MTS NEGRI 2
BANJARNEGARA
Suku Bali ( Bali )
Baju payas agung merupakan gambaran dari sebuah kemewahan sekaligus kebahagiaan
saat acara pernikahan.
Baju ini didominasi oleh perpaduan warna putih, merah menyala dan emas. Bagi
pengantin wanita, biasanya akan ditambahkan aksesoris mahkota yang bentuknya lancip
ke atas.
Bagi pengantin pria yang menggunakan payas agung, warnanya juga didominasi merah,
putih dan emas.
Bagian bawah akan menggunakan songket dan dilengkapi keris. Ada pula kain atau
sesanteng yang dililitkan di tubuh atas pengantin pria.
Tari Yang ada di provinsi bali
Tari kecak
Tari kecak adalah seni tari yang berasal dari Bali. Seni tari kecak ini
dipertunjukkan oleh puluhan penari laki-laki yang duduk berbaris dengan pola
melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak, cak, cak" serta
mengangkat kedua lengan.
Dalam buku karya Resi Septiana Dewi yang berjudul "Keanekaragaman Seni
Tari Nusantara", dalam menarikan tari kecak para penari duduk melingkar dan
mengenakan kain khas Bali yang bermotif kotak-kotak seperti papan catur
yang ditaruh di pinggang. Beberapa penari juga memerankan tokoh-tokoh
seperti Rama, Shinta, Rahwana hingga Hanoman.
Berikut beberapa fakta tentang tari kecak yang berasal dari Bali:
1. Sejarah
Di tahun 1930-an, seniman Bali bernama Wayan Limbak dan pelukis asal
Jerman bernama Walter Spies menciptakan tarian kecak. Tarian ini
terinspirasi dari ritual tradisional yang dilakukan masyarakat Bali yang
kemudian diadaptasi dalam cerita Ramayana dalam kepercayaan Hindu untuk
dipertontonkan sebagai pertunjukkan seni saat turis datang ke Bali.
Tari kecak biasanya dilakukan oleh puluhan laki-laki bertelanjang dada dan
mengenakan kain kotak-kota di pinggang hingga atas dengkul.
Tari kecak pertama kali dipentaskan di beberapa desa saja salah satunya
adalah Desa Bona, Gianyar. Namun berkembang ke seluruh daerah di Bali
dan selalu dihadirkan saat kegiatan-kegiatan seperti festival yang
dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta.
Ratu Anom merupakan salah satu lagu yang familiar banget bagi masyarakat Bali. Ini
adalah lagu yang biasanya dinyanyikan oleh anak-anak Bali. Mereka menyanyikannya
di lingkungan rumah atau sekolah. Tembang ini juga penuh akan makna mendalam
belum lagi alunan lagunya yang syahdu dan juga khas. Biasanya, lagu ini menjadi
tembang untuk pengantar tidur anak-anak. Ratu Anom juga merupakan lagu daerah
yang sudah menjadi bagian dari kebudayaan orang Bali.
Kandik merupakan senjata tradisional daerah Bali. Dalam bahasa Bali, kandik berarti kapak. Kandik
berbentuk kapak besi bermata satu dengan gagang yang panjang, tebal, dan kokoh. Kandik dalam
mitologi Bali merupakan simbol dari Ayudha Dewata atau senjata para dewa. Mitologi tersebut
berasal dari masyarakat Bali yang memegang agama Hindu sebagai kepercayaannya. Masyarakat
Bali menyembah Ganesha sebagai dewa ilmu pengetahuan, kebijaksanaan, kecerdasan, penolak
bala, dan pelindung. Penampilan Ganesha erat kaitannya dengan senjata kandik. Ganesha memiliki
nama lain Ekadanta (bertaring satu) merujuk pada kepercayaan Hindu yang berkaitan dengan
kandik. I Wayan Suantika dalam jurnalTinggalan Arkeologi di Pura Puseh Kiadan, Kecamatan Petang,
Kabupaten Badung: Kajian Bentuk dan Fungsi (2015), menyebutkan bahwa Parasurama seorang
makhluk abadi dalam kepercayaan Hindu, bersikeras masuk ke kediaman Shiwa dan Parvati
sehingga dihadang oleh Ganesha. Baca juga: Sundu dan Klewang, Senjata Tradisional NTT Ganehsa
kemudian bertarung dengan Parasurama dengan kandik pusakanya. Ganesha telat mengetahui
bahwa kandik tersebut adalah pemberian ayahnya, Shiwa. Dalam pertarungan tersebut, kandik
Parasurama berhasil memotong salah satu gading Ganesha. Hal tersebut membuat ibu Ganesha,
Parvati marah dan hendak mengutuk Parasurama. Dilansir dari Mantra Hindu Bali, Shiwa akhirnya
keluar untuk menenangkan Parvati dan Parasurama meminta maaf dengan memberikan kandik
tersebut pada Ganesha. Inilah mengapa patung Ganesha memiliki bentuk bertaring satu dengan
memegang kandik atau kapak. Dengan makna historis yang kuat tersebut, membuat kandik menjadi
salah satu senjata khas Bali. Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI,
kandik digunakan oleh laki-laki Bali untuk melakukan pekerjaan berat seperti menebang dan
membelah kayu. Kandik sebagai perkakas utama masyarakat Bali didukung oleh bukti arkeologi
berupa penemuan kapak batu dari masa paleolitikum. Kandik yang biasa digunakan dalam
keseharian adalah kapak besi yang polos dengan gagang dari kayu keras. Baca juga: Parang
Salawaku dan Tombak, Senjata Tradisional Maluku Sedangkan kandik pusaka adalah kapak besi
atau perunggu berukir dengan gagang dari besi pula. Bagian ujung dari kandik seperti ujung tombak
yang runcing, sedangkan ujung tombak lainnya diukir membentuk bulatan. Kandik tersebut memiliki
warna emas yang kemilau