Anda di halaman 1dari 11

Suku bugis

1. Unsur-unsur kebudayaan suku bugis


 Sejarah suku bugis
Orang bugis memiliki berbagai ciri yang sangat menarik. Mereka
adalah contoh yang jarang terdapat di wilayah nusantara. Mereka
mampu mendirikan kerajaan-kerajaan yang sama sekali tidak
mengandung pengaruh India. Dan tanpa mendirikan kota sebagai
pusat aktivitas mereka.
Orang bugis juga memiliki kesastraan baik itu lisan maupun tulisan.
Berbagai sastra tulis berkembang seiring dengan tradisi sastra lisan,
hingga kini masih tetap dibaca dan disalin ulang. Perpaduan antara
tradisi sastra lisan dan tulis itu kemudian menghasilkan salah satu Epos
Sastra Terbesar didunia Yakni La Galigo yang naskahnya lebih panjang
dari Epos Mahabharata.
Selanjutnya sejak abad ke 17 Masehi, Setelah menganut agama islam
Orang bugis bersama orang aceh dan minang kabau dari Sumatra,
Orang melayu di Sumatra, Dayak di Kalimantan, Orang Sunda dijawa
Barat, Madura di jawa timur dicap sebagai Orang nusantara yang paling
kuat identitas keislamannya dan esensial dari adat istiadat budaya
mereka. Meskipun demikian pada saat yang sama berbagai
kepercayaan peninggalan pra-islam tetap mereka pertahankan sampai
abad ke 20 salah satu peninggalan dari jaman pra islam itu yang
mungkin paling menarik adalah Tradisi Para Bissu (Pendeta Waria).
Bagi suku-suku lain disekitarnya orang bugis dikenal sebagai orang
yang berkarakter keras dan sangat menjunjung tinggi kehormatan. Bila
perlu demi kehormatan mereka orang bugis bersedia melakukan tindak
kekerasan walaupun nyawa taruhannya. Namun demikian dibalik sifat
keras tersebut orang bugis juga dikenal sebagai orang yang ramah dan
sangat menghargai orang lain serta sangat tinggi rasa
kesetiakawanannya.
Orang eropa yang pertama kali menginjakkan kaki di tanah bugis
adalah orang Potugis. Para pedagang eropa itu mula-mula mendarat
dipesisir barat sulawesi selatan pada tahun 1530. akan tetapi pedangan
portugis yang berpangkalan dimalaka baru menjalin hubungan
kerjasama dalam bidang perdagangan secara teratur pada tahun 1559

 Asal usul suku bugis


Asal usul orang bugis hingga kini masih tidak jelas dan tidak pasti
berbeda dengan wilayah Indonesia. Bagian barat Sulawesi selatan
tidak memiliki monument (hindu atau budha) atau prasasti baik itu
dari batu maupun dari logam, yang memungkinkan dibuatnya suatu
kerangka acuan yang cukup memadai untuk menelusuri sejarah orang
bugis Sejak abad sebelum masehi hingga kemasa ketika sumber-
sumber tertulis barat cukup banyak tersedia. Sumber tertulis setempat
yang dapat diandalkan hanya berisi informasi abad ke 15 dan
sesudahnya.

2. Rumah adat suku bugis

Rumah bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan


rumahpanggung dari suku yang lain ( Sumatera dan Kalimantan ).
Bentuknya biasanyamemanjang ke belakang, dengan tanbahan
disamping bangunan utama dan bagiandepan, orang bugis
menyebutnya lego .
Berikut adalah bagian-bagian utamanya :

1. Tiang utama ( alliri ). Biasanya terdiri dari 4 batang setiap


barisnya. jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan
dibuat. tetapi padaumumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi
totalnya ada 12 batang alliri.
2. Fadongko’, yaitu bagian yang bertugas sebagai penyambung dari
alliri di setiap barisnya.3. Fattoppo, yaitu bagian yang bertugas
sebagai pengait paling atas dari alliripaling tengah tiap
barisnya.Mengapa orang bugis suka dengan arsitektur rumah
yang memiliki kolong
3. Konon, orang bugis, jauh sebelum islam masuk ke tanah bugis (
tana ugi’ ), orang bugis memiliki kepercayaan bahwa alam
semesta ini terdiri atas 3 bagian,bagian atas ( botting langi ),
bagian tengah ( alang tengnga ) dan bagian bawah (paratiwi ).
Mungkin itulah yang mengilhami orang bugis ( terutama yang
tinggaldi kampung ) lebih suka dengan arsitektur rumah yang
tinggi
Bagian bagian dari rumah bugis ini sebagai berikut :

1. Rakkeang, adalah bagian diatas langit langit ( eternit ). Dahulu


biasanyadigunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen.
2. Ale Bola, adalah bagian tengah rumah. dimana kita tinggal. Pada
ale bola ini, ada titik sentral yang bernama pusat rumah ( posi’
bola ).
3. Awa bola, adalah bagian di bawah rumah, antara lantai rumah
dengantanah.Yang lebih menarik sebenarnya dari rumah bugis ini
adalah bahwa rumah inidapat berdiri bahkan tanpa perlu satu
paku pun. Semuanya murni menggunakankayu. Dan uniknya lagi
adalah rumah ini dapat di angkat / dipindah.

Dalam budaya suku bugis terdapat tiga hal yang bisa memberikan
gambaran tentang budaya orang bugis, yaitu konsep ade, siri na pesse
dan simbolisme orang bugis adalah sarung sutra.
1. Konsep ade
Ade yang dalam bahasa Indonesia adalah adat istiadat. Bagi masyarakat
bugis, ada empat jenis adat yaitu :

 Ade maraja, yang dipakai dikalangan Raja atau para pemimpin.


 Ade puraonro, yaitu adat yang sudah dipakai sejak lama di
masyarakat secara turun temurun,
 Ade assamaturukeng, peraturan yang ditentukan melalui
kesepakatan.
 Ade abiasang, adat yang dipakai dari dulu sampai sekarang dan
sudah diterapkan dalam masyarakat.
Menurut Lontara Bugis, terdapat lima prinsip dasar dari ade yaitu ade,
bicara, rapang, wari, dan sara. Konsep ini lebih dikenal sebagai
pangngadereng. Ade merupakan manifestasi sikap yang fleksibel
terhadap berbagai jenis peraturan dalam masyarakat. Rapang lebih
merujuk pada model tingkah laku yang baik yang hendaknya diikuti
oleh masyarakat. Sedangkan wari adalah aturan mengenai keturunan
dan hirarki masyarakat sara yaitu aturan hukum Islam. Siri
memberikan prinsip yang tegas bagi tingkah laku orang bugis.
Menurut Pepatah orang bugis, hanya orang yang punya siri yang
dianggap sebagai manusia. Naia tau de’e sirina, de lainna olokolo’e. Siri’
e mitu tariaseng tau. Artinya Barang siapa yang tidak punya siri, maka
dia bukanlah siapa-siapa, melainkan hanya seekor binatang. Namun
saat ini adat istiadat tersebut sudah tidak dilakukan lagi dikarenakan
pengaruh budaya Islam yang masuk sejak tahun 1600-an
2. Konsep siri’
Makna “siri” dalam masyarakat bugis sangat begitu berarti sehingga
ada sebuah pepatah bugis yang mengatakan “SIRI PARANRENG,
NYAWA PA LAO”, yang artinya : “Apabila harga diri telah terkoyak,
maka nyawa lah bayarannya”.Begitu tinggi makna dari siri ini hingga
dalam masyarakat bugis, kehilangan harga diri seseorang hanya dapat
dikembalikan dengan bayaran nyawa oleh si pihak lawan bahkan yang
bersangkutan sekalipun.
Siri’ Na Pacce secara lafdzhiyah Siri’ berarti : Rasa Malu (harga diri),
sedangkan Pacce atau dalam bahasa Bugis disebu Pesse yang berarti :
Pedih/Pedas (Keras, Kokoh pendirian). Jadi Pacce berarti semacam
kecerdasan emosional untuk turut merasakan kepedihan atau
kesusahan individu lain dalam komunitas (solidaritas dan empati).
Kata Siri’, dalam bahasa Makassar atau Bugis, bermakna “malu”.
Sedangkan Pacce (Bugis: Pesse) dapat berarti “tidak tega” atau
“kasihan” atau “iba”. Struktur Siri’ dalam Budaya Bugis atau Makassar
mempunyai empat kategori, yaitu :

 Siri’ Ripakasiri’
 , Adalah Siri’ yang berhubungan dengan harga diri pribadi, serta
harga diri atau harkat dan martabat keluarga. Siri’ jenis ini adalah
sesuatu yang tabu dan pantang untuk dilanggar karena
taruhannya adalah nyawa.

 Siri’ Mappakasiri’siri’, Siri’ jenis ini berhubungan dengan


etos kerja. Dalam falsafah Bugis disebutkan, “Narekko degaga
siri’mu, inrengko siri’.” Artinya, kalau Anda tidak punya malu
maka pinjamlah kepada orang yang masih memiliki rasa malu
(Siri’). Begitu pula sebaliknya, “Narekko engka siri’mu, aja’
mumapakasiri’-siri.” Artinya, kalau Anda punya malu maka
jangan membuat malu (malu-maluin).

 Siri’ Tappela’ Siri (Bugis: Teddeng Siri’), Artinya rasa malu


seseorang itu hilang “terusik” karena sesuatu hal. Misalnya, ketika
seseorang memiliki utang dan telah berjanji untuk membayarnya
maka si pihak yang berutang berusaha sekuat tenaga untuk
menepati janjinya atau membayar utangnya sebagaimana waktu
yang telah ditentukan (disepakati). Ketika sampai waktu yang
telah ditentukan, jika si berutang ternyata tidak menepati
janjinya, itu artinya dia telah mempermalukan dirinya sendiri.

 Siri’ Mate Siri’, Siri’ yang satu berhubungan dengan iman.


Dalam pandangan orang Bugis/Makassar, orang yangmate siri’-
nya adalah orang yang di dalam dirinya sudah tidak ada rasa malu
(iman) sedikit pun. Orang seperti ini diapakan juga tidak akan
pernah merasa malu, atau yang biasa disebut sebagai bangkai
hidup yang hidup.

Guna melengkapi keempat struktur Siri’ tersebut maka Pacce atau


Pesse menduduki satu tempat, sehingga membentuk suatu budaya
(karakter) yang dikenal dengan sebutan Siri’ Na Pacce.

3.kesenian suku bugis


1.TariPaduppBosara
Tari Padupa Bosara merupakan sebuah tarian yang mengambarkan
bahwa orang bugis kedatangan atau dapat dikatakan sebagai tari
selamat datang dari Suku Bugis. Orang Bugis jika kedtangan tamu
senantisa menghidangkan bosara sebagai tanda kehormatan.
2.TariPakarena
Tari Pakarena Merupakan tarian khas Sulawesi Selatan, Nama
Pakarena sendiri di ambil dari bahasa setempat, yaitu karena yang
artinya main. Tarian ini pada awalnya hanya dipertunjukkan di istana
kerajaan, namun dalam perkembangannya tari Pakarena lebih
memasyarakat di kalangan rakyat.
Tari Pakarena memberikan kesan kelembutan. Hal tersebut
mencerminkan watak perempuan yang lembut, sopan, setia, patuh dan
hormat pada laki-laki terutama pada suami. Sepanjang Pertunjukan
Tari Pakarena selalu diiringi dengan gerakan lembut para penarinya
sehingga menyulitkan bagi masyarakat awam untuk mengadakan
babak pada tarian tersebut.
3.TariMa’badong
Tari Ma’badong hanya diadakan pada saat upacara kematian. Penari
membuat lingkaran dengan mengaitkan jari-jari kelingking, Penarinya
bisa pria atau bisa wanita. Mereka biasanya berpakaian serba hitam,
namun terkadang memakai pakaian bebas karena tarian ini terbuka
untuk umum.
Tarian yang hanya diadakan pada upacara kematian ini hanya
dilakukan dengan gerakan langkah yang silih berganti sambil
melangtungkan lagu kadong badong. Lagu tersebut syairnya berisikan
riwayat manusia malai dari lahir hingga mati, agar arwah si Mati
diterima di negeri arwah atau alam baka. Tarian Badong bisanya
belansung berjam-jam, sering juga berlansung semalam suntuk.
Tarian Ma’badong bisanya dibawakan hanya pada upacara pemakaman
yang lamanya tiga hari tiga malam khusus bagi kaum bangsawan di
daerah Tana Toraja Sulawesi Selatan.
4.TarianPa’gellu
Tari Pagellu merupakan salah satu tarian dari Tana Toraja yang di
pentaskan pada acara pesta tambu Tuka, Tarian ini juga dapat
ditampilkan untuk menyambut patriot atau pahlawan yang kembali
dari medan perang dengan membawa kegembiraan.
5.TariMabbissu
Tari Mabissu merupakan tarian bissu yang biasanya dipertunjukkan
ketika upacara adat. Para penarinya bissu (orang yang kebal) yang
selalu mempertontokan kesaktian mereka dalam bentuk tarian
komunitas bissu bisa kita jumpai didaerah pangkep sigeri sulawesi
selatan.
6.TariKipas
Tari kipas Merupakan tarian yang memrtunjukan kemahiran para
gadis dalam memainkan kipas dengan gemulai alunan lagu.
7.GandrangBulo
Gandrang Bulo merupakan sebuah pertunjukan musik dengan
perpaduan tari dan tutur kata. Nama Gandrang bulo sendiri diambil
dari perpaduan dua suku kata, yaitu gendang dan bulo, dan jika
disatukan berarti gendang dari bambu. Ganrang Bulo merupakan
pertunjukan kesenian yang mengungkapkan kritikan dan dikemas
dalam bentuk lelucon atau banyolan.
8.Kecapi
Kecapi Merupakan sala satu alat musik petik tradisional Sulawesi
Selatan, khusunya suku Bugis. Baik itu Bugis Makassar ataupun Bugis
Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau diciptakan oleh
seorang pelaut sehingga betuknya menyerupai perahu. Kecapi,
biasanya ditampilkan sebagai musik pengiring pada acara penjemputan
para tamu pada pesta perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari
ulang tahun.
9.Gendang
Gendang merupakan sala satu alat musik perkusi yang mempunyai dua
bentuk dasar, yakni bulat panjang dan bundar mirip seperti rebana.
10.Suling
Suling bambu terdiri dari tiga jenis, yaitu:

 Suling Panjang (Suling Lampe) yang memiliki lima lubang


nada dan jenis suling ini telah punah.
 Suling calabai (siling ponco) suling jenis ini sering
dipadukan dengan biola, kecapi dan dimainkan bersama
penyanyi.
 Suling dupa Samping (musik bambu) musik bambu masih
sangat terpelihara biasanya digunakan pada acara karnaval atau
acara penjemputan tamu.

4. Bahasa suku bugis


5. Etnik Bugis mempunyai bahasa tersendiri dikenali sebagai
Bahasa Bugis (Ugi) Konsonan di dalam Ugi pula di kenali sebagai
Lontara yang berdasarkan tulisan Brahmi. Orang Bugis
mengucapkan bahasa Ugi dan telah memiliki kesusasteraan
tertulis sejak berabad-abad lamanya dalam bentuk lontar. Huruf
yang dipakai adalah aksara lontara, sebuah sistem huruf yang
berasal dari Sanskerta.
6. Seperti halnya dengan wujud-wujud kebudayaan lainnya.
Penciptaan tulisan pun diciptakan karena adanya kebutuhan
manusia untuk mengabdikan hasil-hasil pemikiran mereka. Kata
lontaraq berasal dari Bahasa Bugis/Makassar yang berarti daun
lontar. Karena pada awalnya tulisan tersebut di tuliskan diatas
daun lontar. Tiap-tiap daun lontar disambungkan dengan
memakai benang lalu digulung pada jepitan kayu, yang bentuknya
mirip gulungan pita kaset.
7. Caramembacanyadarikirikekanan.LontaraBugis-Makassar
merupakan sebuah huruf yang sakral bagi masyarakat bugis
klasik. Huruf lontara tidak hanya digunakan oleh masyarakat
bugis tetapi huruf lontara juga digunakan oleh masyarakat
makassar.
8. Contoh pemakaian bahasa Bugis: “Makan ma’ki (silakan Anda
makan)”. “Aga tapigau?”( apa yang sedang anda lakukan?).
Adapun partikel-partikel yang biasa digunakan dalam bahasa
bugis-Makassar seperti ji, mi, pi, mo, ma’, di’, tonji, tawwa, pale.
Contoh penggunaannya misalnya : “tidak papa ji.” (tidak apa-
apa).
5.pakaian suku bugis

Baju Bodo adalah pakaian adat suku Bugis dan diperkirakan sebagai
salah satu busana tertua di dunia. Perkiraan itu didukung oleh sejarah
kain Muslim yang menjadi bahan dasar baju bodo. Jenis kain yang
dikenal dengan sebutan kain Muslin (Eropa), Maisolos (Yunani Kuno),
Masalia (India Timur), atau Ruhm (Arab) pertama kali diperdagangkan
di kota Dhaka, Bangladesh.
Hal ini merujuk pada catatan seorang pedagang Arab bernama
Sulaiman pada abad ke-19. Sementara pada tahun 1298, dalam buku
yang berjudul “The Travel of Marco Polo”, Marco Polo menggambarkan
kalau kain Muslim dibuat di Mosul (Irak) dan diperdagangkan oleh
pedagang yang disebut Musolini.
Namun kain yang ditenun dari pilinan kapas yang dijalin dengan
benang katun ini sudah lebih dahulu dikenal oleh masyarakat Sulawesi
Selatan, yakni pada pertengahan abad ke-9, jauh sebelum masyarakat
Eropa yang baru mengenalnya pada abad ke-17, dan populer di Perancis
pada abad ke-18. Kain Muslim memiliki rongga-rongga dan jarak
benang-benangnya yang renggang membuatnya terlihat transparan
dan cocok dipakai di daerah tropis dan daerah-daerah yang beriklim
panas.
Sesuai dengan namanya “bodo” yang berarti pendek, baju ini memang
berlengan pendek. Dahulu Baju Bodo dipakai tanpa baju dalaman
sehingga memperlihatkan payudara dan lekuk-lekuk dada pemakainya,
dan dipadukan dengan sehelai sarung yang menutupi bagian pinggang
ke bawah badan. Namun seiring dengan masuknya pengaruh Islam di
daerah ini, baju yang tadinya memperlihatkan aurat pun mengalami
perubahan. Busana transparan ini kemudian dipasangkan dengan baju
dalaman berwarna sama, namun lebih terang. Sedangkan busana
bagian bawahnya berupa sarung sutera berwarna senada.

6. makanan khas suku bugis


1. Coto Makassar
Makanan khas ini tidak hanya popular di kota Makassar saja loh, tapi di semua
penjuru nusantara juga. Tidak lengkap rasanya jika berkunjung ke Makassar namun
belum mencicipi kuliner ini.

2. Sop Konro
Sop Konro terdiri dari Iga sapi ataupun daging sapi yang direbus bersama dengan
rempah-rempah lainnya seperti kayu manis, air asam jawa, dan masih banyak rempah
lainnya. Warna gelap sop konro menjadi ciri khasnya. Warna hitam tersebut
didapatkan dari buah kluwak.

3. Sop Saudara
Makanan khas kabupaten Pangkep ini sangat nikmat dinikmati dengan sepiring nasi
hangat. Dari namanya mungkin terlihat biasa, namun sop saudara berbeda dengan sop
sayur biasanya. Rempah-rempah yang digunakan lebih banyak sehingga lebih gurih.

4. Es Palu Butung
Siang-siang nikmatnya makan es biar badan jadi adem lagi. Es Palu Butung ini terdiri
dari pisang hijau yang di iris-iris dan dicampur krim berwarna putih.
5. Pisang Epe’
Kuliner satu ini merupakan primadona bagi para traveler jika berkunjung ke kota
Bugis. Pisang kepok yang dibakar di atas bara api kemudian dibolak-balik sampai
mengeluarkan aroma harum. Kemudian pisang di tekan sampai pipih lalu dibakar lagi,
dan diberi toping gula merah dan air daun pandan.

Anda mungkin juga menyukai