Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TENTANG

CRITICAL THINGKING, CRITICAL REASONING,


INFERMED CHOICE AND INFORMED CONSENT

NAMA KELOMPOK I :
1. NOFITRIANI SENSILIA DIMU
NIM : 202215302006
2. MEGARIA LATIKA DAUD
NIM : 202215302010
3. A.A. ISTRI DINDA PERMATA DEWI
NIM : 202215302007
PRODI : D-IV KEBIDANAN (SEMESTER I)
DOSEN PENGAMPU : KADEK WIDIANTARI, S. ST, M. KES

POLITEKNIK KESEHATAN KARTINI BALI


TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Critical
Thingking, Critical Reasoning, Infermed Choice And Informed Consent” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ( Dosen
Kadek Widiantari, S. ST, M.Kes) pada Mata Kuliah Pengantar Praktik Kebidanan. Selain
itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu,kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini

Denpasar, 13 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................2
1.3 TUJUAN ...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN CRITICAL THINGKING (BERFIKIR KRITIS)........................4
2.2 TUJUAN CRITICAL THINKING.........................................................................5
2.3 LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN  
PRINSIP CRITICAL THINGKING DAN LANGKAH-LANGKAH YANG
DISARIKAN DALAM ELMANSY (2016)............................................................6
2.4 PENGERTIAN CRITICAL REASONING............................................................7
2.5 PENGERTIAN INFORMED CHOICE.................................................................8
2.6 PERAN BIDAN DALAM INFORMED CHOICE................................................9
2.7 PENGARTIAN INFORMED CONSENT.............................................................10
2.8 TUJUAN INFORMEND CONSENT ...................................................................11
2.9 DASAR HUKUM INFORMED CONSENT ........................................................12
2.10 BENTUK, FUNGSI DAN UNSUR INFORMED CONSENT..............................13
2.11 PEMBUATAN DAN PENGGUNA INFORMED CONSENT..............................14

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN ......................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran presepsi. Berpikir kritis merupakan
konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses
belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas
tentang komponen berpikir kritis dalam keperwatan yang di dalamnya di pelajari
definisi, elemen berpikir kritis, model berfikir kritis, analisis berfikir kritis, berfikir
logis dan kreatif, karateristik, pemecahan masalah dan langkah-langkah pemecahan
masalah, proses pengambilan keputusan, fungsi, model penggunaan atribut proses
intuisi , indicator dan prinsip utama. Sedangkan critical reasoning melibatkan self-
regulating dari interpretasi, analisa, dan evaluasi informasi klinis, membuat
argument untuk hipotesa, menarik kesimpulan dari informasi dan menjelaskan
alasan di balik diagnosis yang di pilih. Critical thingking dan critical sama-sama
melibarkan proses berpikir, karena komponen critical reasoning ini termasuk
komponen critical thingking, jadi critical reasoning adalah bentuk critical thinking
dalam konteks klinis.
Bidan sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi asuhan
kebidanan dengan menggunakan proses kebidanan akan selalu dituntut untuk 
berfikir kritis dalam berbagai situasi. Penerapan berfikir kritis dalam proses 
kebidanan dengan kasus nyata yang akan memberikan gambaran kepada bidan 
tentang pemberian asuhan kebidanan yang komprehensif dan bermutu. Seseorang
yang berfikir dengan cara kreatif akan melihat setiap masalah dengan sudut yang
selalu berbeda meskipun obyeknya sama, sehingga dapat dikatakan  dengan 
tersedianya pengetahuan baru, seseorang profesional harus selalu
melakukan sesuatu dan mencari apa yang selalu efektif dan ilmia dan memberikan
hasil yanglebih baik untuk kesejateraan diri maupun orang lain
 Akhir-akhir ini banyak dibicarakan di media massa masalah dunia
kebidanan yang dihubungkan dengan hukum. Bidang kebidanan yang dahulu
dianggap profesi mulia, seakan-akan sulit tersentuh oleh orang awam, kini mulai
dimasuki unsur hukum. Salah satu tujuan dari hukum atau peraturan atau deklarasi
atau kode etik kesehatan atau apapun namanya,adalah untuk melindungi
kepentingan pasien disamping mengembangkan kualitas profesi bidan atau tenaga
kesehatan. Keserasian antara kepentingan pasien dan kepentingan tenaga kesehatan,
merupakan salah satu penunjang keberhasilan pembangunan sistem kesehatan.
  Pada awal abad ke-20 telah tumbuh bidang hukum yang bersifat khusus
(lexspesialis), salah satunya hukum kesehatan, yang berakar dari pelaksanaan hak
asasi manusia memperoleh kesehatan (the Right to health care). Masing-masing
pihak, yaitu yang memberi pelayanan (medical providers) dan yang menerima
pelayanan (medical receivers) mempunyai hak dan kewajiban yang harus dihormati.
  Agar dapat menanggulangi masalah secara proporsional dan mencegah apa
yang dinamakan malpraktek di bidang kebidanan, perlu adanya informed consent 
(persetujuan  penjelasan) dan informed choice (pilihan pasien).
 
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latr belakang di atas dapat di rumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari critical thingking?
2. Apa tujuan dari critical thingking?
3. Bagaimana langkah-langkah pemecahan masalah berdasarkan prinsip critical
thingking dan langkah-langkah yang disarikan dalam Elmansy (2016)?
4. Apa pengertian dari critical reasoning?
5. Apa pengertian informed choice?
6. Bagaimanakah peran bidan dalam informed choice?
7. Apa pengertian dari informed consent?
8. Apa tujuan informed consent?
9. Bagaimana bentuk, fungsi, unsure dan dimensi informed consent?
10. Bagaimana pembuatan dan pengguna informed consent?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui tentang critical thingking dan critical reasoning?
2. Mengetahui tentang informed choice dan informed consent?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Apa Pengertian Critical Thingking (Berfikir Kritis)


Berfikir kritis adalah suatu cara berpikir tentang subjek , konten, atau
masalah yang dilakukan oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual
dan memaksakan standar yang tinggi atas intelektualitas mereka. Untuk dapat
menerapkan berpikir kritis, di perlukan kemampuan-kemampuan intelektualitas,
pengalaman, dan sumber referensi/bukti yang kuat.
Suatu proses di siplin intelektual yang secara aktif dan terampil
mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis dan/atau 
mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau di hasilkan oleh, pengamatan,
pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan
dan tindakan.

2.2 Tujuan Critical Thinking


1. Merumuskan masalah dengan jelas dan tepat.
2. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan
3. Berpikir terbuka dalam system pemikiran
4. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi
untuk masalah yang kompleks
“ Dalam pengambangan proses berpikir kritis, di perlukan keterampilan
dalam hal: analisis, reasoning, evaluating, disision making, dan problem
solving”
“dalam penerapan asuhan kebidanan, penerapan berfikir kritis di tujukan
atas agar mahasiswa dapat melakukan pemecahan masalah (problem solving)
yang mungkin di jumpai dalam kasus-kasus kebidanan yang di jumpai di
lapangan”.
2.3 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Berdasarkan Prinsip Critical Thingking Dan
Langkah-Langkah Yang Disarikan Dalam Elmansy (2016)

a. Langkah-langkah pemecahan masalah berdasarkan prinsip critical thingking


yaitu:
 Lakukan indentifikasi masalah. Dalam asuhan kebidana, identifikasi masalah
merupakan diagnosis kasus. Diagnosis dapat di tegakkan dengan baik
apabila pengumpulan data subjektif dan objektif dilakukan secara benar dan
menyeluruh.
 Mengeksplorasi informasi dan membangun ide. Eksplorasi informasi berarti
mengumpulkan dasar/bukti ilmiah yan relevan sebagai bahan rujukan dalam
penatalaksanaan kasus. Sedangkan membangun ide adalah mengambil
kemungkinan keputusan klinik berdasarkan bukti ilmiah/referensi terbaik
dan berdasarkan standar prosedur yang berlaku.
 Memilih ide terbaik. Dalam tahapan ini, kita dapat salah satu keputusan
klinik yang telah kita bangun (berdasarkan kajian ilmiah) guna mendukung
asuhan yang epidence based.
 Uji caba keputusan klinik. Pada tahapan ini, solusi yang di tawarkan
sebelumnya, kita uji coba pada pasien berdasarkan prinsip-prinsip etika yang
berlaku.
 Langkah terakhir adalah melakukan evaluasi hasil. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui keefektifan metode yang di gunakan, sehingga dapat di
aplikasikan pada banyak kasus.

b. Langkah-langkah yang disarikan dalam Elmansy (2016):


 Knowledge. Langkah pertama adalah mengelolah sumber informasi yang
sesuai sebagai dasar pengetahuan dalam pengambilan keputusan dalam
berpikir kritis.
 Comprehension. Pada langkah ini di sampaikan alasan ilmiah yang
terstruktur sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, dengan memahami
apa yang di baca, di dengar atau dilihat secara komprehensif.
 Aplication. Mengetahui penerapan yang akan dilaksanakan secara
komprehensif, dengan mempertimbangkan bukti-bukti ilmiah yang telah di
dapat sebagai dasar pengambilan keputusan.
 Analize. Menganilis masalah dengan membaginya menjadi sub-sub masalah
dan mempelajarinya perbagian. Hal ini di lakukan dengan
megidentifikasikan asumsi-asumsi yang mungkin muncul dari bukti-bukti
ilmiah yang telah di dapat untuk dilakukan analisis kritis.
 Synthesis. Melakukan sintesis dengan mengkombinasikan analisis-analisis
yang telah di buat kedalam bentuk teori baru, dilakukan dengan
mengevaluasi pendapat-pendapat yang tersedia dalam bukti-bukti ilmiah
yang di dapat.

2.4 Pengertian Critical Reasoning


Reasoning adalah cara berfikir manusia unrtuk merespon seseorang dengan
menganalisis fakta untuk membentuk penilaian. Subjeknya kompleks, dan ada
beberapa definisi yang berbeda mengenai konsep ini, yang umumnya mencakup
analisis rasional, skeptic, atau evaluasi bukti vaktual. Hasil dari berfikir yang
kemudian di mulai dari kemampuan menganalisis, mengaplikasikan pikiran dan
pada akhirnya mampu membuat dan menciptakan sehingga bisa dikatakan orang itu
kreatif.

2.5 Pengertian informed choice


Informed Choice berarti membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan te
ntang alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice) harus dibedakan dari
persetujuan (concent). Persetujuan penting dari sudut pandang bidan, karena itu
berkaitan dengan aspekhukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedu yang
dilakukan oleh bidan. Sedangkan pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang
wanita (pasien) sebagai konsumen penerima jasa asuhan kebidanan.

2.6 Peran Bidan Dalam Informed Choice


Setelah memberikan informasi mengenai berbagai pilihan yang ada, bidan
harus memberikan kesempatan kepada klien dan keluarganya untuk memikirkan
atau mempertimbangkan semua pilihan tersebut. Bidan harus menjamin bahwa hak
wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan
kode etik Internasional bidan yang dinyatakan oleh International Confederation Of
Midwives (ICM) 1993, bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah
mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab
untuk hasil dari pilihannya.
Sebagai seorang bidan dalam memberikan Informed Choice kepada klien harus:
1. Memperlakukan klien dengan baik.
2. Berinteraksi dengan nyaman
3. Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak
berlebihan.
4. Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai
dengan kondisinya.
5. Mendorong wanita memilih asuhannya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses Informed Choice:
1. Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
2. Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dan dimengerti klien
3. Bidan harus belajar untuk membantu klien melatih diri dalam menggunakan
haknya dan menerima tanggung jawab untuk keputusan yang mereka ambil
4. Asuhan berpusat pada klien
5. Tidak perlu takut pada konflik tetapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan
untuk saling memberi dan mungkin melakukan penilaian ulang yang objektif,
bermitra dengan klien dan suatu tekanan positip terhadap perubahan
CONTOH INFORMED CHOICE DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
Beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh klien yaitu :
 Tempat melahirkan dan kelas perawatan
 Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan
 Pendamping waktu melahirkan
 Metoda monitor denyut jantung janin
 Percepatan persalinan / augmentasi
 Diet selama proses persalinan
 Mobilisasi selama proses persalinan
 Pemakaian obat penghilang sakit
 Metode pengurangan rasa sakit
 Pemecahan ketuban secara rutin
 Posisi ketika melahirkan
 Episiotomi
 Keterlibatan suami waktu bersalin
 Pemeriksaan laboratorium dan screening antenatal
 Pilihan pemakaian alat kontrasepsi

PERBEDAAN INFORMED CHOISE DAN INFORMED CONSENT


1. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan karena berkaitan
dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan
dilakukan bidan
2. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa
asuhan kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang
sesungguhnya dan menerapkan aspek otonomi pribadi menentukan “ pilihannya”
sendiri.
2.7 Pengartian Informed Consent
Persetujuan/consen penting dilihat dari sudut pandang bidan, karena 
berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur
yang akan dilakukan oleh bidan.
Ada beberapa pengertian informed consent yaitu :
a. Menurut D. Veronika Komalawati, SH , “Informed Consent” dirumuskan
sebagai “suatu kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan
dilakukan dokter terhadap dirinya setelah memperoleh informasi dari dokter
mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai
informasi mengenai segala risiko yang mungkin terjadi.
b. Persetujuan dari pasien atau keluarganya terhadap tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap dirinya atau keluarganya setelah mendapat penjelasan yang
adekuat dari dokter / tenaga medis.

2.8 Tujuan Informend Consent


Tujuan Informed Consent yaitu untuk melindungi pasien dari tindakan medis
yang dilakukan tanpa sepengetahuannya, tindakan medis yang sebenarnya tidak
diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya, tindakan medis yang
bertentangan dengan hak asasi pasien dan standar profesi medis, penyalahgunaan
alat canggih yang berbiaya tinggi yang sebenarnya tidak perlu. Melindungi dokter /
tenaga kesehatan terhadap suatu kegagalan, karena prosedur medik modern tidak
tanpa risiko dan pada setiap tindakan medik melekat suatu risiko.

2.9 Dasar Hukum Informed Consent
Informed Consent untuk tindakan medik telah diatur dalam Permenkes No.
290/2008 sebagai langkah yang paling penting untuk mencegah terjadinya konflik
dalam masalah etik antara tenaga kesehatan / bidan dengan pasien.
 Dasar hukum proses Informed Consent: :
- UUD RIZ tahun 1945
- UU No.39/1999 tentang HAM
- UU No.36/2009 tentang Kesehatan
- UU No.44/2009 tentang Rumah Sakit
- UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran
- Permenkes No.290/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
 Sedangkan aspek hukum persetujuan tindakan medis:
- Pasal 1320 KUH Peardat syarat sahnya persetujuan
- KUH Pidana pasal 351
- UU No.23/1992 tentang Kesehatan pasal 53
- UU No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 45 ayat 1-6

2.10 Bentuk, Fungsi Dan Unsur Informed Consent


a) Bentuk informed consent
Informed Consent terdiri dari 2 bentuk yaitu: :
- Implied Consent
Yaitu persetujuan yang dianggap telah diberikan walaupun tanpa pernyataan
resmi yaitu pada keadaan emergency yang mengancam jiwa pasien, tindakan
penyelamatan kehidupan tidak memerlukan persetujuan tindakan medik
- Expressed Consent
Yaitu persetujuan tindakan medik yang diberikan secara explisit baik secara
lisan maupun tertulis. Sekalipun bentuk persetujuan secara tersirat dapat
dibenarkan namun akan lebih baik bila persetujuan klien dinyatakan dalam
bentuk tertulis karena hal ini dapat menjadi bukti yang lebih kuat di masa
mendatang bila dibutuhkan.
b) Fungsi informed consent
Fungsi Informed Consent yaitu: :
- Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien selaku manusia.
- Promosi terhadap hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
- Membantu kelancaran tindakan medis sehingga diharapkan dapat .
mempercepat proses pemulihan.
- Untuk mendorong dokter melakukan kehati-hatian dalam mengobati pasien
(rangsangan pada profesi medis untuk instrospeksi / evaluasi diri) sehingga
dapat mengurangi efek samping pelayanan yang diberikan.
- Menghindari penipuan oleh dokter.
- Mendorong diambil keputusan yang lebih rasional.
- Mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan kesehatan.
- Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang kedokteran dan
kesehatan (keterlibatan masyarakat).
- Meningkatkan mutu pelayanan.
c) Unsur informed consent
Suatu Informed Consent baru sah diberikan oleh pasien jika memenuhi
minimal 3 (tiga) unsur sebagai berikut:
1. Keterbukaan informasi yang cukup diberikan oleh dokter
2. Kompetensi pasien dalam memberikan persetujuan
3. Kesukarelaan (tanpa paksaan atau tekanan) dalam memberikan persetujuan.
d) Dimensi informed consent
Dimensi dalam Informed Consent yaitu:
1. Dimensi hukum
merupakan perlindungan baik untuk pasien maupun bidan yang berperilaku
memaksakan kehendak, memuat :
- Keterbukaan informasi antara bidan dengan pasien
-  Informasi yang diberikan harus dimengerti pasien
-  Memberi kesempatan pasien untuk memperoleh yang terbaik
2. Dimensi etik, mengandung nilai-nilai :
-  Menghargai kemandirian/otonomi pasien
- Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila diminta atau
dibutuhkan sesuai dengan informasi yang diberikan
- Bidan menggali keinginan pasien baik secara subyektif atau hasil pemikiran
rasional
2.11 Pembuatan dan pengguna informed consent
a. Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan Informed Consent :
Tidak harus selalu tertulis. Tindakan bedah (invatif) sebaiknya dibuat tertulis
Fungsi Informed Consent tertulis untuk lebih memudahkan pembuktian bila
kelak ada tuntutan. Informed consent tidak berarti sama sekali bebas dari
tuntutan bila dokter melakukan kelalaian
b. Menurut Culver and Gert ada 4 (empat) komponen yang harus dipahami pada
suatu consent atau persetujuan:
- Sukarela (Voluntariness) : tanpa ada unsur paksaan didasari informasi dan
kompetensi
- Informasi (Information): dalam berbagai kode etik pelayanan kesehatan
bahwa informasi yang lengkap dibutuhkan agar mampu keputusan yang tepat.
- Kompetensi (Competence): seseorang membutuhkan sesuatu hal untuk
mampu membuat keputusan yang tepat
- Keputusan (decision): pengambilan keputusan merupakan suatu proses,
dimana merupakan persetujuan tanpa refleksi. Pembuatan keputusan
merupakan tahap terakhir proses pemberian persetujuan. Keputusan
penolakan pasien terhadap suatu tindakan harus divalidasi lagi apakah karena
pasien kurang kompetensi.

c. Formulir Informed Consent


merupakan suatu perjanjian pelaksanaan tindakan medik antara
tenaga kesehatan dengan pasien atau keluarganya yang dapat dijadikan alat
bukti yang sah apabila terjadi perselisihan antara pihak rumah sakit dengan
pasien atau keluarganya. Formulir harus sudah sesuai dengan syarat-syarat
sahnya perjanjian karena dalam Informed Consent sudah tercantum pihak-pihak
yang melakukan perjanjian, tentang kecakapan pihak pasien dan pelayanan
tindakan medik. Isi Informed Consent meliputi:
- Alasan perlunya tindakan medik Sifat tindakan : eksperimen atau
non-   eksperiment
-  Tujuan tindakan medik Risiko Persetujuan atau penolakan medis diberikan
untuk tindakan medis yang dinyatakan secara spesifik Persetujuan atau
penolakan medis diberikan tanpa paksaan
-  Persetujuan atau penolakan medis diberikan oleh seseorang yang sehat mental
dan memang berhak memberikan dari segi hukum
d. Setelah cukup diberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan Informasi
dan penjelasan yang diberikan terkait dengan penerapan persetujuan tindakan
medik yaitu:
- Tujuan dan prospek keberhasilan
- Tata cara tindakan medis
- Risiko tindakan medis
- Komplikasi yang mungkin terjadi
- Alternatif tindakan medis yang lain
- Prognosis penyakit bila tindakan dilakukan diagnosis
e. Proses penggunaan Informed Consent :
-  Pasien mendapat informasi yang cukup mengenai rencana tindakan medis
yang akan dialaminya dan risiko dan keuntungan-keuntungan suatu perawatan
dan alternatifnya
- Pasien mempunyai kesempatan bertanya tentang hal-hal seputar medis yang
akan diterimanya tersebut apabila informasi yang diberikan dirasakan masih       
belum jelas dan mendapatkan jawaban yang memuaskan
- Pasien harus mempunyai waktu yang diperlukan untuk mendiskusikan
rencana dengan keluarga
- Pasien bisa menggunakan informasi untuk membantu membuat keputusan
yang terbaik
-  Pasien mengkomunikasikan keputusan ke tim perawatan dokter
-  Pasien berhak menolak rencana tindakan medis tersebut
-  Format yang telah diisi dan ditandatangani adalah suatu dokumen sah yang
mengizinkan dokter untuk melanjutkan perawatan yang telah direncanakan
- Proses atau tindakan yang akan dilakukan dan pasien diminta untuk
mempertimbangkan suatu perawatan sebelum pasien setuju akan tindakan
tersebut
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berfikir kritis adalah suatu cara berpikir tentang subjek , konten, atau
masalah yang dilakukan oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan
memaksakan standar yang tinggi atas intelektualitas mereka.
Reasoning adalah cara berfikir manusia unrtuk merespon seseorang dengan
menganalisis fakta untuk membentuk penilaian.
Informed Consent adalah persetujuan tindakan kebidanan atau kedokteran
yang diberikanoleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan
secara lengkapmengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Informed Choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan
tentangalternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice).Persetujuan
(consent) penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan aspek hukum
yang memberikan otoritas untuksemua prosedur yang dilakukan oleh bidan.Pilihan
(choice) lebih penting dari sudut pandangwanita (pasien) sebagai konsumen
penerima jasa asuhan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai