Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

BUDAYA KARO DALAM PROSES PENYATUAN BANGSA

Dosen pengampu : Dr.Budiman Purba, MAP

DISUSUN OLEH :

CINDI OKTISA AUDREY TARIGAN (2211003)

JESIKA BR SINULINGGA (2211009)

N0NA OCTARIFKA BR PINEM (2211012)

PRODI D3 KEBIDANAN

STIKES MURNI TEGUH

2022/2023
Kata pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatnya sehingga makalah ini dapat di susun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang terlah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran mmaupun materinya. Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan,17 november 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….……………...1

A. Latar belakang………………………………………………………………………………….1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….…………...2

A. Karo Di Masa Prakolonial……………………………………………………………………...2

B. Karo Di Masa Kolonial………………………………………………………………………...2

C. Desa Dokan Kecmatan Merek………………………………………………………………....3

D. Karo Di Masa Kemerdekaan…………………………………………………………………..4

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………...….5

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………5

B. Saran………………………………………………………………………………………......5

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian Indonesia ialah Negara bersama berbagai provinsi yang punya beragam adat
istiadat serta budaya.Keragaman budaya tersebut memiliki nilai yang tinggi pada setiap
pengikutnya.Beragam kultur itu lahir serta tercipta dan di aplikasikan secara beda berdasarkan
suku tiap rakyat Indonesia dengan aturan adat berdasarkan ciri khas mereka masing-
masing.Pentingnya mendalami variasi budaya guna menangkal kesalahpahaman baik
komunikasi,tindakan,sikap kita pada saat interaksi pada sesama manusia.kerap kali kita
menjumpai peraturan adat dari beragam suku yang kandang tak masuk akal logika untk kita yang
tidak melaksanakanya,peraturan itu hadir mengiringi kebiasaan leluhur dulu. Di peraturan itu
pun ada hukuman adat untuk mereka yang tak melaksanakanya.terdapat beberapa kebudayaan
yang masih terdengar asing di telinga masyarakat luas.salah satunya kebudayaan batak karo,orng
karo iyalah satu di antara dari suku batak (toba,mandailing,pakpak,simalungun dan karo) yang
terdapat di Indonesia tepatnya pada kabupaten karo,Provinsinya Sumatra Utara.Kabupaten
inipunya luas daerah 2.127,25 km serta berpenduduk yakni kurang lebih 500.000 jiwa.Mayoritas
orang karo bersumber dari dataran tinggi karo atau di sebut dengan tanah karo bersama
ketinggian 600-1.400 meter di atas permukaan laut yang memiliki iklim yang sejuk bersama
suhu berkisar 16 Co- 17 Co.

B. Rumusan Masalah

1. Budaya Karo dalam proses penyatuan Bangsa?

BAB II
1
PEMBAHASAN

Karo adalah sebuah wilayah yang terletak di dataran tinggi pegunungan bukit barisan dengan
ketinggian 280-500 meter di atas permukaan laut.luas wilayahnya 2127,25 km2.Tanah karo
berbatasan dengan kabupaten langkat dan deliserdang di sebelah utara dengan kabupaten dairi
dan toba samosir di sebelah selatan: dengan kabupaten deli serdang dan kabupaten simalangun di
sebelah timur,serta dengan Provinsi Aceh di sebelah Barat.ibu kota kabupaten karo adalah kaban
jahe

A.Karo Di Masa Prakolonial

Beberapa pendapat mengaitkan asal nama karo.sebuah kerajaan yang menurut Tome
Pires berbatasan dengan kerjaan batak.akan tetapi sejauh yang diketahui unit pemerintahan
terkecil yang di kenal masyarakat karo sebelum kedatangan belanda adalah kesain
(dusun).Beberapa kesain ini dapat mengelompokan diri hingga sebuah kuta (desa)

Mengenai asal masyarakat yang menjadi suku karo yang sekarang tampaknya cukup beragam.
Tradisi tutur lokal menunjukan bahwa masing-masing marga memiliki asal yang berbeda-
beda.beberapa marga seperti Ginting,Perangin-angin,Karo-Karo dan Tarigan umumnya berasal
dari wilayah yang berdekatan dengan tanah karo seperti pak-pak,Danau Toba, dan
Simalungun.namun marga sembiring di kenal memiliki nenek moyang yang berasal dari india.ke
indiaan tersebut masih terlihat pada beberapa sub marga seperti Brahmana: Colia: Pandia:
Meliala: dan lainya.

Ketika belum mengenal agama, mereka juga menjalankan tradiri pembakaran mayat seperti
nenek moyangnya yang menganut hindu

B.Karo di Masa Kolonial

Kebutuhan akan tanah untukk kepentingan perkebunan tembakau yang berkembang


pesat mengharuskan belanda membidik wilayah baru.ekspidisi militer yang di pimpin oleh
colonel GCE Van Daalen di persiapkan untuk melakukan perjalanan menuju tanah alas, tanah
karo,Dairi,dan kawasan di sekitar Danau Toba.mereka berangkat dari kuta Raja (kini wilyah
Aceh) pada bulan februari tahun 1904

2
Ekspedisi Van Daalen bukanlah kontak pertama rakyat bukanlah kontak pertama rakyat tanah
karo dengan belanda.sebelumnya belanda telah berusaha mengetahui seluk beluk wilayah
ini.minat belanda dalam menguasai tanah karo dan juga simalungun di urus oleh kontelir khusus
bataksche zaken (urusan batak) di bawah pimpinan CJ Westenberg.kantor dan berkedudukan di
medan tersebut mula di bentuk sejak tahun 1888.

Untuk memudahan penaklukan tanah karo.Belanda menciptakan system urung yaitu


mengelompokan kuta-kuta dengan marga yang sama di bawah satu desa induk.belanda mengakui
15 urung yang masing-masing memiliki penghulu yang bertindak sebagai seorang raja. Lima raja
urung yang paling berpengaruh di angkat sebagai sibayak atau pemimpin yang membawahi dua
urung atau lebih.para sibayak ini lah yang menandatangani perjanjian pendek atau korte
vreklaring pada tahun 1907.

Kelima sibayak yang di angkat belanda tersebut masing-masing membawahi landschap:

Linnga,terdiri dari urung; sepuluh 2 kuta di kabanjahe; teluk kuru di lingga; Tigapancur di
tigapancur; empat tere di naman; lima senina di batu karang; dan tiganderket dan tiganderket;

Barus jahe, terdiri dari urung : Sinaman kuta di sukanalu dan sipitu kuta di barus jahe.

Suka, terdiri dari urung: suka di suka; sukapiring di seberaya; ajinembah di anjinembah; dan
tongging di tongging.

Sarinembah, terdiri dari urung: sepulupitu kuta di sisrinembah dan perbesi di perbesi; juhar di juhar dan
kuta bangun di kuta bangun.

Kutabuluh, terdiri dari urung: namo haji di kutabuluh dan liang melas di samperaya.

C. Desa Dokan Kecamatan Merek

Bangsawan-Bangsawan ini menerima gaji sekitar f 2400 setahun. Mereka berhak duduk
di pengadilan tertinggi serta bertanggung jawab terhadap ketertiban daerah masing-masing.anak-
anak mereka juga di perbolehkan mengenyam pendidikan sebagai mana putra-putra bangsawan
lainnya.

Namun belanda tetap tidak dapat menggenggam tanah karo sebagai mana yang di
harapkan.mereka tidak bisa mengambil alih control terhadap tanah-tanah di kesain.salah satu
penyebabnya adalah kebencian rakyat terhadap perkebunan tembakau asing.akibatnya terjadi
beberapa kali bentrok antara rakyat dan belanda.salah satu pimpinan perlawanan yang terkenal
adalah kiras bangun dari batu karang.

Di era belanda, tanah karo masuk ke dalam wilayah keresidenan Sumatra Timur pada tahun 1905
Westenberg di angkat menjadi asisten Residen Tanah Karo.dan simalungun yang berkedudukan

3
di Saribu Dolok.kemudian berdasarkan besluit ngerajai ala menjabat sebagai wakil Republik di
tanah karo pada masa awal kemerdekaan ia ditangkap bersama dengan para sibayak dan raja
urung pada peristiwa revolusi social di tahun 1946.gubernemen ( keputusan gubernur) no 22
tahun 1906.Tanah Karo dan Simalungun resmi menjadi sebuah afdeling dengan seorang kontelir
yang berkedudukan di siantar.susunan pemerintah tidak terlalu banyak berubah ketika jepang
masuk dan mengambil alih Sumatra Timur pada tahun 1942.baru pada masa kemerdekaan
perubahan signifikan terjadi tanpa adanya kekuasaaan raja-raja kecil.

D.Karo Di Masa Kemerdekaan

Revolusi Sosial di Tanah Karo tidak separah seperti yang di alami oleh kesultan- kesultanan
melayu.keluarga ppara raja tidak di usik dan masih dapat tinggal di istananya masing-masing.
Sibayak Kuta buluh dan Suka bahkan tidak terkena dampaknya samasekali. Sibayak Lingga di
bawah ke kuta Cane lalu di pindahkan ke Bahbirong.sementara di Sibayak Barus Jahe di tawan
di raja namun di bebaskan pada pertengahan tahun 1946.

Pasca Revolusi,Tanah Karo menjadi sebuah kabupaten di provinsi Sumatra.ketika belanda


melaksanakan agresi miliernya yang pertama di tahun, para pemimpin republic kocar-kacir dan
terpaksa melarikan diri. Residen Sumatra Timur pada masa itu ,Mr.Abubakar Jaar melarikan diri
ke Kaban Jahe lalu ke Tiga Binanga.Kabupaten tanah Karo berada di bawah komando Gubernur
Militer Daud Beureuh.Akan tetapi di bawah Negara Sumatra Timur (NST) yang merupakan
bentukan belanda. Tanah Karo di jadikan salah satu afdeling yang beribu kota di KabanJahe,
setelah penyerahan kedaulatan. Tanah Karo menjadi Kabupaten di Provinsi Sumatra Utara
hingga saat ini.

Di desa Dokan,kecmatan Merek sebagai pintu gerbang ke Geosite Sipiso-piso Tongging Geopark
kaldera Toba ini,terdapat satu desa wisata yang mana masih di jumpai beberapa rumah
tradisional masyarakat karo. Meskipun usianya belum cukup tua namun hak ini perlu untuk
mendapatkan apresiasi sebagai bentuk pelestarian dan revitalisasi terhadap rumah-rumah
Tradisional Masyarakat karo.pada umumnya rumah-rumah tradisional karo berupa rumah
panggung dengan tiang- tiang penyangga dari kayu,serta dinding-dindingnya juga terbuat bahan
kayu.pintu masuk yang di buat kecil memiliki konsep bahwa masyarakat karo pada masa lalu
ketika masuk rumah harus menundukan badan sebagai bentuk penghormatan.atapnya di buat dari
bahan ijuk,dengan betuk limas dan ornamen-ornamen yang raya di bagian depanya.pada ujung
atap terdapat symbol kerbau sebagai mana masyarakat batak pada umumnya

4
BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan

Setiap tradisi merupakan suatu kebiasaan yang turun temurun dalam suatu
masyaarakat,tradisi menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat yang ada di
berbagai belahan dunia.hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi-informasi
yang di teruskan dari generasi.

B.Saran

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan kemajuan jaman,peneliti mengharapkan


agar generasi muda Batak Karo tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan mereka agar tidak
terkikis oleh kemajuan jaman tersebut.karena generasi musa batak karo yang akan meneruskan
kebudayaan mereka.

5
DAFTAR PUSTAKA

http://disbudpar.sumutprov.go.id/berita/2020/03/19/potensi-wisata-sejarah-dan-budaya-di-
kabupaten-karo-sumber-informasi-sejarah-purbakala-disbudparsu-dra-debbie-riauni-panjaitan/

Anda mungkin juga menyukai