Anda di halaman 1dari 10

Kasus PT Great River International dan KAP Johan Malonda dan Rekan (Akuntan

Justinus)
 Profil Perusahaan
PT Great River International merupakan perusahaan pakaian jadi berkualitas tinggi dan
terkemuka di Indonesia.Didirikan pada tahun 1976 oleh Sukanta Tanudjaja dan Sunjoto
Tanudjaja dengan nama PT Great River Garments Industries, dengan karyawan 150 orang.
Perusahaan ini memproduksi celana dalam wanita dan pria, baju dan celana untuk pria, serta
juga memproduksi pakaian anak-anak. Perusahaan juga bekerja sama dengan PT the Triumph
International, Amo, dan Nina Capiona. PT Great River juga mendistribusikan produk-
produknya melalui sekutu dan anak perusahaan pemasaran dan distribusi unit, dan gerai
lainnya.  Distribusi terutama di Asia, Eropa, dan Amerika Utara.  Peningkatan-peningkatan
telah di alami oleh PT Great River. Menjalin kerja sama dengan pihak luar negeri,
meningkatnya karyawan hingga ribuan karyawan. Mendirikan anak perusahaan yaitu PT Inti
Fasindo Internasional untuk menangani usaha distribusi dan retail.
 Kronologi Kasus
Terjadi kejatuhan yang amat mendalam pada tahun 2006 Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam) melimpahkan kasus penyajian laporan keuangan PT Great River International
Tbk. ke kejaksaan tinggi. Ketua Bapepam Fuad Rahmany menyatakan telah menemukan
adanya indikasi konspirasi dalam penyajian laporan keuangan perusahaan tekstil tersebut.
“Dalam kasus Great River ini, akuntan dengan emitennya terlibat konspirasi,” katanya.
Bapepam menyidik akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan Great River tahun
buku 2003. Bapepam juga sudah menetapkan empat anggota direksi Great River sebagai
tersangka, termasuk pemiliknya, Sunjoto Tanudjaja.
Penyidikan berdasarkan hasil pemeriksaan adanya indikasi penipuan dalam penyajian
laporan keuangan. Pasalnya, BAPEPAM menemukan kelebihan pencatatan atau
overstatement penyajian account penjualan dan piutang dalam laporan tersebut. Kelebihan
itu berupa penambahan aktiva tetap dan penggunaan dana hasil emisi obligasi yang tanpa
pembuktian. Ketua Bapepam Fuad Rahmany menyatakan penyidikan menemukan adanya
indikasi konspirasi manajemen Great River dengan akuntan publik dalam menyajikan
laporan keuangan.
Kasus Great River sendiri mencuat ke publik seiring terjadinya gagal bayar obligasi yang
diterbitkan perusahaan produsen pakaian tersebut. Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengindikasikan terjadi
praktik overstatement (pernyataan berlebihan) penyusunan laporan keuangan yang
melibatkan auditor independen, yakni akuntan publik Justinus Aditya Sidharta.
Badan Pengawas Pasar Modal menemukan adanya kejanggalan dalam transaksi
perdagangan saham PT Great River International Tbk. Kejanggalan ditemukan setelah
pengawas pasar modal itu melakukan pemeriksaan atas dugaan perdagangan semu
(manipulasipasar) saham Great River. Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Abraham
Bastari mengungkapkan, dalam pemeriksaan dugaan manipulasi pasar tersebut, Bapepam
telah menemukan ada satu nasabah atau pembeli (investor) saham Great River yang fiktif
Sejak mengalami gagal bayar bunga obligasi, GRI belum mendapatkan investor yang
bersedia menyuntikkan dana segar untuk membiayai operasi perusahaan. Akibatnya, Great
River kesulitan arus kas. Suspensi itu sendiri ditetapkan menyusul kegagalan Great River
untuk membayar bunga obligasi sebesar Rp 11 miliar yang telah jatuh tempo. Belakangan
diketahui bahwa utang perusahaan itu mencapai Rp 600 miliar. Setelah melewati serangkaian
penyelidikan, Sunjoto Tanudjaja, bos PT Great River, ditetapkan sebagai tersangka. Dia
dianggap menabrak sejumlah aturan. Salah satunya mengemplang utang Bank Mandiri.
Kepada wartawan beberapa waktu lalu mantan Direktur Utama Bank Mandiri E. C. W. Neloe
mengatakan, total utang PT Great River kepada Bank Mandiri mencapai Rp 250 miliar.
Utang itu terdiri dari obligasi Great River senilai Rp 50 miliar dan pinjaman Rp 200 miliar.
Sunjoto Tanudjaja selaku pemengang saham PT Great River telah melarikan diri dan
menghilang ditengah kerisauan yang terjadi pada PT Great River
 Keterlibatan Akuntan Justinus Aditya Sidharta
Seperti diketahui, Bapepam menyidik akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan
Great River tahun buku 2003. Fuad menyatakan telah menemukan adanya indikasi konspirasi
dalam penyajian laporan keuangan Great River. Sayangnya, dia tidak bersedia menjelaskan
secara detail praktek konspirasi dalam penyajian laporan keuangan tersebut.
Dalam kasus ini, Justinus terbukti telah melakukan pelanggaran terhadap SPAP berkaitan
dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Great River International Tbk
(Great River) tahun 2003. Akuntan Publik Justinus yang mengaudit laporan keuangan PT.
Great River Internasional Tbk tahun 2003 menyatakan selama mengaudit buku Great River,
pihaknya tidak menemukan adanya penggelembungan akun penjualan atau penyimpangan
dana obligasi. Namun dia mengakui metode pencatatan akuntansi yang diterapkan Great
River berbeda dengan ketentuan yang ada.
Menurut Justinus, Great River banyak menerima order pembuatan pakaian dari luar
negeri dengan bahan baku dari pihak pemesan. Jadi Great River hanya mengeluarkan ongkos
operasi pembuatan pakaian. Tapi saat pesanan dikirimkan ke luar negeri, nilai ekspornya
dicantumkan dengan menjumlahkan harga bahan baku, aksesori, ongkos kerja, dan laba
perusahaan.
Justinus menyatakan model pencatatan seperti itu bertujuan menghindari
dugaan dumping dan sanksi perpajakan. Sebab, katanya, saldo laba bersih tak berbeda
dengan yang diterima perusahaan. Dia menduga hal itulah yang menjadi pemicu dugaan
adanya penggelembungan nilai penjualan. Sehingga diinterpretasikan sebagai
menyembunyikan informasi secara sengaja.
 Analisa Pelanggaran Kasus PT Great River
Semestinya semua pihak untuk menjaga dan melindungi perusahaan dari praktik
kecurangan sehingga perusahaan dan akuntan agar melaksanaan internal control yang dapat
menghindari kecurangan itu diterapkan. Yang terjadi pada PT Great River adalah salah satu
kecurangan yang terjadi yang dilakukan oleh Akuntan dan pihak Management yaitu akuntan
publik yang bernama Justinus Aditya Sidharta dan pemilik PT Great River yaitu Sunjoto
Tanudjaja. Pencatatan pengelembungan dana yang telah dilakukan oleh PT Great River telah
membuat banyak orang yang seperti pemerintah, bank, pemegang saham, dan parakayawan
pada PT Great River merasakan akibatnya sekarang.
Seperti yang kita tahu Justinus adalah external auditor dari PT Great River. Seharusnya
sebagai akuntan publik, harus memegang teguh prinsip-prinsip atau butir-butir yang ada pada
IAI ( Ikatan Akuntan Indonesia). Tidak memihak pada perusahaan dan tidak memihak pada
pihak external. Bersikap objektif dengan laporan keuangan yang ada. Seringkali disini timbul
permasalahnya. Karena adanya pressure dari pihak management dengan menawarkan
sejumlah dana untuk memuluskan laporan keuangan yang diaudit. Akuntan mulai tertarik
dengan imbalan yang diberikan dan melakukan kecurangan yang tidak bertetika. Seharusnya
para akuntan publik selain mempunyai skill yang baik, seharusnya mempunyai karakter yang
baik pula agar profesinya selaras dengan aturan-aturan yang ada pada IAI.
Hal-hal yang telah dilanggar oleh Justinus Aditya Sidharta yang telah menjadi rekan kerja
PT Great River selama beberapa tahun adalah:

 Tidak bersifat objektif. Justinus tidak bersifat objektif dalam pengauditan laporan
keuangan PT Great River. Seharusnya sebagai akuntan publik harus objektif tidak
memihak pada PT Great River atau pihak external maupun kepentingan pribadi. Pada
kasus ini Justinus bertidak subjektif dengan membenarkan penggelembugan dana yang
terjadi, memihak pada perusahaan.
 Integritas dan Kepentingan Publik. Laporan keuangan yang telah diaudit adalah untuk
pihak external perusahaan. Jadi serharusnya laporan keuangan itu berdasarakan apa yang
terjadi pada perusahaan tersebut tidak boleh merekayasa laporan keuangan. Apa yang
telah dilakukan Justinus merugikan pihak luar yaitu para pemegang saham yang membeli
saham PT Great River di Bursa Efek, pemerintah (pajak), dan para karyawan yang
bekerja di PT Great River.
 Profesional. Justinus tidak profesional pada profesinya sebagai akuntan publik. Karena
adanya kasus ini  membuat profesi akuntansi dipandang sebelah mata oleh masyarakat
dan menurunnya kepercayaan publik terhadap profesi akuntasi. Seharunya Justinus
menjunjung tinggi profesinya agar profesi akuntan mendapat kerpercayaan penuh oleh
masyarakat. 
 Resiko Pelanggaran Hukum yang Diterima
Menteri Keuangan (Menkeu) RI terhitung sejak tanggal 28 Nopember 2006 telah
membekukan izin Akuntan Publik (AP) Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun. Sanksi
tersebut diberikan karena Justinus terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi
Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan
Konsolidasi PT Great River International Tbk (Great River) tahun 2003.
Selama izinnya dibekukan, Justinus dilarang memberikan jasa atestasi (pernyataan
pendapat atau pertimbangan akuntan publik) termasuk audit umum, review, audit kerja dan
audit khusus. Dia juga dilarang menjadi Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang Kantor
Akuntan Publik (KAP). Namun yang bersangkutan tetap bertanggungjawab atas jasa-jasa
yang telah diberikan serta wajib memenuhi ketentuan untuk mengikuti Pendidikan
Profesional Berkelanjutan (PPL).
Pembekuan izin oleh Menkeu ini merupakan tindak lanjut atas Surat Keputusan Badan
Peradilan Profesi Akuntan Publik (BPPAP) Nomor 002/VI/SK-BPPAP/VI/2006 tanggal 15
Juni 2006 yang membekukan Justinus dari keanggotaan Ikatan Akuntan Indonesia
Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Hal ini sesuai dengan Keputusan Menkeu Nomor
423/KMK.06/2006 tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003 yang menyatakan bahwa AP dikenakan sanksi
pembekuan izin apabila AP yang bersangkutan mendapat sanksi pembekuan keanggotaan
dari IAI dan atau IAI-KAP.

KASUS ENRON DAN KAP ANDERSEN

 Profil Singkat Perusahaan Enron


Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam
melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun
1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi
usaha yang sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri
energi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading
commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan.
 Profil Singkat KAP Arthur Andersen
Salah satu firma akuntansi terbesar di AS yang berdiri sejak 1913 Kantor Akuntan Publik
yang termasuk dalam “the big four” (PricewaterhouseCoopers, Deloitte, Ernst & Young,
KPMG) lalu pecah menjadi “the big five” Sejak pemisahan bisnis jasa atestasi (fungsi
akuntansi dan konsultasi) Arthur Andersen, (1999).
 Kronologi Kasus
Pada tahun 1997 Enron membeli perusahaan pembangkit listrik “Portland General
Electric Corp” senilai $ 2 milyar. Sebelum tahun 1997 berakhir, manajemen mengubah
perusahaan tersebut menjadi “Enron Capital and Trade Resources” yang menjadi perusahaan
Amerika terbesar yang memperjualbelikan gas alam serta listrik. Pendapatan meningkat
drastis dari $ 2 milyar menjadi $ 7 milyar dengan karyawan yang juga tumbuh dari 200 orang
menjadi 2.000 orang.
Tidak cukup dengan prestasi tersebut, Enron membentuk pula “Enron Online” (EOL)
pada bulan oktober 1999. EOL merupakan unit usaha Enron yang secara online memasarkan
produk energi secara elektronik lewat website. Dalam sekejap, EOL berhasil melaksanakan
transaksi senilai $ 335 milyar pada tahun 2000. Pada Januari 2000, Enron mengumumkan
sebuah rencana besar yang amat ambisius untuk membangun jaringan elektronik broadbrand
yang berkecepatan tinggi (high speed broadbrand) dengan kapasitas jaringan penjualan
brandwidth untuk melakukan penjualan gas serta listrik. Enron membiayai ratusan juta dollar
guna melaksanakan program ini, walaupun keuntungannya belum nampak, namun harga
saham Enron di Wall Street melonjak menjadi $ 40, bahkan meningkat menjadi $ 90,56,
sehingga Enron dinyatakan oleh majalah Fortune maupun media lain sebagai “one of the
most admired and innovative companies in the world” (Perusahaan Amerika yang Paling
Inovatif) selama enam tahun berturut-turut.
Enron menjadi sorotan masyarakat luas pada akhir 2001, ketika terungkapkan bahwa
kondisi keuangan yang dilaporkannya didukung terutama oleh penipuan akuntansi yang
sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif. Operasinya di Eropa melaporkan
kebangkrutannya pada 30 November 2001, dan dua hari kemudian, pada 2 Desember, di AS
Enron mengajukan permohonan perlindungan. Saat itu, kasus itu merupakan kebangkrutan
terbesar dalam sejarah AS dan menyebabkan 4.000 pegawai kehilangan pekerjaan mereka.
Tuntutan hukum terhadap para direktur Enron, setelah skandal tersebut, sangat menonjol
karena para direkturnya menyelesaikan tuntutan tersebut dengan membayar sejumlah uang
yang sangat besar secara pribadi. Selain itu, skandal tersebut menyebabkan dibubarkannya
perusahaan akuntansi Arthur Andersen, yang akibatnya dirasakan di kalangan dunia bisnis
yang lebih luas.
 Beberapa Fakta di Dalam Skandal Enron
Di dalam kronologis skandal Enron terungkap beberapa fakta penting. Berikut ini beberapa
fakta penting di dalam skandal Enron berdasarkan HIMANIA UI:
- Pada tahun 2001, terkuak bahwa Enron melakukan kecurangan dan memiliki banyak
utang yang disembunyikan.
- Enron melakukan manipulasi untuk mempercantik laporan keuangan perusahaan.
- Terkuaknya kasus ini pun berakibat pada perginya investor hingga saham Enron turun
drastis ke level US$ 0.26.
- Pada Januari 2002, investigasi terkait kasus ini pun dilakukan.
- Kasus ini menyeret KAP Arthur Anderser sebagai akuntan yang memberikan jasa audit
dan konsultasi kepada Enron. Keduanya melakukan penipuan akuntansi pada Laporan
Keuangan Enron.
- Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing
secara total atas fungsi internal audit perusahaan.
a. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah partner
KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
b. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
c. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.
 Enron melakukan beberapa pelanggaran, antara lain:
1. Menggelembungkan nilai pendapatan Mariner Energy (anak usaha Enron) dari US$ 185
juta menjadi US$ 366 juta. Tercatat sebesar US$ 181 juta merupakan pendapatan fiktif.
2. Meminjam dalam jumlah besar untuk dana operasional yang tidak dicatat sebagai utang.
Sebagian pinjaman ini (sekitar US$ 8 miliar) sengaja disalahklasifikasikan sebagai
perdagangan energi berjangka (trades of energy futures). Dana pinjaman lainnya diberi
judul “arus kas dari kegiatan perdagangan” (“cash flow from trading activities”).
3. Enron menyalahgunakan Special-Purpose Entities (SPE) di antaranya untuk
menyembunyikan kerugian besar di anak perusahaan yang dimiliki Enron dengan
menciptakan agreement tertentu untuk menutup kerugian anak perusahaannya.
4. Salah satu eksekutif Enron, Jeffrey Skilling, mengumumkan pengunduran dirinya dari
posisi CEO Enron pada tanggal 14 Agustus setelah berada di posisi tersebut hanya enam
bulan. Skilling menyebutkan alasan pribadi sebagai dasar pengunduran dirinya tersebut.
Namun, pengamat memperhatikan bahwa beberapa bulan sebelum pengunduran diri
tersebut, Skilling telah menjual 450.000 lembar saham Enron miliknya senilai $33 juta.
Meski begitu, Kenneth Lay yang menjabat sebagai chairman Enron memastikan bahwa
tidak ada permasalahan di dalam kinerja perusahaan di balik pengunduran diri Skilling.
Lay kemudian mengambil alih peran sebagai CEO.
 Pelanggaran yang dilakukan oleh KAP Andersen
1. KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap kemungkinan mempertahankan atau
melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko yang sangat tinggi
berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di putuskan
untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.
2. KAP Arthur Andersen telah mengaudit Enron sejak 1985 dan selalu memberikan opini
wajar tanpa syarat sampai tahun 2000. Arthur Andersen juga memberikan jasa konsultasi
mengenai pembentukan SPE-SPE tersebut diatas. Dengan berperan sebagai auditor
merangkap konsultan management, Andersen menerima fee dobel, yaitu dari konsultasi
menerima US$ 27 juta dan dari jasa audit mendapat US$ 25 juta.
3. Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting
perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan
hal tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. Hasil
investigasi tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu
diperhatikan.
4. KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran dokumen
yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap
proses peradilan)

 Prinsip Akuntansi yang Dilanggar


Dari kasus tersebut secara kasat mata kasus tersebut terlihat pelanggaran terhadap 5 Prinsip
Etika Profesi, yaitu :
1. Adanya pelanggaran prinsip tanggung jawab. Yaitu pihak Arthue Andersen sebagai
sebuah kantor akuntan public tidak dapat memelihara kepercayaan masyarakat terhadap
jasa profesional seorang akuntan dikarenakan mudah tergiur oleh bayaran yang besar dari
Enron untuk bersikap menilai secara baik perusahaan Enron yang ternyata dalam kondisi
buruk.
2. Adanya pelanggaran pada prinsip kepentingan public. Yaitu perusahaaan kurang
memegang teguh kepercayaan masyarakat, perusahaan hanya semata-mata
bertanggungjawab pada kepentingan klien dan tidak menitikberatkan pada kepentingan
public.
3. Adanya pelanggaran pada prinsip Obyektivitas. Seharusnya setiap anggota harus
menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya. Namun dalam kasus ini terlihat bahwa beberapa elemen
perusahaan memiliki doublejob di perusahaan Enron dan di kantor akuntan public Arthur
sehingga banyak terjadi konflik kepentingan. Pun para pemimpin perusahaan CEO, CFO,
bendahara dan beberapa pihak lagi dalam perusahaan menggunakan jabatannya untuk
mendapatkaan manfaat demi kepentingan pribadinya.
4. Adanya pelanggaran pada prinsip Integirtas. Prinsip Integritas mengharuskan
anggotanya untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasisa
penerima jasa. Dalam kasus ini Enron pernah menerbitkan laporan keuangan yang bukan
hasil actual yang terjadi namun laporan keuangan dibuat dan menunjukkan laba yang
besar agar terlihat bagus oleh klien dan pasar.
5. Adanya pelanggaran prinsip professional. Yaitu pihak perusahaan yang seharusnya
berprilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang
dapat menjatuhkan perusahaan. Namun dalam kasus ini bahkan CEO dan CFO
perusahaan membiarkan kegitan-kegitan bisnis tertentu terjadi yang didalamnya jelas
melanggar etika dan mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi
yang hanya bisa di akses oleh Pihak dalam perusahaan (insider trading)
 Tuntutan Hukum
KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar untuk menyelesaikan berbagai
gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan
KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di
Amerika.
Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen
bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah
menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.
https://bisnismuda.id/read/1126-i-wayan-yeremia-natawibawa/sekilas-kisah-skandal-
enron
Rizani, Fahmi.2018. Perilaku Tidak Etis dan Kecurangan dalam Ekonomi. Malang :
CV.IRDH
Amrizal. 2014. Analisis Kritis Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan Publik di
Indonesia. Jurnal Liquidity, 3(1), 36-43

Anda mungkin juga menyukai