Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang "Suku Bugis".Kami menyusun makalah ini untuk
memenuhi tugas mata pelajaran IPS.
Dalam pembuatan makalah ini, kami memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari
masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk menyempurnakan
makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
terutama diri kami pribadi dan dapat menambah wawasan tentang suku dan
budaya yang ada di Indonesia, khususnya suku bugis.

Kalimporo, September 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................................. 2
E. BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 4
A. SEJARAH SUKU BUGIS ..................................................................... 4
B. KARAKTERISTIK SUKU BUGIS ....................................................... 5
C. NILAI YANG TERKANDUNG DALAM SUKU BUGIS ................... 20
D. SISTEM KEKERABATAN ................................................................. 21
E. PEMUKIMAN SUKU BUGIS .............................................................. 21

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 22

A. Kesimpulan ............................................................................................ 22
B. Saran ....................................................................................................... 23

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah negara kepulauan yang
memiliki bermacam-macam suku, kebudayaan dan bangsa. Kebudayaan
yang beraneka ragam tersebut tentu dapat terjadi karena perbedaan suku
yang sangat terlihat pada setiap wilayah dan daerah di Indonesia.Pada
kesempatan kali ini, penulis ingin memberitahu tentang salah satu
kebudayaan yang ada di Indonesia. Khususnya kebudayaan yang berada di
daerah Sulawesi Selatan yaitu “SUKU BUGIS”.
Suku Bugis adalah salah satu suku yang berdomisili di Sulawesi
Selatan. Ciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat,
Diperkirakan populasi orang Bugis mencapai angka enam juta jiwa. Kini
orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, Kalimantan.
Suku Bugis hidup dari berburu, menangkap ikan, bertani, beternak dan
kerajinan. Mereka yang tinggal dipegunungan hidup dari bercocok tanam,
sedang yang dipesisir hidup sebagai nelayan. Pakaian tradisional mereka
bernama Wajo Ponco, yang diperkirakan muncul dari pengaruh Melayu.
Sekarang baju ini hanyak untuk upacara-upacara, tarian dan penjemputan
secara adat. Bahasa mereka adalah bahasa Ugi yang terbagi dalam beberapa
dialek, seperti Luwu, Wajo, Bira, Selayar, Palaka, Sindenneng dan Sawito.
Makanan utama mereka yaitu beras dan jagung. Mereka memiliki minuman
khas seperti tuak, sarabba dan air tape.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah suku bugis yang pernah ada dalam suku bugis ?
2. Seperti apa karakteristik suku bugis ?
3. Nilai budaya apa saja yang terkandung dalam suku bugis?
4. Seperti apa sitem kekerabatan dalam suku bugis?

3
5. Bagai mana dengan pemukiman suku bugis ?

C. Tujuan
1. Dapat memahami Bagaimana sejarah suku bugis yang pernah ada
dalam suku bugis ?
2. Dapat mengetahui Seerti apa karakteristik suku bugis ?
3. Dapat menilihat Nilai budaya apa saja yang terkandung dalam suku
bugis?
4. Dapat memahami Seperti apa sitem kekerabatan dalam suku bugis?
5. Dapat memahami Bagai mana dengan pemukiman suku bugis ?

D. Manfaat
Berdasarkan permasalahan diatas, maka manfaat dari disusunya
makalah ini adalah menambah wasawan pembaca tentang suku bugis.
Pembaca dapat mengetahui bagaimana sejarah dan asal kata suku
bugis serta mengenal tingkahlaku dan kebudayaan yang ada di suku bugis.

4
BAB II
PEMBAHASAN

F. SEJARAH SUKU BUGIS


Suku Bugis merupakan salah satu suku yang ada dipulau Sulawesi.
Suku bugis sekarang tidak hanya dipulau sulawesi tetapi sudah tersebar di
seluruh Indonesia. Suku Bugis tergolong ke dalam suku-suku Melayu
Deutero. Kata “Bugis” berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis.
Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di
Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La
Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka.
Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut
dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan
bersaudara dengan Batara Lattu, ayah dari Sawerigading.
Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu,
Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Barru. Daerah peralihan antara
Bugis dengan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkajene
Kepulauan. Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten
Polmas dan Pinrang.

G. KARAKTERISTIK SUKU BUGIS


Suku Bugis terkenal dengan suku perantau yang tersebar ke beberapa
wilayah di Indonesia. Suku Bugis atau to 'Ugi merupakan suku asli di tanah
Sulawesi khususnya di Sulawesi Selatan. Suku Bugis adalah suku yang
sangat menjunjung tinggi harga diri dan martabat. Suku ini sangat
menghindari tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga diri
atau martabat seseorang. Jika seorang anggota keluarga melakukan tindakan
yang membuat malu keluarga, maka ia akan diusir atau dibunuh. Namun,
adat ini sudah luntur di zaman sekarang ini. Tidak ada lagi keluarga yang
tega membunuh anggota keluarganya hanya karena tidak ingin menanggung

5
malu dan tentunya melanggar hukum. Sedangkan adat malu masih dijunjung
oleh masyarakat Bugis kebanyakan. Walaupun tidak seketat dulu, tapi
setidaknya masih diingat dan dipatuhi.

H. NILAI YANG TERKANDUNG DALAM SUKU BUGIS


1. Kesenian Suku Bugis
a. Tari Paduppa Bosara
Tari Paduppa Bosara merupakan sebuah tarian yang
mengambarkan bahwa orang bugis kedatangan atau dapat dikatakan
sebagai tari selamat datang dari Suku Bugis. Orang Bugis jika
kedtangan tamu senantisa menghidangkan bosara sebagai tanda
kehormatan.

b. Tari Pakarena
Tari Pakarena Merupakan tarian khas Sulawesi Selatan, Nama
Pakarena sendiri di ambil dari bahasa setempat, yaitu karena yang
artinya main. Tarian ini pada awalnya hanya dipertunjukkan di
istana kerajaan, namun dalam perkembangannya tari Pakarena lebih
memasyarakat di kalangan rakyat.
Tari Pakarena memberikan kesan kelembutan. Hal tersebut
mencerminkan watak perempuan yang lembut, sopan, setia, patuh
dan hormat pada laki-laki terutama pada suami. Sepanjang
Pertunjukan Tari Pakarena selalu diiringi dengan gerakan lembut
para penarinya sehingga menyulitkan bagi masyarakat awam untuk
mengadakan babak pada tarian tersebut.

c. Tari Ma’badong
Tari Ma’badong hanya diadakan pada saat upacara kematian.
Penari membuat lingkaran dengan mengaitkan jari-jari kelingking,
Penarinya bisa pria atau bisa wanita. Mereka biasanya berpakaian

6
serba hitam, namun terkadang memakai pakaian bebas karena tarian
ini terbuka untuk umum.
Tarian yang hanya diadakan pada upacara kematian ini hanya
dilakukan dengan gerakan langkah yang silih berganti sambil
melangtungkan lagu kadong badong. Lagu tersebut syairnya
berisikan riwayat manusia malai dari lahir hingga mati, agar arwah si
Mati diterima di negeri arwah atau alam baka. Tarian Badong
bisanya belansung berjam-jam, sering juga berlansung semalam
suntuk.
Tarian Ma’badong bisanya dibawakan hanya pada upacara
pemakaman yang lamanya tiga hari tiga malam khusus bagi kaum
bangsawan di daerah Tana Toraja Sulawesi Selatan.

d. Tarian Pa’gellu
Tari Pagellu merupakan salah satu tarian dari Tana Toraja yang
di pentaskan pada acara pesta tambu Tuka, Tarian ini juga dapat
ditampilkan untuk menyambut patriot atau pahlawan yang kembali
dari medan perang dengan membawa kegembiraan.
e. Tari Mabbissu
Tari Mabissu merupakan tarian bissu yang biasanya
dipertunjukkan ketika upacara adat. Para penarinya bissu (orang
yang kebal) yang selalu mempertontokan kesaktian mereka dalam
bentuk tarian komunitas bissu bisa kita jumpai didaerah pangkep
sigeri sulawesi selatan.
f. Tari Kipas
Tari kipas Merupakan tarian yang memrtunjukan kemahiran
para gadis dalam memainkan kipas dengan gemulai alunan lagu.
g. Gendang Bulo
Gandrang Bulo merupakan sebuah pertunjukan musik dengan
perpaduan tari dan tutur kata. Nama Gandrang bulo sendiri diambil
dari perpaduan dua suku kata, yaitu gendang dan bulo, dan jika

7
disatukan berarti gendang dari bambu. Ganrang Bulo merupakan
pertunjukan kesenian yang mengungkapkan kritikan dan dikemas
dalam bentuk lelucon atau banyolan.
h. Kecapi
Kecapi Merupakan sala satu alat musik petik tradisional
Sulawesi Selatan, khusunya suku Bugis. Baik itu Bugis Makassar
ataupun Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau
diciptakan oleh seorang pelaut sehingga betuknya menyerupai
perahu. Kecapi, biasanya ditampilkan sebagai musik pengiring pada
acara penjemputan para tamu pada pesta perkawinan, hajatan,
bahkan hiburan pada hari ulang tahun.
i. Gendang
Gendang merupakan sala satu alat musik perkusi yang
mempunyai dua bentuk dasar, yakni bulat panjang dan bundar mirip
seperti rebana.
j. Suling
Suling bambu terdiri dari tiga jenis, yaitu:
 Suling panjang (suling lampe)
Suling yang memiliki lima lubang nada dan jenis suling ini telah
punah.
 Suling calabai (suling ponco)
Suling jenis ini sering dipadukan dengan biola, kecapi dan
dimainkan bersama penyanyi.
 Suling dupa Samping (musik Bambu)
Musik bambu masih sangat terpelihara biasanya digunakan pada
acara karnaval atau acara penjemputan tamu.
Siri’ Na Pacce secara lafdzhiyah Siri’ berarti : Rasa Malu
(harga diri), sedangkan Pacce atau dalam bahasa Bugis disebu
Pesse yang berarti : Pedih/Pedas (Keras, Kokoh pendirian). Jadi
Pacce berarti semacam kecerdasan emosional untuk turut

8
merasakan kepedihan atau kesusahan individu lain dalam
komunitas (solidaritas dan empati).

2. Kebudayaan Suku Bugis


Kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi samudra cukup
dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka pun hingga Malaysia,
Filipina, Brunei, Thailand, Australia, Madagaskardan Afrika Selatan.
Bahkan, di pinggiran kota Cape Town, Afrika Selatan terdapat sebuah
suburb yang bernama Maccassar, sebagai tanda penduduk setempat
mengingat tanah asal nenek moyang mereka.
Konflik antara kerajaan Bugis dan Makassar serta konflik
sesama kerajaan Bugis pada abad ke-16, 17, 18 dan 19, menyebabkan
tidak tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan
banyaknya orang Bugis bermigrasi terutama di daerah pesisir. Selain
itu budaya merantau juga didorong oleh keinginan.
Upacara perkawinan dalam suku Bugis disebut Mappabotting
sementara itu istilah perkawinan dalam suku bugis disebut siala yang
mempunyai arti saling mengambil satu sama lain.Istilah perkawinan
dalam suku Bugis disebut mabinne berarti menanam benih,
maksudnya menanam benih dalam kehidupan rumah tangga.
a. Perkawinan ideal menurut adat Bugis Makassar adalah :
 Assialang marola
yaitu perkawinan antara saudara sepupu sederajat kesatu,
baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.
 Assialana memang
yaitu perkawinan antara saudara sepupu sederajat kedua, baik
dari pihak ayah maupun dari pihak ibu
 Ripanddeppe’ mabelae
yaitu perkawinan antara saudara sepupu sederajat ketiga, baik
dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.

9
Perkawinan tersebut, walaupun ideal, tidak diwajibkan sehingga
banyak pemuda yang menikah dengan gadis-gadis yang bukan
sepupunya.

b. Perkawinan yang dilarang atau sumbang (salimara’) adalah


perkawinan antara :
 Anak dengan ibu atau ayah.
 Saudara sekandung.
 Menantu dan mertua.
 Paman atau bibi dengan kemenakannya.
 Kakek atau nenek dengan cucu.
c. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sebelum perkawinan
adalah
 Mappuce-puce,
yaitu kunjungan dari keluarga si laki-laki kepada keluarga si
gadis untuk mengadakan peminangan.
 Massuro,
yaitu kunjungan dari utusan pihak keluarga laki-laki kepada
keluarga si gadis untuk membicarakan waktu pernikahan, jenis
sunreng (mas kawin), dan sebagainya.
 Maduppa,
yaitu pemberitahuan kepada seluruh kaum kerabat mengenai
perkawinan yang akan datang.
3. Rumah Adat Suku Bugis
Setiap budaya memiliki Ciri Khas Rumah Adatnya Masing-masing.
Begitu Pula Dengan Bugis, rumah adat bugis itu terdiri dari tiga
Bagian. Yang Dimana Kepercayaan Tersebut terdiri atas :
a. Boting Langiq (Perkawinan Di langit yang Dilakukan Oleh We
Tenriabeng)
b. Ale Kawaq (Di bumi. Keadaan-keadaan yang terjadi Dibumi)

10
c. Buri Liu (Peretiwi/Dunia Bawah Tanah/Laut) yang masih
mempercayai bahwa

Rumah ini bisa berdiri tampa mengunakan satu paku pun orang daluhu
kala mengantikan Fungsi Paku Besi menjadi Paku Kayu.

Rumah adat suku Bugis Makassar dapat di bedakan berdasarkan status


sosial orang yang menempatinya,

a. Rumah Saoraja (Sallasa) berarti rumah besar yang di tempati


oleh keturunan raja (kaum bangsawan)
b. bola adalah rumah yang di tempati oleh rakyat biasa.
Tipologi kedua rumah ini adalah sama-sama rumah panggung,
lantainya mempunyai jarak tertentu dengan tanah, bentuk denahnya
sama yaitu empat persegi panjang. Perbedaannya adalah saoraja dalam
ukuran yang lebih luas begitu juga dengan tiang penyangganya, atap
berbentuk prisma sebagai penutup bubungan yang biasa di sebut
timpak laja yang bertingkat-tingkat antara tiga sampai lima sesuai
dengan kedudukan penghuninya.
4. Pakaian Adat Suku Bugis
Baju Bodo adalah pakaian adat suku Bugis dan diperkirakan
sebagai salah satu busana tertua di dunia. Perkiraan itu didukung oleh
sejarah kain Muslim yang menjadi bahan dasar baju bodo. Jenis kain
yang dikenal dengan sebutan kain Muslin (Eropa), Maisolos (Yunani
Kuno), Masalia (India Timur), atau Ruhm (Arab) pertama kali
diperdagangkan di kota Dhaka, Bangladesh. Hal ini merujuk pada
catatan seorang pedagang Arab bernama Sulaiman pada abad ke-19.
Namun kain yang ditenun dari pilinan kapas yang dijalin dengan
benang katun ini sudah lebih dahulu dikenal oleh masyarakat Sulawesi
Selatan, yakni pada pertengahan abad ke-9, jauh sebelum masyarakat
Eropa yang baru mengenalnya pada abad ke-17, dan populer di
Perancis pada abad ke-18. Kain Muslim memiliki rongga-rongga dan
jarak benang-benangnya yang renggang membuatnya terlihat

11
transparan dan cocok dipakai di daerah tropis dan daerah-daerah yang
beriklim panas.
Sesuai dengan namanya “bodo” yang berarti pendek, baju ini
memang berlengan pendek. Dahulu Baju Bodo dipakai tanpa baju
dalaman sehingga memperlihatkan payudara dan lekuk-lekuk dada
pemakainya, dan dipadukan dengan sehelai sarung yang menutupi
bagian pinggang ke bawah badan. Namun seiring dengan masuknya
pengaruh Islam di daerah ini, baju yang tadinya memperlihatkan aurat
pun mengalami perubahan. Busana transparan ini kemudian
dipasangkan dengan baju dalaman berwarna sama, namun lebih
terang. Sedangkan busana bagian bawahnya berupa sarung sutera
berwarna senada.

Baju bodo hanya dikenakan oleh wanita makasar, sementara para prianya
menggunakan pakaian adat yang bernama baju bella dada. Baju ini dikenakan
bersama paroci (celana), lipa garusuk (kain sarung), dan passapu (tutup kepala
seperti peci). Model baju bela dada adalah baju bentuk jas tutup berlengan
panjang dengan kerah dan kancing sebagai perekat. Baju ini juga dilengkapi
dengan saku dibagain kiri dan kananya.
Passapu atau tutu kepala yang digunakan sebagai pelengkap baju bella dada
umumnya dibuat dari anyaman daun lontar dengan hiassan mbring atau benang
emas yang disusun. Selain passapau, para laki-laki juga tak ketinggalan untuk
mengenakan aksesoris pelengkap pakaian yang digunakan. Beberapa aksesoris
diantaranya adalah ; gelang, keris, selempang atau rante sambang, saputangan,
dan sigarak atau hiasan penutup kepala.
5. Makanan Khas Suku Bugis
Salah satu makanan khas dari suku Bugis ialah Buras atau biasa
disebut juga burasa. Buras sebenarnya tidak jauh berbeda juga dengan
olahan berbahan dasar beras lainnya, seperti halnya Ketupat. Apa lagi,
Ketupat sudah menjadi tradisi juga yang harus disajikan saat hajatan
khusus keluarga dan hari-hari besar keagamaan tiba. Bahkan,

12
memakan Ketupat juga wajib dengan campuran kari ayam, daging,
dan telur. Akan tetapi, rasa Buras yang sangat berbeda dengan
Ketupat. Karena Buras dimasak khusus dengan campuran santan.
Makanya saat Buras dicicipi berasa gurih dan aromanya yang begitu
khas. Buras sendiri, oleh sejumlah orang-orang Suku Bugis
memakannya dengan beberapa campuran makanan lainnya. Seperti
kari ayam, daging, dan telur. Tiga campuran makanan ini harus wajib
disediakan menemani Buras saat hajatan keluarga digelar.

I. SISTEM KEKERABATAN
Sebagai mana telah dijelaskan diawal tadi bahawa suku bugis ini
memiliki sistem kekerabatan yang sangat baik dengan keluarganya hal itu
dikarenakan bahwa Suku ini sangat menghindari tindakan-tindakan yang
mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat seseorang. Jika seorang
anggota keluarga melakukan tindakan yang membuat malu keluarga, maka
ia akan diusir atau dibunuh. Namun, adat ini sudah luntur di zaman sekarang
ini. Tidak ada lagi keluarga yang tega membunuh anggota keluarganya
hanya karena tidak ingin menanggung malu dan tentunya melanggar hukum.
Sedangkan adat malu masih dijunjung oleh masyarakat Bugis kebanyakan
dan Walaupun tidak seketat dulu, tapi setidaknya masih diingat dan
dipatuhi.

J. PEMUKIMAN SUKU BUGIS


Masyarakat Bugis Makassar kebanyakan mendiami Kabupaten Maros
dan Pangkajene. Mereka tinggal di sebuah kampung yang terdiri atas 10 –
20 buah rumah. Kampung pusat ditandai dengan pohon beringin besar yang
dianggap keramat dan dipimpin oleh kepala kampung disebut matowa.
Gabungan kampung disebut wanua sama dengan kecamatan.

13
Lapisan masyarakat Bugis Makassar sebelum kolonial Belanda
adalah: ana’ karung adalah lapisan kaum kerabat raja, to-
maradeka adalah lapisan orang merdeka, ata adalah lapisan budak.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah diatas, dapat ditarik bebrapa kesimpulan bahwa, suku
bugi adalah suku yang tergolong kedalam suku-suku deutoran melayu.
Masuk ke nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia
tepatnya Yunan.
Kerajaan yang ada pada saat sejarah suku bugis adalah kerajaan bone,
makassar, soppeng dan wajo. Sistem kepercayaan masyarakat bugis adalah
agama islam dan to lotang. Sistem kemasyarakatan masyarakat bugis ada 4,
yaitu keluarga inti, sepupu, pertalian sepupu dan sikampung.
Karena masyarakat bugis termasuk pelaut yang ulung, mereka
menggunkan perahu pinsi sebagai teknologinya. Kesenian masyarakat bugis
meliputi tari pelangi, tari paduppa bosara, tari pattennung, tari pajoge’, tari
anak masari, tari pangayo, tari passassa, tari pa’galung dan tari pabatte.

B. Saran
Sebagai salah satu warisan budaya nusantara, sudah menjadi
kewajiban kita bersama untuk merawat dan melestarikan kebudayaan suku
bugis, dengan cara menghormati dan menghargai mereka, penyaringan
budaya luar, tumbuhkan kecintaan sejak dini terhadap budaya lokal.

14
15

Anda mungkin juga menyukai