Anda di halaman 1dari 30

KEBUDAYAAN BETAWI

Makalah ini dibuat untuk memenuhi matakuliah Bahasa Indonesia


Dosen penganmpu
Didik subagia,SIP,,M.A

Nama : Raka Bagus Pratama


NIT : 22011853

D-3 AERONAUTIKA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KEDIRGANTARAAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Segala Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna atas
rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini.tanpa pertolongan-Nya
mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik, shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita Muhammad SAW.

Makalah ini disususn agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Kebudayaan Adat
Betawi”, yang kami sajikan dalam pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun
oleh kami degan berbagai rintangan. Baik itu yang datang pada diri kami maupun dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Kebudayaan Adat Betawi” yang sangat dekat sekali dalam
kehidupan masyarakat sekitar. Untuk itu kami berharap dengan adanya makalah ini
dapat menambah pengetahan tentang salah satu kebudayaan di indonesia yang hampir
sebagian orang melupakannya

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadikan masyarakat yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3 Tujuan penulisan...............................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.1 Sejarah Suku Betawi.........................................................................................................6
2.2 Upacara Pernikahan..........................................................................................................7
2.3 Lagu-Lagu Bewati...........................................................................................................13
2.4 Makanan Khas Betawi....................................................................................................16
2.5 Permainan Khas Betawi..................................................................................................24
BAB III..........................................................................................................................................28
PENUTUPAN................................................................................................................................28
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................................28
DAFTAR PUSAKA......................................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh tuhan sebagai makhluk yang
berbudaya, hal ini dapat dilihat dari perkembangan manusia yang ditandai dengan adanya
peradaban-peradaban dan juga budaya yang telah terbentuk.Manusia mendiami wilayah
yang berbeda, berada di lingkungan yang berbeda juga. Hal ini membuat kebiasaan, adat
istiadat, kebudayaan dan kepribadian setiap manusia suatu wilayah berbeda dengan yang
lainnya. Namun secara garis besar terdapat tiga pembagian wilayah, yaitu : barat, timur
tengah, dan timur.
Kita di indonesia termasuk ke dalam bangsa timur, yang dikenal sebagai bangsa
yang berkepribadian baik. Bangsa timur dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah dan
bersahabat. Orang – orang dari wilayah lain sangat suka dengan kepribadian bangsa timur
yang tidak individualistis dan saling tolong menolong satu sama lain
Menurut Selo Soemardjan menjelaskan bahwa yang dimaksud masyarakat adalah
manusia yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian tak ada
masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan. Sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa
masyarakat sebagai wadah pendahulunya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama untuk melakukan kegiatan
bagi kepentingan bersama atau sebagian besar hidupnya berada dalam kehidupan budaya.
Masyarakat atau Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antar etnis dan
bangsa di masa lalu secara biologis. Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli
yang menghuni di Jakarta dan Bahasa Melayu Kreol adalah bahasa yang digunakannya,
dan juga kebudayaan melayunya adalah kebudayaanya. Kata Betawi sebenarnya berasal
dari kata “Batavia”, yaitu nama kuno Jakarta diberikan oleh Belanda. Jadi, sangatlah
menarik bila diteliti secara sruktur, poses dan pertumbuhan social Suku Betawi mulai dari
sejarahnya, bahasa, kepercayaan, profesi, perilaku, wilayah, seni dan budayanya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan asal-usul suku betawi ?
2. Bagaimana pernikahan betawi ?
3. makanan khas betawi ?
4. lagu-lagu khas betawi?
5. permainan khas betawi ?

1.3 Tujuan penulisan


Tujuan penulisan makalah mengenai suku betawi yaitu untuk mengetahui sejarah
suku betawi dan penulis juga ingin mengetahui dan memahami budaya betawi dari
system pernikahan, makanan khas betawi, lagu-lagu betawi, dan permainan betawi .
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang suku betawi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Suku Betawi


Diawali oleh orang sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam
kerajaan tarumanegara serta kemudian pakuan pajajaran. Selain orang sunda, terdapat
pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara jawa, dari berbagai pulau indonesia
timur, dari malaka di semenanjung malaya, bahkan dari tiongkok serta gujarat di india.
Selain itu, perjanjian antara surawisesa (raja kerajaan sunda) dengan bangsa
portugis pada tahun 1512 yang membolehkan portugis untuk membangun suatu
komunitas di sunda kalapa mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal
dengan bangsa portugis yang menurunkan darah campuran portugis. Dari komunitas ini
lahir musik keroncong.
Setelah VOC menjadikan batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, belanda
memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda
perekonomian kota ini. Ketika itu VOC banyak membeli budak dari penguasa bali,
karena saat itu di bali masih berlangsung praktik perbudakan. Itulah penyebab masih
tersisanya kosa kata dan tata bahasa bali dalam bahasa betawi kini. Kemajuan
perdagangan batavia menarik berbagai suku bangsa dari penjuru nusantara hingga
tiongkok, arab dan india untuk bekerja di kota ini. Pengaruh suku bangsa pendatang asing
tampak jelas dalam busana pengantin betawi yang banyak dipengaruhi unsur arab dan
tiongkok. Berbagai nama tempat di jakarta juga menyisakan petunjuk sejarah mengenai
datangnya berbagai suku bangsa ke batavia; kampung melayu, kampung bali, kampung
ambon, kampung jawa, kampung makassar dan kampung bugis. Rumah bugis di bagian
utara jl. Mangga dua di daerah kampung bugis yang dimulai pada tahun 1690. Pada awal
abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah kota.
Antropolog universitas indonesia, Dr. Yasmine zaki shahab, ma memperkirakan,
etnis betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Perkiraan ini
didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk jakarta yang dirintis sejarawan
australia, lance castle. Di zaman kolonial belanda, pemerintah selalu melakukan sensus,
yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk
jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak
ada catatan mengenai golongan etnis betawi. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan
hilangnya sejumlah golongan etnis yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang arab dan
moor, orang bali, jawa, sunda, orang sulawesi selatan, orang sumbawa, orang ambon dan
banda, dan orang melayu. Kemungkinan kesemua suku bangsa nusantara dan arab moor
ini dikategorikan ke dalam kesatuan penduduk pribumi (belanda: inlander) di batavia
yang kemudian terserap ke dalam kelompok etnis betawi.

2.2 Upacara Pernikahan


Upacara perkawinan adat betawi ditandai dengan serangkaian prosesi yaitu
sebagai berikut :
a. Ngedelengin
Untuk sampai ke jenjang pernikahan, sepasang muda-mudi betawi (sekarang)
biasanya melalui tingkat pacaran yang disebut berukan. Masa ini dapat diketahui
oleh orangtua kedua belah pihak, tetapi tidak asing kalau orangtua kedua belah pihak
tidak mengetahui anaknya sedang pacaran.
Sistem pernikahan pada masyarakat Betawi pada dasarnya mengikuti hukum
Islam, kepada siapa mereka boleh atau dilarang mengadakan hubungan perkawinan.
Dalam mencari jodoh, baik pemuda maupun pemudi betawi bebas memilih teman
hidup mereka sendiri. Karena kesempatan untuk bertemu dengan calon kawan hidup
itu tidak terbatas dalam desanya, maka banyak perkawinan pemuda pemudi desa
betawi terjadi dengan orang dari lain desa. Namun demikian, persetujuan orangtua
kedua belah pihak sangat penting, karena orangtualah yang akan membantu
terlaksanakannya pernikahan tersebut.
Biasanya prosedur yang ditempuh sebelum terlaksananya pernikahan adat
adalah dengan perkenalan langsung antara pemuda dan pemudi. Bila sudah ada
kecocokan, orangtua pemuda lalu melamar ke orangtua si gadis. Masa perkenalan
antara pria dan wanita pada budaya Betawi zaman dulu tidak berlangsung begitu saja
atau terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, diperlukan Mak Comblang seperti
Encing atau Encang (Paman dan bibi) yang akan mengenalkan kedua belah pihak.
Istilah lain yang juga dikenal dalam masa perkenalan sebelum pernikahan
dalam adat Betawi adalah ngedelengin. Dulu, di daerah tertentu ada kebiasaan
menggantungkan sepasang ikan bandeng di depan rumah seorang gadis bila si gadis
ada yang naksir. Pekerjaan menggantung ikan bandeng ini dilakukan oleh Mak
Comblang atas permintaan orangtua si pemuda. Hal ini merupakan awal dari tugas
dan pekerjaan ngedelengin.
Ngedelengin bisa dilakukan siapa saja termasuk si jejaka sendiri. Pada sebuah
keriaan atau pesta perkawinan biasanya ada malem mangkat. Keriaan seperti ini
melibatkan partisipasi pemuda. Di sinilah ajang tempat bertemu dan saling kenalan
antara pemuda dan pemudi. Ngedelengin juga bisa dilakukan oleh orangtua
walaupun hanya pada tahap awalnya saja.
Setelah menemukan calon yang disukai, kemudian Mak Comblang
mengunjungi rumah si gadis. Setelah melalui obrolan dengan orangtua si gadis,
kemudian Mak Comblang memberikan uang sembe (angpaw) kepada si gadis.
Kemudian setelah ada kecocokan, sampailah pada penentuan ngelamar. Pada saat itu
Mak Comblang menjadi juru bicara perihal kapan dan apa saja yang akan menjadi
bawaan ngelamar.

b. Nglamar
Bagi orang Betawi, ngelamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari
pihak keluarga laki-laki (calon tuan mantu) untuk melamar wanita (calon none
mantu) kepada pihak keluarga wanita. Ketika itu juga keluarga pihak laki-laki
mendapat jawaban persetujuan atau penolakan atas maksud tersebut. Pada saat
melamar itu, ditentukan pula persyaratan untuk menikah, di antaranya mempelai
wanita harus sudah tamat membaca Al Quran. Yang harus dipersiapkan dalam
ngelamar ini adalah:
a. Sirih lamaran
b. Pisang raja
c. Roti tawar
d. Hadiah Pelengkap
e. Para utusan yang tediri atas: Mak Comblang, Dua pasang wakil orang tua dari
calon tuan mantu terdiri dari sepasang wakil keluarga ibu dan bapak.

c. Bawa tande putus


Tanda putus bisa berupa apa saja. Tetapi biasanya pelamar dalam adat betawi
memberikan bentuk cincin belah rotan sebagai tanda putus. Tande putus artinya
bahwa none calon mantu telah terikat dan tidak lagi dapat diganggu gugat oleh pihak
lain walaupun pelaksanaan tande putus dilakukan jauh sebelum pelaksanaan acara
akad nikah.
Masyarakat Betawi biasanya melaksanakan acara ngelamar pada hari Rabu
dan acara bawa tande putus dilakukan hari yang sama seminggu sesudahnya. Pada
acara ini utusan yang datang menemui keluarga calon none mantu adalah orang-
orang dari keluarga yang sudah ditunjuk dan diberi kepercayaan. Pada acara ini
dibicarakan:
a. apa cingkrem (mahar) yang diminta
b. nilai uang yang diperlukan untuk resepsi pernikahan
c. apa kekudang yang diminta
d. pelangke atau pelangkah kalau ada abang atau empok yanng dilangkahi
e. berapa lama pesta dilaksanakan
f. berapa perangkat pakaian upacara perkawinan yang digunakan calon none
mantu pada acara resepsi
g. siapa dan berapa banyak undangan.

d. Akad Nikah
Sebelum diadakan akad nikah secara adat, terlebih dahulu harus dilakukan
rangkaian pra-akad nikah yang terdiri dari:
a. Masa dipiare, yaitu masa calon none mantu dipelihara oleh tukang piara atau
tukang rias. Masa piara ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan,
kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu untuk menghadapi
hari akad nikah nanti.
b. Acara mandiin calon pengatin wanita yang dilakukan sehari sebelum akad
nikah. Biasanya, sebelum acara siraman dimulai, mempelai wanita dipingit
dulu selama sebulan oleh dukun manten atau tukang kembang. Pada masa
pingitan itu, mempelai wanita akan dilulur dan berpuasa selama seminggu
agar pernikahannya kelak berjalan lancar.
c. Acara tangas atau acara kum. Acara ini identik dengan mandi uap yang
tujuanya untuk membersihkan bekas-bekas atau sisa-sisa lulur yang masih
tertinggal. Pada prosesi itu, mempelai wanita duduk di atas bangku yang di
bawahnya terdapat air godokan rempah-rempah atau akar pohon Betawi. Hal
tersebut dilakukan selama 30 menit sampai mempelai wanita mengeluarkan
keringat yang memiliki wangi rempah, dan wajahnya pun menjadi lebih
cantik dari biasanya.
d. Acara ngerik atau malem pacar. Dilakukan prosesi potong cantung atau
ngerik bulu kalong dengan menggunakan uang logam yang diapit lalu
digunting. Selanjutnya melakukan malam pacar, di mana mempelai
memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar.

Setelah rangkaian tersebut dilaksanakan, masuklah pada pelaksanaan akad


nikah. Pada saat ini, calon tuan mantu berangkat menunju rumah calon none mantu
dengan membawa rombongannya yang disebut rudat. Pada prosesi akad nikah,
mempelai pria dan keluarganya mendatangi kediaman mempelai wanita dengan
menggunakan andong atau delman hias. Kedatangan mempelai pria dan keluarganya
tersebut ditandai dengan petasan sebagai sambutan atas kedatangan mereka. Barang
yang dibawa pada akad nikah tersebut antara lain:
a. sirih nanas lamaran
b. sirih nanas hiasan
c. mas kawin
d. miniatur masjid yang berisi uang belanja
e. sepasang roti buaya
f. sie atau kotak berornamen Cina untuk tempat sayur dan telor asin
g. jung atau perahu cina yang menggambarkan arungan bahtera rumah tangga
h. hadiah pelengkap
i. kue penganten
j. kekudang artinya suatu barang atau makanan atau apa saja yang sangat
disenangi oleh none calon mantu sejak kecil sampai dewasa.

Pada prosesi ini mempelai pria betawi tidak boleh sembarangan memasuki
kediaman mempelai wanita. Maka, kedua belah pihak memiliki jagoan-jagoan untuk
bertanding, yang dalam upacara adat dinamakan “Buka Palang Pintu”. Pada prosesi
tersebut, terjadi dialog antara jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian ditandai
pertandingan silat serta dilantunkan tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran.
Semua itu merupakan syarat di mana akhirnya mempelai pria diperbolehkan masuk
untuk menemui orang tua mempelai wanita.
Pada saat akad nikah, mempelai wanita Betawi memakai baju kurung dengan
teratai dan selendang sarung songket. Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi
asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong.
Kemudian pada dahi mempelai wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit yang
menandakan bahwa ia masih gadis saat menikah.
Sementara itu, mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, hem,
jas, serta kopiah, ditambah baju gamis berupa jubah Arab yang dipakai saat resepsi
dimulai. Jubah, baju gamis, dan selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta
topi model Alpie menjadi tanda haraan agar rumah tangga selalu rukun dan damai.
Setelah upacara pemberian seserahan dan akad nikah, mempelai pria
membuka cadar yang menutupi wajah pengantin wanita untuk memastikan apakah
benar pengantin tersebut adalah dambaan hatinya atau wanita pilihannya. Kemudian
mempelai wanita mencium tangan mempelai pria. Selanjutnya, keduanya
diperbolehkan duduk bersanding di pelaminan (puade). Pada saat inilah dimulai
rangkaian acara yang dkenal dengan acara kebesaran. Adapun upacara tersebut
ditandai dengan tarian kembang Jakarta untuk menghibur kedua mempelai, lalu
disusul dengan pembacaan doa yang berisi wejangan untuk kedua mempelai dan
keluarga kedua belah pihak yang tengah berbahagia.

e. Acare Negor
Sehari setelah akad nikah, Tuan Penganten diperbolehkan nginep di rumah
None Penganten. Meskipun nginep, Tuan Penganten tidak diperbolehkan untuk
kumpul sebagaimana layaknya suami-istri. None penganten harus mampu
memperthankan kesuciannya selama mungkin. Bahkan untuk melayani berbicara
pun, None penganten harus menjaga gengsi dan jual mahal. Meski begitu,
kewajibannya sebagai istri harus dijalankan dengan baik seperti melayani suami
untuk makan, minum, dan menyiapkan peralatan mandi.
Untuk menghadapi sikap none penganten tersebut, tuan penganten
menggunakan strategi yaitu dengan mengungkapkan kata-kata yang indah dan juga
memberikan uang tegor. Uang tegor ini diberikan tidak secara langsung tetapi
diselipkan atau diletakkan di bawah taplak meja atau di bawah tatakan gelas.

f. Pulang Tige Ari


Acara ini berlangsung setelah tuan raje muda bermalam beberapa hari di
rumah none penganten. Di antara mereka telah terjalin komunikasi yang harmonis.
Sebagai tanda kegembiraan dari orangtua Tuan Raje Mude bahwa anaknya
memperoleh seorang gadis yang terpelihara kesuciannya, maka keluarga tuan raje
mude akan mengirimkan bahan-bahan pembuat lakse penganten kepada keluarga
none mantu.
 Adat Menetap setelah Menikah
Dalam masyarakat dan kebudayaan Betawi, adat tidak menentukan di
lingkungan mana pengantin baru itu harus tinggal menetap. Pengantin baru
diberi kebebasan memilih di mana mereka akan menetap. Walaupun pada
masyarakat dan kebudayaan Betawi berlaku pola menetap yang ambilokal atau
utrolokal, tetapi ada kecenderungan pada pola menetap yamg matrilokal atau
unorilokal dewasa ini.

2.3 Lagu-Lagu Bewati


a) Lirik / Syair Lagu Jali-Jali

ini dia si jali-jali

lagunya enak lagunya enak merdu sekali

capek sedikit tidak perduli sayang

asalkan tuan asalkan tuan senang di hati

palinglah enak si mangga udang

hei sayang disayang pohonnya tinggi pohonnya tinggi buahnya jarang

palinglah enak si orang bujang sayang

kemana pergi kemana pergi tiada yang m’larang

disana gunung disini gunung

hei sayang disayang ditengah tengah ditengah tengah kembang melati

disana bingung disini bingung sayang

samalah sama samalah sama menaruh hati


jalilah jali dari cikini sayang

jali-jali dari cikini jalilah jali sampai disini

Sejarah Lagu Jali Jali di yakini oleh Beberapa kelompok  lahir,


dikembangkan, dan dipopulerkan oleh kaum China peranakan Jakarta melalui music
tradisional mereka, gambang kromong.
Sementara penduduk asli Jakarta, yaitu orang Betawi, mengakui bahwa
merekalah ibu kandung yang sah dari lagu tersebut. Orang Betawi memang
mengenal musik gambang kromong.
Lagu “Jali-Jali” kerap dimainkan oleh kaum China peranakan, tetapi asal-
muasal ide lagu itu mestinya dari khazanah budaya Betawi. Hal itu lantaran di dalam
kebudayaan Betawi, “Jali-Jali” mendapat apresiasi yang tinggi.
Jali-Jali adalah sejenis tanaman perdu yang selalu ada di pekarangan rumah
orang Betawi. Sejak masa kanakkanak, orang Betawi sudah akrab dengan buah jali-
jali. Anak-anak menjadikan buah itu sebagai pelor senapan mainan yang mereka
buat dari bilah bambu dan karet gelang. Ibu-ibu suku Betawi sewaktu-waktu
mengolahnya menjadi bubur yang populer disebut ‘bubur jali’. Sementara para gadis
remajanya meronce jali-jali sebagai tirai pintu kamar mereka. Sedangkan para alim
ulama Betawi menjadikannya sebagai biji-biji tasbih untuk berzikir. Lantas, secara
bersama, kaum Betawi mencomot dan mengabadikan nama buah itu ke dalam
perbendaharaan bahasa mereka ‘jali’ yang berarti‘ bersih dan rapi’. Orang indo—
sebutan untuk orang peranakan atau hasil perkawinan silang orang Indonesia dengan
orang dari negara lain—pun harus diperhitungkan sebagai pihak yang paling
bertanggung jawab atas keberadaan lagu “Jali-Jali”. Lagu tersebut memang sering
dimainkan dalam orkes keroncong paraindo. Bahkan, menjadi salah satu lagu
penting para “buaya keroncong” alias mereka yang keterlaluan cintanya pada
keroncong.

b) Lirik Lagu Kicir-Kicir

Kicir kicir ini lagunya


Lagu lama ya tuan dari Jakarta

Saya menyanyi ya tuan memang sengaja

Untuk menghibur menghibur hati nan duka

Burung dara burung merpati

Terbang cepat ya tuan tiada tara

Bilalah kita ya tuan suka menyanyi

badanlah sehat ya tuan hati gembira

Buah mangga enak rasanya

Si manalagi ya tuan paling ternama

Siapa saya ya tuan rajin bekerja

pasti menjadi menjadi warga berguna

Siapa yang tak mengenal lagu “Kicir-Kicir”? Sudah barang tentu lagu ini
dikenal banyak orang Karen kerap dinyanyikan di acara perayaan. Setiap
tahunnya lagu ini didendangkan dalam acara ulang tahun Kota Jakarta oleh artis-
artis ibu kota. Lagu ini sebenarnya muncul dari tradisi pantun nusantara, terutama
pengaruh dari pantun melayu dan syair. Hal tersebut terlihat dari lirik lagu ini
yang terikat oleh rima, jumlah suku kata, dan larik persis seperti pantun dan syair.
Pada larik pertama dan kedua di setiap baitnya berisi sampiran dan di dua larik
selanjutnya terdapat isi. Hal inilah yang menandakan bahwa lagu ini merupakan
pengembangan dari bentuk pantun dan syair. Budaya Betawi memang erat
kaitannya dengan budaya Melayu dan Cina. Oleh sebab itu, khalayak akan
melihat jejak-jejak perpaduan budaya Melayu dan Cina pada beberapa atau
sebagian besar produk budaya Betawi, salah satunya melalui lagu daerahnya.
Keterkaitan antara budaya betawi dan melayu terlihat dari bahasa yang
digunakan masyarakat betawi. Pada pada dasarnya mereka mennggunakan bahasa
melayu, namun kemudian bahasa-bahasa lainnya diserap oleh oran-orang melayu.
Misalnya, bahasa sunda, jawa, belanda, portugis, dan cina.
Selain bahasa, arsitektur rumah betawi sebenarnya dipengaruhi oleh
arsitektur rumah melayu. Pada awalnya rumah panggung adalah rumah orang
melayu betawi sama halnya rumah orang melayu asli. Ciri khasnya ialah di atap
rumah tersebut terdapat lembayung. Ciri khas ini masih terlihat pada rumah di
daerah Bekasi tepatnya di Desa Kedokan yang diduga didirikan oleh Pangeran
Sake pada akhir abad ke-17. Namun, pada perkembangannya Rumah kebaya lebih
disukai karena proses pembuatannya yang lebih sederhana. Lantai pada rumah
kebaya dibuat lebih tinggi, hal ini untuk mempertahankan unsur rumah panggung
melayu.
Dari paparan yang cukup panjang di atas, dapat ditangkap beberapa hal
yang menjadi kesamaan akibat budaya yang saling memegaruhi, yaitu dari segi
bahasa, arsitektur, dan lagu. Kembali pada lagu kicir-kicir. Seperti yang telah
disebutkan bahwa pada lagu ini kerap dinyanyikan di acara ulang tahun kota
Jakarta oleh artis-artis ibu kota. Artinya, hingga saat ini “Kicir-Kicir” telah
berkembang dalam versi atau aransemen yang lebih modern. Misalnya, lagu ini
diaransemen dengan musik elektronik atau band, atau lagu ini digubah ulang
melalui musik hip-hop atau rap. Padahal versi aslinya lagu Kicir-kicir diiringi
oleh orkes tanjidor.

2.4 Makanan Khas Betawi


Tak bisa dipungkiri, salah satu daya tarik wisata di Jakarta adalah makanan khas
Betawi. Meski masyarakat Betawi sendiri sudah semakin tergusur ke pinggiran akibat
pembangunan kota, namun salah satu hasil budaya mereka berupa makanan khas
Betawi masih bisa ditemukan di Jakarta.

a. Kerak Telor
Kerak telor merupakan salah satu makanan khas daerah Betawi. Makanan ini
dibuat dari bahan-bahan antara lain seperti beras ketan putih, telur ayam atau telur
bebek, ebi (udang kering) dan parutan kelapa yang disangrai kering, serta bawang
goreng, cabai merah, kencur, jahe, merica, garam dan gula pasir sebagai bumbu
pelengkapnya.
Cara membuat makanan ini cukup unik karena tidak dimasak di atas kompor
namun dimasak diatas bara api. Pedagang kerak telor sesekali membalikkan wajan
agar permukaan dari kerak telor tersebut juga terpanggang dan matang merata sambil
dikipas-kipas agar bara api tetap menyala. Setelah kering dan matang kerak telor siap
untuk disajikan
Kerak telor terbuat dari bahan-bahan yaitu ketan putih, telur ayam atau bebek,
bawang merah goreng, udang goreng, cabai merah, kencur, jahe, kelapa sangrai,
gula, garam, dan merica. Kerak telor memiliki rasa yang gurih dan enak dinikmati
selagi hangat.
b. Semur Jengkol
Semur jengkol merupakan satu-satunya makanan khas betawi yang tak
terbantahkan lagi keasliannya. Masakan khas betawi yang lain mungkin ada
kembarannya di daerah lain tetapi semur jengkol hanya ada di daerah Betawi saja.
Orang Betawi mampu membuat jengkol menjadi hidangan semur yang lezat. Untuk
menghilangkan baunya, jengkol biasa di rendam di air kapur atau air dari rebusan
tangkai padi. Dahulu, daerah Pondok Gede dan Lubang Buaya merupakan daerah di
Jakarta yang banyak terdapat pohon jengkol.
c. Nasi Uduk
Hampir semua masyaraka Jakarta (sekalipun bukan orang Betawi) mengenal
nasi uduk. Nasi uduk sangat familiar sebagai sarapan di Jakarta. Mirip dengan nasi
liwet, nasi uduk yang terbuat dari beras putih dimasak bumbu-bumbu. Bumbu-
bumbu nasi uduk tersebut seperti garam, santan, daun serai, daun salam, dan daun
jeruk. Rasa nasi uduk sangat lezat dan gurih. Nasi uduk biasa dimakan dengan telur
dadar yang diiris, semur jengkol, ayam goreng, empal, kentang balado, dan sambal
kacang.

d. Ketupat Sayur/ Lontong Sayur


Ketupat sayur merupakan makanan khas Betawi yang biasa dijadikan sebagai
menu sarapan. Ketupat sayur terbuat dari irisan ketupat/ lontong dengan kuah santan
yang gurih. Taburan ketupat sayur berupa bawang goreng, kacang kedelai, dan
kerupuk/emping.
e. Gado-Gado
Gado-gado merupakan salah satu kuliner kebanggan Indonesia. Orang asing
menyebut gado-gado dengan sebutan ‘seladanya orang Indonesia’. Gado-gado berisi
lontong/ ketupat, sayuran, kerupuk dan bawang goreng. Gado-gado bisa disantap
pada saat sarapan, makan siang, ataupun makan malam. Di Jakarta, banyak sekali
penjual gado-gado.

f. Laksa Betawi
Laksa berasal dari daerah Cibinong yang kemudian merambah ke Jakarta
dengan sebutan Laksa Betawi. Pengusaha Laksa Betawi biasanya orang Cina
Betawi. Laksa merupakan jenis makanan sepinggan yang berkuah. Laksa berisi
bihun, telur, perkedel, daun kemangi, dan daun kucai. Kuliner yang mendapat
pengaruh dari Cina ini memiliki citarasa yang gurih dan manis.
g.  Soto Betawi
Soto Betawi berkuah santan dengan isi daging sapi, tomat, dan kentang. Rasa
soto betawi ini sangat lezat dan gurih. Daging soto betawi terasa empuk, dan
kuahnya terasa gurih. Makanan sepinggan khas betawi ini sangat cocok disantap
dengan nasi putih sebagai makan siang.

h. Soto Tangkar
Makanan khas yang satu ini lahir pada masa penjajahan Belanda. Pada saat
itu, orang Betawi hanya mampu membeli iga sapi yang sedikit dagingnya (tangkar).
Kemudian, orang Betawi menyulapnya menjadi soto yang enak. Kini, soto tangkar
ditambah dengan daging dan jeroan. Soto tangkar berkuah santan tetapi rasanya
tidak terlalu ‘berat’.
i. Kue Cubit
Kue Cubit berbentuk mungil dengan taburan cokelat meises di atasnya, paling
enak kalau dimakan saat kue Cubit baru diangkat dari loyang kue, rasanya manis,
terbuat dari tepung terigu, namanya kue Cubit, karena pada saat mengambil kue
tersebut seperti orang yang hendak mencubit di bagian tengah kue.

j. Roti Buaya
Buaya adalah binatang yang paling setia dengan pasangannya. Buaya
berbentuk roti dalam masyarakat Betawi merupakan representasi dari kesetiaan.Oleh
karena itu harus diberikan sepasang. Roti buaya adalah salah satu prasyarat yang
harus ada dalam upacara pernikahan Betawi.Roti buaya ini berbentuk buaya kecil
yang lucu.Namun sayang, roti ini juga sekarang mulai sulit didapatkan.Toko-toko
roti modern lebih banyak menjual berbagai jenis roti dari luar dari pada roti khas
Betawi ini.

k. Bir Pletok
Bir pletok adalah salah satu minuman khas Betawi. Embel-embel bir pada
minuman ini bukan berarti mengandung alkohol. Bir pletok justru merupakan
minuman kebugaran dari rempah alami yang memiliki beragam khasiat. Salah
satunya, bisa mengatasi masalah sulit tidur alias insomnia. Orang Betawi juga gemar
minum bir lho. Tapi jangan salah, bir yang satu ini terbuat dari rempah-rempah yang
aman untuk dikonsumsi. Pada acara-acara adat Betawi, biasanya bir pletok disajikan
bersama dengan camilan-camilan khas Betawi lainnya. Bir ini terbuat dari rempah-
rempah seperti jahe merah, kayu angin, kayu manis, serai, kapulaga, dan sebagainya.
Minuman ini memiliki sensasi hangat ketika diminum dan cocok diminum dimalam
hari atau pada saat udara dingin.
l. Es Selendang Mayang
Bagi masyarakat khususnya masyarakat Betawi pasti tidak asing mendengar
jenis minuman yang juga mengenyangkan dengan nama selendang mayang.
Minuman ini dapat mengenyangkan karena bahan utama dari selendang mayang
yaitu tepung sagu dan tepung beras yang berbentuk kue seperti agar-agar serta
disiram dengan kuah santan yang gurih dan segar. Warna merah atau hijau dari
adonan kue yang seperti agar-agar dan disajikan dalam potongan kotak-kotak yang
berpadu dengan warna putih santan membuat tampilannya mengingatkan kita
dengan bentuk selendang maka dari itu minuman khas betawi ini disebut selendang
mayang. Sayangnya akhir-akhir ini minuman ini sudah mulai sulit ditemukan, tetapi
masih ada beberapa penjual yang menjual selendang mayang yang dapat Anda temui
di kawasan Kota Tua, Glodok, dan kawasan Kelapa Gading. Selendang Mayang
merupakan jajanan asli betawi yang sudah jarang keberadaannya saat ini sebagai
salah satu makanan tradisional Indonesia. Warnanya yang beraneka ragam, seperti
merah, hijau, dan putih, membuat makanan ini disebut Selendang Mayang yang juga
mempunyai banyak warna. Meskipun hanya berbahan dasar sagu aren dan dengan
siraman kuah santan dan gula merah, jajanan ini masih diminati oleh para penikmat
kuliner.
2.5 Permainan Khas Betawi
a. Congklak
Alat dari permainan ini adalah sebuah papan yang disebut papan congklak,
tebalnya sekitar 5 atau 6 cm, lebarnya sekitar 20 cm dan panjangnya sekitar 60 atau
70 cm. Ujung kedua papan dibentuk setengah lingkaran dan pada kedua ujung papan
itu ada lubang bundar berdiameter sekitar 6 atau 7 cm. Kemudian, di tepi kiri dan
kanan terdapat lubang-lubang bundar berdiameter kira-kira 5 cm, masing-masing tepi
berjumlah 7 buah lubang. Setiap lubang diisi masing-masing dengan 7 buah biji
berupa keong-keong kecil.
Cara bermainnya, pemain yang terdiri dari dua orang mula-mula secara
bersama-sama memindahkan biji-biji yang ada di lubang sebelah kiri dimasukan satu
per satu ke lubang berikutnya, termasuk lubang paling besar yang ada di ujung papan.
Pemain yang kalah adalah pemain yang kehabisan biji yang harus dipindahkan.

b. Bentangan
Bentengan adalah permainan yang dimainkan oleh dua kelompok, masing-
masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu
tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batang pohong, atau pilar yang
dianggap sebagai benteng. Sebelum memulai permainan, pemain harus melakukan
“Hompimpah”, yang kalah dari “Hompimpah” harus jaga. Tiap pemain menepati
bentengan, sedangkan yang jaga berdiri di tengah. Tiap pemain yang berada di
bentengan berusaha bertukar bentengan dengan pemain lain (tukar tempat). Ketika
bertukar tempat, maka resikonya benteng yang ditinggal bisa direbut oleh penjaga.
Bila penjaga berhasil merebut, maka dia bisa menempati bentengan dan pemain yang
tadi akan menjadi penjaga. Yang menjadi penjaga harus waspada dan harus jeli
mengawasi pemain yang akan bertukar benteng, karena harus merebutnya.

c. Ular Naga Panjang.


Permainan ini memiliki nama yang berbeda dari setiap daerah, tetapi tata cara
permainan dan aturannya tetap sama yang membedakan hanya lagu dan dialognya
saja, selain untuk meningkatkan perkembangan kecerdasan emosional anak,
permainan ini juga dapat melatih motorik karena banyak menggunakan gerak.
Permainan ini biasanya dimainkan pada waktu sore dan malam hari, dilapangan atau
tempat yang luas. Cara Bermain Ular Naga:
1. Permainan ini dimainkan oleh sekitar 5-12 anak.
2. Pada awal permaianan beberapa anak mengajukan menjadi Induk dan Gerbang,
sisianya kita namai dengan anak.
3. Anak-anak yang menjadi anak berbaris dan berdiri dibelakang Induk sambil
memegang baju anak yang ada didepannya.
4. Barisan Ular Naga berlalan disekitar Gerbang, ke kanan ke kiri sambil
menyanyikan lagu Ular Naga.
5. Pada saat tertentu Ular Naga Memasuki Gerbang dan menyanyikan lagu "kosong
kosong kosong isi isi isi" sampai anak yang terakhir di buntut ular ditangkap
(Gerbang menutup dan melingkari anak terakhir dengan tangan-tangan mereka
yang masih berkait) 
6. Setelah itu, si Induk --dengan semua anggota barisan berderet di belakangnya
akan berdialog dan berbantah-bantahan dengan kedua Gerbang perihal anak yang
ditangkap. Seringkali perbantahan ini berlangsung seru dan lucu, sehingga anak-
anak ini saling tertawa. Sampai pada akhirnya, si anak yang tertangkap akan
memilih di antara dua pilihan, dan berdasarkan pilihannya, ditempatkan di
belakang salah satu Gerbang. 
7. Permainan akan dimulai kembali. Dengan terdengarnya nyanyi, Ular Naga
kembali bergerak dan menerobos Gerbang, dan lalu ada lagi seorang anak yang
ditangkap. Perbantahan lagi. Demikian berlangsung terus, hingga Induk akan
kehabisan anak dan permainan selesai.

Potensi edukatif dari permainan  ular  naga sangat baik untuk mengembangkan
kemampuan  emosional, pada dasarnya usia anak adalah usia bermain maka usaha  
pengembangan kecerdasan emosional anak  lebih tepat bila menggunakan permainan.
Permainan ular naga  juga mengajarkan anak mengutamakan  partnership,  karena
dalam permainan ular naga  ini  anak berinteraksi dengan  teman sebayanya,  inilah
yang menjadi wahana untuk bersosialisasi  dan berempati. Keterampilan  berbahasa
yang dapat distimulasi  melalui permainan ini misalnya kosa kata yang  muncul pada
saat anak bermain (si Induk dan Gerbang saling berbantahan), keterampilan  sosial
yang dilatih dalam permainan ini di  antaranya kemauan mengikuti dan mematuhi 
aturan permainan, bermain secara bergiliran. Kemampuan emosional anak juga dapat
dilatih  dengan kemauan anak untuk menghargai orang  lain, merasakan kekalahan
dan kemenangan  pada saat bermain. Perkembangan kemampuan  emosi menurut
pendapat dari Goleman, merupakan aplikasi energi  dari berpikir dan bertindak,serta
rasa senang, bahkan sedih, yang dapat membantu anak dalam menentukan dan
menjalankan tujuan hidupnya.
BAB III
PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan daerah. Salah satu kebudayaan
daerah yang di miliki Indonesia adalah kebudayaan Betawi. kebudayaan suku Betawi
merupakan kebudayaan asli kota Jakarta dan memiliki jenis pernikahan, permainan
bewati, makanan, minuman dan kue khas betawi dan lagu yang khas betawi. Semua itu
adalah suatu keanekaragaman kebudayaan yang di miliki Indonesia yang harus dijaga
kelestariannya. Upaya pelestarian tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Namun, perlu
didukung dan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri agar seni dan kebudayaan betawi
dapat terjaga kelestariannya.
DAFTAR PUSAKA

http://pernikahanadat.blogspot.com/2010/01/pernikahan-adat-betawi.html

https://www.academia.edu/6575340/
Makalah_Perkawinan_Adat_Betawi_gudangmakalahmu_blogspot_com_

ttp://cahyadiblogsan.blogspot.com/2012/04/sejarah-ular-naga.html

http://anotherstroryoflife.blogspot.com/2011/02/permainan-khas-betawi.html

http://mbokr02.wordpress.com/2013/lagu-lirik-lagu-jali-jali.html

Anda mungkin juga menyukai