Anda di halaman 1dari 28

TUGAS: DASAR EPIDEMIOLOGI

DOSEN PENGASUH: LIA AMALIA, S.KM., M.Kes

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT BRONKITIS

DISUSUN OLEH

SITI RAHMATIA ALI

811418035

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis makalah ini ucapkan kehadirat Allah SWT,

karena berkat rahmat dan karunia-Nya pemakalah dapat menyelesaikan makalah

ini semaksimal mungkin.

Makalah ini dibuat dibuat untuk memenuhi tugas Dasar Epidemiologi yang

di ampuh oleh ibu Lia Amalia, S.KM., M.Kes. Makalah ini menjelaskan tentang

Epidemiologi Penyakit Bronkitis.

Syalawat dan salam tertuju buat Rasullah SAW, yang telah sukses

mengembangkan agama Islam dalam kehidupan manusia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh

karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mohon kritik dan saran yang

membangun dari pembaca guna perbaikan tugas mendatang. Untuk itu, penulis

ucapkan terima kasig.

Akhir kalam, kiranya makalah ini bisa bermanfaat bagi pemakalh sendiri

dan yang membacanya.

Gorontalo, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………....…………………....................….i

DAFTAR ISI……………………………………………….............……………..ii

Epidemiologi Penyakit Bronkitis.............................................................................1

ISI

A. Sejarah Bronkitis Di Dunia.................................................................................2

B. Sejarah Bronkitis Di Indonesia............................................................................4

C. Pengertian Bronkitis............................................................................................6

D. Vektor Bronkitis................................................................................................10

E. Penyebab Bronkitis............................................................................................10

F. Gejala Klinis Bronkitis......................................................................................12

G. Diagnosa Bronkitis............................................................................................13

H. Proses Terjadinya Penyakit Bronkitis...............................................................14

I. Cara Penularan Bronkitis....................................................................................15

J. Penyebaran Penyakit Bronkitis...........................................................................15

K. Determinan Kejadian Bronkitis........................................................................16

L. Pencegahan Penyakit Bronkitis.........................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
Epidemiologi Penyakit Bronkitis

Data epidemiologi mencatat bahwa sepertiga anak akan mengalami bronkiolitis

pada 2 tahun pertama kehidupan, rata-rata terjadi terutama pada usia 3-6 bulan

dan 1-3 persen dari keseluruhan membutuhkan hospitalisasi.

Global

Secara global, bronkiolitis terjadi epidemik setiap tahun dengan kejadian

terbanyak terjadi pada musim dingin yakni pada bulan Desember sampai Maret.

Sebesar 90% kasus bronkiolitis terjadi pada usia kurang dari 2 tahun.

1
ISI

A. Sejarah Bronkitis di Dunia

Bronkitis akut ini terjadi pada sekitar 5 % orang dewasa, dan tingkat

kejadiannya meningkat pada musim dingin dan musim gugur dibandingkan

dengan musim panas dan musim semi. Di Amerika, bronkitis akut merupakan

penyakit paling sering peringkat ke sembilan pada pasien rawat jalan. Virus

dipandang sebagai penyebab paling sering. Sebuah studi di Perancis menunjukkan

bahwa dari 164 kasus bronkitis akut, 37 % disebabkan oleh virus, 21 % di

antaranya adalah rhinovirus. Sedangkan peran dari bakteri sebagai penyebab

bronkitis akut masih belum jelas, karena biopsi bronkus tidak menunjukkan invasi

bakteri. Beberapa data menunjukkan Bordetella pertussis sebagai penyebab

sebanyak 13-32 % dari kasus batuk yang bertahan 6 hari atau lebih, dan hanya 1

% sebagai penyebab bronkitis akut. Dalam sebuah studi, 34 % pasien bronkitis

akut akan terdiagnosis bronkitis kronik atau asma setelah follow up 3 tahun.

Dalam studi lain, asma bronkial ringan terdiagnosis pada 65 % pasien dengan

bronkitis akut kambuhan (Wenzel dan Fowler, 2006).

Bronkitis kronik sering dikaitkan dengan Chronic Obstructive Pulmonary

Disease (COPD) atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Di Inggris,

COPD terdiagnosis pada 4 % pria dan 2 % wanita pada usia diatas 45 tahun, dan 6

% pria dan 4 % wanita meninggal akibat COPD. Di Negara ini pula, COPD

merupakan penyebab kematian paling sering ketiga, dan satu-satunya penyebab

kematian yang terus meningkat tiap tahunnya.

2
Menurut the Global Burden of Disease Study, COPD adalah penyebab

kematian tersering keenam di dunia pada tahun 1990 dan akan naik ke peringkat

ketiga pada tahun 2020 (Hanzel, 2004). Dan di Amerika, 20 % penduduk dewasa

mengidap COPD, dan COPD merupakan penyebab kematian tersering keempat

(Hunter dan King, 2003). Penyakit saluran pernapasan bawah sering dikaitkan

dengan penyakit pada saluran pernapasan atas, seperti antara asma bronkial

dengan rinitis alergika (Lundbland, 2002) dan common cold yang bergerak dari

penyakit infeksi pernapasan atas ke penyakit infeksi pernapasan bawah atau

pneumonia (Fahey, 2005).

Hubungan asma dengan rinitis, antara lain oleh ARIA (Allergic Rhinitis and

its Impact on Asthma) sudah dibuktikan bahwa rinitis alergi merupakan faktor

risiko terjadinya asma dan kebanyakan pasien asma juga memiliki rinitis (Cruz et

al, 2007; Togias, 2003), oleh The Copenhagen Allergy Study telah dibuktikan 100

persen dari subjek dengan asma alergi terhadap serbuk sari juga memiliki rinitis

alergi terhadap serbuk sari, begitu juga dengan asma alergi terhadap binatang dan

tungau terhadap rinitis alergi binatang atau tungau yang masing-masing

mempunyai persentase 89 dan 95 (Linneberg et al, 2002),

Dan studi di Perancis yang membuktikan hubungan kuat antara asma dengan

rinitis pada anak (Chiron et al, 2010). Selain rokok dan polusi, bronkitis juga

sering dikaitkan dengan radang pada Saluran pernapasan atas. Penyakit pada

sinus, seperti sinusitis, diyakini memiliki Pengaruh terhadap bronkitis (Nurjihad,

Yunus, 2001; Kim dan Rubin, 2007). Selain Sinusitis, bronkitis juga diduga

memiliki hubungan dengan penyakit-penyakit Pernapasan atas, misalnya rinitis,

3
yaitu melalui postnasal drip. Namun masih Banyak kontroversi mengenai hal ini,

antara lain karena masih tidak jelasnya Bronkitis itu sendiri, kurangnya penelitian

mendasar mengenai hubungan postnasal Drip dengan bronkitis, dan tumpang

tindih antara bronkitis dengan asma Berhubungan dengan postnasal drip ini.

Diagnosis bronkitis sering ditegakkan Dalam praktek sehari-hari, sehingga

seharusnya bronkitis dapat dibedakan dan Ditetapkan dengan mudah. Namun

manifestasi utama dari penyakit ini adalah batuk, Yang bukan merupakan gejala

spesifik (Naning et al, 2008), sehingga sering kali Diagnosis bronkitis ditegakkan

apabila tidak ditemukan gejala dan tanda yang Mengarah ke penyakit lain.

B. Sejarah Bronkitis di Indonesia

Angka kejadian bronkitis di Indonesia sampai saat ini belum diketahui secara

pasti. Namun, bronkitis merupakan salah satu bagian dari penyakit paru obstruktif

kronik yang terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema/gabungan dari keduanya. 

Di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta pasien Penyakit Paru Obstruktif

Kronik (PPOK) dengan pravelensi 5,6%. Angka tersebut bisa terus naik seiring

banyaknya

jumlah perokok karena 90% pasien PPOK adalah perokok/mantan perokok. (Kem

entrian Kesehatan RI,2013).

Ditinjau dari prevalensinya, di Indonesia dari 10 penyakit terbanyak pada

rawat jalan, penyakit saluran pernafasan menempati urutan pertama pada tahun

1999, menjadi kedua pada tahun 2007 dan menjadi pertama pada tahun 2008.

Berdasarkan hasil survey kesehatan nasional 2001 diketahui bahwa infeksi

pernafasan (Bronkhitis dan pneimonia) menjadi kematian tertinggi (22,8%) dan

4
penyakit infeksi saluran pernafasan bawah merupakan salah satu infeksi yang

penyebab kematian (Depkes RI,2009).

Kejadian infeksi saluran pernapasan yang pernafasan yang terjadi di Provinsi

Jawa Tengah sering terjadi adalah bronchitis, cakupan penemuan dan penangan

bronchitis di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 0,06% (DinasKesehatanPr

ovinsiJawaTengah, 2012).

 Berdasarkan kasus bronkhitis yang didapat di RSUD Goeten Tarunadibrata a

ngka kejadian penyakit bronkhitis selalu meningkat dari tahun ketahun namun den

gan angka kejadian penyakit saluran pernafasan sebanyak 69 orang dan

dengan kejadian bronkhitis 12 orang dengan presentase 5.75% pada kasus yang

terjadi dibangsal Flamboyan. 

Indonesia belum memiliki data yang akurat tentang angka morbiditas

bronkitis akut maupun bronkitis kronik. Data mengenai bronkitis akut dapat kita

peroleh dari rumah sakit yang menyediakan bagian penyakit respiratory ataupun

rumah sakit sentra pendidikan. Penelitian untuk membahas tentang bronkitis

kronik jarang dilakukan, data angka kesakitan dapat diperoleh dari rumah sakit-

rumah sakit sentra pendidikan.

Di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan (2004) jumlah pasien bronkitis

kronik yang dirawat inap ada sebanyak 89 kasus dengan proporsi 1,43% yang

terbagi atas laki-laki 76 orang dan perempuan 13 orang dan usia paling banyak

adalah usia 45 tahun sebanyak 64 orang. Sedangkan untuk rawat jalan tahun 2002

kasus bronkitis kronik ada 97 kasus dengan proporsi 0,12% dan pada tahun 2003

terdapat 156 kasus dengan proporsi 0,2% dan pada

5
tahun 2004 terdapat 232 kasus dengan proporsi 0,28% dan terlihat ada peningkata

n kasus setiap tahunnya. Berdasarkan survei pendahuluan yang penulis lakukan di 

RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga, bahwa terdapat pasien yang rawat jalan pada

kelompok umur ≥ 15 tahun yang menderita bronkitis terdapat 135 orang pada

tahun 2010, pada tahun 2011 terdapat 149 orang dan pada tahun 2012 terdapat

153 orang. Dari uraian pada latar belakang di atas maka perlu dilakukan tentang

karakteristik penderita bronkitis yangrawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing

Sibolga dari bulan Januari 2010-Desember 2102.

Pada tahun 2007 di Negara berkembang seperti Indonesia infeksi saluran

pernafasan bawah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting.

Resiko penularan setiap tahun di Indonesia di anggap cukup tinggi. Di Indonesia

yang terinfeksi bronkhitis sekitar 1,6 juta orang. Bronkitis adalah suatu

peradangan pada bronkus, bronkhiali, dan trakhea (saluran udara ke paru-paru).

Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna.

Tetapi pada penderita yang memilki penyakit menahun (misalnya penyakit

jantung atau penyakit paru-paru) dan usia lanjut, bronkhitis bisa menjadi masalah

serius (Arif, 2008).

C. Pengertian Bronkitis

Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya inflamasi bronkus

(Ngastiyah, 2003). Bronkitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu

trachea dan bronchus) karena infeksi virus atau bakteri (Catzel dan Robert, 1998).

6
Bronkitis adalah inflamasi pada saliuran nafasyang luas (trakea dan bronkhi)

yang kebanyakan selalu berhubungan dengan infeksi respiratori atas (Wong,

2003).

Menurut Darnold (2002), bronkhitis adalah peradangan satu atau lebih

bronkhus, dapat bersifat akut dan kronik. Gejala-gejala yng biasanya termasuk

demam, batuk dan ekspektori. Bronkhitis akut adalah serangan bronkhitis dengan

perjalanan penyakit yang singkat atau kurang berat, gejala-gejala termasuk

demam, batuk dan pilek. Serangan berulang mungkin menunjukkan bronkhitis

kronis. Bronkhitis kronis adalah suatu bentuk penyakit obstruksi paru kronik, pada

keadaan ini terjadi iritasi bronkhial dengan sekresi yang bertambah dan batuk

produktif selama sedikitnya tiga bulan atau bahkan dua tahun brturut-

turut,biasanya keadaan ini disertai enfisema paru.

Menurut Sherwood (2014), Bronkhitis adalah suatu penyakit peradangan

saluran nafas bawah jangka panjang, umumna dipicu oleh pajanan berulang ke

asap rokok, polutan udara, atau alergen.

Menurut Widagdo (2012), bronkhitis ialah inflamasi non spesifik pada

bronkus umumnya (90%) disebabkan oleh virus (adenovirus, influenza,

parainfluenza, RSV, rhinovirus, dan harpes simplex virus) dan 10% oleh bakteri,

dengan batuk sebagai gejala yang paling menonjol.

Bronkhitis adalah inflamasi jalan pernafasan dengan penyempitan atau

hambatan jalan nafas di tandai peningkatan produksi sputum mukoid,

menyebabkan ketidak cocokan ventilasi-perfusi dan mennyebabkan sianosis

(FKUI, 2007). Bronkhitis adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung

7
dan tenggorokan dimana bronkus merupakan suatu pipa sempit yang berawal pada

trakhea, yang menghubungkan saluran pernafasan atas, hidung, tenggorokan, dan

sinus ke paru. Gejala bronkhitis di awali dengan batuk pilek, akan tetapi infeksi

ini telah menyebar ke bronkus, sehingga menjadikan batuk akan bertambah parah

dan berubah sifatnya (Hidayat, 2011).

Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang

menyerang. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang lingkungannya

banyak polutan, misalnya orang tua yang merokok dirumah, asap kendraan

bermotor, asap hasil pembakaran pada saat masak yang menggunakan bahan

bakar kayu. Di Indonesia masigh banyak keluarga yang setiap hari menghirup

polutan ini, kondisi ini menyebabkan angka kejadian penyakit bronkhitis sangat

tinggi (Marni, 2014)

Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan

inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang

bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam 2

minggu. Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus

influenza, virus parainfluenza, Adenovirus, virus rubeola, dan Paramixovirus dan

bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia, Bor

detella  pertussis, atau Corynebacterium diphtheria (Rahajoe, 2012).

8
Bronkitis kronis adalah suatu keadaan dimana terjadinya batuk produktif yang

berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut (Smeltzer &

Bare, 2002). Br Corynebacterium diphtheria onkitis dibagi menjadi dua:

1. Bronkitis akut

Merupakan infeksi saluran pernapasan akut bawah. Ditandai dengan awitan

gejala yang mendadak dan berlangsung lebih singkat. Pada bronkitis jenis ini,

inflamasi (peradangan bronkus biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau

bakteri, dan kondisinya diperparah oleh pemaparan terhadap iritan, seperti asap

rokok, udara kotor, debu, asap kimiawi, dll.

2. Bronkitis kronis

Ditandai dengan gejala yang berlangsung lama (3 bulan dalam setahun selama

2 tahun berturut-turut). Pada bronkitis kronik peradangan bronkus tetap

berlanjut selama beberapa waktu dan terjadi obstruksi/hambatan pada aliran

udara yang noral bronkus.

D. Vektor Bronkitis

9
Yang membawa penyakit bronkitis biasanya didahului oleh suatu infeksi

saluran nafas bagian atas oleh virus dan infeksi bakteri sekunder oleh S.

Pneumonia atau hemohilus influenza. Adanya bahan-bahan pencemar udara juga

memperbruk keadaan penyakit begitu juga dengan menghisap rokok (Ngastiyah,

2003).

E. Penyebab Bronkhitis

Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus,

Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus par influenza, dan

Coxsackie virus. Bronkhitis adalah suatu peradangan pada bronchus yang

disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun

parasit. Bronkhitis akut merupakan proses radang akut pada mukosa bronkus

beserta cabang-cabangnya yang disertai dengan gejala batuk pada bronkitis akut

harus dipastikan tidak berasal dari penyakit saluran pernafasan lainnya (Gonzales

R, Sande M, 2008).

Bronkhitis akut dapat disebabkan oleh:

a. Infeksi virus: influenza virus, parainfluenza virus, Respiratory Syncitial Virus

(RSV), adenovirus, coronavirus, rhinovirus, dan lain-lain.

b. Infeki bakteri Bordatella pertussis, Bordatella parapertussis, Hemophilus

influenza, Streptoccus pneumoniae, atau bakteri atipik (Mycoplasma

pneumoniae, Chlamydia pneumonia, Legionella).

c. Jamur

10
d. Noninfeksi: polusi udara, rokok, dan lain-lain. Penyebab bronkitis akut yang

paling sering adalah infeksi virus yakni sebanyak 90% sedangkan infeksi

bakteri hanya sekita <10% (Jonssonet al, 2008).

Bronkhitis kronik dan batuk berulang adalah sebagai berikut:

a. Asma

b. Infeksi kronik saluran nafas bagian atas (misalnya sinobronchitis).

c. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma,

chlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.

d. Penyakit paru ang telah ada misalnya bronchiectasis.

e. Sindrom aspirasi

f. Penekanan pada saluran nafas.

g. Benda aing

h. Kelainan jantung bawaan

i. Kelainan silia primer

j. Defisiensi iunologis

k. Kekurangan anfa-1-antitripsin

l. Fibrosis kistik

m. Psikis

Tidak seperti bronkitis akut, bronkitis kronis terus berlanjut dan merupakan

penyakit yang serus. Merokok adalah penyebab yang paling besar, tetapi poluso

udara dan debu atau gas beracun pada lingkungan atau tempat kerja jugadapat

berkontribusi pada penyakit ini.

11
F. Gejala Klinis Bronkhitis

a. Sesak nafas/ Dispnea

Sesak nafas atau dispnea adalah perasaan sulit bernafas dan merupakan gejala

yang sering di jumpai pada penderita bronkhitis. Tanda objektif yang dapat di

amati dari sesak nafas adalah nafas yang cepat, terengah-engah, bernafas

dengan bibir tertarik ledalam (pursed lip), hiperkapnia (berkurangnya oksigen

dalam darah), hiperkapnia atau meningkatnya kadar karbondioksida dalam

darah (Diarly, 2008).

b. Nafas berbunyi

Bunyi mengi (weezing) adalah suara pernafasan yang disebabkan oleh

mengalirnya udara yang melalui saluran nafas sempit akibat kontriksi atau

ekskresi mucus yang berlebihan (Ikhawati, 2011)

c. Batuk dan sputum

Batuk adalah gejala paling umum pada penderita bronkhitis, seingkali pada

penderita bronkhitis mengalami batuk-batuk hampir setiap hari serta

pengeluaran dahak sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun

dan paling sedikit 2 tahun (Mansjoer, 2000)

d. Nyeri dada

Nyeri dada sering sekali terjadi pada penderita bronkitis karena ada inflamasi

pada bronkus. Pada penderita bronkitis rasa nyeri didada dirasakan dengan

tingkat keparahan penyakit (Alsagaff dan Mukty, 2009).

e. Nafas cuping hidung

12
Pada balita dan anak-anak penderita bronkhitis kadang terjadi adanya nafas

cuping hidung, tetapi tidak semua penderita bronkhitis mengalami hal tersebut.

Dengan adanya cuping hidung berarti terdapat gangguan pada sistem

pernafasan yang menyebabkan kepayahan dalam bernafas (Mutaqqin, 2008).

G. Diagnosa Bronkhitis

Pada tahap awal penyakit, sangat sulit untuk membedakan gejala dan

bronkitis dari flu biasa. Saat pemeriksaan fisik, dokter akan menggunakan

stetoskop untuk mendengarkan dengan seksama paru-paru saat penderita

bernapas. Berikut tes yang mungkin dijalani:

a. X-ray dada. X-ray dada dapat membantu menentukan jika seseorang

memiliki pneumonia atau kondisi lain yang menjelaskan batuk. Hal ini

penting jika penderita merokok.

b. Pemeriksaan dahak. Dahak adalah lendir yang dibatukkan penderita dari

paru-paru. Pemeriksaan fungsi paru. Pemeriksaan ini dapat mengecek

apakah kita menderita asma atau emfisema.

H. Proses terjadinya Bronkitis


Virus yang ada di daerah bronkus ini
kemudian dapat menyebabkan saluran napas
menjadi bengkak, meradang, dan tersumbat
oleh lendir yang dihasilkannya.

Batuk dengan atau tanpaBronkitis akut. Kondisi ini


dahak. Biasanya
dahak yang dikeluarkanumumnya dialami oleh anak
berwarna bening,
Virus Flu dan berusia di bawah 5 tahun.
kehijauan, dan kekuningan.
Pilek, infeksi Bronkitis tipe akut biasanya
bakteri pulih dengan sendirinya dalam
waktu satu minggu hingga 10
Merokok, polusi Bronkitis Akut hari. Namun, batuk yang
Batuk terus menerus, pilek,dapat berlangsung lebih
dialami
udara, debu dan dan Bronkitis demam rendah dengan
lainnya. Kronis 13 lama.suhu
sekitar 37,7 sampai 38,8 derajat
Celcius, Badan terasa panas dingin
(meriang).
I. Cara Penularan Penyakit Bronkitis

Bronkitis disebabkan oleh virus maupun bakteri. Bronkitus virus merupakan

yang biasanya sering terjadi. Virus yang sering menyebabkan bronkitis umumnya

adalah virus biasa. Virus ini terdapat pada lendir yang berada pada hidung atau

mulut seseorang ketika bersin atau batuk.

Bronkitis juga bisa terjadi karena bahan yang mengiritasi seperti kabut asap,

asap rokok, produk rumah tangga, butiran debu, tekstil (serat kain), amonia, asam

kuat, dan kloin.

J. Penyebaran Penyakit Bronkitis

Virus yang sering menyebabkan bronkitis umumnya adalah virus biasa. Virus

ini terdapat pada lendir yang berada pada hidung atau mulut seseorang ketika

bersin atau batuk. Lendir bervirus ini bahkan dapat menyebar pada orang lain

yang berada di sekitar hingga kisaran jarak satu meter. Tak hanya itu, bronkitis

juga bisa terjadi karena bahan yang mengiritasi seperti asap rokok. Rokok

merupakan penyebab utama bronkitis kronis,. Tak hanya menyerang perokok

aktif, bronktis juga bisa menyerang perokok pasif.

Tiap isapan rokok berpotensi akan merusak bulu-bulu kecil didalam paru-paru

yang disebut rambut silia. Rambut silia ini berfungsi untuk menghalau dan

menyapu keluar debu, iritasi, dan lendir yang berkelebihan. Setelah beberapa

lama, kandungan rokok bisa menyebabkan kerusakan permanen pada silia dan

lapisan dinding bronkus.

14
Saat ini sedang terjadi, kotoran jadi tidak bia dikeluarkan dan dibuang dengan

normal. Lendir dankotoran yang menumpuk didalam paru-paru membuat sistem

pernapasan menjadi lebih rentan terserang infeksi

K. Determinan Kejadian Bronkitis (HAE dan OTW)

Determinan Penyakit Bronkitis menurut Host, Agen dan Environment

a. Host (Pejamu)

1. Umur

Suatu penelitian yang dilakukan di Brazil pada tahun 2010 diperoleh

kemungkinan relatif bronkitis kronik terlihat pada laki-laki (OR= 2,17,

95% CI 1,50-3,13), pendapatan keluarga yang rendah (OR= 2,60, 95%

CI 1,47-4,47 untuk kuartil terendah) rendah sekolah (OR=4,65, 95% CI

2,36-9,18 bagi mereka dengan tidak sekolah). (Menezes, A.M, et al.,

2010)

2. Merokok

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking, rokok

adalah utama timbulnya bronkitis. Terdapat hubungan yang erat antara

merokok dan penurunan VEP (volume eksipirasi paksa) 1 detik. Secara

patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus

dan metaplasia skuamusepitel saluran pernapasan juga dapat

menyebabkan bronkitis akut. (Jefferson, 2011)

Penelitian di Brazil pada tahun 2010 mendapatkan hasil penelitian

dengan kebiasaan merokok (OR=6,92, 95% CI 4,22-11,36 untuk perokok

dari 20 atau lebih rokok per hari). (Menezes, A.M, et al., 2010)

15
3. Infeksi

Eksaserbasi bronkitis disangka paling sering diawali dengan infeksi

virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri

yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan

Streptococus pneumonia. Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus,

bakteri dan (terutama) organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma

pneumoniae dan Chlamydia). (Sutoyo, K.D., 2008)

4. Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi

bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga

menyebabkan bronkitis adalah zat-zat pereduksi seperti O2, zat-zat

pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, dan ozon. (Sutoyo, K.D.,

2008)

5. Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau

tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa-1-antitrosin yang merupakan

suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif.

Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan

pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.

6. Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronkitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial

ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi

yang lebih jelek.

16
b. Agent (Bibit penyakit)

Bronkitis dapat disebabkan oleh virus (virus influenza, respiratory syncytal

virus)., bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma

pneumoniae dan Chlamydia).

c. Environment (Lingkungan)

Pencemaran udara merupakan masalah paling serius di daerah perkotaan.

Urbanisasi mengakibatkan meningkatnya aktivitas manusia dan kepadatan

penduduk. Peningkatan penduduk akan diikuti oleh semakin meningkatnya

kebutuhan di bidang transportasi.

Kegiatan industri juga mengakibatkan meningkatnya pencemaran dan

akan berdampak terhadap menurunnya kualitas lingkungan. Hal ini akan

berpengaruh terhadap meningkatnya berbagai kasus penyakit, termasuk

bronkitis. (Kusnputranto H, Susana D., 2003.)

Determinan Penyakit Bronkitis menurut OTW:

1. Orang

Penderita bronkitis cenderung kasusnya lebih tinggi pada laki-laki

dibandingkan pada perempuan. Hal ini dipicu dengan keaktivitasan

merokok yang lebih cenderung banyak dilakukan oleh kaum laki-laki.

2. Tempat

Penduduk di kota sebagian besar sudah terpajan dengan berbagai zat-zat

poluton di udara, seperti asap pabrik, asap kedraan bermotor, asap

pembakaran dan asap roko. Hal ini dapat memberikan dampak terhadap

terjadinya bronkitis.

17
3. Waktu

Bronkitis lebih sering terjadi pada musim dingin pada daerah yang

beriklim tropis atapun musim hujan pada daerah yang memiliki dua musim

yaitu daerah tropis.

L. Pencegahan penyakit Bronkitis

5 Level Prevention (5 Tingkat Pencegahan)

1. Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)

Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan

proses bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan

manusia dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki

lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat. Yang

dilakukan pada penyakit bronkitis yaitu memberikan penyuluhan kepada

masyarakat betapa pentingnya menjaga kebersihan dengan tidak

membakar sampah yang mengakibatkan polusi, yang akan enyebabkan

penyakit ini.

2.  Perlindungan Umum Dan Khusus Terhadap Penyakit-Penyakit

Tertentu (General And Specific Protection)

Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah

penyakit, menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan

dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu.

Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko

terkena penyakit tertentu.Yang dilakukan pada penyakit bronkitis yaitu

18
kurangi merokok dan jauhi seseorang ketika sedang bersin karena virsnya

akan menyebar kepada kita.

3. Penegakkan Diagnosa Secara Dini Dan Pengobatan Yang Cepat Dan

Tepat (Early Diagnosis And Prompt Treatment)

Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin

danmelakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat. Yang

dilakukan pada penyakit bronkitis yaitu istrahat yang cukup karena

melawan infeksi tubuh butuh waktu untuk mengistrahatkan seluruh sistem,

minum air putih yang banyak agar tubuh yang terhidrasi akan membantu

menipiskan lendir pada saluran bronkial dan menghirup uap hangat untuk

mengurangi lendir dan mengi pada para penderita bronkitis.

4.  Pembatasan Kecacatan (Dissability Limitation)

Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien

dengan penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih

berat, menyembuhkan pasien, serta mengurangi kemungkinan terjadinya

kecacatan yang akan timbul.Yang dilakukan pada penyakit ini sesak jika

menghirup rokok.

5.  Pemulihan Kesehatan (Rehabilitation)

Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke

masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar

tidak menjadi beban orang lain. Yang dilakukan pada penyakit bronkitis ini

memberikan peyuluhan kepada penderita jika dia sudah perokok keras

19
berikan dia pencerahan dimana dia harus mengurangi merokok agar tidak

membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Faktor menurut Hendrik L. Blum (1974)

1. Lingkungan

Meningkatnya masalah kesehatan juga berhubungan erat dengan

berbagai gangguan kesehatan akibat kemajuan dalam berbagai bidang

terutama dibidang industri yang banyak mempengaruhi kedaan

lingkungan, termasuk lingkungan fisik, biolohis maupun lingkungan sosial

budaya. Asap rokok, polusi udara, debu dan gas beracun di lingkungan

atau tempat kerja juga bisa memperparah kondisi ini (Noor, 2009).

2. Perilaku

Kebiasaan merokok adalah perilaku yang menyebabkan bronkitis. Tak

hanya merokok menghirup asap rokok dapat membuat silia berhenti

berfungsi untuk sementara waktu. Jika seseorang terus-menerus merokok,

maka silia menjadi rusak parah. Kerusakan pada bronkus dan silia yang

berulang-ulang karena asap rokok, dapat berkembang menjadi bronkitis

kronis.

3. Pelayan Kesehatan

Untuk pelayanan kuratif memberikan pendekatan asuhan bagi penderita

bronkitis. Untuk pelayanan preventif memberikan penyuluhan tentang

bahaya merokok dan sanitasi lingkungan.

4. Keturunan

20
Tidak ada faktor keturunan. Karena penyakit hanya disebabkan oleh

kebiasan dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Albert. B, A. Johnson, J. Lewis, M. Raff, K. Roberts, P. Walter. 2008. Molecular

Biology of The Cell. Garland Science. Newyork. Pp 374-375.

Alimul, Aziz H. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis

Data. Jakarta: Salemba Medika

Alsagaff H., Mukty A., 2009. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Surabaya :

Airlangga University Press

Asmoro, Y., Suranto, dan D. Sutoyo. 2008. Pemanfatan Limbah Tahu Untuk

Peningkatan Hasil Tanaman Petsai (Brassica Chinensis). Jurnal

Bioteknologi. 5 (2) : 51-55.

Chiron, Raphael., Isabelle Vachier, Ghamartaj Khanbabaee, NicolasMolinari, Mur

iel Varrin, Philippe Godard, Pascal Chanez. 2010. Impact of Rhinitis on Ast

hma Control in Children: Association With  FeNO.  Journal of Asthma Vol

47 no. 6 : 604-608.

Cruz,A.A., T.Popov, R. Pawankar, I. Annesi-Maesano, W. Fokkens,

J. Kemp, K. Ohta, D. Price, J.Bousquet, on behalf of ARIA Initiative Scienti

fic Committee. 2007. Common characteristics of upper  and lower airways

in rhinitis and asthma: ARIA update, in collaboration with GA2 LEN.

Allergy Vol 62 : 1-41.

Cruzz,A.A., T.Popov, R. Pawankar, I. Annesi-Maesano, W. Fokkens, J. Kemp, K.

Ohta, D. Price, J. Bousquet, on behalf of ARIA Initiative

ScientificCommittee. 2007. Common characteristics of upper and lower

22
airways in rhinitis and asthma: ARIA update, in collaboration with

GA2LEN. Allergy Vol 62 : 1-41

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. 

Dinkes, Jateng. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. 2013,

Semarang: Dinkes Jateng

Fahey, Tom 2005. Bronchitis and Sinusitis. In: Peter G. Gibson (ed). Evidence-

Based Respiratory Medicine. Massachusetts : Blacwell Publishing Ltd.

Hanzel, Trevor T. 2004. Introduction : definitions, burden, and causation. In : An

Atlas of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. B London : The

Parthenon Publishing Group. pp: 8-10

Hunter dan King, 2001, C0PD : Management of Acute Exacerbations and Chronic

Stable Disease, American Family Physician, 64(4):603-612.

Ikawati, Z. 2011. Penyakit Sistem pernafasan dan Tatalaksana Terapinya.

Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitban

Kim, Jung-Soo., Bruce K. Rubin. 2007. Nasal and Sinus Inflammation in

Chronic Obstructive Pulmonary Disease. COPD : Journal of Chronic

Obstrustive Pulmonary Disease Vol 4 no. 2 : 163-166.

Kusnoputranto, H., Susanna, D. 2000. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok.

Linneberg, A., N. Henrik Nielsen, L. Frolund, F. Madsen, A. Dirksen, T.

Jorgensen. 2002. The link between allergic rhinitis and allergic asthma: A

prospective population-based study. Allergy Vol 57 : 1048-1052

23
Lundbland, L. 2002. Allerrgic Rhinitis and Alerrgic Astmha : A Uniform Airway

Disease? Alerrgy Vol.57 : 969-971.

Mansjoer, A (2000) Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media

Aesculapius.

Marni. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan

Pernapasan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Muttaqin, A (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem

Persarafan, Jakarta: selemba medika.

Naning, Roni., Hadianto Ismangoen, Amalia Setyati. 2008. Bronkitis Akut. In:

Rahardjoe, Nastiti N., Bambang Supriyatno, Darmawan Budi Setyanto

(eds). Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter

Anak Indonesia. pp: 330-331

Ngastiyah, 2003, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Nurjihad, Andi., Faisal Yunus. 2001. Hubungan Penyakit Saluran Napas Atas

dan Asma. J Respir Indo Vol.21, No. 2: 78-83.

Rahajoe N., 2012. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

pp.583-593

Sherwood, LZ., 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta:

EGC, 595-677.

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh

Agung Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta.

24
Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1.

Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Togias, A, 2003. Rhinitis and Asthma evidence for Respiratory Sistem

Integration. J Allergy Clin Immunol Vol III : 1171-83

Wenzel RP dan Flower AA. 2006. Acute Bronchitis. The New England Journal

og Medicene. Hal : 2125-30

Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta:

CV Sagung Seto.

Wong, Dl., 2003, Wong dan Whaley Clinical Manual of Pediatric Nursing,

Fourht Edition, Mosby year book, Missouri. Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai