. Terjadinya transfer of learning pada diri klien;
b. Melaksanakan perubahan perilaku klien agar mampu mengatasi masalahnya; dan
c. Mengakhiri hubungan konseling.12
Penghentian masa konseling dapat dilakukan sementara di mana klien masih dapat
berhubungan dengan konselor, atau konseling dihentikan karena tujuan konseling telah
tercapai dan kebutuhan klien telah terpenuhi. Adapun fungsi dari penghentian konseling
adalah :
a. Memeriksa kesiapan klien dalam menghadapi berakhirnya konseling.
b. Mengatasi bersama faktor afeksi yang tersisa dan membicarakan hal-hal penting
dan intensif dalam hubungan konselor-klien.
c. Meningkatkan kepercayaan diri klien untuk mempertahankan perubahan yang
telah diperoleh selama menjalani konseling.13
B. Contoh Penerapan Langkah-Langkah Konseling
Dalam menguraikan langkah-langkah konseling, H.M. Umar dan Sartono menjelaskan
sebagai berikut:14 Disuatu sekolah menengah, seorang guru melaporkan kepada guru
pembimbing (guru BK) bahwa muridnya yang bernama Budi menunjukkan gejala kelainan
dengan murid-murid yang lain. Ia sering tidak masuk sekolah, kemauan belajar berkurang,
suka menyendiri, mudah tersinggung, tidak mau mencatat pelajaran, tidak pernah
membawa buku dan alat-alat tulis dan sebagainya.

12
Ibid, hlm. 15
13
Namora, Op.Cit.
14
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm.92

6
Setelah menerima laporan, guru pembimbing mulai mengumpulkan keterangan
mengenai anak tersebut. Mulailah guru pembimbing menetapkan bahwa Budi perlu
dibantu secara khusus.
Langkah pertama:
Mengadakan penelitian terhadap diri Budi beserta latar belakangnya. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang sebaik-baiknya tentang masalah atau
kesulitan yang sebenarnya sehingga dapat ditetapkan jenis bantuan yang diberikan kepada
Budi. Dalam langkah ini, guru pembimbing mulai mengumpulkan dokumen-dokumen
sekolah tentang diri Budi sehingga ia mendapatkan data sebagai berikut:
a. Budi masuk kelas satu dalam umur satu tahun lebih tua dari murid-murid lainnya.
b. Ia pernah tidak naik kelas.
c. Ia tergolong anak yang pandai dalam pelajaran menggambar.
d. Ia tergolong anak pendiam; tidak suka mengajukan pertanyaan.
Langkah kedua:
Budi dipanggil untuk diajak berwawancara. Kepadanya dijelaskan bahwa guru
bermaksud untuk membantunya bukan menghukumnya. Pada mulanya, Budi memang
merasa ragu-ragu untuk menjawab, tetapi setelah dijelaskan maksudnya, ia mengatakan
bahwa ia selalu merasa malu, malas belajar, bodoh, rendah diri, tidak mampu karena
umurnya lebih tua dari teman-temannya yang lain. Dikatakan pula bahwa dirumah ia selalu
dimarahi oleh ibunya, dan ia di rumah bekerja membantu ibu dengan terpaksa. Ia paling
senang pada pelajaran menggambar. Pada akhir wawancara, Budi merasa puas karena telah
mengutarakan segala perasannya, dan berjanji akan datang lagi bila diperlukan oleh guru
pembimbing.
Langkah ketiga:
Guru pembimbing (guru BK) mengunjungi orangtua Budi. Orangtuanya menerima
kedatangan guru pembimbing dengan ramah tamah. Kedua orangtuanya mengharapkan
agar anaknya (Budi) dibimbing sebaik-baiknya. Dalam kunjungan dan wawancara itu, guru
pembimbing memperoleh keterangan sebagai berikut :
a. Ayah Budi adalah sopir taksi, yang jarang sekali berada di rumah.
b. Ibu Budi adalah penjual sayur di pasar.
c. Budi adalah anak laki-laki satu-satunya.
d. Penghasilan orangtua Budi hanya cukup untuk makan saja.
e. Suasana di rumah kurang baik sebab kedua orangtuanya jarang sekali ada di
rumah.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses konseling berjalan sistematis. Ada tahapan-tahapan yang mesti dilalui untuk
sampai pada pencapaian konseling yang sukses. Secara umum, proses konseling dibagi
atas tiga tahapan yaitu tahap awal konseling, tahap pertengahan (tahap kerja) dan tahap
akhir konseling, yang disetiap tahap tersebut terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan. Mengenai langkah-langkah bimbingan konseling, terdapat beberapa pendapat.
Oleh karena itu, penulis memberikan sebuah kajian mengenai langkah-langkah konseling
dari beberapa pendapat tokoh, yaitu:
1. Tahap awal
Tahap awal ini terjadi sejak klien bertemu konselor hingga berjalan proses
konseling dan menemukan definisi masalah klien. Adapun yang dilakukan oleh
konselor pada tahap awal ini adalah sebagai berikut :
a. Membangun Hubungan
b. Identifikasi dan Penilaian Masalah
c. Menegosiasikan Kontrak
2. Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)
Berdasarkan kejelasan masalah klien yang disepakati pada tahap awal, kegiatan
selanjutnya adalah memfokuskan pada:
a. Memfasilitasi perubahan konseling
b. Perencanaan suatu tindakan
c. Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara
3. Tahap Akhir Konseling
Tahap akhir konseling disebut juga dengan istilah termination. Pada tahap ini,
layanan konseling ditandai oleh beberapa hal berikut ini:
a. Menurunnya tingkat kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor
menanyakan keadaan kecemasannya.
b. Adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis.
c. Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program yang
jelas pula.
d. Terjadinya perubahan sikap positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat
mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar.
8
B. Saran
Penulis dalam hal ini menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karenanya makalah ini masih perlu perbaikan dan penyempurnaan
melalui kritikan dan masukan bermanfaat dari para pembaca sekalian. Semoga makalah
yang sederhana ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, terkhusus mahasiswa jurusan
Pendidikan Agama Islam STAI Bahriyatul Ulum Pandan

9
DAFTAR PUSTAKA

Arintoko. Wawancara Konseling di Sekolah Lengkap dengan Contoh Kasus dan


Penanganan. Yogyakarta : Andi. 2011

Lubis, Namora Lumongga. Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik.
Jakarta : Prenadamedia Group. 2011

Nurihsan, Achmad Juntika. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung


: Refika Aditama. 2007

Prayitno dan Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka
Cipta. 2013

Salahudin, Anas. Bimbingan dan Konseling. Bandung : Pustaka Setia. 2010

Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Intergrasi).


Jakarta : Rajawali Pers. 2013

10

Anda mungkin juga menyukai