Anda di halaman 1dari 12

BERFIKIR KRITIS DALAM ASUHAN KEBIDANAN

Dosen Pengampu: MASTA MELATI HUTAHEAN, SST.,M.Keb

Disusun Oleh

NILA WATI LASE (1122011)


NONA OCTARIFKKA BR PINEM (2211012)
JESIKA BR SINULINGGA (2211009)
MONICA TERESIA NAINGGOLAN (2211010)

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada tuhan yang maha esa, bahwasannya kami dari

kelompok 3 dapat telah dapat menyelesaikan tugas BERFIKIR KRITIS DALAM

ASUHAN KEBIDANAN degan baik walaupun tidak sedikit hambatan dan kesulitan
yang kami hadapi.
Walaupu demikian,sudah tentu makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum
dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan kami baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak,kami harapkan agar dalam
pembuatan makalah di waktu yang akan ating bisa lebih baik lagi. Harapan kami semoga
makalah ini berguna bagi siapa saja yang membacannya.

Medan,16 November 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................

A. LATAR BELAKANG .......................................................................................................

B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................

C. TUJUAN ...........................................................................................................................

A. PENGERTIAN CRITICAL THINGKING (BERFIKIR KRITIS) ....................................

B. KARAKTERISTIK BERFIKIR KRITIS ...........................................................................

C. METODE BERFIKIR KRITIS ...........................................................................................

E. PEMECAHAN MASALAH DENGAN BERFIKIR KRITIS.............................................

BAB lll PENUTUP..................................................................................................................

KESIMPULAN........................................................................................................................

SARAN....................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian
dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun
terakhir ini (Patrick, 2000:1). Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu proses
pemecahan masalah dalam kasus kebidanan yang dilakukan secara sistematis. Sebagai
seorang profesi bidan harus memanfaatkan kompetensinya, sumber daya pikirnya untuk
berpikir kritis agar menegakkan suatu diagnosa kebidanan yang tepat sehingga tercapai
pengambilan keputusan dan menghasilkan asuhan yang bermutu. Kajian ini bertujuan
untuk menganalisis salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang profesi bidan yaitu
berpikir kritis. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah dengan melakukan analisis
dan kajian pustaka terhadap beberapa referensi yang mendukung. Beberapa referensi
dikutip dan dikaji kemudian dibuat analisisnya terkait dengan topic kajian ini. Berpikir kritis
merupakan seni, gambaran sikap sebagai bidan dalam menganalisis, mengevaluasi
sesuatu yang ia lihat, mengklarifikasi
yang di dengar, metode pengetahuan untuk berfikir logis dan berargumen serta
aplikasi dari ilmu yang dipahami untuk membuat suatu keputusan dan memutuskan sesuatu
setelah hal tersebut ia yakini. Setelah keputusan terbentuk maka bidan dapat bejalan
ketahap tindakan dalam manajemen asuhan kebidanan. Setiap melakukan tindakan
manajemen asuhan kebidanan, seorang profesi bidan selalu berpikir kritis dan
menjelaskan tujuan dari setiap tindakan tersebut. Asuhan kebidanan pada ibu hamil
adalah asuhan yang diberikan bidan pada ibu hamil untuk mengetahui kesehatan ibu
dan janin serta untuk mencegah dan menangani secara dini kegawatdaruratan yang
terjadi pada saat kehamilan, yang pelaksanaannya dilakukan berdasarkan manajemen
kebidanan. Dalam proses pemberian asuhan, bidan diharapkan mampu menentukan
kebutuhan akan pengumpulan data dasar berdasarkan keluhan klien, dan mampu
menginterpretasikan data-data tersebut dengan tepat sehingga diagnosis yang ditetapkan
sesuai dengan keadaan klien. Kemudian dalam menatalaksana kasus, asuhan-asuhan yang
diberikan bidan harus sesuai dengan bukti ilmiah yang terpercaya. Dalam proses ini,
dibutuhkan keahlian bidan dalam berfikir kritis. Di bawah ini dijelaskan lebih rinci tentang
keterkaitan antara proses berfikir kritis (critical thinking).
B. RUMUSAN MASALAH :
1. Bagaimana pengertian critical thinking ( berfikir kritis) ?
2. Bagaimana karakteristik berfikir kritis ?
3. Bagaimana metode berfikir kritis ?
4. Bagaimana manfaat berfikir kritis ?
5. Bagaimana pemecahan masalah degan berfikir kritis?

C. TUJUAN
profesi bidan selalu berpikir kritis dan menjelaskan tujuan dari setiap tindakan tersebut.
Asuhan kebidanan pada ibu hamil adalah asuhan yang diberikan bidan pada ibu hamil untuk
mengetahui kesehatan ibu dan janin serta untuk mencegah dan menangani secara dini
kegawatdaruratan yang terjadi pada saat kehamilan, yang pelaksanaannya dilakukan
berdasarkan manajemen kebidanan. Dalam proses pemberian asuhan, bidan diharapkan
mampu menentukan kebutuhan akan pengumpulan data dasar berdasarkan keluhan klien, dan
mampu menginterpretasikan data-data tersebut dengan tepat sehingga diagnosis yang
ditetapkan sesuai dengan keadaan klien. Kemudian dalam menatalaksana kasus, asuhan-
asuhan yang diberikan bidan harus sesuai dengan bukti ilmiah yang terpercaya. Dalam proses
ini, dibutuhkan keahlian bidan dalam berfikir kritis. Di bawah ini dijelaskan lebih rinci
tentang
keterkaitan antara proses berfikir kritis (critical thinking).
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN CRITICAL THINGKING (BERFIKIR KRITIS)


Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup
interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal dari bahasa Grika yang
berarti : bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang berarti “to
choose, to decide”. Krites berarti judge. Criterion (bahasa Inggris) yang berarti standar,
aturan, atau metode. Critical thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-
aturan yang terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie). Berpikir
kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah yang dilakukan oleh pemikir
secara aktif dan terampil secara konseptual dan memaksakan standar yang tinggi atas
intelektualitas mereka. Dapat juga diartikan sebagai proses berfikir secara aktif dalam
menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dan
atau dihasilkan melalui observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai
acuan dalam meyakini suatu konsep dan atau dalam melakukan tindakan. Dalam
pelaksanaannya, hal ini
didasarkan pada nilai-nilai universal intelektual yang melampaui cabang suatu ilmu yang
meliputi: kejelasan, akurasi, presisi, konsistensi, relevansi, bukti suara, alasan yang baik,
kedalaman, luasnya ilmu, dan keadilan.Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep
dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu
sendiri berbagai sudut pandang, selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis
dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir
kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.

B. KARAKTERISTIK BERFIKIR KRITIS

Karakteristik berpikir kritis adalah :


1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Sedangkan konsep
adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian,
objek, atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak
yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.
2. Rasional dan beralasan.
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat
dari fakta fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam
berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan
data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap.
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan selalu menguji
apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain.
5. Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan
keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan
dapat dipercaya.
6. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan
menjadi benar dan lebih baik.

7.Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan.


Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta
suatu pemikiran barudan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.

C. METODE BERFIKIR KRITIS


Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking
1. Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan keputusan
yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses terjadi perdebatan atau
argumentasi.
2. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses
mengambil keputusan.
3. Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah dan masing-
masing mengemukakan pendapatnya.
4. Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan, keyajinan,
sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat
dan iklan adalah dua bentuk persuasi.
5. Propaganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja dipersiapkan
untuk mempengaruhi massa pendengar.
6. Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi untuk
memaksakan suatu kehendak.

D. MANFAAT BERFIKIR KRITIS


Dengan adanya proses berfikir kritis diharapkan dapat:
1. Menimbulkan pertanyaan penting terkait topik/ masalah yang sedang difikirkan, kemudian
dapat merumuskan masalah dengan jelas dan tepat.
2. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, menggunakan ide-ide abstrak untuk
menafsirkan secara efektif terkait kesimpulan yang beralasan dan solusi pemecahan
masalah, menguji alternatif pemecahan masalah terhadap kriteria dan standar yang relevan.
3. Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran alternatif, mampu mengakui dan menilai setiap
permasalahan dengan asumsi yang beralasan, dapat menimbulkan implikasi, dan konsekuensi
praktis.
4. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi untuk masalah
yang kompleks.
Proses berfikir kritis memerlukan komunikasi yang efektif dan kemampuan pemecahan
masalah serta komitmen untuk mengatasi sikap egois dan tertutup, dengan prosedur :
a) Mengenali masalah untuk menemukan cara-cara yang bisa diterapkan guna memecahkan
masalah tersebut.
b) Memahami pentingnya prioritas dan urutan prioritas dalam pemecahan masalah.
c) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang terkait (relevan).
d) Mengenali asumsi yang tak tertulis dan nilai-nilai.
e) Memahami dan menggunakan bahasa dengan akurat, jelas, dan tajam.
f) Menafsirkan data untuk menilai bukti dan mengevaluasi argument/ pendapat.
g) Menyadari keberadaan hubungan logis antara proposisi.
h) Menarik kesimpulan dan generalisasi yang dibenarkan.
i) Menguji kesimpulan.
j) Merekonstruksi pola yang telah diyakini atas dasar pengalaman yang lebih luas.
k) Memberikan penilaian yang akurat tentang hal-hal tertentu dan kualitas dalam kehidupan
sehari-hari. Singkatnya, tiga kunci utama untuk dapat berfikir kritis: RED (Recognize
assumptions, Evaluate arguments dan Draw conclusions) = mengenali masalah, menilai
beberapa pendapat dan menarik kesimpulan. Dalam menyimpulkan hasil pemikiran kritis,
diperlukan upaya gigih untuk memeriksa setiap keyakinan atau pemahaman akan
pengetahuan berdasarkan dukungan bukti ilmiah (evidence based) yang mendukung
kecenderungan pengambilan kesimpulan tersebut. Proses berfikir kritis merupakan kerangka
dasar bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan.
Sehingga, apabila bidan memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan menerapkan
prinsip-prinsip manajemen kebidanan dengan sistematis dan terpola, maka bidan tersebut
telah menerapkan proses berfikir kritis. Penerapan dalam asuhan kebidanan ibu hamil adalah
dengan melaksanakan antenatal care sesuai dengan program yang telah disepakati sebagai
upaya pencegahan dan penanganan secara dini penyulit dan kegawatdaruratan yang mungkin
terjadi pada saat kehamilan, dengan menerapkan manajemen kebidanan, sehingga diharapkan
proses kehamilan dapat berjalan dengan baik, ibu dapat melahirkan bayinya dengan sehat dan
selamat.

E. PEMECAHAN MASALAH DENGAN BERFIKIR KRITIS

Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang


difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat digambarkan
sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya ada”. Pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki
kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan role
model di lingkungan kerjanya. Makna Berpikir Kritis Ketika seorang bidan yang dihadapkan
dengan klien yang berbeda budaya, maka bidan professional tetap memberikan asuhan sesuai
standar, demi terpenuhinya kebutuhan klien tersebut. Bidan professional akan berfikir kritis
dalam menangani hal tersebut. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan yang berkualitas akan semakin besar.
Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi)
dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan. Leininger
beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-
nilai dalam penerapan asuhan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana
bidan tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.
Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada
beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya
dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena budaya timur di Indonesia memiliki kebiasaan
bila merasa nyeri hanya dengan memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat
digambarkan
sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya ada”. Pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki
kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan role
model di lingkungan kerjanya. Makna Berpikir Kritis Ketika seorang bidan yang dihadapkan
dengan klien yang berbeda budaya, maka bidan professional tetap memberikan asuhan sesuai
standar, demi terpenuhinya kebutuhan klien tersebut. Bidan professional akan berfikir kritis
dalam menangani hal tersebut. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan yang berkualitas akan semakin besar.
Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi)
dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya
dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu
kondisi dimana bidan tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan
kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan,
ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering
ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara
diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau
menangis. Tetapi karena budaya timur di Indonesia memiliki kebiasaan bila merasa nyeri
hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka
ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka bidan akan memintanya
untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena
dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami ini akan berakibat
pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan
yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek
kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak
1942. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau
strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran, merupakan bentuk berpikir yang
perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan,
mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua
keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga
merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil
manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Penekanan
kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir kritis yaitu proses
intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau
konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua
kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan
komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker, 2001:
1). Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus
memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan
masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian. Manajemen asuhan kebidanan
kehamilan merupakan suatu proses pemecahan masalah dalam kasus kehamilan yang
dilakukan secarasistematis, diawali dari pengkajian data (data subjektif dan objektif)
dianalisis sehingga didapatkan diagnosa kebidanan aktual dan potensial, masalah dan
kebutuhan, adanya perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi (Varney, 2004. Manajemen
asuhan kebidanan yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan melalui sistem dokumentasi
Subjektif, Objektif, Assesment, Planning (SOAP) serta catatan perkembangan. Seorang
profesi bidan, sangat penting untuk mempertajam proses berpikir kritis untuk mengantisipasi
diagnosa dan masalah potensial sehingga tercapainya asuhan yang berkualitas dan tepat
sasaran

1. Anamnesis (biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan


dan nifas, biopsikospiritual serta pengetahuan klien), pemeriksaan fisik (data fokus),
pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi) dan pemeriksaan penunjang
(pemeriksaan laboratorium).
2.Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
"data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanitayang di
identifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. sebagai contoh yaitu
wanita pada trimester ketigamerasa takut terhadap proses persalinan dan persalinan yang
sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasukdalam kategori $nomenklatur
standar diagnosa% tetapi tentu akanmenciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebihlanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangirasa sakit.

3. Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah ataudiagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dandiagnosa yang sudah diidentifikasi. &angkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambal mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap biladiagnosa atu masalah potensial benar-benar terjadi

4 Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan ataudokter dan'atau untuk


dikonsultasikan atau ditangani Bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
kondisi klien.&langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari prosesmanajemen
kebidanan. (adi manajemen bukan hanya selamaasuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja, tetapi jugaselama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnyapada
waktu wanita tersebut dalam persalinan."ata baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan
dievaluasi.Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawatdimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingankeselamatan jiwa ibu atau anak )misalnya, perdarahan
segera setelah lahir, distocia bahu, atau data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi
yangmemerlukan tindakan segera sementara yang lain harusmenunggu intervensi dari
seorang dokter, misalnya prolaps talipusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan
kegawatan tetapimemerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter

5 Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruhditentukan oleh langkah!langkah


sebelumnya.&langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosaatau masalah
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, padalangkah ini informasi' data dasar yang tidak
lengkap dapatdilengkapi.Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yangsudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalahyang berkaitan tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasiterhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan
akanterjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan, konseling, danapakah merujuk klien
bila ada masalah!masalah yg berkaitandengan sosial ekonomi,kultur atau masalah
psikologis.Semua keputusan yg dikembangkan dalam asuhan menyeluruhini harus rasional
dan benar- benar valid berdasarkanpengetahuan dan teori yg up to date serta sesuai dengan
asums itentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien

6 Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh sepertiyang telah diuraikan pada
langkah ke dilaksanakan secaraefisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan
atausebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atauanggota tim kesehatan
yang lain. (ika bidan tidak melakukanyasendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkanpelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktudan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien

7.Pada langkah ke7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhanyang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akanbantuan apakah benar!benar telah terpenuhi sesuai
dengansebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa.Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksananya. dan kemungkinan
bahwa sebagianrencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.

BAB lll
PENUTUP

Kesimpulan
keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir yang melibatkan proses
kognitif dan mengajak siswa untuk berpikir reflektif terhadap permasalahan. Ciri-ciri berfikir
kritis :
1.Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap kondisi
yang ada
2Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsekuensi
yang logis.
3.Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks. Wade
(1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
1. kegiatan merumuskan pertanyaan,
2. membatasi permasalahan,
3. menguji data-data,
4. menganalisis berbagai pendapat dan bias,
5. menghindari pertimbangan yang sangat emosional,
6. menghindari penyederhanaan berlebihan,
7. mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan 8. mentoleransi ambiguitas. Tahapan
berfikir kritis meliputi :
1.Keterampilan menganalisis
2. Keterampian mensintesis
3.Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah
4.Keterampilan menyimpulkan
5. Keterampilan mengevaluasi dan menilai Keterampilan berfikir kritis meliputi :
interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan, regulasi diri, Memahami hubungan-
hubungan logis antar gagasan, Mendeteksi inkonsistensi dan kesalahan umum dalam
pemberian alasan, serta Mengidentifikasi, mengkontruksi, dan mengevaluasi argument, dan
lain lain.
Saran
Akhir dari penulisan makalah ini besar harapan penulis agar makalah yang berjudu Berfikir
Kritis ini berguna untuk menambah pemahaman dan wawasan bagi pembaca, terlebih lagi
sebagai bekal untuk melakukan proses pembelajaran sebagai calon guru. Selain itu juga
diharapkan agar selalu berusaha terus memenuhi rasa ingin tahu hasil dari kegiatan yang telah
dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
http://rhanoanakke3.blogspot.com/2012/11/konsep-berfikir-kritis.htmlhttp://
muhamadilafifqozwini.wordpress.com/2013/01/16/konsep-berfikir-kritis-dalam-
keperawatan/http://yadnoyahoocom.blogspot.com/2011/10/berfikir-kritis-dalam-
keperawatan.htmlhttp://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-berpikir-kritis-
menurut-para-ahli/Maryam, Siti R.2008.Buku Ajar Berpikir Kritis dalam Proses
Keperawatan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran Perry dan Potter.2005.fundamental
keperawatan.Jakarta.EGC

Anda mungkin juga menyukai