Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata Pengorganisasian dan


Pengembanga Masyarakat yang diampuh Oleh dosen Dr. Lintje Boekoesoe, M.Kes

Disusun :
Kelompok 4
Febriani (811418147)
Putri Nabila M. Harun (811418183)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul
"Alternatif dan penggunaan pendekatan Directive dan non Directive" ini dengan baik
tepat pada waktunya.Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada Yth :

Ibu Dr. Lintje Boekoesoe, M.Kes dan Rekan-rekan satu kelompok yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya ibu dosen guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang
akan datang.

Gorontalo, 28 Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................................

B. Rumusan Masalah...........................................................................................

C. Tujuan.............................................................................................................

D. Manfaat............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................

A. Dirrective Approach ( Pendekatan


Direktif )............................................................

B. Non-Directive Approach ( Pendekatan Non-Direktif )............................................

C. Tiga Situasi Belajar Dalam Program Kesehatan Masyarakat...................................

BAB III PENUTUP........................................................................................................

A. KESIMPULAN........................................................................................................

B. SARAN.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Dalam suatu kegiatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, seorang


petugas biasanya datang ke kelompok masyarakat tertentu, membuat identifikasi
masalah dan sampai kepada suatu kesimpulan bahwa masyarakat memerlukan
program tertentu untuk meningkatkan taraf hidupnya. Program yang ditujukan untuk
memperbaiki keadaan masyarakat ini sebetulnya didasarkan pada asumsi bahwa
petugas mempunyai kemampuan untuk menetapkan "konsep baik buruk" dari
masyarakat sasaran.

Pada suatu pendekatan yang direktif, petugaslah yang menetapkan apa yang
baik atau buruk bagi masyarakat, cara cara apa yang perlu dilakukan untuk
memperbaikinya dan selanjutnya menyediakan sarana yang diperlukan untuk
perbaikan tersebut. Dengan pendekatan seperti ini memang prakarsa dan pengambilan
keputusan berada ditangan petugas. Dalam prakteknya petugas memang mungkin
menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat atau cara apa yang perlu
dilakukan untuk mengatasi suatu masalah, tetapi jawaban yang muncul dari
masyarakat selalu diukur dari segi baik dan buruk menurut petugas.

Penggunaan pendekatan direktif sebetulnya juga mengakibatkan hilangnya


kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar dan menimbulkan kecenderungan
untuk tergantung kepada petugas. Pada pendekatan non direktif, petugas tidak
menempatkan diri sebagai orang yang menetapkan apa yang baik dan apa yang buruk
bagi masyarakat,untuk membuat analisa dan mengambil keputusan untuk masyarakat
atau menetapkan cara cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat.

B.     Rumusan Masalah
1.  Apa pengertian dari pendekatan direktif?
2.   Apa pengertian dari pendekatan non-direktif?
3.   Bagaimana tiga situasi belajar dalam program kesehatan masyarakat?

C.    Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan pada penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian dari pendekatan direktif
2.      Untuk mengetahui pengertian dari pendekatan non-direktif
3.      Untuk mengetahui tiga situasi belajar dalam program kesehatan masyarakat?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dirrective Approach(Pendekatan Direktif)
Pendekatan ini di cetuskan oleh Edmon G. Williamson. Asumsi dasar pada
pendekatan direktif adalah peran konselor lebih dominan dari pada peran klien.
Konselor lebih mendominasi selama sesi konseling sehingga sebagian besar tanggung
jawab dan pengambilan keputusan berada ditangan konselor. Pendekatan direktif
memandang manusia sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembang
penuh tetapi sering kali tidak tercapai sehingga membutuhkan bantuan orang lain.
Tujuan pendekatan direktif ini adalah berusaha memecahkan masalah klien dengan
menggunakan kemampuan intelektual mereka secara sadar dan menolong klien
mengubah tingkah lakunya yang emosional dan impulsive dengan tingkah laku yang
rasional serta mendapatkan insight dalam memecahkan masalah klien. 
Langkah-langkah dalam Directive Counseling :

1. Analysis : Mengumpulkan data diri tentang klien dan masalah klien dari


berbagai sumber
2. Synthesis : Menganalisis, mengaturdanmenyusun data yang sudah di
kumpulkan
3. Diagnosis : Merumuskan kesimpulan tentang masalah-masalah yang
dialamiklien, mengidentifikasi masalah serta sebab-sebabnya, menentukan
sebabnya di lihat dari pengalaman masalalu, sekarang dan akan datang.
4. Prognosis : Rangkaian tentang hasil yang dicapai klien selama konseling 
5. Counseling (Treatment) : Pemberian bantuan kepada klien agar bias
menyelesaikan masalahnya
6. Follow Up : Usaha untuk menentukkan efektifitas konseling yang sudah
dilakukan konselor. 

Kelebihan Directive Counseling :

1. Waktu yang dibutuhkan lebih singkat


2. Data yang di dapatkan lebih lengkap karena menggunakan teknik
pengumpulan data yang memadai
3. Solusi yang di berikan konselor dapat digunakan sebagai dasar pemikiran
klien dalam pemecahan masalahnya
4. Cocok digunakan untuk klien yang kurang berpendidikan, klien yang tidak
mau terbuka dan anak-anak serta individu dengan masalah-masalah yang tidak
terlalu bersifat emosional.

KekuranganDirective Counseling :

1. Meragukan kemampuan klien untuk memecahkan masalahnya sendiri


2. Tidak efektif untuk klien dengan masalah emosional yang mendalam

B. Non-Directive Approach ( Pendekatan Non-Direktif )
Pendekatan ini di sebut juga dengan Client Centered Therapy oleh Carls Rogers,
dimana merupakan terapi yang dilakukan agar tercapai gambaran yang serasi antara
Ideal Self danReality Self. Pada pendekatan ini tidak ada satupun yang saling
mendominasi, karena yang dapat memecahkan masalah adalah klien itu sendiri.
Pendekatan ini menuntut adanya hubungan terau petik dan membutuhkan waktu yang
lama dalam konseling. Dalam pendekatan nondirektif, klien diminta lebih aktif dan
lebih bertanggung jawab terhadap masalahnya dan konselor hanya mendorong dan
menciptakan situasi agar klien bias berkembang sendiri. 
Kelemahan Non Directive Approach : 

1. Membutuhkanwaktu yang lebihbanyak


2. Kliensulitmenceritakanmasalah yang dihadapinya
3. Menuntutklienuntukbersikapdewasadalammenentukanpemecahanmasalah
yang dihadapi
4. Kliensulitmemahamimasalah yang dihadapinya 

Kelebihan Non Directive  Approach :
Klien mampu merefleksikan dirinya baik perasaan maupun pikirannya dalam bentuk
verbal, sehingga konselor mampu menangkap emosi yang dimunculkan klien dan
merefleksikan kembali keklien dengan bahasa dan tindakan yang sesuai.  

C. Tiga Situasi Belajar dalam Program Kesehatan Masyarakat

Dalam pembukaan UU 45 kita terdapat bunyi, mencerdaskan kehidupan


berbangsa dan bernegara yang di jadi landasan utama dalam setiap pembangunan.
Pembangunan dalam kesmas adalah masyarakat mempunyai kemampuan untuk hidup
sehat, untuk mencapai itumaka diperlukan upaya pembelajaran untukmampu hidup
sehat.

Di dalam pendidikan kesehatan ditinjau dari situasi belajar terdapat 3 tipe


belajar, yaitu: 

1. Situasi yang diwajibkan (required outcome situation).

Suatu proses belajar yang hasilnyabenar-benar dikehendaki/ diwajibkan/


dipaksa tatkala terdapat situasi di mana suatu perubahan perilaku/tindakan tertentu
benar-benar dibutuhkan individu/sekelompok individu. Tipe belajar ini biasanya
dilakukan petugas kesehatan ketika menemukan situasi gawat darurat, seperti:
 Gunung meletus
 Banjir besar
 Gempa bumi 
 Wabah penyakit di suatu daerah.

2. Situasi yang disarankan (recommended outcome situation)

Adalah situasi yang membolehkan untuk memilih tanpa ada paksaan dan
bertujuan untuk memberikan informasi, menyadarkan, menasihati orang dan
mendorong masyarakat untuk melakukan penilaian sendiri terhadap kegunaan dari
program yang disarankan. Dengan catatan perlu adanya peningkatan pengetahuan dan
keterampilan petugas kesehatan. Contoh adalah alat kontrasepsi berikut dengan
pilihannya. 

3. Situasi yang ditetapkansendiri (self-directed outcome situation)

Self-Directed Program adalah suatu proses belajar yang bertujuan untuk


membantu masyarakat dalam uasaha mereka mencari informasi, mengevaluasi,
merencanakan dan menyusun program merekasen diri. Bantuan ituberupa: petunjuk,
pengarahan, bimbingandan saran kepada masyarakat.

Diantara ketiga situasi tersebut yang optimal adalah situasi yang ditetapkan
sendiri karena masyarakat sendiri yang mencari informasi sehingga masyarakat
dengan sendirinya mampu meningkatkan kemampuan untuk sehat secara mandiri.
Akan tetapi pada saat ini hal yang paling dominan dalam keseharian kita adalah
situasi yang diwajibkan.
BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Pendekatan direktif memandang manusia sebagai individu yang memiliki
potensi untuk berkembang penuh tetapi seringkali tidak tercapai sehingga
membutuhkan bantuan orang lain. Pada pendekatan non- direktif ini tidak ada
satupun yang saling mendominasi, karena yang dapat memecahkan masalah adalah
klien itu sendiri. Pendekatan ini menuntut adanya hubungan teraupetik dan
membutuhkan waktu yang lama dalam konseling. Dengan menggunakan pendekatan
ini petugas berusaha untuk merangsang tumbuhnya suatu proses yaitu langkah-
langkah dalam Directive Counseling : Analysis, Synthesis, Diagnosis, Prognosis,
Counseling (Treatment), Follow Up. Tujuannya adalah agar masyarakat
memeperoleh pengalaman belajar untuk pengembangan diri dengan melalui
pemikiran dan tindakan oleh masyarakat sendiri.

B.    Saran
Dengan pendekatan ini memang banyak hasil yang telah diperoleh, tetapi
terutama untuk hal hal yang bersifat tujuan jangka pendek, atau yang bersifat
pencapaian secara fisik. Pendekatan seperti ini menjadi kurang efektif untuk
mencapai hal hal yang sifatnya jangka panjang atau untuk memperoleh perubahan
perubahan mendasar yang berkaitan dengan perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi. 2012, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar
(Learning Organization), Bandung: CV. Alfabeta

Muslim, Sri Banun. 2010, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas


Profesionalisme Guru, Jakarta : CV Alfabeta, IKAPI

Anda mungkin juga menyukai