Anda di halaman 1dari 5

A.

Suku Betawi
1. Identitas suku
Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya
umumnya bertempat tinggal di Jabodetabek. Kelompok etnis ini lahir dari
perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di
Jakarta, seperti Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, Arab,
Tionghoa, dan India.
Mengenai asal mula kata Betawi, menurut para ahli dan sejarahwan, seperti
Ridwan Saidi ada beberapa acuan:
 Pitawi (bahasa Melayu Polinesia Purba) yang artinya larangan. Perkataan
ini mengacu pada komplek bangunan yang dihormati di Candi Batu Jaya.
 Betawi (Bahasa Melayu Brunei) digunakan untuk menyebut giwang,
Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi yang
banyak ditemukan giwang dari abad ke-11 M.
 Flora Guling Betawi (cassia glauca), famili papilionaceae yang
merupakan jenis tanaman perdu yang kayunya bulat seperti guling dan
mudah diraut serta kukuh. Dahulu kala jenis batang pohon Betawi banyak
digunakan untuk pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau.
2. Lokasi dan persebarannya
Wilayah tempat orang Betawi berdiam itu meliputi daerah propinsi DKI
Jakarta, daerah propinsi Banten, dan daerah propinsi Jawa Barat.
3. Bahasa dan contoh kalimat
Bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa
informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek
Betawi. Dialek Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi
tengah/ kota dan dialek Betawi pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya
berbunyi "é" sedangkan dialek Betawi pinggir/ udik adalah "a". Dialek
Betawi pusat atau tengah sering kali dianggap sebagai dialek Betawi sejati,
karena berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta. Dialek Betawi tengah
jelas menyebutkan "é", sedangkan Betawi pinggir bernada "a" keras mati
seperti "ain" mati dalam cara baca mengaji Al Quran.
ape apa
gimane bagaimana
nape kenapa
ade ada
aje saja
gue/aye saya
elu/ente kamu
4. Agama dan kepercayaan
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut
agama Kristen; Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali.
5. Hukum adat dan tradisi Upacara adat yang kerap dilakukan masyarakat suku
Betawi terkait daur hidup manusia adalah sebagai berikut.
 Upacara kehamilan Kekeba atau Nujuh Bulanin, merupakan upaya untuk
memberitahukan kepada masyarakat bahwa seorang perempuan benar-
benar hamil dan akan melahirkan keturunan.
 Upacara kelahiran, merupakan bentuk ungkapan rasa syukur atas
kelahiran si bayi dan keselamatan ibunya. Yang termasuk upacara
kelahiran antara lain upacara menanam ari-ari, upacara puput puser atau
lepas tali pusar, dan upacara cukur rambut.
 Upacara masa kanak-kanak, yakni upacara khusus bagi anak-anak yang
sedang beranjak dewasa. Termasuk upacara masa kanak-kanak adalah
upacara khatam Al Qur’an, upacara sunat/khitanan.
 Upacara perkawinan, yakni tingkah laku resmi yang dibakukan untuk
peristiwaperistiwa yang tidak ditujukan kepada kegiatan teknis sehari-
hari.
 Nyorog, tradisi masyarakat Betawi yang dilakukan dalam rangka
menyambut bulan Ramadan dan ajang untuk saling silaturahmi satu sama
lain.
 Palang Pintu merupakan tradisi yang menjadi bagian dari upacara
pernikahan masyarakat Betawi. Palang pintu menggabungkan seni
beladiri dengan seni sastra pantun.
6. Peralatan mata pencaharian
Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan dari kayu.
7. Kesenian tradisional
 Musik Keroncong Tugu yang lahir dari komunitas di Sunda Kelapa hasil
perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis
yang menurunkan darah campuran Portugis pada abad ke-16.
 Temuan Arkeologis Giwang-Giwang di Babelan, Kabupaten Bekasi yang
berasal dari abad ke-11 masehi.
 Seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa
 Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab
 Orkes Samrah berasal dari Melayu
 Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an
 Drama tradisional Betawi antara lain lenong dan tonil. Pementasan lakon
tradisional ini biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat
Betawi, dengan diselingi lagu, pantun, lawak, dan lelucon jenaka.
8. Peninggalan bersejarah (bila ada)
Setu Babakan
Terletak di Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta
Selatan, Indonesia dekat Depok yang berfungsi sebagai pusat Perkampungan
Budaya Betawi, suatu area yang diperuntukkan untuk pelestarian warisan
budaya Jakarta, yaitu budaya asli Betawi.

B. Suku Baduy
1. Identitas suku
Kanekes, Orang Kanekes atau Orang Baduy/Badui merupakan kelompok
etnis masyarakat adat suku Banten di wilayah Kabupaten Lebak, Banten.
Populasi mereka sekitar 26.000 orang, dan mereka merupakan salah satu suku
yang mengisolasi diri mereka dari dunia luar. Menurut kepercayaan yang
mereka anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu
dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering
pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama
2. Lokasi dan penyebarannya
Bermukim di kaki pegunungan Kendeng sekitar 900 m di atas permukaan
laut, di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.
Pemukiman mereka berjarak sekitar 40 km dari Rangkasbitung, pusat kota di
Lebak, Banten. Masyarakat Baduy memiliki luas 5.101,85 ha meliputi areal
pemukiman atau areal pertanian, dan hutan larangan.
3. Bahasa dan contoh kalimat
Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda. Untuk berkomunikasi
dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia. Orang
Kanekes Dalam tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat-istiadat,
kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam
tuturan lisan saja.
4. Agama dan kepercayaan
Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai ajaran Sunda
Wiwitan, ajaran leluhur turun temurun yang berakar pada penghormatan
kepada karuhun atau arwah leluhur dan pemujaan kepada roh kekuatan alam
(animisme). Meskipun sebagian besar aspek ajaran ini adalah asli tradisi
turun-temurun, pada perkembangan selanjutnya ajaran leluhur ini juga sedikit
dipengaruhi oleh beberapa aspek ajaran Hindu, Buddha, dan di kemudian hari
ajaran Islam. Bentuk penghormatan kepada roh kekuatan alam ini diwujudkan
melalui sikap menjaga dan melestarikan alam; yaitu merawat alam sekitar
(gunung, bukit, lembah, hutan, kebun, mata air, sungai, dan segala ekosistem
di dalamnya), serta memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada alam,
dengan cara merawat dan menjaga hutan larangan sebagai bagian dalam
upaya menjaga keseimbangan alam semesta. Inti kepercayaan tersebut
ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut
dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari
'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep "tanpa perubahan apa
pun". Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah Arca
Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral.
5. Peralatan mata pencaharian
 Mata pencaharian masyarakat baduy adalah bertani dan menjual buah-
buahan yang mereka dapatkan dari hutan. Orang Baduy menjual hasil
pertaniannya dan buah-buahan melalui para tengkulak. Mereka juga
membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi sendiri di pasar. Mereka
juga mendapat penghasilan tambahan dari menjual buah-buahan yang
mereka dapatkan di hutan dan asam keranji, serta madu hutan.
 Alat/Pekakas Suku Baduy yaitu Golok/bedog, Kujang, Kapak beliung,
Lodong
6. Kesenian tradisional
- Seni music (lagu daerah yaitu Cikarileu dan Kidung(pantun) yang
digunakan dalam acara pernikahan)
- Alat music (angklung buhun dalam acara menanam padi dan alat music
kecapi)
- Seni ukir
- Batik
7. Peninggalan Bersejarah
 Tradisi menenun Suku Baduy
Kain dan pakaian adat Suku Baduy memiliki warna yang dibagi dalam
Baduy Dalam dan Baduy Luar. Jika Baduy Dalam identik dengan warna
putih yang melambangkan suci dan terbebas dari pengaruh budaya luar
maka untuk Suku Baduy bagian luar warna hitam dan biru tua menjadi
warna yang mendominasi kain tenun hasil kerajinan mereka. Kegiatan
menenun Suku Baduy dapat dilihat langsung saat mengunjungi mereka di
Kampung Cibeo, salah satu kampung di Desa Kanekes.
 Ritual Seba
Ritual ini adalah dimana warga baduy keluar dari kampong untuk
menyambung silaturahmi antara warga baduy dan pemerintah. Salah satu
kegiatan yang dilakukan adalah mengunjungi museum. Setahun sekali,
masyarakat suku Baduy mengecek titipan sejarah di Museum Situs
Kepurbakalaan Banten Lama

Anda mungkin juga menyukai