Anda di halaman 1dari 4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmatNYA sehingga tugas ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi tugas
agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam tugas ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas ini.

Majalaya, Februari 2022

Penyusun
ADAT ISTIADAT SUKU BUGIS (SULAWESI SELATAN)

A. Adat Istiadat Suku Bugis


Adat istiadat yang sering dilakukan adalah menggelar upacara adat mappadendang
(pesta panen bagi adat Suku Bugis). Upacara ini selain sebagai bentuk syukur atas
keberhasilan dalam menanam padi juga memiliki nilai magis.
Upacara ini juga disebut pensucian gabah. Maksudnya membersihkan dan
mensucikan dari batang dan daunnya yang kemudian langsung dijemur dibawah
matahari. Upacara dilakukan dengan menumbukkan alu ke lesung silih berganti yang
dilakukan 6 perempuan dan 3 laki-laki dengan memakai baju bodo.
Para perempuan yang beraksi dalam bilik baruga dinamakan pakkindona, sedangkan
para pria dinamakan pakkambona. Para pria menari dan menabur bagian ujung lesung.
Bilik baruga yang digunakan berasal dari bambu, sedangkan pagar dibuat dari anyaman
bambu disebut walasoji.

B. Adat Perkawinan Dalam Suku Bugis


1. Pembagian Perkawinan Suku Bugis
Berikut pembagian perkawinan ideal menurut masyarakat Suku Bugis :
a. Assialang Marola
Dalam bahasa Makassar, istilah ini disebut Passialeng baji’na. Bentuk perkawinan
ini dikatakan sebagai bentuk ideal yang utama. Hal ini karena perkawinan oleh
masyarakat Suku Bugis yang dilaksanakan antara saudara sepupu sederajat ke satu
baik dari pihak ayah atau ibu.
b. Assialana Memang
Passialleana, begitulah masyarakat Suku Bugis menyebutnya. Seperti Assialang
marola, Perkawinan ini juga melibatkan saudara sepupu namun pada sederajat
kedua baik dari pihak ayah atau ibu.
c. Ripanddepe’ Mabelae
Perkawinan ideal yang satu ini biasanya antara saudara sepupu sederajat ketiga
baik dari pihak ayah atau ibu. Oleh masyarakat Bugis, biasanya dinamakan
nipakambani bellaya. Sebagai bentuk ideal yang terakhir, ternyata perkawinan ini
memiliki makna untuk merekatkan kekerabatan yang agak jauh.
2. Kesenian Yang Dimiliki Suku Bugis
a. Seni Tari Suku Bugis
Nama tarian dari suku bugis diantaranya :
1) Tari Paduppa Bosara
Tarian ini bermakna penyambutan tamu yang datang berkunjung. Hal ini sebagai
bentuk penghargaan dan rasa terima kasih kepada para tamu atas kedatangannya.
2) Tari Pakarena
Pakarena dalam bahasa setempat diartikan sebagai main. Awalnya hanya digunakan
untuk pertunjukan di istana kerajaan. Dalam perkembangannya tarian ini semakin
dikenal. Tarian ini mencerminkan sifat lemah lembut dan sopan santun seorang
wanita suku bugis.
3) Tari Ma’badong
Tari Ma’badong oleh masyarakat Suku Bugis digunakan pada saat upacara
kematian. Para penari memakai pakaian serba hitam atau terkadang bebas. Para
penari saling mengaitkan jari kelingking dengan membentuk lingkaran. Tarian
ma’badong dilakukan dengan gerakan langkah silih berganti yang diiringi lagu
yang menggambarkan kehidupan manusia dari lahir hingga mati.
4) Tarian Pa’gellu
Tarian ini digunakan untuk menyambut seseorang yang pulang dari berperang.
Di Suku Bugis tarian heroik yang satu ini, tersimpan peribahasa “jangan sampai
kacang lupa kulitnya”. Intinya, sudah seharusnya selalu mengingat jasa-jasa
pahlawan kita.
5) Tarian Mabissu
Tarian ini mempertontonkan kesaktian para bissu di Sigeri Sulawesi Selatan. Jenis
tarian ini menunjukkan bagaimana kebalnya mereka terhadap senjata. Sehingga
tarian ini terkesan mistis namun estetis.
6) Tari Kipas
Sesuai namanya, para penari menari dengan menggunakan kipas dan diiringi lagu.
Keunikannya, meskipun gerakannya lemah lembut tapi di Suku Bugis itu irama
yang dimainkan bertempo cepat, sehingga para penari Suku Bugis itu dengan irama
yang cepat harus tetap mempertahankan gerakannya yang lemah lembut.
b. Alat Musik Suku Bugis
Adapun alat musik Suku Bugis diantaranya :
1) Gandrang Bulo. Alat musik yang diambil dari nama gandrang dan bulo yang
disatukan artinya menjadi gendang dari bambu.
2) Kecapi. Alat musik yang satu ini dimainkan dengan cara dipetik yang digunakan
pada saat acara hajatan, perkawinan, dan lain-lain. Fungsinya untuk memperkaya
gabungan suara alat musik lain.
3) Gendang. Alat musik ini mirip rebana yang bentuknya bulat panjang dan bundar.
Seperti gendang lainnya, gendang milik masyarakat Suku Bugis ini juga
menghasilkan suara yang khas dan memberikan irama yang bagus.
4) Suling. Suling terdiri atas 3 jenis, yaitu suling panjang (suling lampe), suling
calabai (suling ponco), dan suling dupa samping. Biasanya alat musik ini
digunakan untuk menyambut kedatangan para tamu.

C. Rumah Adat Suku Bugis


Rumah Adat Suku Bugis dibangun tanpa menggunakan satupun paku dan digantikan
dengan kayu atau besi. Jenis dari rumah ini memiliki 2 untuk status sosial yang berbeda.
Rumah saoraja digunakan untuk kaum bangsawan, sedangkan bola digunakan untuk
rakyat biasa. Perbedaannya hanya pada luas kedua rumah dan besaran tiang
penyangganya. Rumah ini juga terdiri atas 3 bagian. Awa bola adalah kolong (bagian
bawah) untuk menyimpan alat pertanian, alat berburu, dan lain-lain. Badan rumah terdiri
ruang tamu, ruang tidur, tempat menyimpan benih, dan lain-lain. Untuk bagian belakang
difungsikan sebagai dapur atau tempat tidur lansia dan anak gadis.
Arsitektur rumah ini mendapat pengaruh dari Islam karena rumah disana berorientasi
menghadap kiblat dan banyak lukisan-lukisan bernuansa islami.
 
D. Pakaian Adat Suku Bugis
Masyarakat Suku Bugis memiliki baju adat yang dinamakan baju bodo (pendek).
Awalnya baju ini dibuat dengan lengan pendek tanpa memakai dalaman. Seiring
perkembangan jaman baju ini dibuat menutupi aurat karena pengaruh Islam.
Baju bodo ini dipadukan dengan dalaman yang warnanya sama namun lebih terang.
Selain itu, untuk bawahan berupa sarung sutera berwarna senada.

Anda mungkin juga menyukai