PROSES KONSELING
Dosen Pembimbing:
Suwarno, S.Pd.I
Disusun oleh
Kelompok 3 :
1. Diah Nur Habibah
2. Feri Adi Hermawan
3. Mustofa Arifin
4. Suliani
5. Trisni Asih
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari proses konseling ?
2. Bagaimana tahap-tahap dalam konseling ?
3. Bagaimana menghadapi konseling yang resistensi ?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari proses konseling.
2. Mengetahui tahap tahap dalam konseling .
3. Mengetahui cara menghadapi konseling yang resistensi.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Brammer (1979) proses konseling adalah peristiwa yang tengah berlangsung dan
memberi makna bagi para peserta konseling tersebut (konselor dan klien).1 Berdasarkan
pengertian proses konseling dari Brammer, sebenarnya proses itu sendiri memiliki banyak
definisi diantaranya :
1. Proses memiliki pemahaman yang luas bahwa setiap aktifitas yang melibatkan perubahan
dapat dideskripsikan sebagai sebuah proses.
2. Proses digunakan pertama dalam literatur riset, yang merujuk kepada serangkaian faktor
yang luas, yang mungkin saja dapat menghadirkan atau menghambat efek terapeutik terhadap
klien.
3. Proses sebagian besar ditemukan dalam perspektif humanistik terapi. Definisi ini menandai
proses sebagai kualitas esensial manusia untuk “ada” dan “menjadi” (being and becoming).
4. Proses terkadang digunakan oleh konselor dan psikoterapis, mendeskripsikan cara klien
yang sedang berada dalam terapi untuk memahami atau mengasimilasi pengalaman sulit dalam
hidup mereka.2
Sedangkan konseling adalah pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
secara face to face oleh seorang ahli (konselor) kepada individu (klien) yang sedang mengalami
suatu masalah atau hambatan dalam perkembangannya dengan tujuan agar individu tersebut
dapat mencapai kehidupan yang lebih baik.
Dari pengertian kata proses dan konseling tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa
proses konseling adalah suatu aktifitas pemberian nasihat atau berupa anjuran-anjuran/saran-
saran dalam bentuk pembicaraan /wawancara antara konselor dan klien dengan beberapa
tahapan sesuai dengan metode metode konseling agar meningkatkan pemahaman yang lebih baik
dan jalan keluar mengenai masalah klien tersebut.
B. Tahap-Tahap Konseling
Sebelum proses bimbingan dan konseling dilakukan konselor hendaklah telah memperoleh
informasi (data) mengenai klien yang diambil dari berbagai sumber lewat wawancara
pendahuluan, (intake interview) yang dilakukan oleh konselor sendiri atau orang lain yang
terlatih dan ditugaskan oleh lembaga konseling. Proses selanjutnya dilakukan dengan wawancara
permulaan (initial interview), yaitu suatu pertemuan yang diawali dengan percakapan santai
berbasa basi dalam rangka mencapai suasana rapport.3 Selanjutnya adakalanya dalam proses
konseling perlu pula diperdengarkan alunan musik dengan irama lambat untuk menghasilkan
efek trapis pada diri klien,4 karena dengan alunan musik tersebut klien dapat terbawa dalam
suasana yang rileks, tenang dan santai.
Selain melakukan sesi wawancara pada sesi pertama tersebut, konselor maupun klien berhak
menentukan apakah mereka ingin atau dapat melanjutkan hubungan tersebut. Konselor harus
dengan cepat menilai apakah dia dapat menghadapi dan menangani permasalahan klien…
1
Sofyan S.Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 50
2
Joh Mc Leod, Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 363-365
3
Sjahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Sidoajo: Duta Aksara, 2010), hal. 96
4
Farid Mashudi, Psikologi Konseling, (Jogyakarta: IRCiSoD, 2012), hal. 118
Begitupun juga dengan klien, klien harus menanyakan pada dirinya sendiri apakah dia merasa
nyaman dan dapat mempercayai konselornya, sebelum dapat memberikan informasi dirinya
secara utuh ke dalam hubungan konseling tersebut.5
Tahap berikutnya setelah wawancara konseling (tahap permulaan konseling) adalah
memasuki masa konseling (counseling session). Dalam rangka membuat rencana atau struktur
untuk melakukan bimbingan-konseling, disini dikemukakan struktur model “stewart” yang
terdiri dari enam tahap sebagai berikut :
1. Tahap Penentuan Tujuan Konseling.
Dalam tahap ini konselor bersama klien bersama sama menentukan tujuan bimbingan atau
konseling setelah klien mengungkapkan keinginannya untuk memperoleh bantuan.
2. Tahap Perumusan Konseling
Dalam tahap ini konselor dan klien menyetujui bagaimana mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Tahap Pemahaman Kebutuhan Klien.
Pada tahap ini masalahnya mulai diperjelas dan dicari pengertiannya pada diri klien yang
masih bisa dikembangkan.
4. Tahap Penjajagan berbagai Alternatif.
Konselor bertanggungjawab untuk menunjukkan berbagai kemungkinan dan
alternatif penyelesaian masalah pada suatu saat, untuk meyakinkan adanya suatu kemajuan
yang dicapai selama proses bantuan berlangsung.
5. Tahap Perencanaan Tindakan
Sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya pengertian dan kestabilan kehidupan perasaan
pada klien atas bantuan konselor berarti klien telah bisa melangkah lebih maju untuk
melakukan tindakan (yang dipilihnya sendiri) kearah tercapainya tujuan konseling.
6. Tahap Mengakhiri Bimbingan Konseling
Dalam mengakhiri konseling ini diharapkan dapat memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Memeriksa kesiapan klien dalam menghadaapi berakhirnya masalah konseling dan
mengkonsolidasi proses belajarnya.
b. Mengatasi bersama faktor afeksi (kehidupan perasaan) yang masih tersisa dan
menyelesaikannya dengan baik, hal-hal yang punya arti penting dalam hubungan konselor
dan klien.
c. Memaksimalkan pengalihan proses belajar dan meningkatkan kepercayaan diri
mengenai kemampuannya untuk mempertahankan perubahan perubahan yang telah
diperoleh selama menjalani proses bimbingan dan konseling, setelah konseling
diberhentikan.6
Dalam proses konseling, ada beberapa model perlu kita ketahui, yang faktanya bahwa model
tersebut disuguhkan dalam tiga tahap dan dapat menyiratkan derajat kerapihan yang tidak sesuai
dengan praktik aktual konseling dan helping. Yang pertama tahap Relating, pada tahap ini adalah
pertemuan pertama antara konselor dan klien, bagaimana konselor menangani telpon, membuat
janji pertemuan, menyiapkan ruang helping untuk menemui kliennya. Tahap kedua
yaitu Understanding, pada tahap ini konselor dan klien membutuhkan pemahaman yang lebih
lengkap tentang situasi yang telah dipilih klien. Selanjutnya yang terakhir tahap Changing, tahap
ini bertujuan untuk membantu klien dalam mengklasifikasikan tujuan-tujuan untuk situasi
5
Samuel T. Gladding, Konsseling Profesi yang Menyeluruh, (Jakarta: Indeks, 2012), hal. 162
6
Sjahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling, hal. 100-103
masalahnya sehingga dapat mengembangkan dan mengimpementasikannya kepada rencana
tindakan.7
Setelah proses konseling selesai sampai ke tahap terakhir, seoramg konselor hendaknya
memperhatikan prosedur bimbingan. Prosedur bimbingan meliputi langkah pemerolehan data
dan informasi, langkah pemberian bantuan, serta pemantauan hasil bantuan yang diberikan.8
Dalam buku karangan Prof. Dr. Bimo Walgito yang berjudul Bimbingn + Konseling, proses
pemantauan hasil bantuan yang diberikan ini disebut dengan follow up. Pada fase ini, langkah
yang diambil oleh konselor adalah untuk mengetahui efek dari terapi yang telah diberikan.
Konselor mengadakan evaluasi tentang terapi yang telah diberikan, apakah hal-hal yang telah
didiskusikan pada waktu proses konseling telah dilaksanakan oleh klien. Apabila telah
dilaksanakan, tetapi tidak mengenai sasaran atau tidak berhasil maka langkah-langkah yang telah
diambil itu kiranya perlu direvisi untuk menentukan langkah-langkah yang baru.9
Setelah penjabaran mengenai beberapa hal yang menyangkut tahapan konseling diantaranya
sesi wawancara, model-model dalam proses konseling bahkan struktur model stewart yang
memiliki enam tahap, saatnya penulis membahas secara umun mengenai proses konseling itu
sendiri, yang dibagi menjadi tiga tahapan :
1. Tahap Awal Konseling
a. Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien
b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah
c. Membuat penaksiran dan penjajakan
d. Menegosiasi kontrak
2. Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)
a. Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, isu, dan kepedulian klien lebih jauh
b. Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara
c. Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak
3. Tahap Akhir Konseling (Tahap Tindakan)
a. Memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang memadai
b. Terjadinya transfer of learning pada diri klien
c. Melaksanakan perubahan perilaku
d. Mengakhiri hubungan konseling10
Dari beberapa penjabaran mengenai proses konseling ini, penulis menyimpulkan bahwa dalam
proses helping baik menyangkut tahapan, model ataupun sesi wawancara sangatlah berpengaruh
bagi tingkat keberhasilan masalah klien yang dihadapi konselor.
Menurut Bugental (1952) dalam Brammer dan Shostrom (1982) mengemukakan lima
tingkatan intensitas gejala resistensi mulai dari yang paling rendah sampai ke paling tinggi
intensitasnya yaitu:
BAB III
PENUTUP
11
Sofyan S.Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 67
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Nidya. Buku Pintar Panduan Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Araska.
2012.
2012.
Willis, Sofyan S. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. 2013