Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
ini membahas tentang "Suku Bugis".Kami menyusun makalah ini untuk memenuhi
tugas mata pelajaran IPS.
Dalam pembuatan makalah ini, kami memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
terutama diri kami pribadi dan dapat menambah wawasan tentang suku dan budaya
yang ada di Indonesia, khususnya suku bugis.
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................ 16
B. Saran ....................................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah negara kepulauan yang
memiliki bermacam-macam suku, kebudayaan dan bangsa. Kebudayaan yang
beraneka ragam tersebut tentu dapat terjadi karena perbedaan suku yang
sangat terlihat pada setiap wilayah dan daerah di Indonesia. Kebudayaan ini
tentu saja harus kita pelihara dan lestarikan keberadaannya, ini merupakan
bekal untuk generasi yang akan datang agar mereka juga bisa mengetahui dan
melihat keindahan, keunikkan dan keaslian dari kebudayaan tersebut. Pada
kesempatan kali ini, penulis ingin memberitahu tentang salah satu
kebudayaan yang ada di Indonesia. Khususnya kebudayaan yang berada di
daerah Sulawesi Selatan yaitu “SUKU BUGIS”.
Suku Bugis adalah salah satu suku yang berdomisili di Sulawesi
Selatan. Ciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat,
Diperkirakan populasi orang Bugis mencapai angka enam juta jiwa. Kini
orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, Kalimantan.
Suku Bugis hidup dari berburu, menangkap ikan, bertani, beternak dan
kerajinan. Mereka yang tinggal dipegunungan hidup dari bercocok tanam,
sedang yang dipesisir hidup sebagai nelayan. Mereka dikenal sebagai
pedagang barang kelontong, juga terkenal sebagai pelaut yang sering
merantau & menyebar ke seluruh Indonesia. Pakaian tradisional mereka
bernama Wajo Ponco, yang diperkirakan muncul dari pengaruh Melayu.
Sekarang baju ini hanyak untuk upacara-upacara, tarian dan penjemputan
secara adat. Bahasa mereka adalah bahasa Ugi yang terbagi dalam beberapa
dialek, seperti Luwu, Wajo, Bira, Selayar, Palaka, Sindenneng dan Sawito.
Makanan utama mereka yaitu beras dan jagung. Mereka memiliki minuman
khas seperti tuak, sarabba dan air tape.
1
Di kalangan orang Bugis masih hidup diantara aturan-aturan yang
dianggap luhur dan keramat yang dinamakan Panngaderreng atau
panngadakkang. Diartikan sebagai keseluruhan norma yang meliputi
bagaimana seseorang harus bertingkah-laku terhadap sesama manusia dan
terhadap pranata sosialnya secara timbal balik (etika).
B. Rumusan Masalah
1. Bagai mana definisi suku Bugis ?
2. Bagaimana sejarah suku bugis yang pernah ada dalam suku bugis ?
3. Seerti apa karakteristik suku bugis ?
4. Nilai budaya apa saja yang terkandung dalam suku bugis?
5. Seperti apa sitem kekerabatan dalam suku bugis?
6. Apa saja mata pencaharian Suku Bugis ?
7. Bagai mana dengan pemukiman suku bugis ?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui Bagai mana definisi suku Bugis ?
2. Dapat memahami Bagaimana sejarah suku bugis yang pernah ada dalam
suku bugis ?
3. Dapat mengetahui Seerti apa karakteristik suku bugis ?
4. Dapat menilihat Nilai budaya apa saja yang terkandung dalam suku
bugis?
5. Dapat memahami Seperti apa sitem kekerabatan dalam suku bugis?
6. Dapat memahami Apa saja mata pencaharian Suku Bugis ?
7. Dapat memahami Bagai mana dengan pemukiman suku bugis ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sulawesi khususnya di Sulawesi Selatan. Suku Bugis adalah suku yang sangat
menjunjung tinggi harga diri dan martabat. Suku ini sangat menghindari
tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat
seseorang. Jika seorang anggota keluarga melakukan tindakan yang membuat
malu keluarga, maka ia akan diusir atau dibunuh. Namun, adat ini sudah
luntur di zaman sekarang ini. Tidak ada lagi keluarga yang tega membunuh
anggota keluarganya hanya karena tidak ingin menanggung malu dan
tentunya melanggar hukum. Sedangkan adat malu masih dijunjung oleh
masyarakat Bugis kebanyakan. Walaupun tidak seketat dulu, tapi setidaknya
masih diingat dan dipatuhi.
b. Tari Kipas
Tari kipas Merupakan tarian yang memrtunjukan kemahiran para
gadis dalam memainkan kipas dengan gemulai alunan lagu.
4
2. Adat Istiadat Suku Bugis
Dalam budaya suku bugis terdapat tiga hal yang bisa memberikan
gambaran tentang budaya orang bugis, yaitu konsep ade, siri na pesse dan
simbolisme orang bugis adalah sarung sutra.
a. Konsep Ade
Ade yang dalam bahasa Indonesia adalah adat istiadat. Bagi
masyarakat bugis, ada empat jenis adat yaitu :
Ade Maraja, yang dipakai dikalangan Raja atau Para
Pemimpin.
Ade Poraonro, yaitu adat yang sudah dipakai sejak lama
dimasyarakat secra turun temurun.
Ad assamaturukeng, yaitu peraturan yang sudah ditentukan
melalui kesepakatan.
Ade abiasang, adat yang dipakai dari dulu sampai sekarang
dan sudah diterapkan dalam masyarakat.
b. Konsep siri’
Makna “siri” dalam masyarakat bugis sangat begitu berarti
sehingga ada sebuah pepatah bugis yang mengatakan “SIRI
PARANRENG, NYAWA PA LAO”, yang artinya : “Apabila harga
diri telah terkoyak, maka nyawa lah bayarannya”.Begitu tinggi
makna dari siri ini hingga dalam masyarakat bugis, kehilangan harga
5
diri seseorang hanya dapat dikembalikan dengan bayaran nyawa
oleh si pihak lawan bahkan yang bersangkutan sekalipun.
Siri’ Na Pacce secara lafdzhiyah Siri’ berarti : Rasa Malu
(harga diri), sedangkan Pacce atau dalam bahasa Bugis disebu Pesse
yang berarti : Pedih/Pedas (Keras, Kokoh pendirian). Jadi Pacce
berarti semacam kecerdasan emosional untuk turut merasakan
kepedihan atau kesusahan individu lain dalam komunitas (solidaritas
dan empati).
6
tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan banyaknya
orang Bugis bermigrasi terutama di daerah pesisir. Selain itu budaya
merantau juga didorong oleh keinginan.
Upacara perkawinan dalam suku Bugis disebut Mappabotting
sementara itu istilah perkawinan dalam suku bugis disebut siala yang
mempunyai arti saling mengambil satu sama lain. Perkawinan adalah
ikatan timbal balik antara dua manusia berlainan jenis kelamin untuk
menjalin sebuah hubungan kekeluargaan. Istilah perkawinan dalam
suku Bugis juga bisa disebut mabinne berarti menanam benih,
maksudnya menanam benih dalam kehidupan rumah tangga.
7
b. Perkawinan yang dilarang atau sumbang (salimara’) adalah
perkawinan antara :
Anak dengan ibu atau ayah.
Saudara sekandung.
Menantu dan mertua.
Paman atau bibi dengan kemenakannya.
Kakek atau nenek dengan cucu.
c. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sebelum perkawinan
adalah
Mappuce-puce,
yaitu kunjungan dari keluarga si laki-laki kepada keluarga si
gadis untuk mengadakan peminangan.
Massuro,
yaitu kunjungan dari utusan pihak keluarga laki-laki kepada
keluarga si gadis untuk membicarakan waktu pernikahan, jenis
sunreng (mas kawin), dan sebagainya.
Maduppa,
yaitu pemberitahuan kepada seluruh kaum kerabat mengenai
perkawinan yang akan datang.
8
adat suku Bugis Makassar dapat di bedakan berdasarkan status sosial
orang yang menempatinya,
a. Rumah Saoraja (Sallasa) berarti rumah besar yang di tempati oleh
keturunan raja (kaum bangsawan)
b. bola adalah rumah yang di tempati oleh rakyat biasa.
Tipologi kedua rumah ini adalah sama-sama rumah panggung,
lantainya mempunyai jarak tertentu dengan tanah, bentuk denahnya
sama yaitu empat persegi panjang. Perbedaannya adalah saoraja dalam
ukuran yang lebih luas begitu juga dengan tiang penyangganya, atap
berbentuk prisma sebagai penutup bubungan yang biasa di sebut timpak
laja yang bertingkat-tingkat antara tiga sampai lima sesuai dengan
kedudukan penghuninya.
9
Badan rumah tediri dari beberapa bagian rumah seperti: · lotang
risaliweng, Pada bagian depan badan rumah di sebut yang berfungsi
sebagai ruang menerima tamu, ruang tidur tamu, tempat
bermusyawarah, tempat menyimpan benih, tempat membaringkan
mayat sebelum dibawa ke pemakaman. Lotang ritenggah atau Ruang
tengah, berfungsi sebagai tempat tidur kepala keluarga bersama isteri
dan anak-anaknya yang belum dewasa, hubungan social antara sesame
anggota keluarga lebih banyak berlangsung disini.
Lontang rilaleng atau ruang belakang, merupakan merupakan
tempat tidur anak gadis atau orang tua usia lanjut, dapur juga di
tempatkan pada ruangan ini yang dinamakan dapureng atau jonghe.
Rakkeang ialah loteng yang berfungsi sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian seperti padi, jagung, kacang dan hasil perkebunan
lainnya. Sebagaimana halnya unsur-unsur kebudayaan lainnya maka
teknologi arsitektur tradisionalpun senantiasa mengalami perubahan
dan perkembangan.
Hal ini juga mempengaruhi arsitektur tradisional suku bangsa bugis
antara lain bola ugi yang dulunya berbentuk rumah panggung sekarang
banyak yang di ubah menjadi rumah yang berlantai batu. Agama Islam
juga memberi pengaruh kepada letak dari bagian rumah sekarang yang
lebih banyak berorientasi ke Kabah yang merupakan qiblat umat Isalam
di seluruh dunia. Hal tersebut di karenakan budaya Islam telah
membudaya di kalangan masyarakat bugis makassar, symbol-simbol
yang dulunya di pakai sebagai pengusir mahluk halus yang biasanya
diambil dari dari jenis tumbuh-tumbuhan dan binatang tertentu dig anti
dengan tulisan dari ayat-ayat suci Al-Qur’an.
10
yang dikenal dengan sebutan kain Muslin (Eropa), Maisolos (Yunani
Kuno), Masalia (India Timur), atau Ruhm (Arab) pertama kali
diperdagangkan di kota Dhaka, Bangladesh. Hal ini merujuk pada
catatan seorang pedagang Arab bernama Sulaiman pada abad ke-19.
Sementara pada tahun 1298, dalam buku yang berjudul “The Travel of
Marco Polo”, Marco Polo menggambarkan kalau kain Muslim dibuat
di Mosul (Irak) dan diperdagangkan oleh pedagang yang disebut
Musolini.
Namun kain yang ditenun dari pilinan kapas yang dijalin dengan
benang katun ini sudah lebih dahulu dikenal oleh masyarakat Sulawesi
Selatan, yakni pada pertengahan abad ke-9, jauh sebelum masyarakat
Eropa yang baru mengenalnya pada abad ke-17, dan populer di Perancis
pada abad ke-18. Kain Muslim memiliki rongga-rongga dan jarak
benang-benangnya yang renggang membuatnya terlihat transparan dan
cocok dipakai di daerah tropis dan daerah-daerah yang beriklim panas.
Sesuai dengan namanya “bodo” yang berarti pendek, baju ini
memang berlengan pendek. Dahulu Baju Bodo dipakai tanpa baju
dalaman sehingga memperlihatkan payudara dan lekuk-lekuk dada
pemakainya, dan dipadukan dengan sehelai sarung yang menutupi
bagian pinggang ke bawah badan. Namun seiring dengan masuknya
pengaruh Islam di daerah ini, baju yang tadinya memperlihatkan aurat
pun mengalami perubahan. Busana transparan ini kemudian
dipasangkan dengan baju dalaman berwarna sama, namun lebih terang.
Sedangkan busana bagian bawahnya berupa sarung sutera berwarna
senada.
11
Gambar Baju Bodo adalah Pakaian Adat Wanita Bugis Makasar
12
juga tak ketinggalan untuk mengenakan aksesoris pelengkap pakaian
yang digunakan. Beberapa aksesoris diantaranya adalah ; gelang, keris,
selempang atau rante sambang, saputangan, dan sigarak atau hiasan
penutup kepala.
13
7. Makanan Khas Suku Bugis
Salah satu makanan khas dari suku Bugis ialah Buras atau biasa
disebut juga burasa. Buras sebenarnya tidak jauh berbeda juga dengan
olahan berbahan dasar beras lainnya, seperti halnya Ketupat. Apa lagi,
Ketupat sudah menjadi tradisi juga yang harus disajikan saat hajatan
khusus keluarga dan hari-hari besar keagamaan tiba. Bahkan, memakan
Ketupat juga wajib dengan campuran kari ayam, daging, dan telur.
Akan tetapi, rasa Buras yang sangat berbeda dengan Ketupat. Karena
Buras dimasak khusus dengan campuran santan. Makanya saat Buras
dicicipi berasa gurih dan aromanya yang begitu khas. Buras sendiri,
oleh sejumlah orang-orang Suku Bugis memakannya dengan beberapa
campuran makanan lainnya. Seperti kari ayam, daging, dan telur. Tiga
campuran makanan ini harus wajib disediakan menemani Buras saat
hajatan keluarga digelar.
D. SISTEM KEKERABATAN
Sebagai mana telah dijelaskan diawal tadi bahawa suku bugis ini
memiliki sistem kekerabatan yang sangat baik dengan keluarganya hal itu
dikarenakan bahwa Suku ini sangat menghindari tindakan-tindakan yang
mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat seseorang. Jika seorang
anggota keluarga melakukan tindakan yang membuat malu keluarga, maka ia
akan diusir atau dibunuh. Namun, adat ini sudah luntur di zaman sekarang ini.
Tidak ada lagi keluarga yang tega membunuh anggota keluarganya hanya
karena tidak ingin menanggung malu dan tentunya melanggar hukum.
Sedangkan adat malu masih dijunjung oleh masyarakat Bugis kebanyakan.
14
Dan untuk perkawinannya Walaupun tidak seketat dulu, tapi setidaknya
masih diingat dan dipatuhi.
Perkawinan yang ideal di Makassar sebagai berikut.
1. Assialang Marola adalah perkawinan antara saudara sepupu sederajat
kesatu baik dari pihak ayah/ibu.
2. Assialanna Memang adalah perkawinan antara saudara sepupu sederajat
kedua baik dari pihak ayah/ibu.
Perkawinan yang dilarang adalah perkawinan anak dengan ayah/ibu
dan menantu dengan mertua. Kegiatan-kegiatan sebelum perkawinan,
meliputi:
1. Mappuce-puce adalah meminang gadis,
2. Massuro adalah menentukan tanggal pernikahan,
3. Maddupa adalah mengundang dalam pesta perkawinan.
E. MATA PENCAHARIAN
Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan
pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan
nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang.
Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan
menekuni bidang pendidikan.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah diatas, dapat ditarik bebrapa kesimpulan bahwa, suku
bugi adalah suku yang tergolong kedalam suku-suku deutoran melayu. Masuk
ke nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya
Yunan. Kata “Bugis” bersal dari kata To Ugi, yang bearti orang bugis.
Penmaan “ugi” merajuk pada raja pertama kerajaan cina yang terdapat di
pammana, kabupaten Wojo saat ini, yaitu La sattumpung.
Kerajaan yang ada pada saat sejarah suku bugis adalah kerajaan bone,
makassar, soppeng dan wajo. Sistem kepercayaan masyarakat bugis adalah
agama islam dan to lotang. Sistem kemasyarakatan masyarakat bugis ada 4,
yaitu keluarga inti, sepupu, pertalian sepupu dan sikampung.
B. Saran
Sebagai salah satu warisan budaya nusantara, sudah menjadi kewajiban
kita bersama untuk merawat dan melestarikan kebudayaan suku bugis,
dengan cara menghormati dan menghargai mereka, penyaringan budaya luar,
tumbuhkan kecintaan sejak dini terhadap budaya lokal, kususnya bagi kita
sebagai guru harus lah mengerti dari mana anak anak didik kita berasal, sebab
berbeda suku atau etnis beda pula karakter individu tersebut.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://blogerbugis.blogspot.com/2013/04/adat-istiadat-suku-bugis-ade-siri-
na.html diakses tanggal 6 desember 2014
http://busbonecomunty.blogspot.com/2012/10/adat-istiadat-suku-bugis.html
diaksestanggal6desember2014
http://imbasadi.wordpress.com/agenda/data-karya-ilmiah-bebas/unhas/makna-
siri-na-pacce-dimasyarakat-bugis-makassar-
friskawini/diaksestanggal6desember2014
17