Bali yang kita kenal sebagai pulau dewata juga memiliki gamelan seperti halnya provinsi lain di
pulau Jawa. Gamelan sendiri merupakan seperangkat alat musik tradisional yang terdiri dari
gong, kendang, kempul dan gambang. Bahan pembuatan gamelan antara lain terbuat dari logam,
menghasilkan suara yang nyaring dan gema yang yang bagus, dipakai dalam upacara agama dan
mengiringi tarian.
Walaupun bisa dikatakan memiliki fungsi yang sama dengan gamelan dari pulau Jawa, akan
tetapi bentuk ornamen atau hiasan gamelan Bali menjadi salah satu ciri yang membedakannya.
Gamelan Bali
Berbeda dengan tarian tradisional umumnya, tari kecak tidak diiringi oleh instrumen musik,
melainkan oleh suara chak-chak yang diutarakan para penarinya. Dari suara itu jugalah asal
nama tarian ini. Tarian ini dilakukan oleh sekelompok pria (yang jumlahnya bisa mencapai
ratusan) yang duduk melingkar sambil mengangkat kedua tangan mengikuti irama dan dipimpin
oleh seorang pendeta di tengah. Tarian yang mengambil cerita dari Ramayana ini dicipatakan
pada tahun 1930-an oleh Wayang Limbak dan pelukis asal Jerman Walter Spies.
2. Pakaian Adat Bali Wanita Sama dengan pakaian adat Bali pria, pakaian adat Bali wanita juga
sarat dengan nilai-nilai filosofis keagamaan. Pakaian tersebut terdiri atas beberapa aksesoris
yaitu kebaya, kamen, senteng atau selendang, bulang pasang, sanggul, dan bunga sebagai
penghias rambut.
a. Kebaya Atasan yang digunakan pada pakaian perempuan adat Bali adalah kebaya dengan
motif sederhana dan warna cerah. Pemilihan kebaya dinilai dapat menonjolkan sisi kecantikan
dan keanggunan wanita Bali. Adapun dalam keperluan ibadah, kebaya yang digunakan haruslah
sopan dari sisi desain, rapi dan bersih. Baca Juga : Pakaian Adat Padang Sumatera Barat
b. Kamen Untuk bawahan, pakaian adat Bali wanita juga dilengkapi dengan kamen. Kamen
dipakai untuk menutupi tubuh bagian bawah hingga sebatas 1 telapak tangan dari lutut. Batasan
ini diatur agar wanita Bali leluasa dalam bergerak melangkah dan berjalan, namun tetap terlihat
sopan dan anggun.
c. Selendang (Senteng) Wanita Bali umumnya juga akan mengenakan selendang atau senteng
yang disampirkan di bahu. Pemakaian selendang mempunyai makna filosofis bahwa wanita Bali
haruslah ingat akan ajaran darma dan siap mendidik putra putrinya kelak agar patuh terhadap
orang tua.
d. Bulang Pasang Untuk menguatkan ikan kamen, digunakan sebuah selendang kuning bernama
bulang pasang yang diikatkan di pinggang. Pemakaian selendang bulang pasang dalam pakaian
adat Bali wanita memiliki makna filosofis agar wanita Bali dapat menjaga rahimnya dan
mengendalikan tingkah lakunya dari segala keburukan. Pakaian Adat Bali
e. Sanggul Bagi wanita Bali, penataan rambut beserta hiasannya memiliki aturan khusus.
Sedikitnya ada 3 jenis gaya tata rambut atau sanggul yang dapat digunakan mereka, yaitu pusung
gonjer, pusung tagel, dan pusung kekupu. Pusung gonjer dikhususkan untuk wanita yang masih
lajang atau belum menikah, pusung tagel dikhususkan untuk wanita yang sudah menikah,
sementara pusung kekupu atau pusung podgala dikhususkan untuk wanita yang menyandang
status janda.
f. Bunga dan Aksesoris Lainnya Untuk mempercantik diri dan sebagai sarana ibadah, wanita
adat Bali umumnya juga akan menelipkan setangkai bunga di telinga atau rambutnya. Bunga
yang dipilih adalah bunga cempaka kuning, cempaka putih, dan atau bunga kamboja. Nah,
demikianlah pemaparan yang bisa kami rangkum dan sampaikan mengenai pakaian adat Bali
pria dan wanita lengkap dengan makna filosofis yang terkandung dalam setiap perlengkapan dan
cara pemakaiannyal. Semoga dapat menambah kecintaan kita terhadap budaya bangsa Indonesia.
Pada umumnya daging yang digunakan, antara lain daging ayam, babi,
ataupun ikan tenggiri. Namun, sate lilit dengan daging ikan tenggiri lah yang
menjadi primadona di Bali.
Bahasa
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Bali dan bahasa Indonesia, sebagian
besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Bahasa Inggris
adalah bahasa ketiga dan bahasa asing utama bagi masyarakat Bali yang
dipengaruhi oleh kebutuhan industri pariwisata. Bahasa Bali asli di bagi
menjadi 2 yaitu:
Kepercayaan
Mayoritas suku Bali menganut kepercayaan Hindu Siwa-Buddha, salah satu
denominasi agama Hindu. Ajaran ini dibawah oleh para pendeta dari India
yang berkelana di Nusantara dan kemudian memperkenalkan sastra Hindu-
Buddha kepada suku Bali berabad-abad yang lalu. Masyarakat menerimanya
dan mengkombinasikannya dengan mitologi pra-Hindu yang diyakini mereka.
Suku Bali yang telah ada sebelum gelombang migrasi ketiga, dikenal sebagai
Bali Aga, sebagian besar menganut agama berbeda dari suku Bali pada
umumnya. Mereka mempertahankan tradisi animisme.
Suku Bali Hindu percaya adanya satu Tuhan dengan konsep Trimurti yang
terdiri atas tiga wujud, yaitu:
Upacara Ngaben adalah upacara pembakaran mayat yang ada di Bali. Ketika orang sudah
meninggal bagi orang Bali wajib disucikan dengan media api yakni dibakar hingga menjadi abu.
Barulah abu dari pembakaran mayat tersebut dilarung di sungai atau lautan. Tujuan dari upacara
pembakaran mayat ini adalah penyucian elemen jiwa dan raga yang wajib dilakukan oleh
masyarakat Bali. Upacara ini juga untuk mengikhlaskan para keluarga yang ditinggal mati oleh
orang yang meninggal. Banyak sekali wisatawan yang datang untuk melihat prosesi Ngaben ini.
9.Tempat wisata di Bali
1. Pantai Kuta
Pantai Kuta adalah tempat wisata di Bali yang paling terkenal dan paling banyak dikunjungi
wisatawan karena lokasinya yang dekat dengan bandara, pantainya yang indah, biaya yang
murah, dan ombaknya yang cocok untuk peselancar pemula.Pantai ini juga terkenal dengan
panorama matahari tenggelamnya yang sangat indah. Fakta unik dari Pantai Kuta adalah sebelum
Pantai Kuta menjadi sebuah tempat wisata di Bali yang wajib dikunjungi seperti sekarang ini,
Pantai Kuta merupakan sebuah pelabuhan besar, pusat perdagangan di Bali. Dengan pasir putih
dan laut birunya, dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang sangat lengkap, Pantai Kuta adalah
primadona wisata Bali
Wedhung merupakan senjata tradisiona khas Bali lainnya. Cara penggunaan senjata ini yaitu
dengan cara dipegang karena bentuknya yang seperti pisau. Senjata wedhung ini, juga diartikan
sebagai kesiapan mereka untuk abdi kepada pemimpin yang sedang berkuasa. Wedhung terbuat
dari bahan logam yang ditempah. Sementara untuk genggamannya yaitu terbuat dari besi
maupun kayu.Senjata wedhung ini tidak hanya ditemukan di Bali saja. Karena ada juga wedhung
yang berasal dari Cirebon. Perbedaan wedhung Bali dan Cirebon yaitu terlihat dari bilah
pisaunya. Wedhung asli Cirebon mempunyai bilah pisau yang polos. Sedangkan wedhung khas
Bali mempunyai ciri khas dari motifnya.
Kehidupan sosial masyarakat di Bali dan kebudayaannya sangatlah lekat yang terpengaruh oleh
Agama Hindu, namun sebagai kearifan lokal dijelaskan bahwa Agama Hindu yang berkembang
di Bali dalam sejarah dan raja kerajaan Bali oleh Senopatih Ardi Senggoro Macan dalam
artikelnya di Fb disebutkan sudah bercampur dengan unsur budaya asli.
Salah satu contoh yang paling nyata dapat dilihat adalah bahwa dewa tertinggi dalam agama
Hindu-Buddha bukanlah Syiwa, melainkan Sang Hyang Widhi yang sama kedudukannya dengan
Sang Hyang Wenang di Jawa.
Selain itu, masyarakat Bali juga mengenal dewa-dewa setempat, seperti dewa air dan dewa
gunung (di Jawa kiranya sejajar dengan krama Desa Adat). Di bawah desa, mereka juga memuja
roh nenek moyang dan cikal bakal. Upacara penghormatan leluhur disebut Pitra Yadnya.
Sebagai tempat suci, dahulu digunakan candi. Tetapi, sejak berdirinya Kerajaan Gelgel dan
Klungkung, penggunaan candi sebagai tempat suci ditiadakan.
Sebagai pengganti fungsi candi dibuatkan kuil berupa kompleks bangunan yang sering disebut
pura.
Pada waktu upacara, dewa atau roh yang dipuja diturunkan dari surga, alam swah loka dan
ditempatkan pada kuil untuk diberi sesaji sebagai penghormatan. Upacara itu, misalnya,
Pura dalam lingkungan kerajaan disebut Pura Dalem, bentuknya seperti candi Bentar dan
dimaksudkan sebagai kuil kematian.
Adapun untuk keluarga raja dibuatkan pura khusus yang disebut Sanggah atau Merajan. Di Bali,
dewa tidak dipatungkan.
Adanya patung dewa di Bali diyakini sebagai bukti adanya pengaruh Jawa Kuno.
Di dalam kuil dibuatkan tempat tertentu yang disediakan untuk tempat turunnya dewa atau roh
nenek moyang yang telah menjalani prosesi ngaben.
Ngaben sebagai budaya pembakaran mayat atau tulang surga. Pembakaran mayat adalah suatu
kebiasaan di India yang diadaptasi di Bali.
Roh yang telah menjalani upacara ngaben dianggap telah suci. Ida Sang Hyang Widhi sebagai
dewa tertinggi tidak dibuatkan pura khusus, namun pada setiap kuil dibuatkan bangunan suci
untuknya berbentuk Padmasana atau Meru beratap.
Masyarakat Bali mengenal pembagian golongan atau kasta yang terdiri dari brahmana, ksatria,
dan waisya.
Di luar ketiga golongan tersebut masih ada lagi golongan yang disebut jaba, yaitu
anggota masyarakat yang tidak memegang pemerintahan.
Tiap-tiap golongan mempunyai tugas dan kewajiban yang tidak sama dalam bidang
keagamaan.
Pada masa pemerintahan Anak Wungsu, dikenal adanya beberapa golongan pekerja khusus, di
antaranya pande besi, pande emas, dan pande tembaga. Mereka bertugas membuat alat-alat
pertanian, alat-alat rumah tangga, senjata, perhiasan, dan sebagainya.
Hubungan dengan Jawa sudah ada sejak zaman pemerintahan Udayana dan Gunapriya,
dibuktikan dengan adanya prasasti-prasasti raja-raja Bali yang memakai bahasa Jawa Kuno.
Provinsi bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena merupakan
salah satu aset devisa negara Indonesia yang cukup tinggi di bidang pariwisatanya. Ibukota
Provinsi Bali adalah Denpasar. Provinsi bali sendiri tidak hanya terdiri dari pulau (dewata) Bali
saja, namun juga terdiri dari banyak pulau yang lain, contohnya pulau Nusa Penida, Nusa
Lembongan, Nusa Ceningan, dan lain lain. Provinsi Bali secara astronomis terletak di 8 LS
dan 115 BT. Daerah ini masih memiliki iklim tropis seperti Provinsi lainnya di Indonesia.
Secara geografis provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur, dan Selat Bali di sebelah
barat, Laut Bali di sebelah utara, samudera hindia di sebelah selatan, dan Selat Lombok di
sebelah timur. Penduduk Bali terdiri dari dua, yaitu penduduk asli Bali atau disebut juga Bali
Aga (baca :bali age) dan penduduk bali keturunan Majapahit. Sedangkan kebudayaan Bali
memiliki kebudayaan yang khas karena secara belum terpengaruhi oleh budaya lain.
Kebudayaan Bali pada hakikatnya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama
Hindu. Masyarakat Bali mengakui adanya perbedaaan ( rwa bhineda ), yang sering ditentukan
oleh faktor ruang ( desa ), waktu ( kala ) dan kondisi riil di lapangan (patra ). Konsep desa,
kala, dan patra menyebabkan kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan selektif dalam menerima
dan mengadopsi pengaruh kebudayaan luar. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa
komunikasi dan interaksi antara kebudayaan Bali dan budaya luar seperti India (Hindu), Cina,
dan Barat khususnya di bidang kesenian telah menimbulkan kreatifitas baru dalam seni rupa
maupun seni pertunjukkan. Tema-tema dalam seni lukis, seni rupa dan seni pertunjukkan banyak
dipengaruhi oleh budaya India. Demikian pula budaya Cina dan Barat/Eropa memberi nuansa
batu pada produk seni di Bali. Proses akulturasi tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan Bali
bersifat fleksibel dan adaptif khususnya dalam kesenian sehingga tetap mampu bertahan dan
tidak kehilangan jati diri (Mantra 1996).
Selain nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi, dalam kebudayaan Bali juga dikenal adanya
konsep tri semaya yakni persepsi orang Bali terhadap waktu. Menurut orang Bali masa lalu
(athita ), masa kini ( anaghata ) dan masa yang akan datang ( warthamana ) merupakan suatu
rangkaian waktu yang tidak dapt dipisahkan satu dengan lainnya. Kehidupan manusia pada saat
ini ditentukan oleh hasil perbuatan di masa lalu, dan perbuatan saat ini juga menentukan
kehidupan di masa yang akan datang. Dalam ajaran hukum karma phaladisebutkan tentang
sebab-akibat dari suatu perbuatan, perbuatan yang baik akan mendapatkan hasil yang baik.
Demikian pula seBaliknya, perbuatan yang buruk hasilnya juga buruk atau tidak baik bagi yang
bersangkutan.
BAHASA
Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak
cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat,
dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan
penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus
dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang
wanita, atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya
dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan
yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara
bangsawan dengan abdi dalemnya, Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar
kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di
kabupaten Banyuwangi. Selain itu bahasa Osing, sebuah dialek Jawa khas Banyuwangi, juga
menyerap banyak kata-kata Bali. Misalkan sebagai contoh kata osing yang berarti tidak
diambil dari bahasa Bali tusing. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa.