Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MENGENAI KEBUDAYAAN BETAWI

DISUSUN UNTUK MEMENUI SALAH SATU TUGAS PENDIDIKAN


KESENIAN

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD FADHILAH R.P. 1606910

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2017-2018
KATA PENGANTAR

            Syukur yang tak terhingga kami panjatkan kehadirat Allah  Rabbul ‘Alamin yang tiada henti-
hentinya mengalirkan segala kearifan dalam setiap kalbu hambanya yang haus dan cinta akan ilmu yang
dengannya tiada akan pernah kering samudera pikir dan terbukalah setiap mata hati. Begitu pula dengan
segala rahmat dan hidayah-Nya-lah sehingga makalah yang berjudul ” KEBUDAYAAN BETAWI.

” dapat terselesaikan.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas matakuliah Pendidikan
kesenian. Selain itu juga, ucapan terima kasih terbesar dipersembahkan pada seorang yang telah memberi
arah dan penuntun Bapak Engkur Kurdita S.pd, M.Pd
Demikianlah makalah ini dibuat dan tidak menutup kemungkinan dalam penyusunannya terdapat
kekurangan dan kesalahan didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan komentarnya yang
dapat dijadikan masukan dalam penyusunan laporan tugas selanjutnya.

Bandung,12 Mei 2017


DAFTAR ISI
                                                                       
                                               
KATA PENGANTAR                                                                                                     i
DAFTAR ISI                                                                                                                    ii

BAB I
PENDAHULUAN
A .Latar Belakang                                                                                                     4
B. Rumusan Masalah                                                                                                4
C Tujuan Penulisan                                                                                                  4

BAB II           
PEMBAHASAN
A. SEJARAH                                                                                            5
B.           Kehidupan social                                                                                         6
C.           Kebudayaan Betawi .                                                                                                 8

BAB III
PENUTUP     
A. Kesimpulan                                                                                                          9
B. Kesimpulan                                                                                                          9

DAFTAR PUSTAKA                                                                                                      10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di mata dunia, Indonesia adalah negeri yang kaya dan subur. Segala sesuatu yang
diperlukan semua bangsa tumbuh di Indonesia. Misalnya, palawija dan rempah-rempah. Oleh
karena itu, Indonesia menjadi negeri incaran bagi bangsa lain. Sejak tahun 1605 bangsa
Indonesia telah dikunjungi oleh bangsa-bangsa lain yaitu Portugis, Belanda, Inggris, Cina, India,
dan Arab.
Kesemua bangsa tersebut datang dengan maksud dan tujuan masing-masing. Oleh karena
itu, mereka tinggal dan menetap dalam jangka waktu yang lama. Kondisi ini menjadikan
Indonesia memiliki struktur ras dan budaya yang makin beragam. Banyaknya suku di Indonesia
membuat Indonesia menjadi Negara kepulauan yang multicultural. Salah satu budaya atau kebudayaan
yang ada di Indonesia adalah kebudayaan suku Betawi yang berasal dari provinsi DKI Jakarta.

Masyarakat atau Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antar etnis dan bangsa di
masa lalu secara biologis. Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni di
Jakarta dan Bahasa Melayu Kreol adalah bahasa yang digunakannya, dan juga kebudayaan
melayunya adalah kebudayaanya. Kata Betawi sebenarnya berasal dari kata “Batavia”, yaitu
nama kuno Jakarta diberikan oleh Belanda. Jadi, sangatlah menarik bila diteliti secara sruktur,
poses dan pertumbuhan social Suku Betawi mulai dari sejarahnya, bahasa, kepercayaan, profesi,
perilaku, wilayah, seni dan budayanya.

B. Rumusal Masalah
a.Bagaimana sejarah suku Betawi ?
b. Seperti apa kehidupan sosial Budaya Betawi ?
c.Apa saja yang ada didalam kebudayan Betawi ?
d. Bagaimana system pencaharian suku Betawi

C. Tujuan
Tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tuga mata kuliah
Pendidikan Kesenian yang diampu Oleh bapak Engkur Kurdita S.pd, M.Pd. penulis ingin
mengetahui bagaimana sejarah suku betawi bagaimana kehidupan social dan apa saja kesenian
dan system mata pencaharian suku betawi.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Sejarah
            Diawali oleh orang sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam kerajaan
tarumanegara serta kemudian pakuan pajajaran. Selain orang sunda, terdapat pula pedagang dan
pelaut asing dari pesisir utara jawa, dari berbagai pulau indonesia timur, dari malaka di
semenanjung malaya, bahkan dari tiongkok serta gujarat di india.
            Selain itu, perjanjian antara surawisesa (raja kerajaan sunda) dengan bangsa portugis
pada tahun 1512 yang membolehkan portugis untuk membangun suatu komunitas di sunda
kalapa mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa portugis
yang menurunkan darah campuran portugis. Dari komunitas ini lahir musik keroncong.
            Setelah VOC menjadikan batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, belanda memerlukan
banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota
ini. Ketika itu VOC banyak membeli budak dari penguasa bali, karena saat itu di bali masih
berlangsung praktik perbudakan. Itulah penyebab masih tersisanya kosa kata dan tata bahasa bali
dalam bahasa betawi kini. Kemajuan perdagangan batavia menarik berbagai suku bangsa dari
penjuru nusantara hingga tiongkok, arab dan india untuk bekerja di kota ini. Pengaruh suku
bangsa pendatang asing tampak jelas dalam busana pengantin betawi yang banyak dipengaruhi
unsur arab dan tiongkok. Berbagai nama tempat di jakarta juga menyisakan petunjuk sejarah
mengenai datangnya berbagai suku bangsa ke batavia; kampung melayu, kampung bali,
kampung ambon, kampung jawa, kampung makassar dan kampung bugis. Rumah bugisdi
bagian  utara jl. Mangga dua di daerah kampung bugis yang dimulai pada tahun 1690. Pada awal
abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah kota.
            Antropolog universitas indonesia, Dr. Yasmine zaki shahab, ma memperkirakan, etnis betawi
baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Perkiraan ini didasarkan atas studi
sejarah demografi penduduk jakarta yang dirintis sejarawan australia, lance castle. Di zaman
kolonial belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau
golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk
dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis betawi. Hasil
sensus tahun 1893menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang  sebelumnya ada.
Misalnya saja orang arab dan moor, orang bali, jawa, sunda, orang sulawesi selatan,
orang sumbawa, orang ambon dan banda, dan orang melayu. Kemungkinan kesemua suku
bangsa nusantara dan arab moor ini dikategorikan ke dalam kesatuan penduduk pribumi
(belanda: inlander) di batavia yang kemudian terserap ke dalam kelompok etnis betawi.

B. KEHIDUPAN SOSIAL
Dalam penarikan garis keturunan, mereka mengikuti prinsip bilineal, artinya menarik garis
keturunan kepada pihak ayah dan pihak ibu. Adat menetap nikah sangat tergantung kepada
perjanjian kedua pihak sebelum perpisahan berlangsung. Ada yang menetap secara patrilokal
maupun matrilokal. Masyarakat Betawi atau Jakarta asli dalam hal susunan masyarakat dan
sistem kekerabatanya, pada umumnya menganut sistem patrilineal.
   b. Penduduk Betawi
            Merupakan komunitas penduduk di Jawa (Pulau Nusa Jawa) yang berbahasa Melayu, dikemudian
hari disebut sebagai orang Betawi. Orang Betawi ini disebut juga sebagai orang Melayu Jawa. Merupakan
hasil percampuran antara orang-orang Jawa, Melayu, Bali, Bugis, Makasar, Ambon, Manado, Timor,
Sunda, dan mardijkers (keturunan Indo-Portugis) yang mulai menduduki kota pelabuhan Batavia
sejak awal abad ke-15. Di samping itu, juga merupakan percampuran darah antara berbagai etnis: budak-
budak Bali, serdadu Belanda dan serdadu Eropa lainnya, pedagang Cina atau pedagang Arab,
serdadu Bugis atau serdadu Ambon, Kapten Melayu, prajurit Mataram, orang Sunda dan orang Mestizo.
            Sementara itu mengenai manusia Betawi purbakala, adalah sebagaimana manusia pulau Jawa
purba pada umumnya, pada zaman perunggu manusia Betawi purba sudah mengenal bercocok tanam.
Mereka hidup berpindah-pindah dan selalu mencari tempat hunian yang ada sumber airnya serta banyak
terdapat pohon buah-buahan. Mereka pun menamakan tempat tinggalnya sesuai dengan sifat tanah yang
didiaminya, misalnya nama tempat Bojong, artinya "tanah pojok".
            Dalam buku Jaarboek van Batavia (Vries, 1927) disebutkan bahwa semula penduduk pribumi
terdiri dari suku Sunda tetapi lama kelamaan bercampur dengan suku-suku lain dari Nusantara juga dari
Eropa, Cina, Arab, dan Jepang. Keturunan mereka disebut inlanders, yang bekerja pada orang Eropa
dan Cina sebagai pembantu rumah tangga, kusir, supir, pembantu kantor, atau opas. Banyak yang merasa
bangga kalau bekerja di pemerintahan meski gajinya kecil. Lain-lainnya bekerja sebagai binatu,
penjahit, pembuat sepatu dan sandal, tukang kayu, kusir kereta sewaan, penjual buah dan kue, atau
berkeliling kota dengan "warung dorongnya". Sementara sebutan wong Melayu atau orang Melayu lebih
merujuk kepada bahasa pergaulan (lingua franca) yang dipergunakan seseorang, di samping
nama "Melayu" sendiri memang sudah menjadi sebutan bagi suku bangsa yang berdiam di Sumatra
Timur, Riau, Jambi dan Kalimantan Barat.
            Posisi wanita Betawi di bidang pendidikan, perkawinan, dan keterlibatan dalam angkatan kerja
relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan wanita lainnya di Jakarta dan propinsi lainnya di
Indonesia. Keterbatasan kesempatan wanita Betawi dalam pendidikan disebabkan oleh
kuatnya pandangan hidup tinggi mengingat tugas wanita hanya mengurus rumah tangga atau ke dapur,
disamping keterbatasan kondisi ekonomi mereka. Situasi ini diperberat lagi dengan adanya prinsip
kawin umur muda masih dianggap penting, bahkan lebih penting dari pendidikan. Tujuan Undang-
Undang Perkawinan untuk meningkatkan posisi wanita tidak banyak memberikan hasii. Anak yang
dilahirkan di Jakarta, tidak mempunyai hubungan dengan tempat asal di luar wilayah bahasa Melayu,
dan tidak mempunyai hubungan kekerabatan atau adat istiadat dengan kelompok etnis lain di Jakarta.
c. Kepercayaan
            Orang Betawi sebagian besar menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen;
Protestan dan Katholik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama
Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan
bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan
perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan
Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang
masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.
d. Sistem Mata Pencaharian
            Mata pencaharian orang Betawi dapat dibedakan antara yang berdiam di tengah kota dan yang
tinggal di pinggiran. Di daerah pinggiran sebagian besar adalah petani buahbuahan, petani sawah dan
pemelihara ikan. Namun makin lama areal pertanian mereka makin menyempit, karena makin
banyak yang dijual untuk pembangunan perumahan, industri, dan lain-lain. Akhirnya para petani ini pun
mulai beralih pekerjaan menjadi buruh, pedagang, dan lain-lain

C. Kebudayaan Betawi
Seni dan Kebudayaan
a)      Musik
            Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang
berasal dari seni usic Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi
usic Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab, dan Tanjidor yang
berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang
Kromong, Rebana Tanjidor danKeroncong. Betawi juga memiliki lagu tradisional seperti “Kicir-
kicir”.

b)      Seni Tari
            Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara nsure-unsur budaya masyarakat yang
ada di dalamnya. Contohnya tari Topeng Betawi, Yapong yang dipengaruhi
tari Jaipong Sunda, Cokek dan lain-lain. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh
Sunda dan Tiongkok, seperti tari Yapong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing.
Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul
seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.
c)      Drama
            Drama tradisional Betawi antara lain Lenong dan Tonil. Pementasan lakon tradisional ini
biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat Betawi, dengan diselingi lagu, pantun,
lawak, dan lelucon jenaka. Kadang-kadang pemeran lenong dapat berinteraksi langsung dengan
penonton.

d)     Cerita Rakyat
            Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal
seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen atau si jampang yang
mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal
“keras”. Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai
Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman colonial. Creita lainnya ialah Mirah dari
Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing dan yang lainnya.
e)      Senjata Tradisional
            Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan terbuat dari kayu.
f)       Makanan
            Jakarta memiliki beragam masakan khas sebagai kekayaan kuliner Indonesia. Sebagai
kota metropolitan Jakarta banyak menyediakan makanan khas. Salah satu ciri dari makanan khas
Jakarta adalah memiliki rasa yang gurih. Makanan-makanan khas dari Betawi / Jakarta di
antaranya adalah : kerak telor, kembang goyang, roti buaya, kue rangi
BAB III
PENUTUP
A. Pembahasan
            Berdasarkan pembahasan di atas, maka kesimpulannya adalah kesenian dan kebudayaan
Suku Betawi merupakan kebudayaan asli kota Jakarta dan memiliki jenis musik seperti Gambang
Keromong, Tanjidor. Menggukan bahasa dengan 2 dialek. Dari bidang seni teater terdapat
lenong. Kemudian terdapat cerita rakyat serta Ondel-ondel sebagai pertunjukan khasnya. Ini
membuktikan bahwa tiap daerah yang ada di Indonesia memiliki budaya daerah masing-masing.
B. Saran
                    Keaekaragaman kebudayaan Indonesia harus bisa menjaga kelestarian seni dan
budayanya. Upaya pelestarian tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Namun, perlu didukung
dan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Agar seni dan budaya dapat terjaga kelestariannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://riantiii.blogspot.co.id/2012/10/makalah-suku-betawi.html

Anda mungkin juga menyukai