Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH KEBUDAYAAN BETAWI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh tuhan sebagai makhluk yang

berbudaya, hal ini dapat dilihat dari perkembangan manusia yang ditandai dengan
adanya peradaban-peradaban dan juga budaya yang telah terbentuk.Manusia
mendiami wilayah yang berbeda, berada di lingkungan yang berbeda juga. Hal ini
membuat kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan dan kepribadian setiap manusia
suatu wilayah berbeda dengan yang lainnya. Namun secara garis besar terdapat
tiga pembagian wilayah, yaitu : barat, timur tengah, dan timur.
Kita di indonesia termasuk ke dalam bangsa timur, yang dikenal sebagai
bangsa yang berkepribadian baik. Bangsa timur dikenal dunia sebagai bangsa yang
ramah dan bersahabat. Orang orang dari wilayah lain sangat suka dengan
kepribadian bangsa timur yang tidak individualistis dan saling tolong menolong satu
sama lain
Menurut Selo Soemardjan menjelaskan bahwa yang dimaksud masyarakat
adalah manusia yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Dengan
demikian tak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan. Sebaliknya tak
ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah pendahulunya. Dari pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama untuk melakukan kegiatan bagi kepentingan bersama atau sebagian besar
hidupnya berada dalam kehidupan budaya.
Masyarakat atau Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antar etnis dan
bangsa di masa lalu secara biologis. Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku
asli yang menghuni di Jakarta dan Bahasa Melayu Kreol adalah bahasa yang
digunakannya, dan juga kebudayaan melayunya adalah kebudayaanya. Kata Betawi
sebenarnya berasal dari kata Batavia, yaitu nama kuno Jakarta diberikan oleh
Belanda. Jadi, sangatlah menarik bila diteliti secara sruktur, poses dan pertumbuhan
social Suku Betawi mulai dari sejarahnya, bahasa, kepercayaan, profesi, perilaku,
wilayah, seni dan budayanya.

1.2

Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah dan asal-usul suku betawi ?


2. Bagaimana komunitas penduduk betawi ?
3. Kepercayaan apa sajakah yang dianut oleh suku betawi ?
4. Bagaimana sistem mata pencaharian masyarakat betawi?
5. Apa saja seni dan kebudayaan betawi ?
6. Bahasa apakah yang diapakai oleh suku betawi ?
1.3

Batasan Masalah

Untuk menghindari kesalahan persepsi dan tidak meluasnya pokok pembahasan,


maka pembahasan dari makalah ini yaitu mengenai penduduk, masyarakat, dan
kebudayaan suku betawi.
1.4

Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah mengenai suku betawi yaitu untuk mengetahui sejarah
suku betawi dan penulis juga ingin mengetahui dan memahami budaya betawi dari
segala aspeknya. Adapun manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan tentang proses dan pertumbuhan social suku betawi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Sejarah kebudayaan betawi


Diawali oleh orang sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke

dalam kerajaan tarumanegara serta kemudian pakuan pajajaran. Selain orang


sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara jawa, dari
berbagai pulau indonesia timur, dari malaka di semenanjung malaya, bahkan dari
tiongkok serta gujarat di india.
Selain itu, perjanjian antara surawisesa (raja kerajaan sunda) dengan bangsa
portugis pada tahun 1512 yang membolehkan portugis untuk membangun suatu
komunitas di sunda kalapa mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk
lokal dengan bangsa portugis yang menurunkan darah campuran portugis. Dari
komunitas ini lahir musik keroncong.
Setelah VOC menjadikan batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, belanda
memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun
roda perekonomian kota ini. Ketika itu VOC banyak membeli budak dari penguasa
bali, karena saat itu di bali masih berlangsung praktik perbudakan. Itulah penyebab
masih tersisanya kosa kata dan tata bahasa bali dalam bahasa betawi kini.
Kemajuan perdagangan batavia menarik berbagai suku bangsa dari penjuru
nusantara hingga tiongkok, arab dan india untuk bekerja di kota ini. Pengaruh suku
bangsa pendatang asing tampak jelas dalam busana pengantin betawi yang banyak
dipengaruhi unsur arab dan tiongkok. Berbagai nama tempat di jakarta juga
menyisakan petunjuk sejarah mengenai datangnya berbagai suku bangsa ke
batavia; kampung melayu, kampung bali, kampung ambon, kampung jawa, kampung
makassar dan kampung bugis. Rumah bugis di bagian utara jl. Mangga dua di
daerah kampung bugis yang dimulai pada tahun 1690. Pada awal abad ke 20 ini
masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah kota.
Antropolog

universitas

indonesia,

Dr.

Yasmine

zaki

shahab,

ma

memperkirakan, etnis betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 18151893. Perkiraan ini didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk jakarta yang
dirintis sejarawan australia, lance castle. Di zaman kolonial belanda, pemerintah
selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya.

Dalam data sensus penduduk jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari
berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis betawi.
Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang
sebelumnya ada. Misalnya saja orang arab dan moor, orang bali, jawa, sunda, orang
sulawesi selatan, orang sumbawa, orang ambon dan banda, dan orang melayu.
Kemungkinan kesemua suku bangsa nusantara dan arab moor ini dikategorikan ke
dalam kesatuan penduduk pribumi (belanda: inlander) di batavia yang kemudian
terserap ke dalam kelompok etnis betawi.

Gambar 1. Rumah adat betawi


2.2

Penduduk Betawi
Merupakan

komunitas

penduduk

di Jawa

(Pulau

Nusa

Jawa)

yang

berbahasa Melayu, dikemudian hari disebut sebagai orang Betawi. Orang Betawi ini
disebut juga sebagai orang Melayu Jawa. Merupakan hasil percampuran antara
orang-orang Jawa, Melayu, Bali, Bugis, Makasar, Ambon, Manado, Timor, Sunda,
dan mardijkers (keturunan Indo-Portugis) yang mulai menduduki kota pelabuhan
Batavia sejak awal abad ke-15. Di samping itu, juga merupakan percampuran darah
antara berbagai etnis: budak-budak Bali, serdadu Belanda dan serdadu Eropa
lainnya, pedagang Cina atau pedagang Arab, serdadu Bugis atau serdadu Ambon,
Kapten Melayu, prajurit Mataram, orang Sunda dan orang Mestizo.
Sementara

itu

mengenai

manusia Betawi

purbakala,

adalah

sebagaimana manusia pulau Jawa purba pada umumnya, pada zaman perunggu
manusia Betawi purba sudah mengenal bercocok tanam. Mereka hidup berpindahpindah dan selalu mencari tempat hunian yang ada sumber airnya serta banyak
terdapat pohon buah-buahan. Mereka pun menamakan tempat tinggalnya sesuai
dengan sifat tanah yang didiaminya, misalnya nama tempat Bojong, artinya "tanah
pojok".
Dalam buku Jaarboek van Batavia (Vries, 1927) disebutkan bahwa semula
penduduk pribumi terdiri dari suku Sunda tetapi lama kelamaan bercampur dengan

suku-suku lain dari Nusantara juga dari Eropa, Cina, Arab, dan Jepang. Keturunan
mereka disebut inlanders, yang bekerja pada orang Eropa dan Cina sebagai
pembantu rumah tangga, kusir, supir, pembantu kantor, atau opas. Banyak yang
merasa bangga kalau bekerja di pemerintahan meski gajinya kecil. Lainlainnya bekerja sebagai binatu, penjahit, pembuat sepatu dan sandal, tukang
kayu, kusir kereta sewaan, penjual buah dan kue, atau berkeliling kota dengan
"warung dorongnya". Sementara sebutan wong Melayu atau orang Melayu lebih
merujuk kepada bahasa pergaulan (lingua franca) yang dipergunakan seseorang, di
samping nama "Melayu" sendiri memang sudah menjadi sebutan bagi suku bangsa
yang berdiam di Sumatra Timur, Riau, Jambi dan Kalimantan Barat.
Posisi wanita Betawi di bidang pendidikan, perkawinan, dan keterlibatan
dalam angkatan kerja relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan wanita
lainnya di Jakarta dan propinsi lainnya di Indonesia. Keterbatasan kesempatan
wanita Betawi dalam pendidikan disebabkan oleh kuatnya pandangan hidup tinggi
mengingat tugas wanita hanya mengurus rumah tangga atau ke dapur, disamping
keterbatasan kondisi ekonomi mereka. Situasi ini diperberat lagi dengan adanya
prinsip kawin umur muda masih dianggap penting, bahkan lebih penting dari
pendidikan. Tujuan Undang-Undang Perkawinan untuk meningkatkan posisi wanita
tidak banyak memberikan hasii. Anak yang dilahirkan di Jakarta, tidak mempunyai
hubungan dengan tempat asal di luar wilayah bahasa Melayu, dan tidak mempunyai
hubungan kekerabatan atau adat istiadat dengan kelompok etnis lain di Jakarta.
2.3

Kepercayaan
Orang Betawi sebagian besar menganut agama Islam, tetapi yang menganut

agama Kristen; Protestan dan Katholik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di
antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka
adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini
wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan
perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan
gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di
Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah
Kampung Tugu, Jakarta Utara.

2.4

Sistem Mata Pencaharian


Mata pencaharian orang Betawi dapat dibedakan antara yang berdiam di

tengah kota dan yang tinggal di pinggiran. Di daerah pinggiran sebagian besar
adalah petani buahbuahan, petani sawah dan pemelihara ikan. Namun makin lama
areal pertanian mereka makin menyempit, karena makin banyak yang dijual untuk
pembangunan perumahan, industri, dan lain-lain. Akhirnya para petani ini pun mulai
beralih pekerjaan menjadi buruh, pedagang, dan lain-lain.
2.5

Seni dan Kebudayaan


a)

Musik

Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang


Kromong yang berasal dari seni usic Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar
pada tradisi usic Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab, dan
Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal
dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong. Betawi
juga memiliki lagu tradisional seperti Kicir-kicir.

Gambar 2. Gambang kromong


b)

Seni Tari

Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara nsure-unsur budaya


masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya tari Topeng Betawi, Yapong yang
dipengaruhi tari Jaipong Sunda, Cokek dan lain-lain. Pada awalnya, seni tari di
Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tiongkok, seperti tari Yapong dengan kostum
penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang
paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan
koreografi yang dinamis.

Gambar 3. Tari cokek


c) Drama
Drama tradisional Betawi antara lain Lenong dan Tonil. Pementasan lakon
tradisional ini biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat Betawi,
dengan diselingi lagu, pantun, lawak, dan lelucon jenaka. Kadang-kadang pemeran
lenong dapat berinteraksi langsung dengan penonton.

Gambar 4. Lenong
d) Cerita Rakyat
Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah
dikenal seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen
atau si jampang yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan
maupun kehidupannya yang dikenal keras. Selain mengisahkan jawara atau
pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan
kehidupan zaman olonial.

Creita lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing
dan yang lainnya.

Gambar 5. Cerita rakyat si pitung


e) Senjata Tradisional
Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan terbuat
dari kayu.

Gambar 6. Golok
f)
Makanan
Jakarta memiliki beragam masakan khas sebagai kekayaan kuliner
Indonesia. Sebagai kota metropolitan Jakarta banyak menyediakan makanan
khas. Salah satu ciri dari makanan khas Jakarta adalah memiliki rasa yang
gurih. Makanan-makanan khas dari Betawi / Jakarta di antaranya adalah :
kerak telor, kembang goyang, roti buaya, kue rangi

Gambar 7. Roti buaya

2.6

Gambar 8. Kerak telor

Bahasa
Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan

Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam


kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun
kebudayaan asing.
Ada juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah
sekitar Batavia juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi).
Menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda
Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera.

Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh
sebelum Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum
digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.
Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awal abad
ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis
yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata
turunan dari Batavia). Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama
sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol,
Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian
berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih
sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik
yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris. Meskipun bahasa
formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau
bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka kesimpulannya adalah kesenian dan
kebudayaan Suku Betawi merupakan kebudayaan asli kota Jakarta dan memiliki
jenis musik seperti Gambang Keromong, Tanjidor. Menggukan bahasa dengan 2
dialek. Dari bidang seni teater terdapat lenong. Kemudian terdapat cerita rakyat
serta Ondel-ondel sebagai pertunjukan khasnya. Ini membuktikan bahwa tiap daerah
yang ada di Indonesia memiliki budaya daerah masing-masing.
3.2

Saran
Keaekaragaman kebudayaan Indonesia harus bisa menjaga kelestarian seni dan

budayanya. Upaya pelestarian tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Namun, perlu
didukung dan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Agar seni dan budaya dapat terjaga
kelestariannya.

Referensi
http://galieh-inside.blogspot.com/2012/03/hubungan-manusia-dan-kebudayaan.html
http://annieeyu-annieeyuqu.blogspot.com/2010/11/tradisi-dan-kesenian-orangbetawi.html
http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/3842
http://rickyhendrianto.files.wordpress.com/2012/07/makalah-sosiologi2.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi#cite_note-1
Diposkan oleh rianti ridhaningtyas di 23.53

Anda mungkin juga menyukai