Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KLIEN DALAM KONSELING

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Komunikasi dalam Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu : Leny Wahyuningsih, M.Pd

Disusun Oleh:

Siti Umi Hudaeva Agustina (2285220004)

Assha Alvina Adystia (2285220005)

Adila Rizqi Amalia Rivai (2285220006)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT.
Karena tanpa rahmat & ridho-nya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan selesai tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu Leny Wahyuningsih,
M.Pd selaku dosen pengampu komunikasi dalam bimbingan dan konseling yang
membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami
menjelaskan tentang individu dan masyarakat.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum


kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun
dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna.

Serang, 11 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Permasalahan.....................................................................1


1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan...............................................................1
1.3 Tujuan dan Manfaat Pembahasan...............................................................2
1.4 Metode Pembahasan....................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS...........................................................................3

2.1 Karakterisktik Klien( Konseli).....................................................................3


2.2 Implikasi Perkembangan Individual Klien dalam Proses Konseling..........3
2.3 Reaksi-reaksi Klien Terhadap Proses Konseling........................................4
a) Klien yang bersikap enggan…........................................................4
b) Klien yang menutup diri..................................................................5

2.4 Tujuan Klien.................................................................................................5

BAB III ANALISIS................................................................................................7


3.1 Analisis Teoritis..........................................................................................7
3.2 Analisis Praktis...........................................................................................7

BAB IV PENUTUP..............................................................................................8
4.1 Kesimpulan..................................................................................................8
4.2 Rekomendasi...............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Boleh jadi seorang siswa terlibat konseling didorong oleh sekadar rasa
ingin tahu dan menjajaki “apa dan bagaimana” konseling itu. Tetapi konselor,
pada lain pihak, hendaknya berasumsi bahwa klien datang untuk mendapatkan
bantuan, mengharap pemecahan masalah dan menghilangkan kecemasan.
Mayoritas klien, menurut Shertzer dan Stone menganggap konseling akan
menghasilkan pemecahan masalah pribadi mereka. Para klien yang diliputi rasa
tertekan menganggap konseling dapat memberikan rasa lega, bebas dari rasa
tertekan. Mereka yang sangat bimbang membuat keputusan menganggap
konseling akan menghasilkan suatu pilihan tepat, mereka yang menilai diri tak
popular menganggap konseling dapat mengantarkannya jadi orang popular.
Meraka yang kesepian menganggap bahwa konseling memberikannya jalan
sehingga mereka menjadi orang yang banyak arti dalam interaksi dengan orang-
orang lainnya.

1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai


berikut :

1. Apa saja karakteristik klien (konselor)?


2. Bagaimana implikasi perkembangan individual klien dalam proses
konseling?
3. Reaksi-reaksi klien terhadap proses konseling?
4. Tujuan klien?

1
1.3 Tujuan dan Manfaat Pembahasan

Berdasakan rumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan tujuan dari


penulisan makalah ini adalah :

 Untuk mengetahui tentang karakteristik klien(konselor)


 Untuk mengetahui tentang implikasi perkembangan individual klien
dalam proses konseling
 Untuk mengetahui tentang reaksi-reaksi terhadap proses konseling
 Untuk menegtahui tentang tujuan klien

1.4 Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang digunakan makalah ini adalah metode studi


literatur. Yang mana penyusunannya dilakukan dengan pengumpulan data
pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelola bahan penelitian terkait
informasi “klien dalam konseling”.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Karakteristik Klien(Konseli)

Pada dasarnya klien adalah orang yang memerlukan perhatian sehubungan


dengan masalah yang dihadapinya. Menurut Rogers dalam Latipun(2004)
menyatakan bahwa klien adalah orang yang datang kepada konselor dan
kondisinya yang cemas atau tidak kongruensi. Dalam konseling, klien merupakan
orang yang memiliki kekuatan, motivasi, memiliki kemauan untuk berubah, dan
pelaku bagi perubahan dirinya. Jadi walaupun klien itu adalah orang yang
memperoleh bantuan, tetapi klien bukanlah individu yang pasif, atau yang tidak
memiliki kekuatan apa-apa.

Pandangan yang lain dikemukakan oleh Yeo (2003), Ia berpendapat bahwa


klien sebagai P-I-N (Person in Need) atau pribadi yang memliki kebutuhan. Hal
ini didasarkan pada pandangan bahwa sejumlah klien dalam menjalani masalah-
masalahnya memiliki kebutuhan untuk didengarkan atau memerlukan bantuan
praktis berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan material, dan mungkin juga
memerlukan bantuan untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Namun perlu
dipahami bahwa konselor bukan sebagai agen atau teknisi-teknisi mekanis yang
berusaha menentukan hidup orang tanpa keterlibatan pribadinya apapun. Artinya
tetap saja klien dilihat sebagai pribadi yang memilki kekuatan psikis
(psychological strenghtz), memiliki kekuatan untuk tumbuh dan berkembang
lebih baik, memiliki kemampuan-kemampuan intrapribadi maupun antar pribadi.

2.2 Implikasi Perkembangan Individual Klien Terhadap Proses Konseling

Salah satu sorotan untuk dapat memahami individu (klien) secara menyeluruh,
adalah proses perkembangan individual klien. Dalam hal ini, konselor terbantu
oleh keterangan mengenai prinsip-prinsip perkembangan untuk memperoleh

3
pemahaman tentang perkembangan utuh individu dengan melihat pelaksanaan
tugas-tugas perkembangannya. Semua aspek pokok dalam perkembangan individu
mempunyai implikasi penting bagi upaya-upaya konseling.

Secara umum makna perkembangan individu (klien) bagi konseling


merupakan setiap proses perkembangan mempunyai ciri khas tersendiri, dan
kekhasan itu tidak saja menunjukkan kebutuhan bantuan konseling individu pada
tahap periode perkembangannya tapi juga memberi pedoman akan pola perlakuan
konseling dalam setiap tahap perkembangan.

Secara khusus perkembangan individu (klien) memiliki implikasi penting bagi


konseling antara lain dalam hal-hal:

1. Tujuan konseling dapat difokuskan untuk mengoptimalkan


perkembangan klien, upaya-upaya yang memungkinkan klien lebih
maju dan menguasai tugas perkembangan.
2. Proses konseling, dan segi perkembangan individu, tidak lain adalah
proses berkelanjutan dalam memahami diri, kesadaran potensi diri,
kesadaran tuntutan budaya terhadap diri serta memanfaatkan potensi
diri dalam kaitannya dengan proses konseling.

2.3 Reaksi-reaksi Klien Terhadap Proses Konseling

Pada proses konseling, konselor akan menemui beberapa reaksi yang


dimunculkan oleh klien dalam proses mendapatkan bantuan atau anjuran untuk
melakukan konseling. Sejumlah reaksi normal yang terjadi pada tahap konseling
dapat berupa kecemasan, keengganan, sikap mempertahankan diri dan menutup
diri. Dalam hal ini konselor harus siap dalam menghadapi klien yang menunjukan
sikap-sikap seperti ini. Berikut ini beberapa uraian reaksi atau sikap klien terhadap
konseling:

1. Klien yang bersikap enggan


Klien yang bersikap enggan biasanya adalah klien yang tidak mempunyai
kerelaan untuk melakukan konseling. Klien datang untuk konseling di

4
bawah paksaan entah dari faktor keluarga atau dari pihak lain. Mereka
beranggapan bahwa dirinya tidak bermasalah dan sejumlah klien
menunjukkan keraguan tentang manfaat konseling. Dengan keadaan
seperti ini, klien biasanya tetap diam, dan menolak bekerjasama dengan
konselor.
2. Klien yang menutp diri
Sikap meniutup diri merupakan satu cara untuk menghambat proses
konseling. Klien akan mennutup diri terhadap konseling karean ia harus
menempatkan dirinya sendiri dalam suatu relasi ketergantungan dengan
berbicara tentang dirinya dan masalah masalahnya. Dalam hal ini klien
cemas terhadap suatu hubungan ketergantungan(konseling) karena klien
menganggap bahwa setiap saat ketika ia menghadapi masalah akan
ketergantungan kepada konselor.

2.4 Tujuan Klien

Tujuan-tujuan klien yang datang menemui konselor bersumber dari ekspektasi


klien mengenai masalah mendesak yang sedang dirisaukan klien. Dengan
demikian, yang dirisaukan oleh klien pada saat itu adalah “bagaimana mengatasi
gangguan ini” atau bahkan klien tidak mengerti perasaannya dan apa yang
dikehendakinnya sebelum menemui konselor. Dengan kata lain, klien sering kali
tidak memiliki tujuan-tujuan masa datang yang terumuskan secara jelas.
Dinyatakan oleh Eisenberg dan Delaney “People who seek a couselor’s help
frequently do not come with future goals clearly defined; often they come with
concerns or problems that are focused in the present.”.

Kemudian kedua penulis tadi menerangkan bahwa bagian esensial proses


konseling adalah membantu para klien menegaskan dan mengkhususkan tujuan-
tujuan yang hendak diperoleh para klien sebagai suatu hasil pertalian klien dengan
konselor. Perlu ditegaskan lagi bahwa para klien menghadiri konseling dengan
ekspektasi-ekspektasi dan tujuan-tujuan khas dan beragam dari klien ke klien.
Seperangkat ekspektasi dan tujuan itu memengaruhi arah dan hasil konseling, dan

5
menentukan apakah konselor konseling akan berlanjut, atau perlu direfer , ataukah
konseling diakhiri, setelah konseling sesi mula-petama. Serta mereka berharap
mendapatkan solusi dari masalah yang mereka hadapi dalam hidup mereka.

6
BAB III

ANALISIS TEORITIS

3.1 Analisis Teoritis

Klien merupakan orang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan


dengan masalah yang dihadapinya. Menurut Rogers dalam Latipun (2004)
menyatakan bahwa klien adalah orang yang hadir ke konselor dan kondisinya
cemas atau tidak kongruensi. (Psikologi Konseling : Sebuah Pengantar Bagi
Konselor Pendidikan, hal.37, Mulawarman, Ph.D)

Secara khusus perkembangan individu (klien) memiliki implikasi penting


bagi konseling dalam hal-hal : tujuan konseling dan proses konseling. Ada banyak
macam tujuan konseling yang akan kemungkinan klarifikasi tujuan nya dapat
dipertanggung jawabkan untuk konseling sebagai pengalaman baru dalam sosio
budaya Indonesia. (Psikologi Konseling : Sebuah Pengantar Bagi Konselor
Pendidikan, hal.37, Mulawarman, Ph.D)

Tujuan klien yang datang menemui konselor bersumber dari ekspektasi


klien yang berbentuk seperti memilih suatu karier, mendapatkan informasi jabatan
dan pendidikan. (Konseling dan Psikoterapi, hal.45, Andi Mapiare AT 2010)

3.2 Analisis Praktis

Klien-klien mempunyai reaksi setiap melakukan proses konseling.


Sejumlah reaksi normal terhadap konseling dapat berwujud kecemasan,
keengganan, sikap mempertahankan diri dan menutup diri.

7
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Klien merupakan orang yang memerlukan bantuan dan perhatian sehubung


dengan masalah-masalah yang ia hadapi lalu datang kepada konselor dalam
kondisi cemas atau tidak kongruensi. Klien juga membutuhkan motivasi,dan
tahapan untuk berubah dengan bantuan konselor. Dan setiap perkembangan
individual klien memiliki ciri khas yang beragam karena perkembangan setiap
individu memiliki perbedaan satu sama lain. Lalu ada beberapa reaksi klien dalam
proses konseling yaitu dengan Klien yang bersikap enggan dan klien yang
menutup diri. Tujuan klien dalam proses konseling dapat menghadiri konseling
dengan ekspektasi-ekspektasi dan tujuan-tujuan khas dan beragam dari klien ke
klien serta mereka berharap mendapatkan solusi dari masalah yang ia hadapi.

4.2 Rekomendasi

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih ada kekurangan.


Klien dalam konseling ini harus dalam keadaan sukarela, sebagai konselor harus
mampu menghadapi berbagai macam karakterisistik yang dimiliki oleh klien
dalam proses konseling.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mappiare, Andi. 2010. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : PT


Rajagrafindo Persada

Munawaroh, Eem. 2016. Karakteristik Klien (Konseli)

Latipun. 2004. Psikologi konseling. Malang : UMM Press

Anda mungkin juga menyukai