Anda di halaman 1dari 18

KEBUDAYAAN BETAWI

DISUSUN OLEH :

KALANAHARI RIZKIKA

KHALISA MECCA MEDHINA

KYRANI AMARA DEWI

NAQITA NIAN

JL.Raya Bogor Km. 24, Cijantung Jakarta Timur


Lembar Pengesahan

Karya tulis ini di setujui dan disahkan oleh Pembimbing dan Kepala Sekolah.

Kepala Sekolah Pembimbing I Pembimbing II

Drs.Suroto Drs. Suyitno Aulia Nizamuddin.S.so


KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmatNya

Pula kami mampu menyelasikan mata pelajaran sosiologi. Apresiasi seni bentuk makalah yang

berjudul “KEBUDAYAAN BETAWI”

Tidak lupa juga Shalawat dan salam kami curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW,

kepada keluarga,kerabat, serta para sahabat-sahabatnya. Tak lupa kami ucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Drs. Suyitno

2. Bapak Drs. Suroto (selaku Kepala Sekolah SMA ISLAM PB SOEDIRMAN)

Dalam pembuatan tugas ini, kami selaku penulis mengakui masih

Banyak kekurangan di sana-sini. Oleh karena itu kami berharap segala

Tegur dan sapa dan demi perbaikan makalah ini disambut dengan tangan terbuka dan

pastinya dengan senang hati.


Jakarta, 25 oktober 2018

penulis

DAFTAR ISI

Lembar pengesahan………………………………………………..

Kata pengantar………………………………………………………

Daftar isi………………………………………………………………

BAB I. Pendahuluan………………………………………………………………

I.1 Latar belakang…………………………………………....

I.2 Rumusan masalah………………………………………..

I.3 Tujuan penelitian………………………………………….

BABII. Kebudayaan Betawi………………………………………………………

II.1 Sejarah…………………………………………………….
II.2 Penduduk Betawi…………………………………………

II.3 Kepercayaan………………………………………………

II.4 Sistem mata pencaharian………………………………..

II.5 Seni dan kebudayaan……………………………………

BAB III. Penutup……………………………………………………………………

III.1 Kesimpulan………………………………………………..

III.2 Saran saran……………………………………………….

Daftar Pusaka………………………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah dan asal-usul suku betawi ?

2. Bagaimana komunitas penduduk betawi ?

3. Kepercayaan apa sajakah yang dianut oleh suku betawi ?

1. Suku betawi adalah sebuah suku bnagsa di Indonesia yang penduduknya umumnya

bertempat tinggal di Jakarta.

Sejumlah pihak berpendapat bahwa suku betawi berasal dari hasil kawin-mawin antar

etnis dan bangsa pada masa lalu.

2. Komunitas penduduk di Jawa (Pulau Nusa Jawa) yang berbahasa Melayu, di kemudian

hari disebut sebagai orang betawi. Orang betawi ini disebut juga orang Melayu Jawa.

Merupakan hasil percampuran antara orang-orang Jawa, Melayu, Bali, Bugis, Makasar,

Ambon, Manodo,Timor,Sunda,dan mardijkers (keturunan indo- portugis) yang mulai

menduduki kota pelabuhan Batavia sejak awal abad ke-15.

3. Sebagian besar Orang Betawi menganut agama islam, tetapi yang menganut agama

Kristen; Protestan dan katolik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku

Betawi yang beragama Kristen, antara penduduk local dengan bangsa portugis yang

membolehkan portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan sunda Kalapa


Sehingga terbentuk komunitas portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini

sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh tuhan sebagai makhluk yang

berbudaya, hal ini dapat dilihat dari perkembangan manusia yang ditandai dengan
adanya peradaban-peradaban dan juga budaya yang telah terbentuk. Manusia mendiami

wilayah yang berbeda,adat istiadat, kebudayaan dan kepribadian setiap manusia suatu

wilayah berbeda dengan yang lainnya. Namun secara garis beras terdapat tiga

pembagian wilayah, yaitu : barat, timur tengah, dan timur.

Kita di Indonesia termasuk ke dalam bangsa timur, yang dikenal sebagai bangsa yang

berkepribadian baik. Bangsa timur dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah dan

bersahabat. Orang orang dari wilayah lain sangat suka dengan kepribadian bangsa timur

yang tidak individualistis dan saling tolong menolong satu sama lain.

Menurut Selo Soemardjan menjelaskan bahwa yang dimaksud masyarakat adalah

manusia yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian taka da

masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa

masyarakat sebagi wadah pendahulunya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa masyarakat adalah para orang yang hidup untuk hidup bersama untuk melakukan

kegiatan bagi kepentingan bersama atau sebagian di besar hidupnya berada dikehidupan

budaya.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini awalnya untuk memenuhi tugas dari pelajaran sosiologi namun

kini setidaknya ingin mengetahui sebagai acuan pembelajaran. Sehingga kesenian dan

budaya dapat terpelihara kelestarian nya.


BAB II

Kebudayaan Betawi

2.1 Sejarah

Diawali oleh orang sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan

masuk ke dalam kerajaan tarumanergara serta kemudian pakuan pejajaran. Selain

orang sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara jawa, dari

berbagai pulau Indonesia timur, daru malaka di semenanjung maaya, bahkan dari

tiongkok serta gujarat di india.

Selain itu, perjanjian anatara surawisesa (raja kerajaan sunda)

Dengan bangsa portugis pada tahun 1512 yang membolehkan portugis untuk

membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa mengakibatkan perkawinan campuran

antara penduduk local dengan bangsa portugis yang menurunkan darah campuran

portugis. Dari komunitas ini lahir musik keroncong.

Setelah VOC menjadikan Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, Belanda

memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun

roda perekonomian kota ini. Ketika itu VOC banyak membeli budak dari penguasa

Betawi, karena saat itu di Betawi masih berlangsung praktik perbudakan. Itulah

penyebab masih tersisanya kosa kata dan tata bahasa Betawi dalam baasa Betawi kini.

Kemajuan perdagangan Batavia menaik berbagai suku bangsa dari penjuru nusantara

hingga Tiogkok, Arab dan India untuk bekerja di kota ini.


Pengaruh suku bangsa pendatang asing tampak jelasdalam busana pengantin Betawi

yang banyak di pengaruhi unsur Arab dan Tiongkok. Berbagai nama tempat di Jakarta

juga menyisakan petunjuk sejarah mengenai datangnya berbagai suku bangsa ke

Batavia; Kampung Melayu, Kampung Makassar, Kampung Bali, Kampung Papua,

Kampung Jawa, Kampung Ambon, dan Kampung Bugis. Rumah bugis di bagian

Utara Jl. Mangga dua di daerah Kampung Bugis yang di mulai pada tahun 1960. Pada

awal abad ke-20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah kota.

Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmin Zaki Shahab, memperkirakan, etnis

Betawi baru termasuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1839. Perkiraan ini

didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang di trintis sejarawan

Australia, Lance Castle. Di zaman kolonal Belanda, pemerintah selalu melakukan

sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus

penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari berbagai golongan

etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi. Hasil sensus tahun

1893 menunjukan hilangnya sejumlah golongan etnis yang sebelum nya ada.

Misalnya saja orang arab dan moor, orang bali, jawa, sunda, orag Sulawesi selatan,

orang sumbawa, orang ambon dan banda, dan orang melayu. Kemungkinan kesemua

suku bangsa nusantara dsan arab moor ini dikategorikan kedalam, kesatuan penduduk

pribumi (belanda : inlander) dibatavia yang kemudian terserap kedalam kelompok

etnis Betawi.
2.2 Penduduk Betawi
Merupakan komunitas penduduk di jawa (Pulau Nusa Jawa) yang berbahasa melayu, kemudian

hari disebut sebagai orang Betawi. Orang Betawi ini disebut juga sebagai orang Melayu Jawa.

Merupakan hasil percampuran antara orang-oramg jawa, melayu, bali, bugis, makasar, ambon,

manado, timor, sunda, dan mardijkers ( keturunan indo-portugis) yang mulai menduduki kota

pelabuhan Batavia sejak awal abad ke-15. Disamping itu, juga merupakan percampuran darah

antara berbagai etnis: budak-budak bali, serdadu belanda dan serdadu eropa lainya, pedagang cina

atau pedagang arab, serdadu bugis atau serdadu ambon, kapten melayu, prajurit mataram, orang

sunda dan orang mestizo.

Sementara itu mengenai manusia Betawi purbakala, adalah sebagaimana manusia pulau jawa

purba pada umumnya, pada zaman perunggu manusia Betawi purba sudah menegenal bercocok

tanam. Mereka hidup berpindah pindah dan selalu mencari tempat hunian yang ada sumber airnya

serta banyak pohon buah-buahan. Mereka pun menamakan tempat tinggalnya sesuai dengan sifat

tanah yang di diaminya, misalnya nama tempat bojong, artinya “tanah pojok” .

Dalam buku jaaboek van Batavia (Vries,1927) disebutkan bahwa semula Komposisi penduduk Batavia sangat
beragam. Tersusun atas orang-orang Sunda, Melayu (dari Sumatera dan Borneo), Jawa, Bali, Sulawesi, Timor
(Nusa Tenggara, Maluku, dan lain-lain), hingga orang-orang mancanegara beserta keturunannya (semisal
Portugis, Belanda, Cina, Timur Tengah, India, Moor, dan seterusnya).

Setelah Indonesia merdeka pada 1945, pembauran lintas suku bangsa di Jakarta (nama untuk menggantikan
Batavia) semakin menghebat. Migrasi besar-besaran terjadi setelah Jakarta ditetapkan sebagai ibukota negara.
Orang-orang dari berbagai daerah berdatangan ke Jakarta.

2.3 KEPERCAYAAN

Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut
agama Kristen; Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku
Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan
campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal
abad ke-16, Surawisesa, raja Pajajaran mengadakan perjanjian dengan Portugis yang
membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda
Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini
sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.[21]

2.4 SISTEM MATA PENCAHARIAN

Mata pencaharian orang Betawi bisa dibedakan. Antara lain sebagai berikut :
 Mereka yang berada di tengah kota menunjukkan mata pencaharian yang bervariasi,
misalnya sebagai pedagang, pegawai pemerintah, pegawai swasta, buruh, tukang seperti
membuat meubel.
 Mereka yang berada di daerah pinggiran hidup sebagai petani sawah, buah-buahan,
pedagang kecil, memelihara ikan, dan sekarang di antara mereka banyak yang menjadi
buruh pabrik, guru, dan lain-lain.
Mata pencaharian orang Betawi bisa dibedakan. Antara lain sebagai berikut :

 Mereka yang berada di tengah kota menunjukkan mata pencaharian yang bervariasi,
misalnya sebagai pedagang, pegawai pemerintah, pegawai swasta, buruh, tukang seperti
membuat meubel.
 Mereka yang berada di daerah pinggiran hidup sebagai petani sawah, buah-buahan,
pedagang kecil, memelihara ikan, dan sekarang di antara mereka banyak yang menjadi
buruh pabrik, guru, dan lain-lain.
Mata pencaharian orang Betawi bisa dibedakan. Antara lain sebagai berikut :

 Mereka yang berada di tengah kota menunjukkan mata pencaharian yang bervariasi,
misalnya sebagai pedagang, pegawai pemerintah, pegawai swasta, buruh, tukang seperti
membuat meubel.
 Mereka yang berada di daerah pinggiran hidup sebagai petani sawah, buah-buahan,
pedagang kecil, memelihara ikan, dan sekarang di antara mereka banyak yang menjadi
buruh pabrik, guru, dan lain-lain.

2.3 SENI DAN KEBUDAYAAN

Seni dan Budaya asli Penduduk Jakarta atau Betawi dapat dilihat dari temuan arkeologis,
semisal giwang-giwang yang ditemukan dalam penggalian di Babelan, Kabupaten
Bekasi yang berasal dari abad ke-11 masehi. Selain itu budaya Betawi juga terjadi dari proses
campuran budaya antara suku asli dengan dari beragam etnis pendatang atau yang biasa
dikenal dengan istilah Mestizo. Sejak zaman dahulu, wilayah bekas kerajaan Salakanagara
atau kemudian dikenal dengan "Kalapa" (sekarang Jakarta) merupakan wilayah yang menarik
pendatang dari dalam dan luar Nusantara, Percampuran budaya juga datang pada masa
Kepemimpinan Raja Pajajaran, Prabu Surawisesa di mana Prabu Surawisesa mengadakan
perjanjian dengan Portugal dan dari hasil percampuran budaya antara Penduduk asli dan
Portugal inilah lahir Keroncong Tugu.
Suku-suku yang mendiami Jakarta sekarang antara
lain, Jawa, Sunda, Melayu, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara,
budaya Betawi juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya
Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.
Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang.
Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa
Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari
Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar
budaya di Situ Babakan.
Bahasa
Peta persebaran bahasa yang dituturkan di Jawa, Madura, dan Bali. Bahasa Betawi dituturkan
dalam dan sekitar Jakarta modern (bur) secara tradisional terdaftar sebagai Bahasa Melayu.
Sifat campur-aduk dalam bahasa Betawi atau Melayu Dialek Jakarta atau Melayu Batavia
adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil
dari asimilasi kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun
kebudayaan asing.[15]
Ada juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar "Kalapa"
(sekarang Jakarta) juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto-Betawi). Menurut
sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura, pernah diserang dan
ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau
penduduk asli Betawi yang pada awalnya berbahasa Kawi dan mendiami daerah sekitar
pelabuhan Sunda Kalapa (jauh sebelum Sumpah Pemuda) sudah menggunakan bahasa
Melayu, bahkan ada juga yang mengatakan suku lainnya semisal suku Sunda yang mendiami
wilayah inipun juga ikut menggunakan Bahasa Melayu yang umum digunakan
di Sumatera dan Kalimantan Barat, penggunaan bahasa ini dikarenakan semakin banyaknya
pendatang dari wilayah Melayu lainnya semisal Kalimantan Barat dikarenakan dianggap
abainya Syailendra ketika dimintai tolong oleh Sriwijaya untuk menjaga wilayah perairan
laut sebelah barat Sungai Cimanuk sebagai hasil Perjanjian Damai Sriwijaya-Kediri yang
dimediasi oleh Tiongkok yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.
Karena perbedaan bahasa yang digunakan antara suku Betawi dengan suku Sunda di wilayah
lainnya tersebut maka pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di
sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai
etnis Betawi. Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap
dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak,
Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan
tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang
digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik[16] yang saat ini disimpan di perpustakaan
Bodleian, Oxford, Inggris.
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa
informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi. Dialek
Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir.
Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi "é" sedangkan dialek Betawi pinggir adalah "a".
Dialek Betawi pusat atau tengah seringkali dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena
berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar
Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling
selatan di Meester (Jatinegara). Dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara ke
selatan, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan hingga
Jawa Barat. Contoh penutur dialek Betawi tengah adalah Benyamin Sueb, Ida
Royani dan Aminah Cendrakasih, karena mereka memang berasal dari daerah Kemayoran
dan Kramat Sentiong. Sedangkan contoh penutur dialek Betawi pinggiran
adalah Mandra dan Pak Tile. Contoh paling jelas adalah saat mereka
mengucapkan kenape/kenapa''(mengapa). Dialek Betawi tengah jelas menyebutkan "é",
sedangkan Betawi pinggir bernada "a" keras mati seperti "ain" mati dalam cara baca
mengaji Al Quran.
Musik

Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang
berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi
musik Arab, orkes Samrah berasal dari Melayu, Keroncong Tugu dengan latar
belakang Portugis-Arab, dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku
Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong.
Betawi juga memiliki lagu tradisional seperti "Kicir-kicir".
Tari dan drama

Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di
dalamnya. Contohnya tari Topeng Betawi,[17] Yapong yang dipengaruhi
tari Jaipong Sunda,[18] Cokek, tari silat dan lain-lain. Pada awalnya, seni tari di Jakarta
memiliki pengaruh Sunda dan Tiongkok, seperti tari Yapong dengan kostum penari khas
pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain
seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.
Drama tradisional Betawi antara lain lenong dan tonil. Pementasan lakon tradisional ini
biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat Betawi, dengan diselingi
lagu, pantun, lawak, dan lelucon jenaka. Kadang-kadang pemeran lenong dapat berinteraksi
langsung dengan penonton.[19]
Cerita rakyat[
Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal seperti Si
Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen atau Si Jampang yang
mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang
dikenal "keras".[20] Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal
cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial. Cerita lainnya
ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing dan yang lainnya.
Senjata tradisional
Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan dari kayu.
Rumah tradisional
Rumah tradisional/adat Betawi adalah rumah kebaya.

Kepercayaan
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut
agama Kristen; Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku
Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan
campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal
abad ke-16, Surawisesa, raja Pajajaran mengadakan perjanjian dengan Portugis yang
membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda
Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini
sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.[21]

Perilaku dan sifat


Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi
ini jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak
sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni
Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta periode 2007-2012.
Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi,
walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius.
Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua
(terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat
menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi
dan pendatang dari luar Jakarta.
Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku
kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa
ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.
Memang tidak bisa dimungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat Betawi masa
kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri. Namun tetap ada
optimisme dari masyarakat Betawi generasi mendatang yang justru akan menopang
modernisasi tersebut.

Profesi
Di Jakarta, orang Betawi sekarang sebagai hasil asimilasi antar suku bangsa, sebelum era
pembangunan Orde Baru, terbagi atas beberapa profesi menurut lingkup wilayah (kampung)
mereka masing-masing. Semisal di kampung Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong
banyak dijumpai para petani kembang (anggrek, kamboja Jepang, dan lain-lain) dan secara
umum banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik. Profesi pedagang, pembatik juga
banyak dilakoni oleh kaum betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga
Kemanggisan.
Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan Kuningan adalah tempat para peternak sapi
perah. Kampung Kemandoran di mana tanah tidak sesubur Kemanggisan. Mandor, bek,
jagoan silat banyak di jumpai disana semisal Ji'ih teman seperjuangan Si Pitung dari
Rawabelong. Di kampung Paseban banyak warga adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman
Belanda, meski kemampuan pencak silat mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar, ustaz,
dan profesi pedagang eceran juga kerap dilakoni.
Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena saat itu
program Ganefo yang dicetuskan oleh Bung Karno menyebabkan warga Betawi eksodus ke
Tebet dan sekitarnya untuk "terpaksa" memuluskan pembuatan kompleks olahraga Gelora
Bung Karno yang dikenal sekarang ini. Karena salah satu asal-muasal berkembangnya suku
Betawi adalah dari asimilasi (orang Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan
lain-lain), profesi masing-masing kaum disesuaikan pada cara pandang etnis dan bauran etnis
dasar masing-masing.
BAB III

3.1 KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai