Anda di halaman 1dari 52

EKSPLORASI BUDAYA BATAK

DISUSUN OLEH:
Kelompok 2
Addien Muhammad Imsan 153060021478
Florentina Indah Kencana Matahari 153060021321
Muhammad Chadziq Khoiruddin 153060021542
Ratri Wulandari 153060021420
Rikze Firman Hidayat 153060021690
Sanny Uly Artha Sitohang 153060021637

KELAS 5-12 D-III AKUNTANSI


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TAHUN AJARAN 2017/2018
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat kami dapat

meyelesaikan makalah Budaya Suku Batak. Dan juga kami berterima kasih

kepada Bapak M. Taufik Hidayat selaku Dosen mata kuliah Budaya Nusantara

yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai Budaya suku Batak. Kami juga

menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan

dan jauh dari apa yang diharapkan. untuk itu kami berharap adanya kritik dan

saran demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu

yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan baik

kosa kata, tata bahasa dan kekurangan-kekurangan lainnya.

Tangerang Selatan, 17 Oktober 2017

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENGANTAR ............................................................................................ 1
A. Kondisi geografis ...................................................................................... 4
B. Kondisi sosiokultural ................................................................................ 5
C. Falsafah masyarakat .................................................................................. 5
D. Sistem sosial.............................................................................................. 7
E. Kalender batak .......................................................................................... 8
BAB II TUJUH UNSUR KEBUDAYAAN BATAK ........................................ 10
A. Sistem Religi Suku Batak ....................................................................... 10
B. Sistem Organisasi Kemasyarakatan Suku Batak .................................... 14
C. Sistem Pengetahuan ................................................................................ 18
D. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi................................................... 19
E. Sistem Mata Pencaharian Hidup ............................................................. 20
F. Sistem Bahasa di Budaya Batak ............................................................. 22
G. Kesenian batak ........................................................................................ 27
BAB III SERBA SERBI BUDAYA BATAK .................................................... 40
A. Do and Dont .......................................................................................... 40
B. Hal-hal menarik tentang Suku Batak ...................................................... 41
C. Peribahasa Batak ..................................................................................... 44
D. Makanan Khas Batak .............................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENGANTAR

Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Nama

ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku

bangsa yang bermukim dan berasal dari Pantai Barat dan Pantai Timur di Provinsi

Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah Toba,

Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola, dan Mandailing. Batak adalah rumpun suku-

suku yang mendiami sebagian besar wilayah Sumatera Utara. Namun sering

sekali orang menganggap penyebutan Batak hanya pada suku Toba padahal Batak

tidak diwakili oleh suku Toba. Sehingga tidak ada budaya dan bahasa Batak tetapi

budaya dan bahasa Toba, Karo, Simalungun dan suku-suku lain yang serumpun.

Saat ini pada umumnya orang Batak menganut agama Islam, Kristen

Protestan, Kristen Katolik. Tetapi ada pula yang menganut kepercayaan tadisional

yakni: tradisi Malim dan juga menganut kepercayaan animisme, walaupun kini

jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang. (wikipedia)

Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia namun tidak diketahui

kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan

Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang

yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina dan

Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu pada zaman batu muda (Neolitikum).

Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang

1
2

ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru

bermigrasi ke Sumatera Utara pada zaman logam.

Pada abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota

dagang Barus, di pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur Barus

yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak

bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping

kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan

terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatera. Pada masa-masa

berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh pedagang

Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara.

Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, Sorkam, hingga Natal.

Hingga saat ini, teori-teori masih diperdebatkan tentang asal usul dari

Bangsa Batak. Mulai dari Pulau Formosa (Taiwan), Indochina, Mongolia,

Mizoram dan yang paling kontroversial Sepuluh Suku yang Hilang dari Israel.

Identitas Batak populer dalam sejarah Indonesia modern setelah di dirikan dan

tergabungnya para pemuda dari Angkola, Mandailing, Karo, Toba, Simalungun,

Pakpak di organisasi yang di namakan Jong Batak tahun 1926, tanpa membedakan

Agama dalam satu kesepahaman : Bahasa Batak kita begitu kaya akan Puisi,

Pepatah dan Pribahasa yang mengandung satu dunia kebijaksanaan tersendiri,

Bahasanya sama dari Utara ke Selatan, tapi terbagi jelas dalam berbagai dialek.

Kita memiliki budaya sendiri, Aksara sendiri, Seni Bangunan yang tinggi

mutunya yang sepanjang masa tetap membuktikan bahwa kita mempunyai nenek

moyang yang perkasa, Sistem marga yang berlaku bagi semua kelompok
3

penduduk negeri kita menunjukkan adanya tata negara yang bijak, kita berhak

mendirikan sebuah persatuan Batak yang khas, yang dapat membela kepentingan

kita dan melindungi budaya kuno itu.

R.W Liddle mengatakan, bahwa sebelum abad ke-20 di Sumatra bagian

utara tidak terdapat kelompok etnis sebagai satuan sosial yang koheren.

Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi sosial di daerah itu hanya terbatas pada

hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan, atau antar kampung. Dan

hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari satuan-satuan sosial dan

politik yang lebih besar. Pendapat lain mengemukakan, bahwa munculnya

kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak baru terjadi pada zaman

kolonial. Dalam disertasinya J. Pardede mengemukakan bahwa istilah "Tanah

Batak" dan "rakyat Batak" diciptakan oleh pihak asing. Sebaliknya, Siti Omas

Manurung, seorang istri dari putra pendeta Batak Toba menyatakan, bahwa

sebelum kedatangan Belanda, semua orang baik Karo maupun Simalungun

mengakui dirinya sebagai Batak, dan Belandalah yang telah membuat terpisahnya

kelompok-kelompok tersebut. Sebuah mitos yang memiliki berbagai macam versi

menyatakan, bahwa Pusuk Buhit, salah satu puncak di barat Danau Toba, adalah

tempat "kelahiran" bangsa Batak. Selain itu mitos-mitos tersebut juga menyatakan

bahwa nenek moyang orang Batak berasal dari Samosir.

Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga,

sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di

Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann,

berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka
4

Kembaren dan Pustaka Ginting. Menurut Pustaka Kembaren, daerah asal marga

Kembaren dari Pagaruyung di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga

menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo. Hal ini terlihat dari banyaknya nama

marga Karo yang diturunkan dari Bahasa Tamil. Orang-orang Tamil yang menjadi

pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatera akibat serangan pasukan

Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.

A. Kondisi geografis
Suku bangsa Batak dari Pulau Sumatra Utara. Daerah asal kediaman orang

Batak dikenal dengan Daratan Tinggi Karo, Pakpak, Kangkat Hulu, Deli Hulu,

Serdang Hulu, Simalungun, Toba, Angkola, Mandailing dan Tapanuli Tengah.

Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di daerah Sumatra Utara dan

terdapat sebuah danau besar dengan nama Danau Toba yang menjadi orang Batak.

Dilihat dari wilayah administratif, mereka mendiami wilayah beberapa Kabupaten

atau bagaian dari wilayah Sumatra Utara. Yaitu Kabupaten Karo, Simalungun,

Dairi, Tapanuli Utara, dan Asahan.

Gambar 1: Daerah yang dihuni mayoritas suku Batak, sumber: http://danu-

umbara18.blogspot.co.id/2013/04/budaya-suku-batak.html
5

B. Kondisi sosiokultural
Salam khas
Pakpak Njuah-juah Mo Banta Karina!

Karo Mejuah-juah Kita Krina!

Toba Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!

Simalungun Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!

Mandailing dan Angkola Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu,

Sayur Matua Bulung!

C. Falsafah masyarakat

Masyarakat Batak memiliki falsafah, asas sekaligus sebagai struktur dan

sistem dalam kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba

disebut Dalihan na Tolu. Berikut penyebutan Dalihan Natolu menurut keenam

puak Batak

1. Dalihan Na Tolu (Toba)

Somba Marhula-hula

Manat Mardongan Tubu

Elek Marboru

2. Dalian Na Tolu (Mandailing dan Angkola)

Hormat Marmora

Manat Markahanggi

Elek Maranak Boru

3. Tolu Sahundulan (Simalungun)

Martondong Ningon Hormat, Sombah


6

Marsanina Ningon Pakkei, Manat

Marboru Ningon Elek, Pakkei

4. Rakut Sitelu (Karo)

Nembah Man Kalimbubu

Mehamat Man Sembuyak

Nami-nami Man Anak Beru

5. Daliken Sitelu (Pakpak)

Sembah Merkula-kula

Manat Merdengan Tubuh

Elek Marberru

o Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati

posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak

(semua sub-suku Batak) sehingga kepada semua orang Batak dipesankan

harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula).

o Dongan Tubu/Hahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-

laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini

seperti batang pohon yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun

karena saking dekatnya kadang-kadang saling gesek. Namun, pertikaian

tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air

yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun

kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana

kepada saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan tubu.


7

o Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu

marga (keluarga lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai

'parhobas' atau pelayan, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun

(terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun berfungsi sebagai

pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan

pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.

Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem

kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifat kontekstual. Sesuai konteksnya,

semua masyarakat Batak pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan

Tubu, juga sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara

kontekstual.

Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku

'raja'. Raja dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi

orang yang berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan

Batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raja

ni Dongan Tubu dan Raja ni Boru.

D. Sistem sosial

Sistem sosial suku Batak memperhatikan hal-hal berikut:

1) Tingkat umur

2) Pangkat dan jabatan

3) Sifat keaslian

4) Status nikah
8

E. Kalender batak

1. Bulan
No Penanggalan Toba Penanggalan Karo
1 Sipaha sada Paka I (Paka Kambing)
2 Sipaha dua Paka II (Paka Lembu)
3 Sipaha tolu Paka III (Paka Gaya)
4 Sipaha opat Paka IV (Paka Padek)
5 Sipaha lima Paka V (Paka Arimo)
6 Sipaha onom Paka VI (Paka Kuliki)
7 Sipaha Pitu Paka VII (Paka Kayu)
8 Sipaha ualu Paka VIII (Paka Tambok)
9 Sipaha sia Paka IX (Paka Gayo)
10 Sipaha sampulu Paka X (Paka Baluat)
11 Sipaha li Paka XI (Paka Baluat)
12 Sipaha hurung Paka XII (Paka Binurung)
13 Lamadu
2. Penanggalan
Penamaan hari Penamaan hari
Hari Penamaan hari (Karo)
(Toba) (Simalungun)
1 Aditia Aditia Aditia
2 Suma Suma Suma
3 Anggara Nggara Anggara
4 Muda Budaha Mudaha
5 Boraspati Beraspati Boraspati
6 Singkora Cukra Enem Berngi Sihora
7 Samisara Belah Naik Samisari
8 Artia ni Aek Aditia Naik Aditia Turun
9 Suma ni Mangadop Suma Siwah Suma ni Siah
Anggara ni
10 Anggara Sampulu Nggara Sepuluh
Sapuluh
Mudaha ni
11 Muda ni Mangadop Budaha Ngadep
Mangadop
Boraspati ni Boraspati ni
12 Beraspati Tangkep
Mangadop Takkop
Singkora Ni Sihora Duduk
13 Cukra Dudu (Lau)
Purnama (Bah)
Samisara Purnama
14 Samisuru Ni Purasa Belah Purnama Raya
Raya
15 Tula Tula Tula
16 Suma ni Holom Suma Cepik Suma ni Holom
9

17 Anggara ni Holom Nggara Enggo Tula Anggara ni Tula


18 Muda ni Holom Budaha Gok Mudaha (Gok)
19 Boraspati ni Holom Beraspati 19 Boraspati 19
20 Singkora Maraturun Cukra Si 20 Sihorasi 20
Samisara
21 Samisara Maraturun Belah Turun
Maraturun
22 Aditia ni Angga Aditia Turun Aditia Turun
23 Suma ni Mate Sumana Mate Suma ni Mate
24 Anggara ni Begu Nggara Simbelin Anggarana (Bod)
25 Muda ni Mate Budaha Medem Mudaha (Bod)
26 Boraspati ni Gok Beraspati Medem Boraspati (Bod)
27 Singkora Dudu Cukrana Mate Sihora 27
Samisara Bulan
28 Mate Bulan Matei ni Bulan
Mate
29 Hurung Dalin Bulan Dalan ni Bulan
30 Ringkar Sami Sara Rikkar
BAB II

TUJUH UNSUR KEBUDAYAAN BATAK

A. Sistem Religi Suku Batak

Sejarah perjalanan sistem kepercayaan di Batak

Awal kepercayaan yang dianut di Batak sebelum masuknya Agama

Suku Batak adalah salah satu suku di Indonesia yang mempertahankan

kebudayaanya, mereka memegang teguh tradisi dan adat. Pada masa lampau

orang Batak tidak suka terhadap orang luar (Barat/sibottar mata) kerena mereka

dianggap sebagai penjajah, Selain itu, ada paham bagi mereka bahwa orang yang

berada di luar suku mereka adalah musuh, sebab masa itu sering terjadi perang

antar suku. Sebelum islam dan Injil masuk, suku Batak adalah suku penyembah

berhala. Kehidupan agamanya bercampur, antara menganut

kepercayaan animisme, dinamisme dan magi. Ada banyak nama dewa

atau begu (setan) yang disembah, seperti begu djau (dewa yang tidak dikenal

orang), begu antuk (dewa yang memukul kepala seseorang sebelum ia mati), begu

siherut (dewa yang membuat orang kurus tinggal kulit), dan lainnya.

Hampir semua roda kehidupan orang Suku Batak dikuasai oleh aturan-

aturan adat yang kuat. Sejak mulai lahirnya seorang anak, beranjak dewasa,

menikah, memiliki anak hingga meninggal harus mengikuti ritual-ritual adat

sesuai dengan aliran yang dipercaya pada masa itu. Bahkan sisa-sisa kepercayaan

nenek moyang mereka masih kerap dianut dalam berbagai ritual adat di masa

10
11

sekarang. Karena suku batak memang terkenal sebagai suku yang

mempertahankan kebudayaannya.

Sebelum suku Batak Toba menganut agama Kristen Protestan, mereka

mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi na Bolonyang

memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud

dalam Debata Natolu.

Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak Toba mengenal tiga konsep, yaitu:

Tendi / Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh

karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak

seseorang di dalam kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang,

maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara

mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.

Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang

memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan

sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.

Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan

tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.

Demikianlah religi dan kepercayaan suku Batak yang terdapat dalam

pustaha. Walaupun sudah menganut agama Kristen dan berpendidikan tinggi,

namun orang Batak belum mau meninggalkan religi dan kepercayaan yang sudah

tertanam di dalam hati sanubari mereka.


12

Masuknya Islam

Dalam kunjungannya pada tahun 1292, Marco Polo melaporkan bahwa

masyarakat Batak sebagai orang-orang "liar" dan tidak pernah terpengaruh oleh

agama-agama dari luar. Meskipun Ibn Battuta, mengunjungi Sumatera Utara pada

tahun 1345 dan mengislamkan Sultan Al-Malik Al-Dhahir, masyarakat Batak

tidak pernah mengenal Islam sebelum disebarkan oleh pedagang Minangkabau.

Bersamaan dengan usaha dagangnya, banyak pedagang Minangkabau yang

melakukan kawin-mawin dengan perempuan Batak. Hal ini secara perlahan telah

meningkatakan pemeluk Islam di tengah-tengah masyarakat Batak. Pada

masa Perang Paderi di awal abad ke-19, pasukan Minangkabau menyerang tanah

Batak dan melakukan pengislaman besar-besaran atas masyarakat Mandailing dan

Angkola. Kerajaan Aceh di utara, juga banyak berperan dalam mengislamkan

masyarakat Karo dan Pakpak. Sementara Simalungun banyak terkena pengaruh

Islam dari masyarakat Melayu di pesisir Sumatera Timur.

Masuknya Penginjil ke Tanah Batak

Pada tahun 1820 tiga utusan Pekabaran Injil Baptis Inggris yaitu Nathan

Ward, Evans dan Richard Burton dikirim ke Bengkulu untuk menemui Raffles.

Kemudian Raffles menyarankan supaya mereka pergi ke Utara, ke daerah tempat

tinggal suku Batak yang masih kafir. Burton dan Ward menuruti petunjuk Raffles.

Mereka pergi ke Utara, awalnnya mereka bekerja di pesisir, kemudian

tahun 1824 masuk ke daerah lebih dalam lagi, yakni Silindung-wilayah suku

Batak Toba.[6] Saat mereka tiba di Silindung, mereka diterima dengan baik oleh

raja setempat, namun perjalanan penginjilan mereka terhenti ketika terjadi salah
13

paham dengan penduduk.[6] Penduduk salah menafsirkan khotbah penginjil

tersebut yang mengatakan bahwa kerajaan mereka harus menjadi lebih kecil,

seperti anak kecil. Penduduk tidak suka hal ini, karena itu para penginjil dan

beberapa pengikutnya diusir pada tahun itu juga.

Suku Batak yang masuk Kristen mendapat tekanan dan diusir dari

kampung halamanya karena tidak mau memberi sumbangan untuk upacara-

upacara suku. Keadaan seperti ini mamaksa mereka berkumpul pada satu

kampung tersendiri, yaitu Huta Dame (kampung damai). Setelah tujuh tahun

Nommensen melakukan penginjilan, orang Batak yang masuk Kristen berjumlah

1.250 jiwa. Sepuluh tahun kemudianpada tahun 1881jumlahnya naik lima

kali lipat, hingga jumlah orang Batak yang masuk Kristen adalah sekitar 6.250

orang. Pada tahun 1918, sudah tercatat 185.731 orang Kristen di

wilayah RMG Sumatera Utara. Pada tahun 1881, Nommensen diangkat

menjadi Ephorus oleh RMG. Jabatan tersebut dipegangnya hingga ia meninggal

dunia pada 23 Mei 1918. Suku Batak memberi gelar kepada Nommensen dengan

sebutan Ompunta (Nenek Kita). Gelar ini menyejajarkan Nommensen dengan Si

Singamangaraja atau tokoh sakti lainya.

Masyarakat Toba dan sebagian Karo menyerap agama Kristen dengan

cepat, dan pada awal abad ke-20 telah menjadikan Kristen sebagai identitas

budaya. Pada masa yang merupakan periode kebangkitan kolonialisme Hindia

Belanda, dimana banyak orang Batak sudah tidak melakukan perlawanan lagi

dengan pemerintahan kolonial dan . Perlawanan secara gerilya yang dilakukan

oleh orang-orang Batak Toba berakhir pada tahun 1907, setelah pemimpin
14

kharismatik mereka, Sisingamangaraja XII wafat dan setelah itu masyarakat suku

batak menjadi lebih terbuka terhadap agama kristen.

B. Sistem Organisasi Kemasyarakatan Suku Batak:

Dalam sistem organisasi kemasyarakatan Suku Batak dalam kehidupan

sehari-hari didasarkan 3 prinsip, yaitu :

1. Perbedaan tingkat umur

Hal ini tampak jelas dengan adanya perbedaan hak dan kewajiban

terutama dalam upacara adat, dan musyawarah kekerabatan, contohnya :

Dalam hal menentukan upacara adat atau urusan kekerabatan, hanya

para tua-tua yang berhak mengajukan saran-saran dan mengambil

keputusan. Kelompok setengah baya (kakak singuda) hanya menjadi

pelaksana. Mereka yang masih muda dan anak-anak (danak-danak) tidak

diperhatikan.

2. Perbedaan pangkat dan jabatan

Lapisan yang paling tinggi ialah kelompok bangsawan, keturunan raja-

raja dan kepala-kepala wilayah dulu. Lapisan ini disebut biak raja. Di

bawahnya adalah lapisan ginemgem (Karo). Di antara mereka ada orang-

orang yang menduduki jabatan terhormat, sehingga mereka termasuk kelas

elite dari rakyat, seperti : dukun, para tukang (besi, emas, kayu), seniman

musik dan penyanyi.

3. Perbedaan sifat keaslian

Kelompok kuta (merga tanah) akan memiliki tanah yang paling luas,

memiliki hak lebih dulu dalam menempati jabatan-jabatan pimpinan desa


15

dan bila terjadi perselisihan tentang tanah, daripada orang-orang yang

datang kemudian yang tidak ikut mendirikan kuta.

Selain itu dalam sistem organisasi sosialnya dalam Suku Batak menganut

sistem kekerabatan yang menghitung garis keturunan secara patrilineal, yaitu

memperhitungkan anggota keluarga menurut garis keturunan dari ayah. Orang-

orang yang berasal dari satu ayah disebut paripe (satu keluarga), pada orang Karo

dinamakan sada bapa (satu keluarga), sedangkan pada orang Simalungun disebut

sepanganan (satu keluarga). Bermula mereka hidup dalam perkauman yang terdiri

dari kelompok-kelompok kekerabatan yang mengusut garis keturunan dari ayah,

dan mendiami satu kesatuan wilayah permukiman yang dikenal dengan huta atau

lumban. Biasanya kesatuan kerabat itu berpangkal dari seorang kakek yang

menjadi cikal bakal dan pendiri pemukiman, karenanya juga disebut saompu.

Kelompok-kelompok kerabat luas terbatas saompu yang mempunyai hubungan

seketurunan dengan nenek moyang yang nyata maupun yang fiktif membentuk

kesatuan kerabat yang dikenal dengan nama marga.

Hubungan sosial dengan sesama marga diatur melalui hubungan

perkawinan, terutama antara marga pemberi pengantin wanita (boru) dengan

marga penerima pengantin wanita (hula-hula). Untuk mempertahankan kelestarian

kelompok kerabat yang patrilineal, marga-marga tersebut tidak boleh tukar

menukar mempelai. Karena itu hubungan perkawinan satu jurusan mamaksa

setiap marga menjalin hubungan perkawinan dengan sekurang-kurangnya dua

marga lain, yaitu dengan marga pemberi dan marga penerima mempelai wanita.
16

Marga-marga atau klen patrilineal secara keseluruhan mewujudkan sub-

suku daripada sukubangsa Batak. Pertumbuhan penduduk dan persebaran mereka

di wilayah pemukiman yang semakin luas serta pengaruh-pengaruh dari luar

menyebabkan perkembangan pola-pola adaptasi bervariasi dan terwujud dalam

keanekaragaman kebudayaan Batak dan sub-suku yang menggunakan dialek

masing-masing.

Berlandaskan pada hubungan perkawinan yang tidak timbal-balik itulah

masyarakat Batak mengatur hubungan sosial antarmarga dengan segala hak dan

kewajibannya dalam segala kegiatan sosial mereka. Organisasi itu dikenal sebagai

dalihan na tolu atau tiga tungku perapian. Marga pemberi mempunyai kedudukan

yang lebih tinggi dalam upacara maupun kegiatan adat terhadap marga penerima

mempelai wanita. Dengan demikian ada keseimbangan hubungan antara

perorangan dengan kelompok yang menganut garis keturunan kebapakan.

Walaupun seorang wanita yang menikah akan kehilangan segala hak dan

kewajibannya dari hak marga asal dan berpindah mengikuti kelompok kerabat

suami, namun marga asal tetap mendapat kehormatan sebagai pemberi mempelai

wanita yang amat penting artinya sebagai penerus generasi.

Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan

sistem dalam kemasyarakatan (kekerabatan)nya yakni Tungku nan Tiga atau

dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu, yakni Hula-hula, Dongan

Tubu dan Boru ditambah Sihal-sihal. Hulahula adalah pihak keluarga dari isteri.

Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-

istiadat Batak (semua sub-suku Batak). Sehingga kepada semua orang Batak
17

dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula). Dongan Tubu

disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga.

Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon

yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya

terkadang saling gesek. Namun pertikaian tidak membuat hubungan satu marga

bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati

dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak

(berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga.

Diistilahkan, manat mardongan tubu. Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem

kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifak

kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak pasti pernah menjadi

Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru.

Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual.

Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku 'raja'. Raja

dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang

yang berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak.

Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raji no

Dongan Tubu dan Raja ni Boru. Tarombo Silsilah atau Tarombo merupakan suatu

hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui

silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu). Orang Batak

khusunya kaum laki-laki diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek

moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu).


18

Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam

suatu klan atau marga.

Secara umum, suku Batak memiliki falsafah adat Dalihan Natolu yakni

Somba Marhulahula (hormat pada pihak keluarga ibu/istri), Elek Marboru (ramah

pada keluarga saudara perempuan) dan Manat Mardongan Tubu (kompak dalam

hubungan semarga). Dalam kehidupan sehari-hari, falsafah ini dipegang teguh dan

hingga kini menjadi landasan kehidupan sosial dan bermasyarakat di lingkungan

orang Batak.

C. Sistem Pengetahuan

Masyarakat Batak memiliki pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan yang

cukup baik. Pengetahuan ini mereka manfaatkan untuk bertahan di kehidupan

sehari-hari. Misalnya saja pengetahuan tentang tanaman bambu yang mereka

manfaatkan untuk membuat tabung air, tanaman kayu dimanfaatkan menjadi kayu

bakar dan dibuat menjadi lesung dan alu sebagai alat penumbuk padi hasil bertani

masyarakat Batak.

Lebih jauh lagi, kulit kayu (lak-lak), serta batu, dimanfaatkan untuk

dijadikan makam raja-raja. Kulit kayu juga digunakan untuk menuliskan tentang

ilmu kedukunan yang dipercayai masyarakat, surat menyurat, serta ratapan. Kulit

kayu atau lak-lak tidak ditonjolkan tetapi secara tersirat karena yang

menggunakan lak-lak hanya kalangan tertentu yaitu hanya untuk Datu.

Pengetahuan masyarakat Batak mengenai tumbuhan dan bebatuan

digunakan dalam upacara pemakaman raja-raja. Upacara tersebut dikhususkan


19

untuk raja-raja, tetua adat, dan para tokoh yang mempunyai kedudukan saja

karena dalam pelaksanaannya dibutuhkan dana yang cukup besar.

Selain pengetahun tentang tumbuhan, masyarakat Batak juga menguasai

pengetahuan tentang perubahan musim. Pengetahuan tersebut sangat berguna bagi

masyarakat Batak untuk keperluan bercocok tanam yang mereka lakukan.

Masyarakat Batak mengenal sistem gotong royong kuno dalam hal bercocok

tanam. Masyarakat Batak Karo menyebutnya raron sedangkan dalam bahasa Toba

disebut marsiurupan. Keduanya memiliki konsep yang sama yaitu sekelompok

oang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengolah tanah secara bergiliran.

Raron sendiri merupakan satu pranata yang anggotanya dibuat secara sukarela dan

masa jabatannya tergantung pada perseetujuan pesertanya.

D. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana

yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul,

bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo),

sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional

yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang),

hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi lainnya

yaitukain ulos yang merupakan kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi

dalam kehidupan adat Batak.

Masyarakat Batak juga memiliki rumah adat Batak. Rumah Batak

biasanya didirikan di atas tiang kayu yang banyak, berdinding miring, beratap
20

ijuk. Letaknya memanjang kira kira 10 20 meter dari timur ke barat. Pintunya

ada di sisi barat dan timur pada rumah Karo dan Simanuwun, atau pada salah satu

ujung lantai pada rumah Toba ( masuk dari kolong). Pada bagian puncaknya yang

menjulang ke atas di sebelah barat dan timur dipasang tanduk kerbau atau arca

muka manusia dan puncak yang melengkung membentuk setengah lingkaran (

kecuali rumah empat ayo pada Karo). Pada bagian depan (barat dan timur) rumah

Karo yang disebut ayo ada ornamentasi geometris dengan warna warna merah ,

putih , kuning dan hitam. Pada sisi kanan kiri pada kedua mukanya rumah batak

menggunakan lukisan (arca). Kepala orang atau singa (Kalamakara). Dindingnya

diikat dengan tali ijuk yang disusun sedemikian rupa sehingga menyerupai

gambar cecak ( Reret ).

Satu bagian yang merupakan keistimewaan dari rumah Karo dan yang

tidak ada pada rumah Batak yang lainadalah semacam teras dari bamboo yang

disusun di serambi muka. Teras ini disebut Ture yang pada malam harinya

digunakan sebagai tempat pertemuan gadis dan pemuda yang menemuinya. Satu

rumah Batak itu biasanya dihuni oleh beberapa keluarga batih yang satu dengan

lain, terikat dengan hubungan kekerabatan secara patrilinear.

E. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Orang Batak bercocok tanam padi di sawah dengan irigasi, tetapi masih

banyak juga, terutama diantara orang Karo, Simalungun dan Pakpak yang masih

bercocok tanam di ladang. Yang dibuka di hutan dengan cara di bakar dan

menebang pohon.
21

Pada sistem bercocok tanam di ladang , Huta atau Kutalah yang

memegang hak Ulaya tanah. Sedangkan hanya warga Huta atau Kuta yang berhak

untuk memakai wilayah itu. Mereka menggarap tanah itu seperti menggarap

tanahnya sendiri, tetapi tak dapat menjualnya tanpa persetujuan dari Huta yang

diputuskan dengan musyawarah. Tanah yang dimiliki individu juga ada. Pada

orang batak toba misalnya ada tanah panjaenan, tanah pauseang dan tanah

parbagian.

Didalam masyarakat orang Batak Karo dan Simalungun ada perbedaan

antara golongan yang merupakan keturunan dari para pendiri Huta, dengan

golongan yang merupakan keturunan dari penduduk Kuta yang datang kemudian.

Golongan para pendiri Kuta, ialah para Marga Taneh. Memiliki tanah yang paling

luas sedangkan golongan lainnya biasanya hanya memiliki tanah yang hanya

sekedar hidup. Di daerah Dairi disamping menanam padi , luas juga tanah yang di

Tanami kopi. Dalam bercocok tanam baik di ladang maupun di sawah , orang

perempuan batak mengambil peranan yang amat penting, terutama dalam tahap-

tahap menanam.

Orang Batak juga mengenal system gotong royong kuno dalam hal

bercocok tanam. Dalam bahasa Karo activated itu disebut Raron , sedangkan

dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau

kerabatat dekat , bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota

secara bergiliran. Raron itu merupakan suatu pranata yang ke anggotaannya

sangat suka rela dan lamanya berdiri tergantung kepada perstujuan pesertanya

walaupun minimal selama jumlah pesertanya satu hari.


22

Alat-alat yang digunakan dalam bercocok tanam adalah, cangkul, tongkat

tugal. Bajak biasanya ditarik oleh kerbau , atau oleh sapi. Orang Batak umumnya

memotong padi dengan sabit ( Sabi-sabi ) , atau dengan ani-ani. Selain itu

peternakan juga suatu penghasilan yang penting pada orang Batak umumnya.

Mereka memelihara kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, bebek. Kerbau banyak di

gunakan sebagai binatang penghela dan untuk upacara adat, sedangkan babi

dimakan dan untuk pemberian adat. Sapi, kambing, ayam di jual untuk melayani

kota-kota terutama Medan.

Di daerah tepi danau Toba dan di pulau Samosir menangkap ikan

merupakan suatu mata pencaharian yang penting. Penangkapan ikan dilakukan

dengan amat intensif dalam musim tertentu, misalnya dalam bulan Juli sampai

Agustus. Pekerjaan dilakukan eksklusif laki-laki dalam prahu lesung ( Solu )

dengan jala , pancing dan perangkap-perangkap ikan. Ikan di jual di pasar-pasar

untuk dibawa ke kota-kota seperti ke Baligo.

F. Sistem Bahasa di Budaya Batak

Suku Batak menuturkan bahasa yang satu sama lain mempunyai banyak

kemiripan. Pun demikian, beberapa ahli bahasa dapat membedakan sedikitnya dua

cabang utama bahasa Batak yang perbedaannya dinilai sangat besar sehingga satu

sama lain tidak memungkinkan untuk berkomunikasi

Batak Karo di wilayah utara

Batak Toba di wilayah selatan

Batak Simalungun
23

Bahasa Angkola, Mandailing, dan Toba diklasifikasikan ke dalam rumpun

selatan, sedangkan bahasa Karo dan Pakpak, Dairi, Alas Kulet termasuk rumpun

utara. Bahasa Simalungun dianggap sebagai bahasa yang berdiri di antara rumpun

utara dan rumpun selatan. Namun secara historis bahasa Simalungun diduga

merupakan cabang lain bahasa rumpun selatan yang berpisah dari cabang Batak

Selatan, sebelum bahasa Toba dan bahasa Angkola-Mandailing terbentuk.

1. Kelompok Wilayah Utara

Alas-Kluet

Bahasa Batak Alas-Kluet adalah sebuah bahasa yang dituturkan di timurlaut

Tapaktuan dan di sekitar Kutacane, Aceh. Pada tahun 2000, jumlah penutur

bahasa ini mencapai 195.000 jiwa. Banyak orang menolak label "Batak" karena

alasan konotasi budayanya. Sementara itu, tidak diketahui pasti apakah bahasa ini

merupakan bahasa tunggal atau bukan.

Dialek bahasa ini memiliki 3 dialek: dialek Alas, dialek Kluet, dan dialek

Singkil atau Kade-Kade. Dialek Alas mungkin serupa dengan Bahasa Batak

Karo, sementara dialek Kluet dan Singkil cenderung dekat dengan Bahasa

Pakpak.

a. Dairi

Bahasa Batak Pakpak atau Batak Dairi adalah sebuah bahasa yang terdapat

di provinsi Sumatera Utara. Bahasa Pakpak dipakai oleh penduduk yang

bermukim di wilayah Kabupaten Dairi, Pakpak Bharat di Sumatera Utara dan

sebagian wilayah kabupaten Singkil daratan di Aceh.


24

Bahasa Pakpak juga terdapat di wilayah Parlilitan yang masuk wilayah

Kabupaten Humbang Hasundutan dan wilayah Manduamas yang merupakan

bagian dari Kabupaten Tapanuli Tengah.

Percakapan sehari-hari : Njuah-njuah adalah ungkapan yang paling sering

diucapkan pada saat membuka atau mengakhiri percakapan artinya sehat selalu

(mirip dengan Horas dalam bahasa Toba atau Mejuah-juah dalam bahasa Karo).

- Bapa artinya Bapak

- Inang artinya Ibu

- Kaka artinya kakak/abang

- Anggi artinya adek

b. Karo

Bahasa Karo adalah bahasa yang digunakan oleh suku Karo yang mendiami

Dataran Tinggi Karo (Kabupaten Karo), Langkat, Deli Serdang, Dairi, Medan,

hingga ke Aceh Tenggara di Indonesia.

Bahasa Karo secara historis ditulis menggunakan aksara Karo atau sering

juga disebut Surat Aru/Haru yang merupakan turunan dari aksara Brahmi dari

India kuno. Namun kini hanya sejumlah kecil orang Karo dapat menulis atau

memahami aksara Karo, dan sebaliknya aksara Latin yang digunakan. Jumlah

penutur bahasa karo sekitar 600.000 orang pada tahun 1991


25

2. Kelompok Wilayah Selatan

a. Toba

Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa daerah yang terutama

dipertuturkan di daerah sekitar Danau Toba dan sekitarnya, meliputi Samosir,

Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara dan Toba Samosir, Sumatera Utara,

Indonesia. Bahasa Batak Toba termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, dan

merupakan bagian dari kelompok bahasa-bahasa Batak.

Saat ini diperkirakan terdapat kurang-lebih 2.000.000 orang penutur Bahasa

Batak Toba, yang tinggal di bagian barat dan selatan Danau Toba. Penulisan

bahasa ini dalam sejarahnya pernah menggunakan aksara Batak, namun saat ini

para penuturnya hampir selalu menggunakan aksara Latin untuk menuliskannya.

Herman Neubronner van der Tuuk adalah salah seorang pionir awal

penelitian atas Bahasa Batak Toba, yaitu dalam aktivitasnya menulis Alkitab

berbahasa Batak Toba.

b. Angkola

Bahasa Batak Angkola adalah bahasa yang paling mirip dengan bahasa

Batak Toba, di samping letak geografis yang berdekatan, bahasa Angkola sedikit

lebih lembut intonasinya daripada bahasa Toba. Bahasa Batak Angkola meliputi

daerah Padangsidempuan, Batang Toru, Sipirok, dan seluruh bagian kabupaten

Tapanuli Selatan. Bahasa Mandailing, merupakan rumpun bahasa Batak, dengan

pengucapan yang lebih lembut lagi dari bahasa Angkola, bahkan dari bahasa
26

Batak Toba. Mayoritas penggunaannya di daerah Kabupaten Mandailing-Natal

tapi tidak termasuk bahasa Natal.

c. Mandailing

Bahasa Mandailing adalah salah satu bahasa dari rumpun bahasa Batak.

Mayoritas penuturnya menghuni daerah Mandailing Natal, Padang Lawas, dan

Padang Lawas Utara. Bahasa Mandailing berbeda dari bahasa Natal, yang

merupakan dialek bahasa Minangkabau.

3. Kelompok Perantara

Simalungun

Bahasa Simalungun atau Sahap Simalungun (dalam bahasa Simalungun)

adalah bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten

Simalungun, Serdang Bedagai, Deli Serdang, Dairi, Medan, hingga ke Tapanuli di

Indonesia.

Klasifikasi Bahasa

Penelitian P. Voorhoeve (seorang ahli bahasa Belanda, pernah menjabat

sebagai taalambtenaar Simalungun tahun 1937), menyatakan bahwa bahasa

Simalungun merupakan bagian dari rumpun Austronesia yang lebih dekat dengan

bahasa Sansekerta yang memengaruhi banyak bahasa daerah lain di Indonesia.

Kedekatan ini ditunjukkan dengan huruf penutup suku mati:

"Uy" dalam kata babuy dan apuy.

"G" dalam kata dolog.

"B" dalam kata abab.


27

"D" dalam kata bagod.

"Ah" dalam kata babah atau sabah.

"Ei" dalam kata simbei.

"Ou" dalam kata lopou atau sopou.

Lebih jauh Voorhoeve juga menyatakan bahwa bahasa Simalungun berada

pada posisi menengah antara rumpun Batak Utara dan rumpun Batak Selatan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh A. Adelaar menunjukkan bahwa bahasa

Simalungun merupakan cabang dari rumpun Batak Selatan yang terpisah dari

bahasa-bahasa Batak Selatan sebelum terbentuknya bahasa Toba atau Mandailing

yang sekarang.

Beberapa kata dalam Bahasa Simalungun memang memiliki persamaan

dengan bahasa Toba atau Karo yang ada di sekitar wilayah tinggalnya suku

Simalungun, namun Pdt. Djaulung Wismar Saragih menerangkan bahwa ada

banyak kata yang penulisannya sama dalam bahasa Simalungun dan Toba namun

memiliki makna yang berlainan.

G. Kesenian batak

Bahasa Batak kita begitu kaya akan Puisi, Pepatah dan Pribahasa yang

mengandung satu dunia kebijaksanaan tersendiri, Bahasanya sama dari Utara ke

Selatan, tapi terbagi jelas dalam berbagai dialek. Kita memiliki budaya sendiri,

Aksara sendiri, Seni Bangunan yang tinggi mutunya yang sepanjang masa tetap

membuktikan bahwa kita mempunyai nenek moyang yang perkasa, Sistem marga

yang berlaku bagi semua kelompok penduduk negeri kita menunjukkan adanya
28

tata negara yang bijak, kita berhak mendirikan sebuah persatuan Batak yang khas,

yang dapat membela kepentingan kita dan melindungi budaya kuno itu

1. Kesenian Batak Toba

Seni Tari

Tari Tortor menjadi salah satu kesenian yang paling menonjol dalam

kebudayaan masyarakat Batak Toba. Manortor (menari, bahasa Batak Toba)

merupakan lambang bentuk syukur kepada Mulajadi Nabolon, dewa pencipta

alam semesta, dan rasa hormat kepada hula-hula dalam konsep kekeluargaan

mereka. Oleh karena itu, tari ini biasanya dilakukan dalam upacara ritual, ataupun

dalam upacara adat, seperti acara pernikahan.

Seni Musik

Sejumlah alat musik juga menjadi bagian dalam pelaksanaan upacara ritual

dan upacara adat dalam kebudayaan orang-orang Batak Toba. Dua jenis ansambel

musik, gondang sabangunan dan gondang hasapi merupakan alat musik

tradisional yang paling sering dimainkan. Menurut mitologi etnik Batak Toba,

kedua alat musik tersebut merupakan milik Mulajadi Nabolon, sehingga harus

dimainkan untuk menyampaikan permohonan kepada sang dewa.

Seni Kerajinan

Martonun, atau keterampilan dalam membuat kais ulos dengan alat tenun

tradisional, merupakan salah satu seni kerajinan dalam tradisi adat Batak Toba,
29

yang hingga saat ini masih bisa dijumpai di pedalaman Pulau Samosir dan daerah-

daerah lainnya di sekitar Danau Toba. Masyarakat Batak Toba melakukan

berbagai seni kerajinan sesuai dengan peran dan fungsinya dalam struktur adat

dan religi yang mereka percaya.

Seni Sastra

Ada banyak seni sastra yang berkembang dalam kehidupan masyarakat

Batak Toba, meliputi sastra lisan dan sastra tulisan. Beragam cerita rakyat, seperti

terjadinya Danau Toba dan Batu Gantung, menjadi legenda yang sampai saat ini

masih bisa kita dengar. Pantun-pantun yang disebut umpasa juga ada dalam

kebudayaan Batak Toba, yang menjadi kearifan lokal etnik tersebut. Semua seni

sastra itu memiliki makna filosofis dalam kehidupan mereka.

Seni Rupa

Seni pahat dan seni patung menjadi keterampilan utama dalam seni rupa

tradisional yang hidup di Batak Toba. Ukiran-ukiran yang terdapat gorga atau

ornamen rumah adat mereka, menjadi bukti keindahan dari seni pahat masyarakat

Batak Toba. Sedangkan, seni patung bisa dilihat dari banyak peralatan tradisional,

seperti sior dan hujur (panah), losung gaja (lesung besar), serta parpagaran dan

sigale-gale (alat untuk memanggil kekuatan gaib).


30

2. Kesenian Batak Karo

Seni Sastra.
Bahasa Karo adalah bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat Karo,

ruang lingkup penggunaan bahasa karo tak mengenal batas, dalam artian boleh

digunakan siapapun baik oleh suku batak karo ataupun suku lain.

Seni sastra bahasa Karo tingkat tinggi seperti Cakap Lumat. Cakap lumat

adalah dialog diselang-selingi dengan pepatah, perumpamaan, pantun dan

gurindam yang digunakan untuk sepasang kekasih untuk saling menggoda.

Misalnya dahulu seorang pemuda bercintaan dengan seorang gadis di ture (teras

rumah adat) maka untuk menarik perhatian gadis tersebut dia menggunakan cakap

lumat.

Seni sastra Karo dapat digolongkan beberapa jenis yaitu : pantun, gurindam,

anding-andingen (sindiran), kuan-kuanen (perumpamaan), bintang-bintang (mirip

pantun), bilang-bilang (cetusan rasa sedih), cerita mitos, legenda dan cerita rakyat.

Bahkan bilang-bilang ditulis dengan aksara Karo di sepotong bambu. Isinya

adalah jeritan hati sipenulisnya. Bilang-bilang tersebut terfokus pada suasana

kepedihan. Oleh karena itu ada juga yang mengatakan bilang-bilang sebagai

dengang duka.

Sama halnya dengan daerah lain di Indonesia, Karo juga mempunyai

legenda dan cerita rakyat. Misalnya cerita Pawang Ternalem, Putri Hijau, Sibayak

Barus Jahe, Guru Pertawar Reme, Si Beru Rengga Kuning, Beru Karo Basukum,
31

Dunda Katekuten, Beru Ginting Pase, Baru Tarigan Tambak Bawang, Kak

tengkok bungana, Siberu Tandang Kemerlang, Tera Jile-jile, Kerbo Sinanggalatu,

Perpola, Singelanja Sira, Gosing Si Ajibonar dan lain sebagainya.

Aksara Karo merupakan salah satu bentuk kekayaan sastra Karo. Menurut

sejarahnya aksara Karo bersumber dari aksara Sumatera Kuno yaitu campuran

aksara Rejang, Lebong, Komering dan Pasaman. Kemungkinan aksara ini dibawa

dari India Selatan, Myanmar/Siam dan akhirnya sampai ke Tanah Karo. Aksara

ini hampir mirip dengan Simalungun dan Pakpak Dairi. Aksara Karo dulu ditulis

di kulit kayu, tulang dan bambu.

Seni Musik.

Alat musik tradisional suku Karo adalah Gendang Karo. Biasanya disebut

Gendang Lima Sedalinen yang artinya seperangkat gendang tari yang terdiri

dari lima unsur.

Unsur disini bisa kita lihat dari beberapa alat musik tradisional Karo seperti

Kulcapi, Balobat, Surdam, Keteng-keteng, Murhab, Serune, Gendang si

ngindungi, Gendang si nganaki, Penganak dan Gung. Alat tradisional ini sering

digunakan untuk menari, menyanyi dan berbagai ritus tradisi.

Jadi Gendang Karo sudah lengkap (lima sedalinen) jika sudah ada Serune,

Gendang si ngindungi, Gendang si nganaki, Penganak dan Gung dalam

mengiringi sebuah upacara atau pesta.


32

Tapi sekarang perkembangan musik Karo sudah terkontaminasi dengan alat

modern semacam keyboard. Era masuknya musik keyboard ke dalam kesenian

Karo sekitar tahun 1990an. Musik keyboard sudah mendominasi kesenian Karo,

sehingga timbul kesimpulan jika tidak ada Keyboard maka gendang Karo itu tidak

ramai.

Seni Suara

Diperkirakan dibawah tahun 1800an suku Karo belum mengenal seni suara

secara nyata. Kemudian dalam perkembangannya muncullah lagu-lagu yang

dibawakan seseorang sebagai perende-rende (penyanyi). Lagunya masih

cenderung sedih. Lagu ini biasa dibawakan untuk mengantar cerita atau memuja

seseorang. Juga menyampaikan doa seperti lagu didong-didong.

Setelah perkembangannya lagu-lagu Karo mulai diiringi oleh gendang Karo

sebagai musiknya. Yang membawakan lagu ini baik laki-laki maupun perempuan

disebut permanga-mangga dan akhirnya beralih nama menjadi perkolong-kolong.

Banyak lagu Karo diciptakan dari generasi terdahulu sampai sekarang.

Sebagai contoh komponis Karo yang telah melegenda adalah Djaga Depari.

Seni Tari

Tari dalam bahasa Karo disebut Landek. Pola dasar tari Karo adalah

posisi tubuh, gerakan tangan, gerakan naik turun lutut (endek) disesuaikan dengan

tempo gendang dan gerak kaki. Pola dasar tarian itu ditambah dengan variasi

tertentu sehinggga tarian tersebut menarik dan indah.


33

Tarian berkaitan adat misalnya memasuki rumah baru, pesta perkawinan,

upacara kematian dan lain-lain.

Tarian berkaitan dengan ritus dan religi biasa dipimpin oleh guru (dukun).

Misalnya Tari Mulih-mulih, Tari Tungkat, Erpangir Ku Lau, Tari Baka, Tari Begu

Deleng, Tari Muncang, dan lain-lain.

Tarian berkaitan dengan hiburan digolongkan secara umum. Misalnya Tari

Gundala-gundala, Tari Ndikkar dan lain-lain.

Sejak tahun 1960 tari Karo bertambah dengan adanya tari kreasi baru.

Misalnya tari lima serangkai yang dipadu dari lima jenis tari yaitu Tari Morah-

morah, Tari Perakut, Tari Cipa Jok, Tari Patam-patam Lance dan Tari Kabang

Kiung. Setelah itu muncul pula tari Piso Surit, tari Terang Bulan, tari Roti Manis

dan tari Tanam Padi.

Seni Pahat (Ukir).

Keragaman seni pahat dan ukir suku Karo terlihat dari corak ragam

bangunannya. Dulu orang yang ahli membuat bangunan Karo disebut Pande

Tukang.

Hal ini terlihat dari jenis-jenis bangunan Karo seperti Rumah Siwaluh Jabu,

Geriten, Jambur, Batang, Lige-lige, Kalimbaban, Sapo Gunung, dan Lipo.

Seni ukir yang menjadi kekayaan kesenian Karo terlihat pada setiap ukiran

bangunannya seperti Ukir Cekili Kambing, Ukir Ipen-Ipen, Ukir Embun

Sikawiten, Ukir Lipan Nangkih Tongkeh, Ukir Tandak Kerbo Payung, Ukir

Pengeretret, dan Ciken.


34

3. Kesenian Batak Simalungun

Seni tari

Tari Toping-toping

Tortor Toping-toping merupakan sebuah tarian unik yang biasanya

dipertunjukkan untuk menghibur keluarga kerajaan yang sedang berduka. Sesuai

sejarahnya, tarian ini hanya hiburan untuk kalangan keluarga kerajaan. Tapi sesuai

perkembangan zaman, tarian ini sudah menjadi sarana hiburan masyarakat, bukan

hanya di Simalungun tapi sudah menjadi tarian milik Sumatera Utara.

Secara singkat, toping-toping ditarikan beberapa orang mengenakan kostum

menyerupai topeng dan diiringi alat-alat musik tradisional yang disebut gonrang

sidua-dua. Alat musik ini terdiri sarunei bolon, mongmongan dan ogung.

Topeng pada tarian terdiri dari 3 jenis yaitu topeng dalahi (topeng

menyerupai wajah pria, dipakai penari pria), topeng daboru (topeng menyerupai

wajah wanita, dipakai penari wanita), lalu topeng huda-huda (menyerupai paruh

burung enggang, dibentuk dari jalinan kain).

Tari Manduda

Tari Manduda dipertunjukkan sebagai ungkapan rasa syukur atas panen

raya. Tarian menggambarkan kehidupan petani turun ke sawah dengan suasana

gembira, mulai menanam padi hingga sampai kepada suasana panen. Gerak

memotong padi, mengirik dan menampis padi tergambar lewat gerakan-gerakan

tarian ini, yang dilakukan secara gemulai dan lincah.


35

Tari Haroan Bolon

Tarian Haroan Bolon merupakan lagu iringan tari tradisional berjudul

Haroan Bolon, salah satu tarian tradisional Simalungun ciptaan Tuan Taralamsyah

Saragih pada tahun 1959.

Haroan Bolon merupakan tarian klosal atau sendratari yang berkisah tentang

rangkaian proses kerja disawah mulai dari, pembibitan, menanam benih,

perawatan, panen, hingga pada proses menumbuk padi menjadi beras.

Komposer dan penata tari itu adalah Tuan Taralamsyah Saragih, lahir di

Pematang Raya, Simalungun, pada 18 Agustus 1918 dari keluarga keturunan Raja

Simalungun. Sejak kecil Taralamsyah Saragih telah menunjukkan bakat seni

terutama di bidang seni musik dan senitari. Dia sangat mencintai seni musik dan

tari.

Tortor Sombah

Tarian ini boleh dikata tarian yang sangat populer pada masa ini. Tarian ini

lazim dilakukan untuk menyambut kepala daerah atau pejabat suatu instansi pada

suatu acara sebagai bentuk penghormatan. Memang, tortor sombah adalah tarian

yang dilakukan untuk menghormati Tuhan Maha Kuasa, raja dan undangan suatu

hajatan.

Seni musik

Garantung, merupakan alat musik yang terbuat dari kayu dan mempunyai

resonantor yang juga terbuat dari kayu. Garantung terdiri dari tujuh bilah yang

mempunyai nada berbeda.


36

Ole-ole, adalah merupakan jenis alat musik tiup yang yang terdiri dari satu

lidah (single reed).badannya terbuat dari batang padi dan resonantornya terbuat

dari daun enau atau daun kelapa.

4. Kesenian Batak Papak-Diari

Seni musik

Orang Pakpak memiliki ensambel musik, baik tetabuhan (drum chime),

yakni genderangsi sibah (gendang sembilan), yang terdiri dari sembilan gendang

satu sisi yang ditempatkan dalam satu rak. Gendang yang dipukul dengan stik

(pemukul) ini selalu dipakai untuk mengiringi upacara adat. Di suku Pakpak

upacara adat selalu terbagi dua: untuk keriaan, dan sebaliknya, untuk kedukaan.

Musik (genderang) memegang peranan penting dalam keduanya.

Selain drum chime, orang Pakpak juga memiliki alat musik

sejenis xylophone, yang mereka sebut kalondang. Ciri khas kalondang ini adalah

dimainkan dengan mengikuti melodi yang sama dengan vokal, tapi si pemain

selalu punya ruang untuk berimprovisasi.

Kemudian ada juga kecapi, serta gong (aerofon, recorder).

Lalu lobat dan sordam (end-blown flute) sebagai instrumen solo. Terkadang

digunakan juga memang dalam ensambel musik.

Lobat biasanya dimainkan perkemenjen (penyadap getah kemenyan). Selain

memainkan alat musik ini lazimnya mereka juga menyanyikan odong-odong.

Senandung ini liriknya diciptakan sendiri, biasanya bermuatan keluh kesah hidup,

atau kerinduan kepada anak-istri di kampung. Odong-odong selalu dinyanyikan


37

di atas pohon, sambil menyadap kemenyan dengan perkakas khusus; perkakas

sadap itu yang dipakai sebagai musik iringan dengan memukul-mukulkannya ke

pohon kemenyan.

Seni tari

Tarian pak-pak ,tari dalam Bahasa Pakpak disebut Tatak yang dalam

Bahasa Toba disebut Tortor dan Bahasa Karo disebut La ndek. Tarian

tradisional Pakpak sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, misalnya

Tatak Memupu/ Menapu Kopi, Tatak Mendedah, Tatak Renggisa, Tatak Balang

Cikua, Tatak Garo-Garo, Tatak Tirismo Lae Bangkuang, Tatak Mersulangat,

Tatak Menerser Page, Tatak Muat Page, Tatak Adat, Tatak Mendedohi Takal-

Takal, dan lain-lain. Selain itu, dikenal juga seni bela diri misalnya moccak dan

tabbus.

Seni sastra

Kesusastraan juga dikenal dalam adat Pakpak, terutama peribahasa dan

pantun. Biasanya peribahasa berisi anjuran dan nasihat sedangkan pantun juga

berisi anjuran dan nasihat meskipun ada pantun jenaka.

Misalnya peribahsa yaitu ipalkoh sangkalen mengena penggel artinya

dipukul talenan telinga terasa, maknanya yaitu untuk kita selalu menuruti, was-

was dan tanggap terhadap nasihat yang berguna yang diberikan oleh orang yang

lebih berpengalaman.
38

Contoh pantun yaitu sada lubang ni sige, sada ma ngo mahan gerrit-

gerriten, tah soh mi ladang dike pe, ulang ma ngo mbernit-mberniten artinya

kemanapun kita merantau semoga tetap sehat selalu.

Prosa juga lumayan berkembang ditandai dengan banyaknya cerita-cerita

legenda yang diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi seterusnya.

Contoh cerita rakyat Pakpak yaitu Cerita Simbuyak-buyak yang dikenal luas

dalam masyarakat Kelasen, Cerita Nan Tampuk Mas yang dikenal masyarakat

Keppas.

Seni Kerajinan

Kerajinan tangan suku Pakpak sudah dikenal sejak jaman dahulu yaitu

dengan adanya Mejan Batu (sejenis patung yang terbuat dari batu) yang terdapat

hampir disetiap kuta. Selain itu ada juga membayu yaitu menganyam tikar,

bakul, kirang (keranjang) dan lain sebagainya yang terbuat dari sejenis rumput

yang tumbuh di sawah. Selain itu kerajina rotan dan bambu juga banyak

dikembangkan misalnya kursi, sangkar burung, bubu, tampi, juga keranjang.

Kerajinan lainnya yaitu terutama di daerah Kelasen yaitu meneppa yaitu pandai

besi terutama meneppa golok (pisau dan parang), pedang, kujur (tombak),

cangkul, cuncun dan lain-lain.

4. Kesenian Batak Angkola-mandialing

Secara umum Batak angkola dan madialing memiliki banyak kesamaan

dengan batak toba dalam hal kesenian. Karena memang secara geografis mereka

berdekatan dan mereka masih dalam satu rumpun dalam


39

Seni sastra (bahasa)

Bahasa Batak Angkola adalah bahasa yang paling mirip dengan bahasa

Batak Toba, di samping letak geografis yang berdekatan, bahasa Angkola sedikit

lebih lembut intonasinya daripada bahasa Toba. Bahasa Batak Angkola meliputi

daerah Padangsidempuan, Batang Toru, Sipirok, dan seluruh bagian

kabupaten Tapanuli Selatan.

Bahasa Mandailing, merupakan rumpun bahasa Batak, dengan pengucapan

yang lebih lembut lagi dari bahasa Angkola, bahkan dari bahasa Batak Toba.

Mayoritas penggunaannya di daerah Kabupaten Mandailing-Natal tetapi tidak

termasuk bahasa Natal.


BAB III

SERBA-SERBI BATAK

A. Do and Dont

Do

1. Jolo Sinukkun marga asa diboto partuturan.

Yakni mengharuskan masyarakat batak untuk menanyakan marga

terlebih dahulu agar mengetahui hubungan kekerabatan sebelum

berinteraksi social.

2. Apabila ada keluarga yang hendak mengawinkan anak laki-laki atau

perempuan (pmulihon boru atau pangolihon anak) maka perlu dilakukan

pesta adat.

3. Menjalanakan falsafah Dalihan Natolu

4. Prosesi mangalehon dekke (dekke simundur-mundur) ikan harus berjumlah

ganjil, 1,3,5 dimana posisi ikan tegak dan di bawahnya dan sekelilingnya

dibuat nasi serta kepala ikan menghadap ke orang yang akan menerima,

dengan cara pemberian, pemberi dan penerima memegang piring dengan

tangan telungkup

5. Orang batak percaya bahwa musik adalah media penghubung antara

manusia dengan Tuhan

6. Mambosuri boru merupakan salah satu adat yang ditujukan untuk anak

perempuan yang sedang mengandung pada bulan ke-7

7. Mangadati adalah membayar utang adat

40
41

Dont

1. Dilarang menikah dengan semarga.

2. Ketika mangalehon dekke ketika menggunakan ulos, maka ulos tidak boleh

menyentuh tanah

3. Menyebut nama ipar dengan sembarangan.

4. Dalam suku karo ketika pria dan wanita sudah menikah, maka wanita sudah

tidak dapat berbicara dengan mertua laki-lakinya.

5. Ketika memasuki rumah baru (jabu) maka rumah tidak boleh disapu dulu

dalam beberapa waktu.

B. Hal-hal menarik tentang Suku Batak:

Sama Seperti Suku Jawa, Batak juga memiliki Beberapa Sub Suku Kalau

Suku Jawa yang kita tahu sendiri juga beragam, dibedakan dari daerah asalnya,

seperti Surabaya, Yogyakarta, Solo dan Malang yang walaupun secara kesukuan

sama tetapi memiliki perbedaan baik dari segi bahasa, kebiasaan maupun budaya.

Demikian juga dengan suku Batak yang juga punya beberapa sub, yaitu Batak

Toba, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Menikah dengan Pariban (Sepupu) Ada istilah dalam suku Batak, pariban

(sepupu) adalah rokkap (jodoh). Sepupu disini bukan sembarang sepupu karena

tidak semua sepupu bisa menikah. Sepupu yang dimaksud adalah, kalau Anda

perempuan, Anda bisa menikah dengan anak laki-laki dari adik perempan ayah.

Sedangkan kalau Anda laki-laki, Anda bisa menikah dengan anak perempuan dari

adik laki-laki ibu.


42

Orang Batak senang martarombo alias bertutur dan mencari-cari hubungan

saudara satu dengan yang lainnya. Jadi, misalnya ketika bertemu dengan orang,

hal yang biasa ditanyakan adalah marganya apa, kemudian akan selalu berusaha

mencari hubungan pertalian dengan marganya sendiri. Yang terjadi adalah akan

hampir selalu ada hubungan saudara bila sesama orang Batak bertemu.

Tuhor artinya uang untuk membeli perempuan ketika akan dilamar oleh

laki-laki. Uang tuhor inilah nantinya yang akan menjadi biaya pernikahan,

membeli kebaya pengantin perempuan, kebutuhan pernikahan lainnya, semua

tergantung kesepakatan pihak keluarga laki-laki dan perempuan.Besarnya tuhor

tergantung tingkat pendidikan si perempuan, semakin tinggi pendidikannya

ataupun posisi pekerjaannya maka semakin besarlah tuhor. Buat sebagian besar

orang Batak yang masih memegang adat hal ini kerap tetap dilakukan. Namun

buat orang Batak yang lebih moderat sudah tidak mempermasalahkan tuhor lagi.

Kalau sama-sama holong (cinta) ya tidak perlu dipersulit.

Mandok Hata Artinya adalah bercakap-cakap menjelang tahun baru. Ini

merupakan satu kebiasaan orang Batak. Biasanya dilakukan saat kumpul keluarga

besar. Saling bercerita mengenai refleksi setahun yang lalu, saling meminta maaf

kemudian merencanakan apa yang ingin dicapai di tahun yang akan datang.

Biasanya dimulai dari orangtua baru ke anak yang paling kecil.

Buat orang Batak, terlarang untuk menikah dengan yang satu marga

dengannya ataupun tidak satu marga tapi masih saudara dalam silsilah. Jadi,

dalam adat Batak beberapa marga masih dianggap sebagai satu silsilah sehingga

dianggap sebagai saudara jadi tidak boleh menikah. Makanya, dalam setiap
43

perkenalan selalu ditanyakan marga apa supaya jangan kekadung cinta terlarang

karena marga. Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku

Batak maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan).

Mangulosi, Ulos adalah kain tradisional dari Batak, sama seperti batik dari

Jawa dan kain tenun NTT. Ada bermacam-macam jenis ulos, semua tergantung

dengan fungsi pemakaiannya. Setiap upacara, baik itu pernikahan,

kematian, memiliki penggunaan kain ulos yang berbeda pula. Bahkan tidak

jarang menunjukkan strata seseorang dalam lingkungan sosial.

Konsep Rumah Batak Rumah Batak memiliki konsep yang sangat unik dan

mengandung makna yang tersirat dalam bentuk bangunannya. Konsep rumah

panggung dengan pintu masuk yang rendah yang artinya adalah sebagai tamu

selayaknya menghormati tuan rumah dan mengikuti aturan yang ada di dalam

rumah tersebut.

Cicak menjadi lambang untuk orang Batak. Layaknya cicak yang ada

dimana-mana, mulai dari rumah dengan ukuran kecil, sedang, besar, di

perkampungan maupun perkotaan demikianlah seharusnya orang Batak bisa

beradaptasi dimanapun dia berada. Dan tidak hanya beradaptasi tapi juga bertahan

hidup sekeras apapun permasalahan yang di hadapinya

Nilai budaya yang ada di Suku Batak antara lain:

1. Kekerabatan

Nilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam

pelaksanaan adat Dalian Na Talu, dimana seseorang harus mencari jodoh


44

diluar kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling menyebut

Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk

diperistri disebut Hula-hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut

Boru.

2. Hagabeon

Nilai budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu

banyak, dan yang baik-baik.

3. Hamoraan

Nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan aspek

spiritual dan meterial.

4. Uhum dan ugari

Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam

menegakkan keadilan sedangkan ugari terlihat dalam kesetiaan akan sebuah

janji.

5. Pengayoman

Pengayoman wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas

tersebut di emban oleh tiga unsur Dalihan Na Tolu.

6. Marsisarian

Suatu nilai yang berarti saling mengerti, menghargai, dan saling

membantu.

C. Peribahasa Batak
Peribahasa 1
Adong na tuat sian dolok
Adong na nangkok sian toruan
Adong na ro sian habinsaran
45

Adong na sian hasundutan


Manumpak ma Debata
Dilehon di hamu pasupasuan

Terjemahannya:
Ada yang turun dari gunung
Ada yang naik dari hilir
Ada yang datang dari timur
Ada dari arah barat
Semoga Tuhan memberi berkat
Diberi kepada kamu doa dan restu

Peribahasa 2
Aek godang do aek laut
Dos ni roha do sibaen nasaut

Terjemahannya:
Air sungai air laut
Kesepakatan hati membuat semua terlaksana

Peribahasa 3
Ampapaga dolok
Ampapaga sibuluan
Unang hita marbada
Ai hita do marsogot hita haduan

Terjemahnnya:
Ampapaga gunung
Ampapaga sibuluan
Jangan kita bertengkar
Karena kita besok kita pula lusa

Peribahasa 4
Tubu unte dohot durina
Tubu jolma dohot ugarina

Terjemahannya:
Tumbuh jeruk dengan durinya
Lahir manusia dengan suratannya

Peribahasa 5
Unang sumuan dulang
Mangaithon jabi - jabi
Unang mambahen na so uhum
Mangulahon na so jadi
46

Terjemahannya:
Jangan menanam dulang
Menarik beringin jabi - jabi
Jangan berbuat yang tidak patut
Mengerjakan yang tidak pantas

Peribahasa 6
Uhum sipangan anak
Uhum sipangan boru

Terjemahannya:
Perintah berlaku kepada anak laki laki
Perintah berlaku juga kepada anak perempuan

Artinya:
Menempatkan kepentingan umum diatas kepentingan golongan atau kelompok

D. Makanan Khas Batak


1. Arsik

Makanan khas Batak Mandailing yang dikenal dengan nama arsik ini

berbahan dasar ikan-ikanan seperti nila, mas, dan mujair. Ikan ikan tersebut

ditangkap langsung dari Danau Toba yang terkenal. Ketika dimasak, ikan ikan

tersebut dicampur dengan andaliman, yaitu bumbu rempah khas Batak sehingga

rasa olahan arsik menjadi pedas dan aromanya khas.

2. Naniura

Selain makanan khas Batak ikan arsik, ada juga makanan Batak bernama

naniura. Sajian makanan serupa sushi ini juga berbahan dasar ikan-ikanan. Ikan

yang menjadi bahan dasarnya tidak dimasak, melainkan hanya disajikan dengan

bumbu bumbu khas saja. Rasanya cenderung asam karena proses pematangannya

memakai asam.
47

3. Natinombur

Berikutnya ada ikan bakar khas Batak yang dikenal dengan nama

natinombur. Ikan yang biasa dipakai untuk diolah menjadi natinombur adalah ikan

mujahir, ikan lele, ataupun ikan nila. Natinombur disajikan dengan siraman

bumbu di atas ikan yang telah dibakar.

4. Manuk (ayam) Napinadar

Ciri khas paling menonjol dari menu masakan ini adalah penggunaan ayam

dan andaliman. Ayam yang telah disiapkan dibakar dan dibberi bumbu serta

dicampur dengan darah segar dari ayam itu sendiri dengan kematangan yang pas.

Manuk atau ayam napinadar lebih enak bila disajikan agak pedas. Namun, bisa

juga disajikan gurih, sesuai dengan selera yang akan mengkonsumsinya. Siapapun

yang sudah mencoba masakan ini, pasti akan ketagihan dan ingin menyantapnya

lagi.

5. Saksang

Berikutnya ada makanan khas Batak saksang yang juga terbuat dari daging

babi atau daging anjing. Saksang diolah menggunakan bumbu khusus yang mirip

dengan bumbu napinadar dan proses memasaknya pun juga dicampur

menggunakan darah dari daging itu sendiri. Selain itu, ada tambahan andaliman

dalam bumbunya sehingga rasanya menjadi lebih panas dan pedas membuat lidah

bergetar.
48

6. Dali Ni Horbo (susu kerbau)

Makanan Batak yang berasal dari olahan susu, tepatnya susu kerbau ini

benar benar dibuat secara alami tanpa tambahan bahan kimia. Jika biasanya anda

mengkonsumsi susu cair dengan cara diminum, maka di Batak anda bisa

mengkonsumsi susu dengan cara disantap layaknya makanan. Susu kerbau yang

sudah dimasak kemudian ditambah dengan sedikit garam dan campuran perasan

air daun pepaya. Dali ni horbo tampilannya kental seperti tahu putih. Makanan ini

lebih nikmat jika dimasak seperti arsik.

7. Lappet atau Kue Lampet

Seperti diketahui bahwa lappet merupakan salah satu ungkapan kekesalan

dari masyarakat Batak. Namun, ungkapan ini malah dijadikan nama dari makanan

yang terkenal akan kelezatannya. Lappet merupakan makanan ringan yang proses

pembuatannya cukup mudah. Jika ada acara adat atau hajatan, orang Batak pasti

akan membuat dan menyajikan kudapan lezat ini.


DAFTAR PUSTAKA

https://tempatwisataindonesia.id/makanan-khas-batak/

https://adelkudel30.wordpress.com/education/ilmu-pengetahuan-sosial/7-unsur-

kebudayaan/7-unsur-budaya-suku-batak/

http://appehutauruk.blogspot.co.id/2008/10/pribahasa-batak-toba.html

https://de-kill.blogspot.com/2009/04/budaya-suku-batak.html

http://danu-umbara18.blogspot.co.id/2013/04/budaya-suku-batak.html

http://msoecahyo.blogspot.co.id/2015/02/7-unsur-kebudayaan-batak.html

Anda mungkin juga menyukai