BAB - 4
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Intake atau bangunan penangkap air adalah bangunan penyadap air atau alat yang berfungsi
untuk mengambil air dari sumbernya. Pada dasarnya intake dilengkapi dengan kisi-kisi atau
saringan dimana air baku masih dapat melewatinya. Fungsi dari bangunan penangkap air
adalah untuk menampung air sementara sebelum dialirkan melalui pipa transmisi. Hal ini
untuk menjamin kuantitas air bersih sesuai dengan kebutuhan kota.
Dalam pererencanaan bangunan penangkap air perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Topografi sumber
Dalam penentuan lokasi intake ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar intake
dapat berfungsi dengan baik, yaitu:
Lokasi intake sebaiknya di bagian hulu (sebelum tercemar oleh kegiatan masyarakat).
Selain persyaratan diatas, intake itu juga harus ditempatkan pada suatu lokasi yang tepat,
yaitu sungai, danau dan sumber air permukaan lainnya. Sedangkan syarat- syarat dari
penentuan lokasi intake antara lain:
Mudah dijangkau
Dapat diandalkan
Kondisi ekonomi
Seperti yang kita ketahui bahwa bangunan intake satu sama lain mempunyai bentuk yang
berbeda sesuai dengan sumber airnya misalkan broncapterig kata lain dari intake untuk
mata air, intake tipe jembatan atau ponton untuk sungai, dam atau waduk kata lain dari
intake untuk sungai yang dibendung dan masih banyak lagi yang lainnya, namun semuanya
mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk menangkap air baku dengan kapasitas yang
memadai sebelum dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air.
Intake dibangun tegak lurus terhadap aliran untuk menghindari masuknya pasir ke
dalam bangunan
Dibangun sedemikian rupa sehingga dalam kondisi yang terburuk masih dapat
dipergunakan
Sekarang ini telah banyak jenis-jenis intake atau bangunan pengambilan air ini, intake
sungai antara lain adalah tower, crib, shome dan pipe/condult.
A. Intake Tower
Lokasi. Lokasi diusahakan sedekat mungkin dengan tepian air minum yang ditempatkan
dengan kedalaman air minum 10 ft (3 m), kecuali intake yang berukuran kecil.
Bentuk dan Ukuran. Bagian puncak tower minimum harus dapat mencapai ketinggian
5 ft (1,5 m) diatas permukaan air tertinggi. Jembatan penghubung juga harus memiliki
ketinggian yang sama. Diameter tower harus cukup besar untuk meletakkan dan
memperbaiki pintu intake juga pompa.
Struktur. Material yang digunakan untuk membangun tower harus kuat dan tahan lama,
seperti rainforced concrete dan harus dibangun diatas pondasi yang kokoh sehingga
dapat bertahan walaupun terjadi bencana banjir.
B. Shore Intake
Lokasi. Shore intake harus ditempatkan dengan ketinggian air minimal 6 ft atau
1,8m.
Tipe. Shore intake tipikal. Tipe Sumur siphon, tersuspensi, terapung, tergantung
situasi daerahnya.
Intake Bay. Intake bay harus dapat dilewati aliran dengan kecepatan maksimal 15fps
(0,45m/s). Jika terdapat sampah ataupun es dalam jumlah yang besar, kecepatan harus
diturunkan sampai dibawah 1 fps (0,3 m/s).
C. Intake Crib
Lokasi. Lebih dari 10 ft (3 m) dari permukaan dan terletak dilokasi dimana intake crib
tidak akan terbenam oleh sedimen yang terbentuk, terbawa aliran sungai.
Struktur. Terletak pada area dimana ketinggian air lebih dari 10 ft, puncak intake harus
berada 3 ft (1 m) dari dasar. Jika ketinggian air kurang dari 10 ft, crib harus diletakkan
dibawah dasar sungai sejauh 1–3 ft (0,3–1 m). Semua sisi harus dilindungi dengan
tembok batu ataupun lempengan beton. Kecepatan maksimal aliran yang lewat adalah
0,25–0,5 fps (0,08–0,15 menit per detik).
D. Intake Pipe/Condult
Perlindungan. Jika pipa harus menyebrangi sungai ataupun danau untuk menuju shaft,
puncak harus dilindungi. Kadang-kadang pecahan batu harus diletakkan diatas selokan
penghubung sebagai pelindung.
Kemiringan. Untuk menghindari terjebaknya udara dalam saluran pipa, maka harus
diletakkan dalam kondisi miring.
Infiltration Gallery. Arah memiliki sudut yang tepat terhadap sungai ataupun
paralel dengan arah aliran yang tergantung pola underflow, tingkat kesulitan,
bahaya pembangunan gallery.
Kedalaman. Kedalaman yang umum adalah 5 ft (4,5 m) dibawah dasar sungai ataupun
danau. Namun demikian kedalaman yang sebenarnya haruslah ditentukan berdasarkan
study hidrologi
Kriteria Perencanaan:
KemiringanBar ( 40 – 60 ).
Perhitungan:
B = Ws / (n-1)
Screen
Screen adalah penyaring atau penahan yang terbuat dari batang-batang besi
tegak. Pada screen, partikel-partikel mengambang, sampah dan benda-benda terapung
lainnya yang mungkin ada ditempat-tempat penyadapan terutama di bangunan sadap
sungai (intake) dapat disisihkan. Cara penyisihannya yaitu dengan melewatkan air pada
screen sehingga partikel-partikel yang tidak diinginkan dapat tertahan di screen tersebut.
Screen berada pada struktur intake, reservoir dan sungai.
Wash Out
Over Flow
Over Flow berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air sehingga tinggi muka air akan
konstan.
Alat ukur debit berfingsi untuk mengetahui jumlah air yang mengalir dalam pipa
transmisi.
Mistar Ukur
Mistar ukur digunakan untuk mengetahui kedalaman/ ketinggian dari dasar intake.
4.1.1.3 Screen
Screen adalah penyaring atau penahan yang terbuat dari batang-batang besi atau baja tegak.
Pada screen, partikel-partikel mengambang, sampah dan benda-benda terapung lainnya yang
mungkin saja berada di tempat-tempat penyadapan terutama di bangunan sadap sungai
(intake) dapat disisihkan. Cara penyisihannya yaitu dengan melewatkan air pada screen
sehingga partikel-partikel yang tidak diinginkan dapat
tertahankan discreen tersebut. Screen berada pada struktur intake, reservoir dan
disungai.
Kriteria perencanaan:
Bar Screen
Bars screen (racks) harus disediakan pada setiap pintu, diletakkan pada bagian yang
terbuat dari baja dan diletakkan 2 – 3 Inchi antara satu sama lainnya. Pada kondisi
normal kecepatan aliran yang melewati bukaan bar screen tidak boleh melewati 2 fps
(0,6 m/s). Pada kasus-kasus khusus kecepatan aliran dibatasi dibawah 0,5 fps untuk
mencegah ikan-ikan kecil terhisap.
Fine Screen
Perlu dipasang untuk menyisihkan benda-benda terapung dan melindungi ikan. Pada
bagian besar khusus, jarak bukaan saringan berkisar antara 3 – 16 dan 3 – 8 inci ( 5 - 9,5
mm) dan kecepatan aliran maksimum yang melewati saringan adalah
2 ft. Penggunaan pembersih hidrolik otomatis sangat direkomendasikan. Jika intake
terletak didaerah yang sangat dingin maka intake tower dan saringan harus dilindungi
dari es.
Dimana:
HL = head loss / kehilangan tekanan (m), untuk bar yang bersih akan
bertambah dengan meningkatnya clogging.
(lingkaran) = 1,79
Dimana:
= kapasitas (m2/det)
= gravitasi (m/det2)
4.1.2 Unit Transmisi
Sistem transmisi merupakan salah satu bagian dari Unit Produksi air minum yang berguna
untuk menghantarkan air baku ke Instalasi Pengolahan Air. Dalam perencanaan sistem
transmisi ini digunakan satu jalur pipa. Kedalaman dari penempatan pipa transmisi adalah
0.8 m – 1.5 m dari muka tanah, hal ini perlu diperhatikan untuk menjamin keamanan
sistem dari berbagai gangguan. Kecepatan aliran air di dalam pipa adalah 0.6 m/detik –
3 m/detik. Untuk menentukan dari sistem transmisi, maka perlu diperhatikan dengan baik
jalur pipa transmisi air baku guna menciptakan energi yang baik, ekonomis, mudah dirawat.
Pada kondisi kemiringan tanah cukup besar sehingga untuk dapat menghantarkan air dalam
jumlah yang cukup maka pipa transmisi dilengkapi dengan perlengkapan pembantu seperti
valve, bak pelepas tekan, blow off dan sebagainya.
Perletakan pipa transmisi sebaiknya ditempatkan pada daerah yang telah mempunyai jalur
untuk mempermudah pengangkutan, pemasangan, pemgawasan dan perawatan. Penentuan
diameter dilakukan dengan memperhitungkan jumlah air yang akan dialirkan, perbedaan
tinggi yang tersedia, kapasitas dari perlengkapan pipa maupun suku cadangnya dan
kehilangan tekanan maksimum yang mungkin terjadi.
Dalam pembuatan pipa transmisi ini ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah
faktor-faktor berikut ini:
Cara pengaliran diusahakan secara gravitasi dengan menggunakan tekanan yang tersedia
semaksimal mungkin dan diakhir transmisi disarankan terdapat sisa tekan yang dapat
mengalirkan air ke Unit IPA atau ke reservoir distribusi sehingga proses dapat berjalan
dengan sistem gravitasi secara keseluruhan. Pada akhir transmisi diharapkan terdapat
sisa tekan minimal 10 mka.
Jalur transmisi diusahakan pendek dan penggunaan diameter yang paling sesuai serta
menghindari penggunaan perlengkapan yang terlalu banyak dan perlu memperhatikan
pula umur dari pipa agar dapat diperhitungkan berapa besar biaya yang diperlukan untuk
memelihara sistem dan adanya kemungkinan pengadaan jalur yang baru.
Menghindari penggalian dan penimbunan tanah yang terlalu banyak. Penempatan pipa
dipilih daerah yang mudah pengerjaanya dan mudah untuk melakukan pengawasannya.
Dimensi pipa transmisi dapat ditentukan menggunakan rumus Hazen William sebagai
berikut:
Dimana:
D = Diameter pipa (m)
Q = Debit aliran (m3/det)
C = Koefisien kekerasan
S = Sloop (m/m)
Koefisien kekasaran pipa, bergantung pada jenis dan kondisinya. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini:
S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 10
Jenis pipa yang akan digunakan dalam pekerjaan ini adalah pipa baja dengan
spesifikasi steel water pipe, AWWA C 208 dengan diameter 300 mm.
Salah satu bagian dari Unit Produksi adalah Instalasi Pengolahan Air (IPA). Jenis IPA ada
berbagai macam, pemilihannya biasanya sesuai dengan kondisi kualitas air baku yang akan
digunakan. Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis IPA yang umum digunakan di Indonesia,
yaitu yang sesuai dengan kebutuhan kondisi kualitas air yang umum dijumpai.
Flokulasi dan koagulasi merupakan tempat dimana proses penambahan zat kimia
pembentuk flok atau koagulan kedalam air baku, sehingga bercampur dengan koloid yang
tidak dapat mengendap serta suspensi yang sulit untuk mengendap sehingga terbentuk
flok-flok yang cepat mengendap. Pada koagulasi, terjadi penambahan koagulan dan
pencampuran pada saat memberi kesempatan pada koagulan untuk bercampur dengan air
baku. Segera setelah pengadukan cepat, air dialirkan ke proses flokulasi, dimana terbentuk
flok-flok yang lebih besar pada pengadukan lambat. Pengadukan tidak boleh terlalu cepat
karena dapat mengakibatkan pecahnya flok yang sudah terbentuk. Pada proses koagulasi
tidak boleh terjadi pengendapan, partikel/flok yang terbentuk akan diendapkan di bak
sedimentasi.
Fungsi proses ini adalah jumlah partikel koloid tersuspensi yang sulit mengendap
sehingga mengurangi beban untuk proses selanjutnya (sedimentasi, filtrasi pasir cepat). Jika
partikel-partikel yang tergantung sulit untuk di endapkan, dapat juga dilakukan
penambahan kekeruhan seperti penambahan claya, sehingga partikel- partikel yang sulit
mengendap diharapkan dapat ikut mengendap bersama dengan partikel hasil penambahan
tersebut. Prinsip flokulasi dan koagulasi kimiawi adalah destabilisasi dan pengikatan
partikel-partikel koloid secara bersama-sama. Proses ini juga menyangkut pembentukkan
flok-flok yang mengadsorp dan menangkap atau mengikat partikel koloid di dalam air.
Selain itu terbentuk flok-flok yang lebih besar sehingga mudah diendapkan dan disaring.
a. Pembubuhan Koagulan.
Pembubuhan koagulan ini dimaksudkan agar partikel-partikel koloid yang sulit
diendapkan dapat membentuk flok-flok yang lebih besar yang dapat mengendap dengan
sendirinya. Harus diperhatikan dalam pembubuhan koagulan adalah pH yang efektif
sesuai dengan koagulan yang akan dibubuhkan.
b. Pengadukan Cepat.
Proses ini dimaksudkan agar terjadi pencampuran antara koagulan dengan air secara
cepat dan segera. Hal sangat membantu untuk menghasilkan proses flokulasi yang baik,
karena proses ini memerlukan distribusi baik dan merata dari bahan koagulasi dengan
air secara cepat. Didalam prakteknya pengadukan dengan cepat dilakukan dengan cara:
c. Pengadukan Lambat
Atau Proses Secara Gravitasi proses ini dimaksudkan untuk memberi waktu yang cukup
untuk kontak antara koagulasi yang terhidrolisa dalam air dengan partikel- partikel
koloid dan kemudian membentuk flok-flok dalam aliran yang lebih besar yang dapat
diendapkan dalam bak pengendapan. Secara umum pengadukan lambat dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
Bentuk serbuk
Bentuk serbuk
Kapur (CaO)
Bentuk serbuk
Bentuk serbuk
Mekanisme Yang
Terjadi
Kekeruhan yang terjadi pada air baku dari sumber air permukaan berasal dari partikel yang
disebut dengan “Colloid”. Colloid memiliki ukuran yang sangat kecil yaitu sekitar 0,001–
colloid
tersebut dapat mudah mengendap maka perlu dilakukan pengelompokan diantara colloid
tersedut sehingga membentuk partikel yang memiliki ukuran yang besar dan mudah
mengendap.
Colloid biasanya bermuatan ion negatif, sehingga agar dapat saling tarik menarik dengan
colloid lainnya dibutuhkan pemberian ion positif. Dengan pemberian ion positif dan
dilakukan pengadukan maka sejumlah colloid akan saling menempel dan membentuk flock.
LAPORAN AKHIR
+
+
+
+ +
Colloid bermuatan
ion negatif
+
Pemberian ion positif yang
berasal dari bahan koagulan
+
Membentuk Flock
+ +
+
+ +
Mengendap
Setelah flok terbentuk maka dapat dilakukan proses pengendapan. Kecepatan endap flok
sekitar antara 0,3 – 0,45 m/jam
+ 6OH- Al2O3.XH2O
Design Kriteria
Koagulasi:
S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 14
LAPORAN
AKHIR
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan koagulan ke air baku. Proses pembubuhan
bahan koagulan ini membutuhkan pengadukan dengan G sebesar 500 /dt.
Flokulasi:
Flocculasi adalah proses pembentukan flocc dari colloid yang terkandung di dalam air
baku. Untuk proses flocculasi ini membutuhkan pengadukan dengan nilai G antara
20 hingga 100 /dt. Proses flocculasi juga membutuhkan waktu tertentu yaitu t = 10 –
30 menit.
G Value
Proses pengelompokan dua atau lebih materi, misalkan colloid, di dalam air akan
dipengaruhi oleh faktor kecepatan (dv) dan jarak (dz) antara partikelnya. Perbandingan
antara kecepatan partikel dan jarak antara partikel untuk bertemu dan mengelompok
disebut gradien velocity atau memiliki simbul G dengan satuan 1/dt.
dv
dz
P
G
(.C)
Dimana:
- P = Power =.g.H.Q
- = -6 m2/dt
Baffel chanel dengan aliran horizontal akan menghasilkan aliran air yang mengalir
secara zig-zag sebagai
v2 berikut:
Inlet
v1
Outlet
Pada baffel chanel dengan jenis aliran horizontal akan terjadi dua macam
aliran yaitu aliran lurus dengan kecepatan v1 (m/dt) dan aliran berkelok dengan
kecepatan v2 (m/dt) , dimana dari kedua jenis kecepatan aliran tersebut masing-
masing akan menghasilkan kehilangan tekanan, sebagai berikut:
Pada baffel chanel aliran horizontal, Apabila jumlah h1 adalah n, maka jumlah h2
adalah (n-1).
Baffel chanel dengan aliran jenis vertikal akan menghasilkan aliran air yang naik
turun (up and down), sebagai berikut:
h1
h2
Inlet v2 h3
Outlet
v1 v3
v
h = v2 /2g
Q = v. . A
Dimana:
= Koef kontraksi = 0,63 A
= luas lubang
Proses pengadukan juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat mekanis yaitu
baling-baling yang diputar oleh rotor, sebagai berikut:
v
rp
P
G
(.C)
Dimana:
Cd = Koefisien drag = 1,8
A = Luas daun baling-baling (m2)
v = Kecepatan relatif baling-baling terhadap aliran air (m/dt) C
= Volume air di bak flocculator
4.1.3.2 Sedimentasi
Partikel diskrit non-koloid yang tersuspensi didalam air baku akan dipengaruhi oleh gaya
vertikal ke bawah dan gaya horizontal sepanjang aliran yang laminer. Apabila kecepatan
partikel mengendap (Vs) lebih kecil daripada kecepatan mengendap Vo, maka partikel
diskrit tersebut akan terbawa oleh aliran yang laminer. Apabila kecepatan partikel
mengendap (Vs) lebih kecil daripada kecepatan mengendap Vo, maka partikel diskrit
tersebut akan terbawa oleh aliran air, sebaliknya apabila Vs > Vo partikel diskrit tersebut
akan mengendap.
Discrete Partikel: Partikel yang pada proses pengendapan tidak mengalami perubahan
pada ukuran, bentuk dan berat.
Flocculent Partikel: Partikel yang pada proses pengendapan mengalami perubahan pada
ukuran, bentuk dan berat akibat penggabungan antara dua atau lebih jumlah partikel
sehingga memiliki kecepatan endap yang lebih besar.
S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 19
Dalam proses pengendapan/sedimentasi terjadi pengendapan pada dasar bak pengendapan.
Lumpur yang mengendap dikumpulkan dan dibersihkan menggunakan pengeruk lumpur
(Scrapper) yang digerakkan dengan rantai dan roda gigi (Sprocket and Driven Rankes),
kemudian dikeluarkan dari bak pengendapan.
Zone Inlet, merupakan tempat air terdistribusi secara merata, dimana partikel
menyebar keseluruh bagian bak pengendapan, Vs = Vo.
Zone Outlet, tempat mengalirkan air yang mengandung partikel yang tidak dapat
diendapkan untuk dikeluarkan dari bak pengendapan.
Bak sedimentasi yang ideal menurut Teori Comp (1946), mengikuti asumsi:
Zone inlet.
Zone outlet.
Zone lumpur.
Terdapat distribusi unirorm partikel yang melalui zone inlet. Partikel-partikel yang masuk
ke zone lumpur akan terus mengendap dan partikel-partikel yang masuk ke zone outlet
akan dialirkan keluarkan.
Bak Pengendap Dengan Aliran Horizontal
So = Q/BL = Q/A Vo
= Q/BH
Dimana
So = Beban Permukaan (m/jam)
S = Kecept. Endap Partikel (m/jam)
Vo = Kecept. Aliran Air (m/jam)
Q = Kapasitas Aliran (m3/jam) B
= Lebar Bak (m)
H = Tinggi Bak (m) L
= Panjang Bak (m)
Bak Pengendap Dengan Aliran Vertikal
S = So Partikel melayang
Fr = Vo2/ g R, dimana:
yaitu akibat dari adanya hembusan angin atau aliran yang tidak merata di zona
inlet atau zona outlet.
H = 1/12 x L0,8
B: L = 1: 6 -10
Tabel 4-2 Kecepatan Endap Partikel
Diameter
Kecepatan Endap Berat Jenis Jenis Partikel
partikel
o
(mm) (cm/dt, 10 C) (m/jam) (ton/m3)
0.3 3.2 115.2 2.65
0.2 2.1 75.6 2.65
0.15 1.5 54 2.65 Pasir
c. Plate Settler
Fungsi plate settler adalah untuk memperluas permukaan bak sedimentasi atau
meningkatkan beban permukaan bak sedimentasi.
Vo = q/ w (m/jam)
So = (q sin a) / ( w + t)
(m/jam)
So’ = So ( w + t) / H
cos a + W ) (m/jam)
Jenis lain: Tube Settler
d. Sludge Blanket
V = Q/A,
Dimana:
Karena Bak berbentuk krucut, maka makin keatas A dan V makin membesar pada lokasi
Sludge Blanket terbentuk, V = S , yaitu posisi sludge melayang, sehingga sludge
terkumpul dan membentuk sludge blanket (selimut lumpur).
Fungsi: untuk mengendapkan partikel-partikel besar dan pasir yang terbawa oleh aliran
air dari unit pengambilan sumber air baku (air permukaan) menuju unit pengolahan.
Grit chamber ditujukan untuk menangkap partikel besar dan pasir yang memiliki
diameter antara 0,08-0,3mm dengan kecepatan endap sekitar 21,6-115,2m/jam.
Design Kriteria:
Bentuk bak grit chamber dibuat sedemikian rupa untuk dapat menciptakan aliran
streamline yaitu berbentuk segi empat memanjang dengan di bagian inflow menuju
bak grit chamber dibentuk membesar secara gradual dan di bagian menuju
outflow mengecil secara gradual
Jumlah Bak minimal 2 buah, untuk keperluan pengurasan. Apabila jumlah bak
hanya 1 buah maka harus dilengkapi dengan saluran by pass
Dimana:
L = Panjang bak
U = Kecepatan endap pasir (m/jam) (diameter pasir yang digunakan antara 0,1 –
0,2 mm)
Filtrasi adalah unit yang berfungsi untuk menyaring flok-flok yang tidak dapat diendapkan
di unit sedimentasi, terutama yang berat jenisnya lebih kecil dari berat jenis air. Proses
pemisahan zat padat dari cairan yang ada pada cairan lain yang diolah media proses,
untuk menghitung partikel-partikel yang sangat halus, flok-flok dari zat tersuspensi dan
mikroorganisme.
Pada proses ini terjadi penahan partikel diantara dua media (bagian porinya) atau diatas
permukaan media yaitu partikel yang mempunyai diameter lebih besar dari pori-pori.
Sedangkan flok-flok atau partikel yang mempunyai diameter lebih besar dari pori-pori.
Sedangkan flok-flok atau partikel yang memiliki diameter lebih kecil akan mengendap
dan menempel di butiran media. Setelah melalui filter diharapkan kekeruhan dapat lebih
kecil dari 1 NTU.
Berdasarkan kecepatan aliran terdapat dua jenis filter, yaitu saringan pasir lambat (SSF)
dan saringan pasir cepat (RSF). Berikut penjelasanrinci dan jenis-jenis filter tersebut.
a. Saringan Pasir Lambat (SSF)
BUTI
PO
Mekanisme
a. Mechanical Straining
Proses mechanical straining adalah penyaringan air yang dilakukan dengan cari
melalui lubang porous diantara pasir. Bagi materi didalam air yang memiliki
diameter lebih besar dari lubang porous yaitu sebesar kurang
b. Pengendapan
Proses pengendapan merupakan salah satu jenis proses yang terjadi pada media
saringan pasir. Pengendapapan dari materi kotoran yang ada didalam aliran air
yang disaring terjadi pada permukaan butiran pasir.
c. Adsorbtion
Adsorbtion adalah proses pelekatan kotoran dari dalam air pada permukaan
media penyaring akibat daya tarik menarik diantara keduanya karena memiliki
mutan listrik yang berbeda.
d. Kimiawi
Proses kimiawi juga dapat terjadi didalam media penyaring pada saat menyaring
air yang memiliki kandungan bahan anorganik maupun organik yang akan
berreaksi dengan oksigen yang terbawa oleh arus air:
1. Bahan Anorganik:
2. Bahan Organik:
e. Biologis
LAPORAN AKHIR
f. Ketentuan Media Pasir
a. Fisik
S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 30
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
Material pasir yang akan digunakan untuk media saringan harus memiliki
tingkat ketidak seragaman diameter yang dibatasi. Tingkat keseragaman/
Uniformity Coeficient (UC) untuk saringan pasir cepat maksimum sebesar
1,5, sedangkan untuk saringan pasir lambat sebesar
2. Apabila tingkat keseragaman media pasir adalah sebesar 1,5 maka dapat
diartikan bahwa ada sebanyak 50% dari jumlah pasir yang tersedia yang
memiliki diameter lebih besar maupun lebih kecil dari diameter efektifnya.
1. Timbang berat pasir kering yang akan dilakukan analisa sebanyak 1kg
5. Buat grafik terhadap data berat pasir yang tertinggal diatas masing-
masing ayakan tersebut
S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 31
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
DIMASUKAN
DITIMBANG
PASIR 1 KG AYAKAN
d eff = d 10 = 0,4 mm
60
50 UC = d 60 = 1,5
d 10
d 60 = 0,6 mm
10
0
0,1
0,2 0,5 1,0 2,0Bukaan saringan (mm)
d ef f = d 10 = 0,4 mm
e. Kehilangan Tekanan
Pada saat air mengalir melalui media pasir maka akan terjadi kehilangan tekanan.
Kehilangan tekanan di dalam media saringan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus Carman-Kozeny sebagai berikut:
S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 32
LAPORAN
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
(1 – p)
2
v 2
H = 180 L
g 3 (deff)
p
Dimana:
n = Viskositas kinematik = (1,011) 10-6 m2/dt g
= grafitasi = 9,81 m/dt2
p = porositas pasir = 40% = 0,4 v
= kecepatan aliran (m/dt)
d eff = d10 = diameter pasir yang digunakan (mm)
L = Tebal lapisan pasir
Saringan pasir secara umum terdiri dari dua jenis yaitu Saringan Pasir Cepat dan
Saringan Pasir Lambat. Saringan pasir cepat memiliki media penyaring dengan
diameter yang besar dan kecepatan aliran filtrasi yang besar. Sedangkan Saringan
Pasir lambat memiliki media penyaring yang menggunakan diameter yang kecil
dengan kecepatan aliran filtrasi yang kecil. Saringan Pasir Cepat digunakan untuk
menyaring materi yang besar seperti Floc. Saringan pasir lambat dapat menyaring
materi yang sangat kecil seperti virus. Penggunaan SPC harus didahului oleh proses
flokulasi untuk membentuk floc, sedangkan pada PSL dapat langsung menyaring air
baku tanpa memerlukan proses pembentukan floc.
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
g. Design Kriteria
Tebal Gravel : 20 – 30 cm
Tinggi Gravel : 30 cm
Kebutuhan ketinggian air untuk proses pencucian media pasir saringan pasir
cepat menggunakan rumus sebagai berikut:
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
+
E pe =p
1
+E
Dimana:
E = Ekspansi = 30 – 40 %
Pencucian/ pembersihan media pasir pada SPL dilakukan dengan cara scraping
(pengerokan). Pada saat pada media pasir sudah menunjukan adanya penyumbatan
yaitu aliran air di media filter sudah tidak lancar, maka perlu dilakukan pencucian
pasir.
2. Kerok lumpur yang berada diatas media pasir bersama-sama dengan pasirnya
setebal 2 – 3 cm
3. Pasir yang terkerok kemudian dicuci dengan air bersih, untuk kemudian digunakan
lagi dikemudian hari
5. Apabila ketinggian media pasir telah mencapai batas minimum yaitu 40 cm,
angkat keseluruhan pasir yang tersisa
LAPORAN
AKHIR
6. Masukan pasir yang telah dicuci sebelumnya dan tempatkan pada lapisan
bagian bawah.
4.1.3.4 Reservoir
Sistem distribusi merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai sistem pembagi air kepada
konsumen. Oleh karena pemakaian air tidak selalu tepat dari waktu ke waktu dimana terjadi
pemakaian maksimum dan minimum, maka diperlukan adanya tempat penyimpanan air
untuk keadaan darurat, misalkan untuk pemadam kebakaran.
Dalam suatu sistem distribusi, reservoar memegang peranan yang sangat penting.
Instalasi pengolahan air memberikan kapasitas berdasarkan kebutuhan air maksimum perjam
(debit puncak per jam). Dalam hal ini ada perbedaan besar antara kapasitas yang satu
dengan yang lain.
Untuk menyeimbangkan perbedaan tersebut diperlukan suatu tempat penampungan air yaitu
reservoar distribusi. Kelebihan air pada waktu pemakaian kurang dari rata- rata disimpan
dalam reservoar dan dialirkan pada waktu pemakaian maksimum.
1. Equalizing Flows atau keseimbangan aliran. Debit yang masuk ke dalam reservoar harus
konstan, sedangkan debit yang keluar bervariasi atau berfluktuasi. Untuk itu diperlukan
suatu keseimbangan aliran yang dapat melayani fluktuasi, juga untuk menyimpan
cadangan air bersih untuk keadaan darurat.
Untuk distribusi air minum kapasitas pengaliran direncanakan menurut kebutuhan pada
jam puncak. Kapasitas yang direncanakan tersebut merupakan dasar untuk menentukan
diameter pipa. Pada keadaan normal penentuan diameter ini didasarkan pada pemakaian
air maksimum atau pemakaian jam puncak (Qmaks/jam) sehingga pelayanan terhadap
pemakaian air pada saat yang bersamaan dapat dilakukan dengan memuasakan.
Reservoir distribusi diperlukan untuk menyimpan air akibat adanya variasi
pemakaian yang terjadi selama 24 jam. Kapasitas reservoir distribusi ini direncanakan
sebesar 10 – 20% dari Kebutuhan air harian rata - rata.
Posisi dan jumlah pipa inlet ditentukan berdasarkan pertimbangan bentuk dan
struktur reservoar, sehingga air yang masuk ke dalam reservoar dapat mengalir
dengan merata sedemikian rupa serta diuasahakan tidak ada daerah aliran mati.
Pipa outlet diletakkan minimal 10 cm diatas lantai atau pada muka air terendah dan
dilengkapi dengan saringan.
Pipa peluap (over flow) dan penguras dimensinya harus terhindar dari kemungkinan
terjadinya kontaminasi dari luar.
Reservoar dilengkapi dengan pipa vent, manhole dan alat ukur volume air.
Dimensi pipa harus cukup untuk sirkulasi udara yang sesuai dengan kapasitas
reservoar.
Tinggi pipa vent dari atap sekitar 50 cm, dan harus dilengkapi dengan kawat kasa
sehingga kotoran tidak dapat masuk.
Konstruksi manhole keseluruhan harus kedap air, agar air dari luar tidak masuk.
c. Penempatan Reservoir
Reservoir distribusi ditempatkan di lokasi yang relatif paling tinggi di daerah
perencanaan yang bersangkutan dan sedapat mungkin terletak di pusat/ yang paling
dekat dengan daerah pelayanan.
d. Konstruksi Reservoir
e. Perpipaan Reservoir
Pada reservoir ini harus dilengkapi dengan sistem perpipaan yang terdiri dari pipa inlet,
outlet, overflow (peluap) dan blow out (penguras) serta dilengkapi pula dengan
lubang manhole dan ventilasi.
Sistem distribusi perpipaan adalah suatu sarana untuk melayani atau menyampaikan air
kepada konsumen yang membutuhkannya dengan syarat memenuhi aspek kuantitas, kualitas
dan kontinuitas. Sistem ini adalah merupakan salah satu komponen dari sistem penyediaan
air bersih.
Intake Instalasi
Dalam mendisain sistem distribusi harus sesuai dengan kriteria perencanaan teknis,
dimana kriteria perencanaan teknis jaringan distribusi air bersih ini digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan jaringan distribusi air bersih Perumahan Kota Wisata.
Sehingga jaringan yang direncanakan dapat memenuhi persyaratan teknis dan hidrolis serta
ekonomis.
Sistem distribusi merupakan sistem penyaluran air bersih dari reservoir distribusi ke daerah
pelayanan dan merupakan sistem yang paling penting dalam penyediaan air minum, hal ini
dikarenakan bahwa baik buruknya sistem penyediaan air minum dapat dinilai dari sistem
distribusinya. Konsumen menilai keseluruhan sistem penyediaan air minum hanya dari
sistem distribusinya, artinya bagaimana konsumen dapat menerima air minum dengan
kualitas dan kuantitas yang memuaskan. Untuk itu suatu sistem distribusi yang baik adalah
sistem yang bisa melayani kebutuhan konsumen dengan memuaskan setiap waktu.
Terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam suatu sistem distribusi yaitu:
Kualitas air minum yang sampai kepada konsumen harus memenuhi syarat air
minum.
Kuantitas air yang disediakan mencukupi dalam arti dapat memenuhi kebutuhan
konsumen setiap saat.
Seluruh daerah pelayanan harus tercukupi kebutuhannya dengan sistem distribusi yang
dirancang, dengan memperhatikan tekanan dalam pengaliran harus dapat menjangkau
daerah pelayanan yang paling kritis.
Besar aliran dan tekanan yang memadai adalah hal yang perlu diperhatikan, agar air
dapat sampai ke konsumen dengan memuaskan.
Sistem jaringan distribusi perpipaan merupakan suatu sarana fisik yang bertujuan membawa
atau memindahkan air minum dari reservoir menuju konsumen di daerah pelayanan. Selain
itu sistem distribusi harus pula dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan lain agar
dapat berfungsi dengan baik.
Pengklasifikasian jaringan perpipaan direncanakan terbagi tiga yaitu pipa induk, pipa cabang
dan pipa pelayanan yang perencanaannya dibatasi oleh kriteria tertentu (Tabel 4.3).
Tabel 4-3 Perencanaan Pipa Induk, Pipa Cabang Dan Pipa Pelayanan
Sumber: Harun et al., “Draft Guidelines For Design and Contruction of Public Water Supply System
in Indonesia”, 1980 Dept. Teknik Penyehatan – ITB.
Meratakan sisa tekan dalam jaringan perpipaan, sehingga setiap daerah pelayanan
mendapatkan sisa tekan relatif tidak jauh berbeda.
Pipa hantar dalam sistem distribusi air bersih biasanya memberikan bentuk atau
kerangka dasar sistem distribusi. Tidak dibenarkan dibuat sambungan rumah pada
sistem pipa hantar distribusi ini. Feeder system ini dibedakan menjadi:
Pipa induk utama merupakan pipa distribusi yang mempunyai jangkauan terluas dan
diameter terbesar. Pipa ini melayani dan menghubungkan daerah- daerah (blok-blok)
pelayanan di daerah pelayanan, dan di setiap blok memiliki satu atau dua titik
penyadap (tap) yang dihubungkan dengan pipa cabang atau sekunder (Secondary
Feeder). Hubungan ini dikenal sebagai tapping.
LAPORAN
AKHIR
Head statis yang tersedia tidak lebih dari 80 m tergantung jenis dan kelas pipa.
Tekanan pada sistem harus dapat menjangkau titik krtitis, dengan sisa tekan tidak
kurang dari 10 m.
Sedangkan kriteria teknis yang harus diambil dalam perencanaan pipa induk
adalah:
Lokasi jalur pipa dipilih menghindari medan yang sulit, seperti halnya tanah
longsor, banjir 1-2 tahunan atau bahaya lainnya yang menyebabkan lepas atau
pecahnya pipa.
Jalan pintas sedapat mungkin dipilih tepat berada diatas tanah milik pemerintah
atau sepanjang jalan raya atau jalan umum.
Jalur pipa sedapat mugkin menghindari belokan tajam baik horizontal maupun
vertikal dan menghindari siphon yang aliran airnya diatas garis hidrolis.
Untuk jalur pipa yang panjang dimana air terpaksa dipompa, katup atau tangki
pengaman harus dapat mencegah terjadinya water hammer.
Jalur pipa diusahakan sedikit mungkin melintasi jalan raya, sungai, jalur
kereta api, jalur yang kurang stabil sebagai dasar pipa dan daerah yang dapat
menjadi sumber kontaminasi.
Pipa cabang nerupakan jenis hantaran yang kedua dari sistem. Pipa ini meneruskan air
yang disadap dari pipa induk utama ke suatu blokj pelayanan.
S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 42
Pipa ini selanjutnya mempunyai percabangan terhadap pipa service. Secara fisik,
pipa induk dibatasi sebagai berikut:
Kelas pipa yang dipergunakan sama atau lebih dari pipa induk utama.
Pipa pelayanan adalah pipa yang menyadap dari pipa induk sekunder dan langsung
melayani konsumen. Diameter yang dipakai tergantung pada besarnya pelayanan
terhadap konsumen. Sistem pipa ini dibedakan menjadi:
Service Line
Jaringan memenuhi syarat-syarat teknis, yaitu air dapat sampai ke konsumen sesuai
dengan kualitas dan kuantitas yang diharapkan.
Jaringan direncanakan dengan biaya yang paling ekonomis, yaitu mencari jalur yang
terpendek dan diameter kecil.
Sedangkan kriteria teknis yang perlu dipenuhi dalam perencanaan jalur pipa induk
adalah:
Jalur pipa menghindari medan yang sulit.
Jalur pipa sedapat mungkin dipilih di atas tanah milik pemerintah atau sepanjang
jalan umum
Jalur pipa harus menghindari belokan tajam baik horizontal maupun vertikal dan
harus menghindari siphon yang aliran airnya di atas garis hidrolis.
Jalur pipa sedikit mungkin melintasi jalan raya, sungai, jalan kereta api, jalan kurang
stabil, sebagai dasar pipa dan daerah yang dapat menjadi sumber kontaminan.
Pola jaringan perpipaan sistem distribusi air bersih umumnya dapat diklasifikasikan
menjadi sistem jaringan melingkar (Loop System), sistem jaringan bercabang (Branch
System) dan sistem kombinasi dari keduanya. Bentuk sistem jaringan perpipaan tersebut
tergantung pada pola jalan, topografi, tingkat dan tipe perkembangan daerah pelayanan
serta lokasi instalasi pengolahan.
Untuk lebih jelasnya berikut ini diterangkan mengenai ketiga sistem tersebut.
Sistem jaringan bercabang terdiri dari pipa induk utama (main feeder)
disambungkan dengan pipa sekunder, lalu disambungkan lagi dengan pipa cabang
lainya sampai akhirnya pada pipa yang menuju konsumen.
Dari segi ekonomis sistem bercabang ini sangat menguntungkan, karena jalur pipa
lebih pendek dan diameter yang kecil, namun dari segi operasional mempunyai
keterbatasan diantaranya:
Jika terjadi kerusakan, akan terdapat daerah pelayanan yang tidak akan
mendapatkan air karena tidak adanya sirkulasi air.
Jika terjadi kebakaran, suplai air pada fire hidran lebih sedikit karena
aliranya satu arah.
Sistem jaringan perpipaan melingkar terdiri dari pipa induk dan cabang yang saling
berhubungan satu sama lainnya dan membentuk suatu loop (jaringan yang
melingkar), sehingga terjadi sirkulasi air ke seluruh jaringan distribusi. Dari pipa
induk dilakukan penyadapan oleh pipa cabang dan selanjutnya dari pipa cabang
dilakukan pendistribusian untuk konsumen.
Dari segi ekonomis, sistem ini kurang menguntungkan karena diperlukan katup dan
diameter pipa yang bervariasi, sedangkan dari segi hidrolis (pengaliran), sistem ini
lebih baik karena jika terjadi kerusakan pada sebagian sistem, selama perbaikan
daerah layanan masih dapat disuplai melalui loop lainnya.
Bentuk perluasan kota yang tidak diatur, demikian pula jaringan jalannya tidak
berhubungan satu sama lain pada bagian tertentu.
a. Gradien Pipa:
b. Penutup Pipa
Penutup minimum pipa yang digunakan untuk melindungi pipa yang ditanam di
dalam tanah disarankan sebagai berikut:
60 cm di luar jalur
c. Static Pressure
Menghindari resiko pecahnya pipa eksisting yang umurnya sudah lebih dari 10
tahun, maka diusahakan tekanan yang terjadi pada saat tidak ada aliran pada semua
titik junction lebih kecil dari 5 m.
d. Penanaman Pipa
Pipa Transmisi
Pipa Sekunder
Sambungan rumah tidak boleh dilakukan terhadap pipa induk distribusi yang
lebih besar dari diameter 100 mm (4”). Untuk itu diperlukan adanya perpipaan
sekunder yang berukuran diameter 75 mm (3”) atau 50 mm (2”) yang
dipasang sejajar (sesuai denga keperluan) dengan diameter induk tadi sebagai
tempat penyadapan sambungan rumah tersebut.
Apabila pada kedua tepi jalan, posisi bangunan rumah cukup rapat, maka
diperlukan pemasangan pipa sekunder di kedua tepi jalan tersebut untuk
mengurangi terjadinya penyeberangan pipa terhadap jalan. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari terjadinya kebocoran yang umumnya terjadi pada
penyeberangan pipa akibat pecahnya pipa tersebut.
e. Pipa Pararel
Pipa Pararel selalu dipasang pada kondisi dimana terdapat kepadatan bangunan
yang terdiri pada kedua sistem penyediaan air bersih jalan, dengan maksud
mencegah terjadinya perlintasan jalan yag terlalu banyak dalam penyambungan
terhadap pelanggan. Pipa distribusi utama pada beberapa tempat/ segmen dipasang
pararel untuk mendapatkan losses yang lebih rendah dan dengan maksud tetap
memanfaatkan pipa distribusi utama eksisting. sehingga dengan demikian biaya
konstruksi untuk pengembangan dapat direduksi.
f. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran didalam pipa tidak kurang dari 0,3 m/dt untuk mencegah
terjadinya pengendapan dan penyumbatan pipa, dan lebih kecil dari 5 m/det, untuk
mencegah terjadinya gangguan hidrolis dan mekanik pada jaringan pipa.
Dalam menghitung dimensi pipa dan menetapkan besarnya kecepatan aliran perlu
diingat bahwa:
1. Sisa Tekan
Sisa tekan yang tersedia besarnya bervariasi menurut klasifikasi jaringan perpipaan
dan daerah pelayanan, serta jenis pipanya. Kriteria sisa tekan menurut Draft
Guidelines for Design and Construction of Publik Water Supply System in
Indonesia, 1980 sisa tekan minimum yang harus disediakan adalah:
Untuk pipa Distribusi Utama, sisa tekan minimum pada daerah kritis sekitar 15
meter kolom air.
Untuk pipa pelayanan ditentukan menurut daerah layanannya terendah,
yaitu 10 meter kolom air .
2. Kecepatan Aliran
Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa distribusi menurut Al-Layla dalam bukunya
Water Supply Engineering Design, 1980 adalah sampai 0,1 – 1,5 m/det.
Jenis Pipa
Pemilihan jenis pipa dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut yaitu
ketentuan dan daya tahan terhadap tekanan yang terdiri dari:
Tekanan dari luar pipa yaitu tekanan tanah dan air tanah serta beban lalu lintas.
Jenis pipa yang umum dipakai untuk pipa induk adalah ACP (Asbestos
Cement Pipe), DCIP (Ductile Cast Iron Pipe), GIP (Galvanized Iron Pipe),
Steel Pipe dan pipa HDPE.
Pipa CIP terbuat dari besi tuang. Pipa jenis ini sangat kuat, berat dan tahan lama
tetapi mudah terkena korosi terutama pada bagian permukaan dan
sambungannya, oleh karena itu ada jenis pipa CIP yang diberi lapisan anti
korosi yaitu DCIP.
Pipa GIP terbuat dari baja atau besi. Umumnya tidak tahan terhadap korosi,
tahan terhadap kesadahan tinggi, harganya mahal, pengangkutan dan
pemasangan mudah tetapi tidak tahan terhadap tekanan dari luar.
Steel Pipe merupakan pipa yang terbuat dari baja. Umumnya tahan
terhadap benturan ringan, pembuatanya mudah tetapi tidak tahan terhadap
korosi dan membutuhkan banyak waktu untuk penyambungan serta mahal
harganya.
Pipa PVC (Poly Vinyl Chlorida) merupakan pipa yang terbuat dari palstik Poly
Vinyl Chlorida. Umumnya tahan terhadap korosi, ringan, pemasangan dan
pengangkutannya mudah.
Pipa HDPE adalah jenis pipa plastic yang sekarang direkomendasikan untuk
mendukung pada drinking water atau air siap minum.
Pipa Pelayanan
Jenis pipa yang umum dipakai adalah GIP, Steel Pipe dan pipa PVC (Poly Vinyl
Chlorida). Dengan melihat jalur distribusi saat ini dan mudah ditemukan
dipasaran, maka untuk pipa pelayanan memakai pipa PVC. Dengan
berkembangnya teknologi dan bergesernya kearah pelayanan air minum maka
dari aspek standar kualitas yang mendukung adalah pipa PE.
Perlengkapan Pipa
a. Katup Isolasi
Berfungsi untuk :
Mengatur aliran, terutama bila satu bagian jalur pipa akan dites, diperiksa dan
diperbaiki.
Katup isolasi menggunakan standard gate valve. Katup butterfly mempunyai katup
yang lebih kecil dan mudah dioperasikan, tetapi bila tidak dapat ditempatkan maka
gate valve yang dipergunakan.
Pada pipa induk dengan aliran secara gravitasi perlu dilengkapi gate valve
dengan penutupan lambat agar dapat melindungai (mengurangi) gelombang air
(water hammer).
b. Fitting (sambungan)
Berfungsi untuk:
Berfungsi untuk menahan pipa dan fittingnya pada tempat tertentu yang mendapat
beban tekanan yang mengakibatkan pipa tidak stabil (bergerak). Blok penahan ini
memindahkan beban dari sambungan ke bidang tanah sekitarnya. Peralatan ini
digunakan jika pipa menyebrangi saluran sungai, irigasi atau lembah. Untuk panjang
lebih dari 4 m dipergunakan tiang penyangga jembatan pipa.
Berfungsi untuk mengeluarkan udara dalam pipa. Adanya udara ini akibat aliran
turbulen dan tidak meratanya aliran dalam pipa. Udara dalam pipa akan
terakumulasi pada titik tertinggi dan pada setiap 1 km jalur pipa di titik tertinggi
dipasang alat ini .
Untuk perlintasan jalan raya (jalur pipa bersilangan dengan jalan), konstruksi
lintasan dibuat seperti penimbunan biasa dengan memperkuat bagian sebelah atasnya
dengan memakai plat beton atau urugan pasir ditambah sirtu.
g. Water Meter (Meteran Air)
Water meter mempunyai fungsi untuk mengukur besarnya aliran air yang mengalir
dalam pipa. Jenis water meter biasanya ditentukan berdasarkan penempatan water
meter itu sendiri misalnya:
Water meter yang dipasang didekat instalasi biasanya disebut water meter induk
Water meter yang dipasang pada zona pelayanan tertentu biasanya disebut
dengan water meter zoning
Water meter yang dipasang pada sambungan rumah disebut water meter
pelanggan.
Flow meter berfungsi untuk mengukur debit aliran air didalam pipa, flow meter
dipasang pada pipa utama distribusi dan transmisi sebagai kelengkapan untuk
kontrol debit dan kontrol pompa atau dapat juga dipasang pada sistem dosing
dengan maksud alat pelengkap untuk dapat menentukan dosing rate yang akurat.
Flow meter dapat dipasang secara permanen/ terus-menerus atau dapat juga dipasang
secara temporer tergantung dari fungsi dan tujuannya.
i. Pressure Gauges
Pressure Gauges berfungsi untuk mengatur tekanan air yang ada didalam pipa.
Pressure gauges biasanya dipasang pada:
Pada bak pelepas tekan dan perlengkapan kontrol debit lainnya dengan sistem
gravitasi, fasilitas pelengkap untuk pemeriksaan kondisi peralatan kontrol.
j. Regulating Valves
S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 52
Regulating Valves diperlukan bila aliran air atau besarnya tekanan perlu
dikontrol. Katup ini merupakan jenis Disc-valve atau Butterfly valves. Disc-
valves dipergunakan dalam mengurangi besarnya tekanan tetapi pada bak pelepas
tekan dipergunakan Butterfly valves.
Air Resease Valves dipasang pada belokan pipa yang mengarah kebawah.
Katup yang akan dipergunakan merupakan disain standard (flosing balls)
Pressure Release Valves yang menggunakan tipe per (spring operated type).
Katup ini dipasang pada pipa induk dengan aliran gravitasi dengan arah aliran
lagsung dimulai dan peralatan kontrol aliran (bak pelepas tekan, PRV, Washouts dan
katup pemeliharaan).
m. Float Valve
Float Valve dipasang pada bak pelepas tekan dan pada bak penampung (reservoir).
Tipe disesuaikan dengan bak pelepas tekan/ reservoir.
n. Wash - Out
Wash - out dipasang pada jalur pipa distribusi induk dengan lokasi pada profil
memanjang yang memperlihatkan adanya depresi, seperti perlintasan sungai dan
sebelum bak pelepas tekan daripada keadaan dimana terdapat ujung atau akhir dari
pipa cabang.
Pada sistem distribusi dipasang pada setiap titik terendah untuk semua diameter pipa
distribusi lebih besar dari 25 mm, dengan maksimum jarak sebesar 2 km.
o. Fire Hydrant
Unit ini dipasang pada perpipaan distribusi sebagai tempat (sarana) pengambilan air
saat terjadi kebakaran. Biasanya ditempatkan pada lokasi- lokasi yang menjadi pusat
keramaian.
Sistem pengaliran dalam sistem distribusi air bersih dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Sistem Gravitasi
2. Sistem Pemompaan
3. Sistem Kombinasi
Sistem ini merupakan sistem gabungan dari sistem gravitasi dan sistem pemompaan.
Pada sistem kombinasi ini, air yang didistribusikan dikumpulkan terlebih dahulu
dalam reservoir pada saat permintaan air minimum. Jika permintaan air meningkat
maka air akan dialirkan melalui sistem gravitasi maupun sistem pemompaan.
Sisa Tekan
Sisa tekan yang tersedia besarnya bervariasi menurut klasifikasi jaringan perpipaan
dan daerah pelayanan, serta jenis pipanya. Kriteria sisa tekan minimum yang harus
disediakan adalah:
S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 54
Untuk pipa induk, sisa tekan minimum pada daerah krisis sekitar 15 meter
kolom air.
Kecepatan Aliran
Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa distribusi menurut Al-Layla dalam bukunya
Water Supply Engineering Design, 1980 adalah sampai 0,6 – 3 m/det.
Ada 3 (tiga) metoda untuk perlintasan sungai dan atau badan air, yang dapat
digunakan yaitu:
Pemilihan perlintasan ini dilakukan berdasarkan pedoman standar IKK atau BNA,
yaitu berdasarkan diameter pipa dan besarnya bentang. Pipa yang diletakkan pada
bawah badan air sebaiknya dibungkus dengan massa beton dengan tebal 10 mm.
penutup pipa dari dasar sungai sampai dengan bagian atas beton diusahakan 1
(satu) meter. Sedangkan untuk perlintasan yang tidak sesuai dengan standar, perlu
dibuat disain khusus yang sesuai dengan kondisi lapangan.
Pada setiap jembatan pipa minimum dipasang 1 (satu) buah air valve dan 2 (dua)
buah wash-out dan minimum 1 (satu) buah wash out dan 2 (dua) buah air valve
untuk pipa yang diletakkan melintas dibawah sungai/ badan air.
Perlintasan pada jalur jalan/ rel kereta api dapat menggunakan atau melalui gorong-
gorong yang ada. Jika tidak ada gorong-gorong yang dekat dengan lokasi
maka diputuskan dengan melakukan pemboran pipa melalui dalam tanah
(dengan thrustbrote).
i. Thrust Blocks
Tekanan pada bagian dalam pipa akan dapat berkembang menjadi besar apabila terjadi
kesalahan penempatan lokasi jalur pipa (ketidak seimbangan gaya penahan).
Terjadinya ketidak seimbangan gaya pada jalur penyambungan pipa tersebut dapat
dilawan dengan blok beton yang diserap oleh material pondasi. Dimensi dari blok
beton tersebut diperhitungkan berdasarkan prinsip mekanika tanah. Sebagai penahan
gaya geser pada dasar blok beton dilakukan oleh gaya literal pada gaya luar dari
permukaan pipa dan blok. Dalam disain ini dipergunakan juga standar disain sesuai
bentuk dari blok penahan tersebut.
Sebagaimana telah diuraikan dalam lingkup pekerjaan pada bab terdahulu, maka DED
yang di buat untuk menyusun pekerjaan Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan
kapasitas 50 l/det, telah disepakati bahwa unit pengolahan yang akan digunakan
(dibangun) terdiri dari unit pengolahan lengkap.
Dimana design konstruksi dan struktur bangunan IPA menggunakan metode dengan
penelitian kondisi site plan yang ada serta fasilitas yang telah tersedia dalam site
plan tersebut.
Dalam rangka pencapaian misi, visi serta tujuan PDAM dalam upayanya mencapai
target jangkauan pelayanan dan juga menyikapi kompleksitasnya permasalahan
pengelolaan air bersih, maka suatu perencanaan pengembangan perusahaan jangka
menengah yang jelas dan tepat, sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang dan yang
akan datang mutlak sangat diperlukan. Dengan dibangunnya IPA yang baru diharapkan
dapat mencapai target peningkatan pelayanan.
LAPORAN
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
Tingkat pemakaian air per orang sangat bervariasi antara suatu daerah dengan daerah
lainnya, sehingga secara keseluruhan penggunaan air dalam suatu sistem penyediaan air
minum juga akan bervariasi. Bervariasinya pemakaian air ini disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain: iklim, standar hidup, aktivitas masyarakat, tingkat sosial dan ekonomi,
pola serta kebiasaan masyarakat dan hari libur.
Berhubungan dengan fluktuasi pemakaian air ini, terdapat tiga macam pengertian, yaitu:
a. Kebutuhan rata-rata
Pemakaian air rata-rata dalam satu hari adalah pemakaian air dalam setahun dibagi
dengan 365 hari.
Fluktuasi pemakaian air dari hari ke hari dalam satu tahun sangat bervariasi dan
terdapat satu hari dimana pemakaian air lebih besar dibandingkan dengan hari lainnya.
Kebutuhan air pada hari maksimum digunakan sebagai dasar perencanaan untuk
menghitung kapasitas bangunan penangkap air, perpipaan transmisi dan Instalasi
Pengolahan Air (IPA). Faktor hari maksimum (fm) berkisar antara 1,1 sampai 1,5
(Lampiran III Permen PU NO. 18 Tahun 2007). Dalam penyusunan Rencana Induk
SPAM Kabupaten Cianjur, faktor hari maksimum (fm) yang digunakan sebagai
kriteria desain adalah 1,2.
Faktor jam puncak (fp) adalah suatu kondisi dimana pemakaian air pada jam
tersebut mencapai maksimum. Faktor jam puncak biasanya dipengaruhi oleh jumlah
penduduk dan tingkat perkembangan kota, dimana semakin besar jumlah penduduknya
semakin beraneka ragam aktivitas penduduknya. Dengan bertambahnya aktivitas
penduduk, maka fluktuasi pemakian air semakin kecil. Berdasarkan standar yang
tercantum dalam Lampiran III Permen PU No.18 Tahun 2007, faktor jam puncak (fp)
berkisar antara 1,15-3. Dalam penyusunan Rencana Induk SPAM Kabupaten Cianjur,
faktor jam puncak (fp) yang digunakan sebagai kriteria desain adalah 1,5.
LAPORAN
AKHIR
Proyeksi penduduk
Proyeksi penduduk harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode perencanaan
Ketersediaan air
Perkiraan kebutuhan air hanya didasarkan pada data sekunder sosial ekonomi dan
kebutuhan air diklasifikasikan berdasarkan aktifitas perkotaan atau masyarakat.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
Kategori Kota
Besar Sedang Kecil
No Uraian Kriteria Metro Desa
(500 rb – 1 (100-500 rb) (20 – 100 rb)
(>1 Jt) Jiwa (<20 rb) Jiwa
Jt) Jiwa Jiwa Jiwa
1 Cakupan Pelayanan (%) 90 90 90 90 70
Perpipaan 60 Perpipaan 60 Perpipaan 60 Perpipaan 60 Perpipaan 25
BPJ 30 BPJ 30 BPJ 30 BPJ 30 BPJ 45
2 Konsumsi SR (L/o/Hr) 190 170 150 130 30
3 Konsumsi HU (L/o/Hr) 30 30 30 30 30
4 Jumlah Jiwa/SR 5 5 6 6 10
5 Jumlah Jiwa/HU 100 100 100 (100 – 200) 200
6 SR: HU (50: 50) s/d (50: 50) s/d (80: 20 70: 30 70: 30
(80: 20) (80: 20)
7 Konsumsi Non Domestik (%) (20 – 30) (20 – 30) (20 – 30) (20 – 30) (20 – 30)
8 Kehilangan Air (%) (20 – 30) (20 – 30) (20 – 30) (20 – 30) (20 – 30)
9 Faktor Max Day 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
10 Faktor Peak Hour 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
11 Tekanan Air Dalam Pipa Min & Max 10 & 70 10 & 70 10 & 70 10 & 70 10 & 70
(mka)
12 Jam Operasi 24 24 24 24 24
13 Vol.Reservoir (%) (max day demand) 20 20 20 20 20
14 Kecepatan Pengaliran Dalam Pipa Tr (0,6 – 4,0) Tr (0,6 – 4,0) Tr (0,6 – 4,0) Tr (0,6 – 4,0) Tr (0,6 – 4,0)
(m/det) DI (0,6 – 2) DI (0,6 – 2) DI (0,6 – 2) DI (0,6 – 2) DI (0,6 – 2)
15 Koefisien HW PVC (120 – 140) PVC (120 – PVC (120 – 140) PVC (120 – 140) PVC (120 – 140)
Steel 120 140) Steel 120 Steel 120 Steel 120
GIP 110 Steel 120 GIP 110 GIP 110 GIP 110
GIP 110
Merupakan kebutuhan air yang berasal dari rumah tangga dan sosial. Standar konsumsi
pemakaian domestik ditentukan berdasarkan rata-rata pemakaian air perhari yang
diperlukan oleh setiap orang. Standar konsumsi pemakaian air domestik dapat dilihat dari
Tabel 4.5.
Tabel 4-5 Tingkat Konsumsi/Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota
Kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik) dihitung berdasarkan jumlah penduduk tahun
perencanaan. Kebutuhan air minum untuk daerah domestik ini dilayani dengan sambungan
rumah (SR) dan hidran umum (HU). Kebutuhan air minum untuk daerah domestik ini dapat
dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Dimana:
Kegiatan non domestik adalah kegiatan penunjang kota terdiri dari kegiatan komersil berupa
industri, perkantoran, perniagaan dan kegiatan sosial seperti sekolah, rumah sakit dan
tempat ibadah. Penentuan kebutuhan air non domestik didasarkan pada faktor jumlah
penduduk pendukng dan jumlah unit fasilitas yang dimaksud. Fasilitas perkotaan tersebut
antara lain adalah fasilitas umum, industri dan komersil. Perhitungan kebutuhan air non
domestik di wilayah Imekko Kabupaten Sorong Selatan diasumsikan sebesar 15-20%.
Dimana periode perencanaan penyusunan Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air
Minum (RI-SPAM) dapat dilihat pada table berikut ini:
Jenis Kota
No Kriteria Teknis Metro Besar Sedang Kecil
(1>1 Juta) Jiwa (500 Rb – 1 Juta) Jiwa (100 – 500 Ribu) Jiwa 20 – 100 Rb) JIwa
1 Jenis Perencanaan Rencana Induk Rencana Induk Rencana Induk -
2 Horison 20 Tahun 15 - 20 Tahun 15 - 20 Tahun 15 - 20 Tahun
Perencanaan
3 Sumber Air Baku Investigasi Investigasi Identifikasi Identifikasi
4 Pelaksana Penyedia Jasa/ Penyedia Jasa/ Penyedia Jasa/ Penyedia Jasa/
Penyelenggara/Pemda Penyelenggara/Pemda Penyelenggara/Pemda Penyelenggara/Pemda
5 Peninjauan Ulang Per 5 Tahun Per 5 Tahun Per 5 Tahun Per 5 Tahun
6 Penanggung Jawab Penyelenggara/Pemda Penyelenggara/ Pemda Penyelenggara/Pemda Penyelenggara/Pemda
7 Sumber Pendanaan Hibah Luar Negeri Hibah Luar Negeri Hibah Luar Negeri Pinjaman Luar
Pinjaman Luar Pinjaman Luar Pinjaman Luar Negeri
Negeri Negeri Negeri APBD
Pinjamanan dalam Pinjamanan dalam Pinjamanan dalam
negeri negeri negeri
APBD APBD APBD
PDAM PDAM PDAM
Swasta Swasta Swasta