Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PROSES KONSELING

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Bimbingan dan Konseling

Dosen Pembimbing:
Suwarno, S.Pd.I

Disusun oleh
Kelompok 3 :
1. Diah Nur Habibah
2. Feri Adi Hermawan
3. Mustofa Arifin
4. Suliani
5. Trisni Asih

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-HIKMAH


BUMI AGUNG PISANG BARU WAY KANAN
LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2022-2023
BAB  I
PENDAHULUAN
    
A.    Latar Belakang
Manusia dilahirkan di dunia ini dibekali akal, pikiran dan perasaan. Dengan bekal itulah
manusia disebut sebagai makluk yang paling sempurna dan diberi amanat oleh Sang Pencipta
sebagai pemimpin di muka bumi. Akan tetapi seiring dengan bekal akal, pikiran dan perasaan
itu, manusia diselimuti berbagai macam masalah, bahkan ada yang mengatakan bahwa manusia
merupakan makhluk dengan segudang masalah (human with multiproblem). Dengan berbagai
masalah tersebut ada yang bisa mereka atasi dengan sendirinya atau  mereka memerlukan
bantuan orang lain (konselor), pemberian bantuan dari orang yang ahli (konselor) kepada
individu yang membutuhkan (klien) itulah yang dinamakan konseling.
Dalam memecahkan masalahnya, manusia memiliki banyak pilihan cara, salah satunya
adalah dengan cara Islam. Mengapa demikian? Karena Islam mengatur seluruh aspek  kehidupan
manusia tak terkecuali berkenaan dengan bimbingan dan konseling. Perlu kita ketahui bahwa
kesuksesan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh klien salah satunya sangat bergantung dari
bagaimana ahli konseling itu dalam proses mengkonsultasi kliennya dan proses tersebut tidak
dapat dilakukan sesaat, karena membutuhkan proses waktu dalam membantu klien memecahkan
masalahnya, dan bukan terjadi hanya dalam satu pertemuan, bahkan permasalahan klien yang
kompleks dan cukup berat, konseling dapat dilakukan beberapa kali dalam pertemuan secara
berkelanjutan.
Oleh karena itu, dari pernyataan yang menunjukkan pentingnya proses dalam konseling,
maka penulis mengangkat judul “Proses Konseling” agar berbagai hal terkait dengan bimbingan
konseling terkhusus bagaimana tahap dalam mengkonsultasi klien dapat diimplementasikan
dalam kehidupan.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.   Apa pengertian dari proses konseling ?
2.   Bagaimana tahap-tahap dalam konseling ?
3.   Bagaimana menghadapi konseling yang resistensi ?

C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang dicapai dalam penulisan ini adalah :
1.   Mengetahui pengertian dari proses konseling.
2.   Mengetahui tahap tahap dalam konseling .
3.   Mengetahui cara menghadapi konseling yang resistensi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Proses Konseling

Menurut Brammer (1979) proses konseling adalah peristiwa yang tengah berlangsung dan
memberi makna bagi para peserta konseling tersebut (konselor dan klien).1 Berdasarkan
pengertian proses konseling dari Brammer, sebenarnya proses itu sendiri memiliki banyak
definisi diantaranya :
1.      Proses memiliki pemahaman yang luas bahwa setiap aktifitas yang melibatkan perubahan
dapat dideskripsikan sebagai sebuah proses.
2.      Proses digunakan pertama dalam literatur riset, yang merujuk kepada serangkaian faktor
yang luas, yang mungkin saja dapat menghadirkan atau menghambat efek terapeutik terhadap
klien.
3.      Proses sebagian besar ditemukan dalam perspektif humanistik terapi. Definisi ini menandai
proses sebagai kualitas esensial manusia untuk “ada” dan “menjadi” (being and becoming).
4.      Proses terkadang digunakan oleh konselor dan psikoterapis, mendeskripsikan cara klien
yang sedang berada dalam terapi untuk memahami atau mengasimilasi pengalaman sulit dalam
hidup mereka.2
Sedangkan konseling adalah pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
secara face to face oleh seorang ahli (konselor) kepada individu (klien) yang sedang mengalami
suatu masalah atau hambatan dalam perkembangannya dengan tujuan agar individu tersebut
dapat mencapai kehidupan yang lebih baik.
Dari pengertian kata proses dan konseling tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa
proses konseling adalah suatu aktifitas pemberian nasihat atau berupa anjuran-anjuran/saran-
saran dalam bentuk pembicaraan /wawancara antara konselor dan klien dengan beberapa
tahapan sesuai dengan metode metode konseling agar meningkatkan pemahaman yang lebih baik
dan jalan keluar mengenai masalah klien tersebut.

B. Tahap-Tahap Konseling
Sebelum proses bimbingan dan konseling dilakukan konselor hendaklah telah memperoleh
informasi (data) mengenai klien yang diambil dari berbagai sumber lewat wawancara
pendahuluan, (intake interview) yang dilakukan oleh konselor sendiri atau orang lain yang
terlatih dan ditugaskan oleh lembaga konseling. Proses selanjutnya dilakukan dengan wawancara
permulaan (initial interview), yaitu suatu pertemuan yang diawali dengan percakapan santai
berbasa basi dalam rangka mencapai suasana rapport.3 Selanjutnya adakalanya dalam proses
konseling perlu pula diperdengarkan alunan musik dengan irama lambat untuk menghasilkan
efek trapis pada diri klien,4 karena dengan alunan musik tersebut klien dapat terbawa dalam
suasana yang rileks, tenang dan santai.
Selain melakukan sesi wawancara pada sesi pertama tersebut, konselor maupun klien berhak
menentukan apakah mereka ingin atau dapat melanjutkan hubungan tersebut. Konselor harus
dengan cepat menilai apakah dia dapat menghadapi dan menangani permasalahan klien…

1
Sofyan S.Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 50
2
Joh Mc Leod, Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 363-365
3
Sjahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Sidoajo: Duta Aksara, 2010), hal. 96
4
Farid Mashudi, Psikologi Konseling, (Jogyakarta: IRCiSoD, 2012), hal. 118
Begitupun juga dengan klien, klien harus menanyakan pada dirinya sendiri apakah dia merasa
nyaman dan dapat mempercayai konselornya, sebelum dapat memberikan informasi dirinya
secara utuh ke dalam hubungan konseling tersebut.5
Tahap berikutnya setelah wawancara konseling (tahap permulaan konseling) adalah
memasuki masa konseling (counseling session). Dalam rangka membuat rencana atau struktur
untuk melakukan bimbingan-konseling, disini dikemukakan struktur model “stewart” yang
terdiri dari enam tahap sebagai berikut :
1.      Tahap Penentuan Tujuan Konseling.
Dalam tahap ini konselor bersama klien bersama sama menentukan tujuan bimbingan atau
konseling setelah klien mengungkapkan keinginannya untuk memperoleh bantuan.
2.      Tahap Perumusan Konseling
Dalam tahap ini konselor dan klien menyetujui bagaimana mencapai tujuan yang diinginkan.
3.      Tahap Pemahaman Kebutuhan Klien.
Pada tahap ini masalahnya mulai diperjelas dan dicari pengertiannya pada diri klien yang
masih bisa dikembangkan.
4.      Tahap Penjajagan berbagai Alternatif.
Konselor bertanggungjawab untuk menunjukkan berbagai kemungkinan dan
alternatif  penyelesaian masalah pada suatu saat, untuk meyakinkan adanya suatu kemajuan
yang dicapai selama proses bantuan berlangsung.
5.      Tahap Perencanaan Tindakan
Sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya pengertian dan kestabilan kehidupan perasaan
pada klien atas bantuan konselor berarti klien telah bisa melangkah lebih maju untuk
melakukan tindakan (yang dipilihnya sendiri) kearah tercapainya tujuan konseling.
6.      Tahap Mengakhiri Bimbingan Konseling
Dalam mengakhiri konseling ini diharapkan dapat memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
a.    Memeriksa kesiapan klien dalam menghadaapi berakhirnya masalah konseling dan
mengkonsolidasi proses belajarnya.
b.   Mengatasi bersama faktor afeksi (kehidupan perasaan) yang masih tersisa dan
menyelesaikannya dengan baik, hal-hal yang punya arti penting dalam hubungan konselor
dan klien.
c.    Memaksimalkan pengalihan proses belajar dan meningkatkan kepercayaan diri
mengenai kemampuannya untuk mempertahankan perubahan perubahan yang telah
diperoleh selama menjalani proses bimbingan dan konseling, setelah konseling
diberhentikan.6
Dalam proses konseling, ada beberapa model perlu kita ketahui, yang faktanya bahwa model
tersebut disuguhkan dalam tiga tahap dan dapat menyiratkan derajat kerapihan yang tidak sesuai
dengan praktik aktual konseling dan helping. Yang pertama tahap Relating, pada tahap ini adalah
pertemuan pertama antara konselor dan klien, bagaimana konselor menangani telpon, membuat
janji pertemuan, menyiapkan ruang  helping untuk menemui kliennya. Tahap kedua
yaitu Understanding, pada tahap ini konselor dan klien membutuhkan pemahaman yang lebih
lengkap tentang situasi yang telah dipilih klien. Selanjutnya yang terakhir tahap Changing, tahap
ini bertujuan untuk membantu klien dalam mengklasifikasikan tujuan-tujuan untuk situasi

5
Samuel T. Gladding, Konsseling Profesi yang Menyeluruh, (Jakarta: Indeks, 2012), hal. 162
6
Sjahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling,  hal. 100-103
masalahnya sehingga dapat mengembangkan dan mengimpementasikannya kepada rencana
tindakan.7
Setelah proses konseling selesai sampai ke tahap terakhir, seoramg konselor hendaknya
memperhatikan prosedur bimbingan. Prosedur bimbingan meliputi langkah pemerolehan data
dan informasi, langkah pemberian bantuan, serta pemantauan hasil bantuan yang diberikan.8
Dalam buku karangan Prof. Dr. Bimo Walgito yang berjudul Bimbingn + Konseling, proses
pemantauan hasil bantuan yang diberikan ini disebut dengan follow up. Pada fase ini, langkah
yang diambil oleh konselor adalah untuk mengetahui efek dari terapi yang telah diberikan.
Konselor mengadakan evaluasi tentang terapi yang telah diberikan, apakah hal-hal yang telah
didiskusikan pada waktu proses konseling telah dilaksanakan oleh klien. Apabila telah
dilaksanakan, tetapi tidak mengenai sasaran atau tidak berhasil maka langkah-langkah yang telah
diambil itu kiranya perlu direvisi untuk menentukan langkah-langkah yang baru.9
Setelah penjabaran mengenai beberapa hal yang menyangkut tahapan konseling diantaranya
sesi wawancara, model-model dalam proses konseling bahkan struktur model stewart yang
memiliki enam tahap, saatnya penulis membahas secara umun mengenai proses konseling itu
sendiri, yang dibagi menjadi tiga tahapan :
1.      Tahap Awal Konseling
a.       Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien
b.      Memperjelas dan mendefinisikan masalah
c.       Membuat penaksiran dan penjajakan
d.      Menegosiasi kontrak
2.      Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)
a.       Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, isu, dan kepedulian klien lebih jauh
b.      Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara
c.       Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak
3.      Tahap Akhir Konseling (Tahap Tindakan)
a.       Memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang memadai
b.      Terjadinya transfer of learning pada diri klien
c.       Melaksanakan perubahan perilaku
d.      Mengakhiri hubungan konseling10
Dari beberapa penjabaran mengenai proses konseling ini, penulis menyimpulkan bahwa dalam
proses helping baik menyangkut tahapan, model ataupun sesi wawancara  sangatlah berpengaruh
bagi tingkat keberhasilan masalah klien yang dihadapi konselor.

C. Menghadapi Konseling yang Resistensi


Resistensi merupakan suatu system pertahanan klien yang berlawanan dengan tujuan
konseling. Pada umumnya konselor melihat resistensi sebagai suatu hal yang berlawanan dengan
kemajuan dalam pemecahan masalahdan oleh karena itu konselor harus berusaha menguranginya
sebanyak mungkin. Namun, konselor melihat resistensi sebagai suatu gejala yang penting untuk
dianalisa secara intensif. Dengan demikian resistensi merupakan gejala normal dalam proses
konseling.
7
Richard Nelson-Jones, Pengantar Keterampilan Konseling, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 45-
49
8
Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2011), hal. 35
9
Bimo Walgito, Bimbingan + Konseling, (Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET, 2010), hal. 195
10
Sofyan S.Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, hal.50-53
Sumber munculnya resistensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu : resistensi
internal dan resistensi yang bersifat eksternal. Resistensi internal datang dari kepribadian klien
sendiri, dan resistensi eksternal timbul sebagai hasil konseling misalnya pengaruh tehnik yang
digunakan oleh konselor atau sikap kontratransparasi konselor.

Menurut Bugental (1952) dalam Brammer dan Shostrom (1982) mengemukakan lima
tingkatan intensitas gejala resistensi mulai dari yang paling rendah sampai ke paling tinggi
intensitasnya yaitu:

1. Bersikap lamban (lagging)


Klien menghindari tanggung jawab, responya tidak bersemangat, distractible, dan lebih
ke arah intelektualisasi daripada konten emosi
2. Kaku (inertia)
Menjawab dengan kata-kata pendek, tidak memperhatikan pengarahan konselor dan
tampak lelah.
3. Tentatif resistensi
Termasuk indikasi bahwa klien tidak mau melanjutkan ketegangan fisik, menahan rasa
marah, perasaan berdosa, cemas.
4. Resistensi sebenarnya
Menunjukkan intensifikasi tentatf seperti diam, menanyakan kompetensi konselor, atau
mempergunakan kata-kata kasar.
5. Penolakan.
Tindakan klien sangat ekstrim misalnya dengan mengakhiri konseling, melawan
konselor.

Ada beberapa langkah untuk mengatasi sikap resistensi dari klien yaitu

1. Menghiraukan gejala-gejala resistensi klien tetapi tetap waspada peningkatan resistensi.


Dengan kata lain bila terjadi resistensi itu adalah hal normal, namun konselor berusaha
memahami karakteristik atau gaya pertahanan diri klien
2. Menggunakan teknik adaptasi minor, yaitu
melakukan tindakan mengurangi resistensi dengan cara mengurangi pengaruh emosional,
mengubah langkah (mengurangi bertanya, mengeser postur lebih rileks),
menggunakan humor, dan memberikan dorongan dan penerimaan.
3. Mengarahkan kembali isi wawancara pada hal-hal yang dapat mengurangi resistensi
4. Teknik penanganan langsung dengan cara: interpretasi resistensi, refleksi perasaan
resistensi, teknik referal, dan ancaman.11

BAB III
PENUTUP
11
Sofyan S.Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 67
A. Kesimpulan

Berdasarkan penulisan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa:


1.   Proses konseling adalah suatu aktifitas pemberian nasihat atau berupa anjuran-anjuran/saran-
saran dalam bentuk pembicaraan /wawancara antara konselor dan klien dengan beberapa
tahapan sesuai dengan metode metode konseling.
2.   Adapun tahap-tahap dalam konseling, dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap awal
konseling, pada tahap ini diawali dengan membangun hubungan konseling yang melibatkan
klien dan diakhiri dengan menegosiasi kontrak. Selanjutnya tahaap pertengahan, tahap ini
konselor dan klien menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, isu, dan kepedulian klien lebih
jauh. Selanjutnya, tahap akhir konseling, pada tahap ini konselor memutuskan perubahan
sikap dan perilaku yang memadai.
3.   Dalam contoh kasus pembaca dapat lebih memahami bagaimana proses dan penanganan
dalam konseling itu sendiri.

B. Saran

      Berdasarkan isi makalah ini, penulis menyarankan agar dalam proses konseling, konselor


menjalankan tugasnya sesuai dengan proses/tahapan dengan metode konseling yang sebenarnya
dan dalam mengatasi masalah klien, konselor sebaiknya menyimak problem klien dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Nidya. Buku Pintar Panduan Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Araska.

    2012.

Gladding, Samuel T. Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: Indeks. 2012.


Jones, Richard Nelson-. Pengantar Keterampilan Konseling. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

    2012.

Mashudi, Farid. Psikologi Konseling. Jogyakarta: IRCiSoD. 2012.

McLeod, John. Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Kencana. 2006.


Nurihsan, Achmad Juntika. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.

    Bandung: PT Refika Aditama. 2011.

Siradj, Sjahudi. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Sidoajo: Duta Aksara. 2010.

Sukardi, Iman Santoso. Psikoproblem. Jakarta: Pusataka Utama Grafiti. 1995.

Walgito, Bimo. Bimbingan + Konseling. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET. 2010.

Willis, Sofyan S. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. 2013

Anda mungkin juga menyukai