Anda di halaman 1dari 13

KLIPING

KEBERAGAMAN SUKU DAN BUDAYA


PROVINSI JAMBI

Nama : Di Nur Hana


Kelas : 7 G
Mapel : Pendidikan Pancasila dan Keluarganegaraan

MTS NEGRI 2
BANJARNEGARA
 Suku Di Jambi
 Suku Kerinci

Suku Kerinci adalah suku yang mendiami wilayah Kabupaten Kerinci, Kota Sungai
Penuh, Jambi. Suku Kerinci terbanyak berpusat di Kabupaten Kerinci yang terletak
dekat perbatasan Provinsi Sumatra Barat. Secara Topografi Kabupaten Kerinci
memiliki tanah berbukit dan berlembah dalam deretan Pegunungan Bukit Barisan
dengan puncak tertinggi Gunung Kerinci.

Populasi suku ini sekitar 300.000 jiwa dengan pola perkampungan yang
mengelompok padat. Suatu kampung, yang disebut dusun, biasanya dihuni oleh
sekelompok kerabat yang berasal dari satu keturunan nenek moyang. Dalam dusun
terdapat beberapa larik (rumah panjang) yang letaknya berderet dan mengelompok
di sekitar jalan desa. Mata pencaharian sebagian besar penduduknya adalah bertani
di ladang dan di sawah.

Asal Usul Suku Kerinci


Beberapa penelitian menyebutkan bahwa suku Kerinci termasuk kelompok suku
bangsa asli yang pada awalnya datang ke Sumatra. Kelompok tersebut kemudian
dikenal dengan ‘Kecik Wok Gedang Wok’ yang diduga telah berada di wilayah ‘Alam
Kerinci’ semenjak 10.000 tahun yang lalu (Whitten, 1987). Para ahli belum bisa
memastikan sebetulnya ‘Kecik Wok Gedang Wok’ termasuk ke dalam kelompok ras
apa, karena mereka telah lebur dalam percampuran darah dengan penduduk yang
datang kemudian. Sehingga sisa dari kelompok ‘Kecik Wok Gedang Wok’ ini sudah
tidak ditemukan lagi.

Menurut Kern (1889) dan Sarasin (1982), pada tahun 4.000 SM telah terjadi
perpindahan rumpun Melayu (rumpun Polinesia) dari Alam Melayu ke pulau-pulau di
Lautan Teduh sebelah timur dan pulau-pulau di Lautan Hindia sebelah barat, maka
terjadi pula perpindahan etnis dari satu tempat ke tempat lain pada Alam Melayu
seperti perpindahan Proto Malaiers (Melayu Tua) ke Alam Kerinci. Alam Kerinci saat
itu telah didiami oleh manusia ‘Kecik Wok Gedang Wok’. Jumlah Proto Melayu yang
lebih dominan menyebabkan kelompok Kecik Wok Gedang Wok secara perlahan
lenyap dalam percampuran darah. Kelompok tersebut selanjutnya berkembang dan
menjadi nenek moyang orang Kerinci.

Dr. Bennet Bronson, peneliti dari Amerika Serikat bersama Tim Lembaga Purbakala
dan Peninggalan Nasional Jakarta (1973) berpendapat bahwa suku bangsa Kerinci
lebih tua dari bangsa Inka (Indian) di Amerika. Salah satu bukti yang dikemukakan
adalah tentang kelompok ‘Kecik Wok Gedang Wok’ yang belum mempunyai nama
panggilan secara individu, sedangkan suku bangsa Indian di Amerika diketahui
sudah memiliki nama seperti Big Buffalo, dan Litte Fire.

 Bahasa Suku Kerinci

Nama Kerinci berasal dari bahasa Tamil, yaitu nama bunga kurinji (Strobilanthes
kunthiana) yang tumbuh di India Selatan pada ketinggian di atas 1800m yang
mekarnya satu kali selama dua belas tahun. Karena itu Kurinji juga merujuk pada
kawasan pegunungan. dapat dipastikan bahwa hubungan Kerinci dengan India telah
terjalin sejak lama dan nama Kerinci sendiri diberikan oleh pedagang India Tamil.

Bahasa Suku Kerinci termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia, Melayu


Polinesia Barat, keluarga bahasa Melayu-Minangkabau. Berdasarkan bahasa dan
adat-istiadat termasuk dalam kategori Melayu proto, dan paling dekat dengan
Minangkabau Melayu deutro dan Jambi Melayu deutro. Sebagian besar suku Kerinci
menggunakan bahasa Kerinci, yang memiliki beragam dialek, yang bisa berbeda
cukup jauh antar satu dusun dengan dusun lainnya di dalam wilayah Kabupaten
Kerinci dan Kota Madya Sungai Penuh – setelah pemekaran wilayah tahun 2008.
Untuk berbicara dengan pendatang biasanya digunakan bahasa Minangkabau atau
bahasa Indonesia (yang masih dikenal dengan sebutan Melayu Tinggi). Suku
Kerinci memiliki aksara yang disebut aksara incung yang merupakan salah satu
variasi surat ulu.

Tradisi Suku Kerinci


Suku Kerinci mengenal tradisi upacara atau pesta adat siap panen yang dikenal
dengan sebutan kenduri sko. Kenduri sko merupakan upacara adat yang terbesar di
daerah Kerinci dan termasuk kedalam upacara adat Titian Teras Bertangga Batu.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Daud (1991:32) bahwa upacara adat di Kerinci
dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yang disebut dengan: Upacara Adat Titian
Teras Bertangga Batu; Upacara Adat Cupak Gantang Kerja Kerapat; Upacara Adat
Tumbuh-tumbuh Roman-roman.

Sebagaimana tradisi-tradisi dalam upacara adat di setiap masyarakat, upacara


kenduri sko di Kerinci memiliki arti penting bagi masyarakat setempat. Upacara
kenduri sko merupakan upacara puncak kebudayaan masyarakat Kerinci. Dengan
kata lain dapat diartikan sebagai suatu perhelatan tradisional masyarakat Kerinci
dengan maksud dan tujuan tertentu. Upacara kenduri sko hanya dilakukan pada
desa persekutuan adat atau masyarakat adat dari dusun asal desa-desa yang
memiliki sejarah tetua adat depati ninik mamak dan juga memiliki benda-benda
pusaka. Kenduri sko merupakan upacara adat terbesar yang ada di Kerinci dan
mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat. Di dalam upacara tersebut terdapat
acara penurunan benda-benda pusaka nenek moyang, serta pemberian gelar adat
kepada pemangku-pemangku adat yang baru yang akan memimpin adat desa
tersebut. Dengan demikian, upacara kenduri sko sangat penting sekali bagi orang
Melayu Tua yang ada di Kabupaten Kerinci, khususnya Desa Keluru.

Hubungan Kekerabatan
Masyarakat Kerinci menarik garis keturunan secara matrilineal, artinya seorang
yang dilahirkan menurut garis ibu menurut suku ibu. Suami harus tunduk dan taat
pada tenganai rumah, yaitu saudara laki-laki dari istrinya. Dalam masyarakat Kerinci
perkawinan dilaksanakan menurut adat istiadat yang disesuaikan dengan ajaran
agama Islam.

Hubungan kekerabatan di Kerinci mempunyai rasa kekeluargaan yang mendalam.


Rasa sosial, tolong-menolong, kegotongroyongan tetap tertanam dalam jiwa
masyarakat Kerinci. Antara satu keluarga dengan keluarga lainnya ada rasa
kebersamaan dan keakraban. Ini ditandai dengan adanya panggilan-panggilan pasa
saudara-saudara dengan nama panggilan yang khas. Karenanya keluarga atau
antar keluarga sangat peka terhadap lingkungan atau keluarga lain. Antara orang
tua dengan anak, saudara-saudara perempuan seibu, begitupun saudara-saudara
laki-laki merupakan hubungan yang potensial dalam menggerakkan suatu kegiatan
tertentu.

Hubungan Kemasyarakatan
Struktur kesatuan masyarakat Kerinci dari besar sampai yang kecil, yaitu
kemendapoan, dusun, kalbu, perut, pintu dan sikat. Dalam musyawarah adat
mempunyai tingkatan musyawarah adat, pertimbangan dan hukum adat, berjenjang
naik, bertangga turun, menurut sko yang tiga takah, yaitu sko Tengganai, sko Ninik
Mamak dan sko Depati.

Perbedaan kelas dalam masyarakat Kerinci tidak begitu menyolok. Stratifikasi sosial
masyarakat Kerinci hanya berlaku dalam kesatuan dusun atau antara dusun
pecahan dusun induk. Kesatuan ulayat negeri atau dusun disebut parit bersudut
empat. Segala masalah yang terjadi baik masalah warisan, kriminal, tanah dan
sebagainya selalu disesuaikan menurut hukum adat yang berlaku.
 Rumah adat Jambi kerap dikenal dengan nama Kajang Leko. 

Salah satu provinsi yang berada di pulau Sumatera ini mempunyai keunikan
tersendiri dalam arsitektur bangunannya. 
Pemilihan bentuk bangunan ini biasanya dihubungkan dengan banyak faktor
termasuk budaya di masyarakat Jambi sendiri.  
Rumah Kajang Leko ini berasal dari 60 tumbi atau keluarga yang pindah ke Koto
Rayo. 
Melansir laman resmi Kemendikbud, ide rumah adat Jambi bermula dari
penyelanggaraan sayembara. 
Gubernur Jambi mengadakan sayembara bernama Sepucuk Jambi Sembilan
Rumah pada tahun 70-an. 
Hal ini bertujuan utnuk mencari rumah adat sebagai jati diri Jambi. 
Sayembara tersebutlah yang akhirnya menghasilkan rumh adat Jambi bernama
Rumah Panggung Kajang Leko.
Provinsi Jambi pada umumnya didominasi oleh suku Batin. 
Hingga kini, masyarakat Bathin masih mempertahankan adat istiadat yang

ditinggalkan oleh nenek moyang.


Dilansir dari berbagai sumber, Kajang Leko memiliki gaya seperti rumah adat di
Indonesia pada umumnya.
Rumah adat Jambi ini mempunyai konsep rumah panggung.
Uniknya, hunian ini dibuat tinggi sehingga dapat mengantisipasi saat banjir
datang. 
Tak hanya itu, Kajang Leko juga didesain untuk meminimalisir serangan dari
binatang buas.
1. Konstruksi Rumah Adat Provinsi Jambi
Sumber: pariwisataindonesia.id/
Konsep rumah adat Jambi ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran 12x9
meter. 
Untuk pondasi bangunannya sendiri ditopang dengan 30 tiang berukuran besar. 
24 tiang digunakan sebagai tiang utama, sementara enam tiang lainnya merupakan
tiang pelamban. 
Untuk masuk ke dalamnya, kamu harus naik menggunakan sebuah tangga. 
Terdapat dua tangga di dalam hunian ini. 
Sebelah kanan sebagai tangga utama dan sebelah kiri merupakan tangga penteh.
Konstruksi bagian atap dari rumah adat ini pun tergolong sangat unik.
Atap ini diberi nama Gajah Mabuk sesuai dengan nama dari pembuat desain. 
Dikutip situs Kemendikbud, nama itu digunakan karena pembuat desain sedang
dimabuk cinta. 
Sayangnya, ia justru tak mendapat restu dari kedua orang tuanya. 
Sementara, bubungan atap berbentuk seperti perahu dengan ujung atas
melengkung. 
Bubungan atap ini terbuat dari bahan anyaman ijuk. 
Lengkungan atap ini kerap disebut potong jerambah atau lipat kajang.
Dinding rumah Kajang Leko juga terbilang sangat cantik. 
Ia berasal dari material kayu dengan hiasan beragam ukiran yang detail.
Bagian atap rumah adat ini dilapisi oleh material yang disebut tebar layar. 
Tebar layar ini merupakan plafon yang memisahkan antara ruangan loteng dengan
ruangan di bawahnya.
Ruang loteng ini sering digunakan sebagai ruang penyimpanan.
Untuk menuju ke area tersebut, kamu akan membutuhkan tangga patetah. 
2. Jumlah Ruangan

Setiap ruangan di dalam Kajang Leko ini tentu memiliki fungsi masing-masing. 
Ruangan di dalam sebuah rumah adat memiliki fungsinya masing-masing.
Secara umum, rumah adat Jambi ini memiliki delapan ruangan, yaitu:
Pelamban
Pelamban merupakan bagian bangunan yang berada di sebelah kiri bangunan
induk.
Lantainya terbuat dari bambu belah yang telah diawetkan.
Bambu ini kemudian dipasang dengan sedikit jarak untuk mempermudah air
mengalir di bawahnya.
Ruang Gaho
Ruang ini terdapat di ujung sebelah kiri bangunan yang memiliki arah memanjang.
Di dalamnya, kamu akan menemukan dapur, tempat air, hingga tempat
penyimpanan. 
Ruang Masinding
Ruang masinding merupakan serambi depan yang digunakan untuk menerima
tamu.
Dalam musyawarah adat, ruangan ini digunakan untuk tempat duduk orang biasa.
Uniknya, hanya tamu laki-laki yang boleh berada di ruangan ini.
Ruang Tengah
Ruangan ini berada di tengah-tengah bangunan antara ruang tengah dan ruang
masinding yang tidak memakai dinding.
Pada saat pelaksanaan upacara adat, ruangan ini biasanya ditempati oleh
perempuan.

 Pakaian adat yang ada di Provinsi Jambi


 Baju Kurung

Baju Kurung Tanggung merupakan pakaian adat yang berasal dari Provinsi Jambi.
Baju adat tersebut dipakai oleh laki-laki dan perempuan masyarakat Jambi untuk
acara pernikahan. Dilansir dari buku Storypedia: Nusantara (2013), pakaian
tradisional laki-laki Jambi bernama bernama Baju Kurung Tanggung. Di mana
terdiri dari penutup kepala atau lacak. Lacak dibuat dari beledru warna merah.
Tutup kepala tersebut memiliki dua bagian yang menjulang tinggi, dengan julangan
yang lebih tinggi pada bagian depannya. Untuk pakaian adat perempuan adalah
kain karung songket dan selendang berwarna merah. Namanya adalah Baju Kurung
Tanggung bersulam benang emas. Motifnya adalah hiasan melati, pucuk rebung
dan kembang tagapo. Penutup kepala untuk perempuan bernama pesangkon yang
bagian dalam diberi kertas karton agar keras. Baca juga: Taa dan Sapei Sapaq,
Pakaian Adat Kalimantan Utara Bentuk baju adat Dinamakan baju Kurung
Tanggung, karena baju tersebut memiliki lengan yang tanggung, panjangnya lebih
dari siku tapi tidak sampai pergelangan tangan. Untuk penggunaan lengan
semacam ini memiliki filosofi bahwa pria Melayu Jambi harus tangkas dan cekatan
saat bekerja. Teknik pembuatannya sendiri dengan tenun dan bordir. Para laki-laki
Melayu Jambi mengenakan lacak atau penutup kepala yang terbuat dari kain
beludru merah yang di bagian dalamnya diberi kertas karton. Dikutip dari situs
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), pemberian kertas karton
dimaksudkan agar kain dapat ditegakan menjulang tinggi ke atas. Sebagai hiasan,
lacak umumnya akan dilengkapi dengan flora, yaitu tali runci di sisi kiri dan bungo
runci di sisi kanan. Bungo runci dapat berupa bunga asli maupun bunga tiruan.
Untuk pakaian perempuan merupakan pakaian adat yang dipakai saat pernikahan
dan tidak menunjukan sistem kelas tersendiri pada si pemakainya. Baca juga: Biliu,
Pakaian Adat Gorontalo Kelengkapan baju adat Untuk baju Karung Tanggung
sebagai pelengkap terdiri, sarung songket yang dililitkan ke pinggul. Untuk
menguatkan ikatan sarung, sabuk kuningan akan dipasang melingkar di pinggul
sekaligus sebagai tempat menyelipkan keris yang menjadi senjata tradisional
Jambi. Dilansir dari situs Pemerintah Kota Jambi, dikenakan juga selempang yang
menyilang badan terbuat dari songket warna merah keungu-unguan sebagai
pasangan kain sarung. Motifnya adalah motif bunga berangkai clan beranting. Pada
bagian pinggang dihiasi dengan selendang tipis warna merah jambu yang pada
ujung ujungnya diberi umbai-umbai warna kuning. Untuk pakaian perempuan
hampir sama dengan pakaian pria yang berupa baju kurung yang terbuat dari
bahan kain beludru. Teratai dada (tutup dada), selendang, pending dan sabuk (ikat
pinggang), dan selop yang dikenakan juga sama. Baca juga: Upaya Pemerintah
Menghadapi Pemberontakan Andi Azis Kelengkapan pakaian perempuan lebih
banyak dibandingkan pakaian yang dikenakan laki-laki. Di mana perempuan
mengenakan anting-anting atau antan yang bermotif kupu-kupu atau gelang banjar.
Kalung terdiri dari tiga jenis, yaitu kalung tapak, kalung jayo atau kalung bertingkat
dan kalung rantai sembilan. Pada jari-jarinya terpasang cincin pacat kenyang dan
cincin kijang atau capung. Untuk jumlah gelang yang dipakai lebih banyak, di mana
meliputi gelang kilat bahu masing-masing lengan dua buah. Kemudian ditambah
dengan gelang kano, gelang ceper dan gelang buku beban. Semuanya itu di pasang
pada lengan.
 Tarian adat yang ada di Provinsi Jambi
 tari Sekapur Sirih

Tarian daerah Jambi yang pertama kita bahas tentunya sudah kalian kenal
yaitu tari Sekapur Sirih.

Tari Sekapur Sirih mempunyai fungsi sebagai tarian penyambut tamu-tamu


terhormat maupun jika ada tokoh-tokoh besar yang datang ke daerah
tersebut.

Fungsi tarian khas Jambi ini sama dengan tarian adat Sumatera Selatan
yaitu tari Tanggai.

Tarian dari Jambi ini mempunyai makna lain sebagai Pembukaan, tari


daerah Jambi ini diciptakan oleh seniman asal Jambi ialah Firdaus Chatab
sekitar pada tahun 1962, pada awal munculnya tarian ini sangat digemari
dan dapat berkembang dengan cepat.

Tetapi sekarang ini tarian ini tidak begitu populer sama seperti pada waktu
pertama kali muncul.

Tari Sekapur Sirih ini biasanya ditarikan oleh 9 orang penari. 9 penari
tersebut mempunyai tugas masing-masing, berikut penjelasannya:

 1 penari bertugas membawa payung


 2 penari bertugas mengawal pembawa payung
 Sisanya bertugas sebagai penari biasa
Sekarang ini tari Sekapur Sirih juga mempunyai versi lain, dimana penarinya
berjumlah 6 orang. 1 orang bertugas sebagai pembawa mangkok atau dalam
bahasa setempat yaitu carano, sedangkan selebihnya sebagai penari biasa.
Selain memiliki fungsi yang sama dengan tari Tanggai yang ada di Sumatera
Selatan, fungsi tari Sekapur Sirih juga sama dengan tari Persembahan yang
ada di Riau.
 Lagu Daerah Provinsi Jambi
 Orang Kayo Hitam

Ilustrasi hubungan sesama manusia lagu daerah Jambi

Orang Kayo Hitam menyimpan nilai moral dibalik liriknya. Melalui


Analisis Nilai Moral Yang Terdapat pada Lagu Daerah Jambi
Orang Kayo Hitam (2020) oleh Alirmansyah dkk, nilai moral yang
ada berupa hubungan Tuhan dan manusia dimana manusia harus
mengingat Tuhannya dalam berbagai keadaan.
Nilai kedua ialah hubungan manusia dengan manusia dimana kita
wajib menjaga kerukunan dan meyayangi antar sesama.
Lirik lagu Orang Kayo Hitam
Orang kayo hitam, gagah perkaso
Namonyo agung di mano-mano
Sampai Mataram orang kenali
Pusahkan pulo di Batanghari
Ayah bernamo Datuk Berhalo
Turunan Turki asal bagindo
Putri Pinang Masak namo ibunyo
Dari Pagaruyung negeri asalnyo
Suto..
Orang Kayo Hitam agung di mano-mano
Keris siginjai senjato yang utamo
Rangkaio Pingai dulur yang tuo
Yang bijaksano mimpin negeri
Kedataran lamo dulur yang mudo
Gunung balangsebo diuji kenari
Mayang mengurai istri setio
Anak Tumenggung Merah Melato
Meriam sijimat penjelmaannyo
Egung sitimang pulo ibunyo
Suto…
Orang Kayo Hitam agung di mano-mano
Keris siginjai senjato yang utamo.

 Kuliner Khas Daerah Provinsi Jambi

 Tempoyak
 atau tempuyak adalah masakan yang berasal dari buah durian yang difermentasi. Tempoyak
merupakan makanan yang biasanya dikonsumsi sebagai lauk saat menyantap nasi. Tempoyak
juga dapat dimakan langsung, tetapi hal ini jarang sekali dilakukan karena banyak yang tidak
tahan dengan keasaman dan aroma dari tempoyak itu sendiri. Selain itu, tempoyak
dijadikan bumbu masakan.
Citarasa dari Tempoyak adalah asam, karena terjadinya proses fermentasi pada daging
buah durian yang menjadi bahan bakunya. Tempoyak dikenal di Indonesia, terutama
di Sumatra Selatan, Bengkulu, Lampung, Jambi, dan Kalimantan. Makanan ini juga terkenal
di Malaysia. Di Palembang, tempoyak dimasak dengan campuran daging ayam dan campuran
untuk sambal, serta pindang ikan patin atau dibuat brengkes (pepes) ikan. Di Lampung,
tempoyak menjadi bahan dalam hidangan seruit atau campuran untuk sambal.
Pengolahan durian menjadi tempoyak didasari oleh hasil durian yang berlimpah di Sumatera
Selatan pada masa lalu. Untuk memanfaatkan keberlimpahan ini, orang-orang Sumatera
Selatan kemudian mengolahnya menjadi makanan yang tahan lama, yaitu durian yang
difermentasikan. Tempoyak merupakan makanan khas melayu Palembang.
Tempoyak ini kemudian dapat diolah menjadi beberapa makanan atau sebagai pelengkap
masakan. Makanan turunan tempoyak berupa :
1. Sambal tempoyak mentah
2. Sambal tempoyak tumis
3. Iwak masak tempoyak
4. Pindang Patin Tempoyak
5. Brengkes Tempoyak

Cara pembuatan[
Adonan tempoyak dibuat dengan cara menyiapkan daging durian, baik durian lokal atau durian
monthong (kurang bagus karena terlalu banyak mengandung gas dan air). Durian yang dipilih
diusahakan agar yang sudah masak, biasanya yang sudah tampak berair. Kemudian daging
durian dipisahkan dari bijinya, setelah itu diberi sedikit garam. Setelah selesai, lalu ditambah
dengan cabe rawit yang bisa mempercepat proses fermentasi. Namun proses fermentasi tidak
bisa terlalu lama karena akan mempengaruhi cita rasa akhir.
Setelah proses di atas selesai, adonan disimpan dalam tempat yang tertutup rapat. Diusahakan
untuk disimpan dalam suhu ruangan. Bisa juga dimasukkan ke dalam kulkas, tetapi fermentasi
akan berjalan lebih lambat.
Tempoyak yang telah difermentasi selama 3-5 hari cocok untuk dibuat sambal, karena sudah
asam dan masih ada rasa manisnya. Sambal tempoyak biasanya dipadukan dengan ikan
Teri, ikan mas, ikan mujair, ikan patin, ataupun ikan-ikan lainnya

 Senjata Tradisional Di Provinsi Jambi

 Badik Tumbuk Lada

Senjata tradisional Jambi yang paling populer adalah bernama Badik Tumbuk Lada.
Senjata ini berupa sebuah badik (senjata tikam) dengan keunikan pada desain gagang,
bilah, dan sarungnya. Tidak seperti layaknya Badik khas Sulawesi, Badik Tumbuk Lado
nampak lebih simpel.

Senjata ini tidak terdapat banyak ukiran atau hiasan selain pada bagian gagang atau
pegangannya yang dilengkapi motif sederhana. Pada saat ini selain sebagai sarana
pelindung, Badik Tumbuk Lado  juga telah berfungsi sebagai identitas bagi masyarakat
Jambi

Anda mungkin juga menyukai