Anda di halaman 1dari 19

Suku Bali

Suku Bali merupakan salah satu suku di tanah air Indonesia yang mempunyai asal usul yang
cukup unik.

Keunikan Suku Bali dapat dijumpai dari segi bahasa kuno Suku Bali, kebudayaan dan sistem
kekerabatan dan adat istiadat Bali yang menjadikan Suku Bali dikenal baik oleh masyarakat
di Indonesia dan mancanegara.

Di zaman Kuno, Suku Bali mempunyai sebuah kerajaan yang menguasai setiap pulau Bali
dan menyebarkan kebudayaan Hindu. Mayoritas umum Suku Bali yaitu memeluk agama
hindu dan ini masih dianut hingga saat ini.

Di dalam bahasa Bali, suku Bali mempunyai sebutan yang berbeda-beda seperti Anak Bali,
Wong Bali atau Krama Bali. Secara etnis Suku Bali menetap di Pulau Bali. Masyarakat Bali
juga mewariskan kebudayaan secara turun temurun hingga saat.

Daftar Isi
Mengenal Suku Bali dan Ciri Khasnya

Indonesia dikenali sebagai negara kepulauan terbesar, masing-masing Provinsi mempunyai


suku bangsa, bahasa dan tradisi kebudayaan yang berbeda-beda. Sedangkan Suku Bali
mempunyai ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh suku lainnya.Agar lebih jelasnya,
simak ulasan tentang asal usul Suku Bali berikut ini:

Sejarah Suku Bali

Asal usul Suku Bali terbagi menjadi tiga gelombang migrasi yaitu:

 Gelombang pertama terjadi karena penyebaran penduduk yang terjadi di nusantara selama
zaman prasejarah.
 Gelombang kedua terjadi secara bertahap selama masa perkembangan agama Hindu di
nusantara.
 Gelombang ketiga merupakan gelombang terakhir yang asal mulanya dari Jawa.

Pada saat Majapahit runtuh tepatnya di abad ke-15, seiring dengan Islamisasi yang terjadi di
Jawa. Sejumlah penduduk Majapahit memilih untuk melestarikan kebudayaannya di Bali,
sehingga membentuk sinkretisme antara kebudayaan Jawa dan tradisi Suku Bali.

Bangsa Suku Bali juga mempunyai kehidupan yang teratur dnegan adanya persekutuan
hukum atau disebut “thana”.

Nama-Nama Suku Bali

Suku Bali mayoritasnya memeluk agama Hindu. Di balik itu, penduduk asli Suku Bali
mempunyai beragam keunikan yang tidak bisa disamakan dengan suku-suku lainnya di
nusantara.
Agar dapat mudah dipahami, penulis akan menyebutkan dua Suku Asli Bali sebagai berikut:

1. Suku Bali Aga di Karangasem dan Kintamani

Suku Bali Aga merupakan salah satu subsuku bangsa Bali yang menjadi salah satu penduduk
asli Bali. Penduduk Bali Aga hidup terisolasi di daerah pegunungan Desa Trunyan.

Istilah Bali Aga diakui sebagai orang gunung yang bodoh karena penduduk Suku Bali Aga
hidup di kawasan pedalaman yang belum terjamah oleh teknologi seperti sekarang ini.

Penduduk Suku Bali Aga menggunakan dialek bahasa Bali itu sendiri. Bahasanya juga
berbeda dengan wilayah satu dengan wilayah lainnya, seperti wilayah Desa Trunyan dengan
Desa Tengganan. Keduanya mempunyai dialek bahasa tersendiri.

Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke wilayah desa tersebut, disarankan untuk berhati-
hati dengan faktor geografis yang ada.

Pada saat berkunjung ke desa tersebut, kamu wajib untuk menghargai adat istiadat setempat
dengan mengamati ritual-ritual seperti proses pengawetan kehidupan yang ada pada mereka.
2. Suku Bali Majapahit

Tidak hanya Suku Aga, Pulau Dewata juga menghadirkan Suku Bali Majapahit. Suku ini
berasal dari pendatang Jawa yang sebagian dari mereka tinggal di pulau Bali Khususnya
berada di dataran rendah.

Penduduk Suku Bali Majapahit berasal dari penduduk Jawa sejak kerajaan Majapahit yang
menganut agama Hindu. Suku Bali Majapahit juga mempunyai pengaruh dari sejarah Suku
Bali. Mata pencaharian Suku Bali Majapahit adalah bercocok tanam di sawah.

Bahasa Suku Bali Majapahit sangat mirip dengan bahasa Jawa, hanya sedikit perbedaannya
yaitu logatnya.

Sistem Keagamaan Suku Bali

Mayoritas masyarakat Bali menganut keyakinan budaya Hindu. Suku Bali Hindu hanya
menyakini adanya satu Tuhan dengan konsep Trimurti yang terdiri dari tiga wujud yakni,
Brahmana (menciptakan), Wisnu (yang memelihara) dan Siwa (yang merusak).

Masyarakat Suku Bali juga meyakini adanya hal-hal ghoib dan sangat dianggap penting. Hal
yang dianggap penting tersebut yaitu Atman (roh yang abadi), Karmapala (buah dari setiap
perbuatan) dan Purnabawa (kelahiran kembali jiwa).

Di dalam kehidupan masyarakat Suku Bali juga mempunyai tempat ibadah. Mereka
menyebutnya sebagai Pura.

Tempat ibadah masyarakat Bali terdiri dari tiga diantaranya, Pura Besakih (umum untuk
semua golongan), Pura Desa (untuk kelompok sosial setempat) dan Sanggah (khusus untuk
leluhur). Menjunjung tinggi budi luhur dan adat istiadat Bali membuat pulau Bali dianggap
sebagai pulau Suci.

Adat Istiadat Suku Bali Secara Keseluruhan

Masing-masing Suku di Nusantara mempunyai adat istiadat tersendiri. Sama halnya dengan
Suku Bali yang mempunyai adat istiadat. Namun uniknya, adat istiadat Suku Bali terdiri dari
9 adat istiadat.

Agar lebih jelasnya silahkan simak ulasan di bawah ini:

1. Upacara Adat Bali Ngaben

Upacara Adat Ngaben biasanya dilakukan di pinggir Danau Batur dengan mengelilingi tebing
bukit Desa Trunyan. Di Desa Trunyan mempunyai keunikan tersendiri yang konon, pohon
Taru Menyan yang menebarkan aroma sangat harum.

Aroma tersebut mendorong Ratu Gede Pancering Jagat agar menghampiri aroma tersebut.
Beliau bertemu dengan Idat Ratu Ayu Dalam Pingit di sekitar hutan cemara Landung. Di
tempat tersebut mereka kawin yang secara kebetulan disaksikan langsung oleh penduduk
desa hutan Landung.

Di Desa Trunyan ini, setiap orang yang meninggal “tidak dibakar”. Melainkan hanya
diletakkan di tanah. Desa Trunyan mempunyai beberapa jenis pemakaman yaitu berdasarkan
umur, keutuhan jenazah dan cara pemakaman diantaranya:
 Pemakaman pertama dianggap paling suci “Setra Wayah”. Jenazah yang dimakamkan di are
pemakaman suci ini hanya untuk jenazah yang jasadnya utuh, tidak cacat, dan meninggal
dalam keadaan normal (tidak bunuh diri atau kecelakaan).
 Pemakaman kedua dijadikan sebagai kuburan muda yang diisi oleh jasad bayi dan orang
dewasa yang belum menikah. Namun harus memenuhi syarat tertentu yakni jenazah harus utuh
dan tidak cacat.
 Pemakaman ketiga disebut sebagai Sentra Bantas. Di pemakaman ini hanya untuk jenazah
cacat dan meninggal tidak wajar (bunuh diri dan kecelakaan).

2. Upacara Adat Bali Mekotek

Upacara adat Mekotek dilakukan dengan maksud untuk meminta keselamatan. Upacara
tersebut disebut dengan istilah “ngerebek”. Upacara adat Mekotek ini merupakan warisan
leluhur, adat budaya dan tradisi kuno yang dilakukan turun temurun oleh masyarakat Hindu
di Bali.

Pada awal pelaksanaan upacara adat Mekotek, biasanya diselenggarakan untuk menyambut
armada perang yang melintas di Munggu untuk pergi berperang. Pada zaman kuno, upacara
adat ini menggunakan tombak yang terbuat dari besi. Namun kini hanya menggunakan
tombak kayu pullet.

Upacara adat Mekotek berawal dari kata tek-tek yang merupakan bunyi kayu yang diadu satu
sama lain sehingga menghasilkan bunyi.

Pada tempo dulu, tepat di zaman penjajahan Belanda, tradisi upacara adat Mekotek sangat
dilarang pemerintah kolonial Belanda.
3. Upacara Adat Bali Kajeng Kliwon

Upacara Kajeng Kliwon diperingati setiap 15 hari sekali tepatnya pada hari pertemuan
Triwara Kajeng dengan Pancawara Kliwon. Kajeng Kliwon ikut dalam pengadaan upacara
Dewa Yadnya.

Dewa Yadnya memiliki arti upacara korban suci atau persembahan yang tulus ikhlas terhadap
Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha Esa).

Masyarakat hindu di Bali meyakini Kajeng Kliwon sebagai hari suci yang wajib di
upacarakan. Setiap 210 hari ada juga hari khusus bagi penganut agama hindu di Bali yakni
Pamelastali atau Watugunung Runtuh.

Tradisi upacara adat Kajeng Kliwon merupakan hari pemujaan terhadap Sanghyang Siwa
yang dipercaya pada hari tersebut Sang Huang Siwa juga bersemedi.

Pada saat upacara Kajeng Kliwon, masyarakat Hindu di Bali menghaturkan sesajen sebagai
persembahan kepada Sang Hyang Dhurga Dewi. Sedangkan di Tanah, sesajen disuguhkan
untuk Sang Bhuta Bucari, Sang Kala Bucari dan Sang Durgha Bucari.
4. Upacara Adat Bali Melasti

Tradisi Upacara Melasti dilaksanakan tiga hari sebelum hari Raya Nyepi. Upacara ini disebut
juga upacara Melis atau Meklis yang mana setiap masyarakat Hindu melakukan sembahyang
di tepi pantai untuk mensucikan diri dari segala perbuatan buruk di masa lalu dan membuang
nya kelaut.

Dalam pelaksanaan upacara ini mengucapkan “manusa kabeh angaturaken prakerti ring
prawatek dewata”.

Selain melakukan sembahyang, upacara Melasti juga diyakini sebagai hari pembersihan
penyucian aneka benda sakral Pura. Setelah itu, benda sakral tersebut diusung dan diarak
mengelilingi Desa, samudra, laut, sungai dan mata air dengan tujuan menyucikan Desa.

Di dalam upacara Melasti ada empat hal yang perlu disampaikan selama pelaksanaannya
yaitu:

 Menekankan agar tetap meningkatkan baktinya kepada Tuhan.


 Meningkatkan bakti sosial untuk membangun kepedulian agar tetap aktif melakukan
pengentasan penderitaan hidup bersama di masyarakat.
 Membangun sikap hidup yang peduli dengan penderitaan hidup bersama wajib melakukan
usaha untuk mengokohkan diri dengan membersihkan diri dari dosa.
 Saling menjaga kelestarian alam

Pelaksanaan upacara adat Melasti terdiri dari empat cara yaitu:

 Upacara dilakukan secara bersama-sama membawa sarana-sarana upacara, serta jempana dan
barong untuk diarak menuju tempat sumber air, diiringi tabuh beleganjur.
 Upacara dilanjutkan dengan membersihkan sarana-sarana upacara termasuk jempana dan
barong. Biasanya mereka melakukan sembahyang bersama, setelah selesai sembahyang
bersama semua sarana-sarana upacara dibawa kembali ke pura.
 Upacara Tawur Agung yang dilakukan di pelataran parkir Pura. Upacara ini ditujukan kepada
Bhuta.
 Upacara Pengerupukan dan Tawur Agung ditutup dengan pelaksanaan Kirtan Tri Murti di
lokasi pembakaran sarana upacara. Setelah itu, masyarakat bisa beristirahat sambil menunggu
persiapan persembahyangan tilem.

5. Upacara Nyambutin

Upacara Nyambutin yaitu upacara pemujaan dan permohonan kehadapan Hyang Widhi agar
jiwa bayi diberkati juga sebagai penegasan nama si bayi dan meminta izin ke hadapan Ibu
Pertiwi agar diizinkan untuk menginjakkan kaki ke bumi.

Kata Nyambutin diambil dari singkatan “sambut”, apabila diuraikan meiliki makna ucapan
salam atau selamat datang kepada bayi.

Upacara Nyambutin biasanya dilakukan saat bayi berumur 105 hari / 3 bulan. Istilah ini juga
disebut sebagai nelubulanin dan turun tanah jadi usia bayi sama dengan tiga bulanan turun ke
tanah sejak bayi dilahirkan ke dunia.

Dalam pelaksanaan upacara Nyambutin dipimpin oleh seorang pemangku. Ritual upacara ini
ditujukan kepada Bhatara Surya dengan tujuan agar si bayi mendapatkan berkah.

Selain dipersembahkan untuk Bhatara Surya, ritual ini juga ditujukan untuk para dewa seperti
I Ratu Taksu Pengijen, I Ratu Gede di Dasar dan I Ratu Gede.
6. Upacara Adat Bali Tutug Kambuhan

Upacara Tutug Kambuhan yaitu untuk membersihkan jiwa raga si Bayi dari dampak negatif.
Sedangkan si Ibu untuk membersihkan dari segala noda dan sebagai ungkapan rasa berterima
kasih kepada Nyama Bajang Bayi atas bantuannya menjaga bayi selama dalam kandungan.

Tradisi ini juga disebut dengan Bulan Pitung, Dina atau Macolongan. Pelaksanaan upacara ini
dilakukan saat bayi berusia 42 hari. Perhitungan waktu mengikuti wuku yakni selama enam
wuku, satu wuku terdiri dari 7 hari. Jadi satu bulan Bali yaitu 35 hari (5 minggu).

Pelaksanaan upacara ini dipimpin oleh pendeta / sulinggih yang dilaksanakan di rumah.
Selama pelaksanaan ritual ini, biasanya dilakukan pada lokasi yang berbeda-beda
diantaranya:

 Dapur, pemujaan yang dilakukan untuk Dewa Brahmana


 Tempat pemandian yang dilakukan untuk Dewa Wisnu
 Sanggah Kamulan yang dilakukan untuk Dewa Siwa

Pelaksanaan upacara adat Tutug Kambuhan diawali dengan membaca doa dengan
menghaturkan puja-puja oleh pendeta seiring dengan mempersembahkan sesajen yang
berfungsi untuk membersihkan jasmani bayi agar mendapatkan kesucian, kesejahteraan dan
kesuksesan hidup.
7. Upacara Adat Bali Melarung Bumi/Mecaru Bumi

Upacara Melarung Bumi atau Mecaru Bumi bertujuan untuk membersihkan bumi dari
pengaruh buruk yang dapat merugikan kehidupan manusia. Selain itu juga bermakna sebagai
kelestarian alam dan lingkungan.

Selama pelaksanaan upacara melarung Bumi, masyarakat hindu di Bali meyakini ada 9 dewa
yang harus di puja yaitu, Dewa Iswara, Dewa Wisnu, Dewa Mahesra, Dewa Brahmana, Dewa
Rudra, Dewa Mahadewa, Dewa Sangkara, Dewa Indra dan Dewa Siwa.

Dari 9 dewa ini, masing-masing memiliki peran penting dalam menjaga isi bumi, adapun
maksud dan tujuan dari upacara tersebut yaitu sebagai tanda rasa kepedulian manusia
terhadap lingkungan alam agar tetap dilestarikan.
8. Ogoh-ogoh

Ogoh-ogoh merupakan salah satu karya seni patung kebudayaan Bali yang mencerminkan
kepribadian “Bhuta Kala”. Patung ini sudah menjadi ikon ritual yang dianggap penting dalam
penyambutan hari raya Nyepi atau tahun baru Saka.

Semua masyarakat Hindu Dharma akan bersukaria menyambut kehadiran tahun baru dengan
mengarak “ogoh-ogoh” yang dilakukan dengan merenung.

Menurut para cendikiawan dan praktisi Hindu Dharma, prosesi ini melambangkan keinsyafan
diri semua manusia Akan kekuatan alam semesta. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan
“Bhuana Agung” (alam raya) dan “Bhuana Alit” (diri manusia).

Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala melambangkan kekuatan alam semesta (bhu) dan
waktu (kala) yang tak terkalahkan.

Dengan keberadaan arak-arakan “Ogoh-ogoh” yang telah menjadi tradisi Bali menjadi daya
tarik wisatawan di nusantara dan mancanegara.
9. Ngurek

Ngurek yaitu atraksi menusuk diri dengan menggunakan senjata keris. Tradisi Bali yang satu
ini dilangsungkan ketika para pelaku berada dalam keadaan kerasukan (diluar kesadaran).

Ngurek berkaitan erat dengan ritual keagamaan bahkan dibeberapa desa adat di Bali tradisi
ini wajib dilakukan.

Tradisi Ngurek adalah menusuk diri dengan keris dalam keadaan tidak sadarkan diri
(kerassukan). Dahulu tradisi ini hanya dilakukan oleh para pemangku, namun kini orang yang
melakukan Ngurek juga dilakukan oleh masyarakat Bali.

Ngurek biasa dilakukan di luar kompleks Pura Utama. Sebelum dimulai, biasanya Barong
dan Rangda serta para pepatih yang kerasukan keluar dari dalam kompleks Pura utama dan
mengelilingi wantilan Pura sebanyak tiga kali. Setelah melakukan itu, para pepatih
mengalami kulminasi spiritual tertinggi.

Secara garis besar langkah-langkah dalam melakukan ritual ini terbagi menjadi tiga yaitu:

 Nusdus merupakan merangsang para pelaku Ngurek dengan asap yang berbau harum
menyengat agar bisa kerasukan.
 Masolah merupakan tahap menari dengan iringan lagu-lagu dan koor kecak.
 Ngaluwur berarti mengembalikan para pelaku Ngurek agar kembali normal.
Tari Tradisional Suku Bali

Suku Bali mempunyai beragam jenis tari tradisional diantaranya sebagai berikut:

 Tari Pendet
 Tari Panji Semirang
 Tari Condong
 Tari Kecak

Alat Musik Tradisional Suku Bali


Suku Bali juga mempunyai alat musik tradisional. Masing-masing mempunyai ciri khas
tersendiri. Alat musik yang digunakan sudah ada sejak peninggalan leluhur mereka. Alat
musik tradisional Suku Bali adalah:

 Gamelan Bali
 Rindik

Rumah Adat Suku Bali

Rumah Adat Suku Bali adalah Gapura Candi Bentar. Nama Gapura Candi Bentar diambil
dari bangunan Gapura.

Gapura terdiri dari dua bangunan candi yang dibangun sejajar yang merupakan gerbang pintu
masuk ke halaman rumah.
Di sekitar Gapura terdapat patung-patung yang menjadi ikon kebudayaan Bali.

Berikut ini ciri-ciri rumah adat Bali:

 Panyengker karang atau tembok batas rumah


 Pintu masuk
 Tempat ibadah / sanggah
 Bale Dangin di sebelah timur rumah
 Dapur di sebelah selatan
 Bale dauh di sebelah selatan
 Tugu pangijeng karang
 Sumur
 Lumbung tempat penyimpanan pangan

Fungsi Rumah Adat:

 Sanggah merupakan tempat suci bagi keluarga yang tinggal


 Panginjeng Karang merupakan tempat untuk memuja
 Bale Manten merupakan tempat tidur kepala keluarga, anak gadir dan penyimpanan barang
berharga. Bale manten juga difungsikan sebagai tempat pasangan yang baru menikah
 Bale Gede merupakan tempat upacara lingkaran hidup
 Bale Dauh merupakan tempat kerja, pertemuan dan tempat tidur anak laki-laki
 Paon merupakan dapur untuk memasak
 Lumbung merupakan tempat penyimpanan makanan pokok

Kebudayaan dan Kesenian Suku Bali

Kebudayaan Bali yang sangat populer terdiri dari 3 diantaranya tarian adat Bali, pertunjukan
dan seni ukir. Sebab beragam kebiasaan yang mereka lakukan tak lepas dari petani,
pedagang, kuli, sopir dan sebagainya mulai dari menari, bermain musik, melukis, memahat,
menyanyi dan bermain lakon.

Kebudayaan dan Kesenian yang ada di Bali menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik.
Berikut kesenian dan kebudayaan Bali yang perlu kamu ketahui:
Pakaian Adat Suku Bali

Suku Bali mempunyai pakaian adat yang bervarian. Masing-masing laki-laki dan perempuan
mempunyai pakaian adat tersendiri, diantaranya:

 Pakaian adat perempuan remaja yaitu Sanggul Gonjer


 Pakaian adat perempuan Dewasa yaitu Sanggul Tagel
 Pakaian adat laki-laki menggunakan ikat kepala, selendang pengikat, kain kampuh, keris, sabuk
dan kemeja.

Sistem Kekerabatan Suku Bali

Sistem kekerabatan Suku Bali ditentukan oleh kasta. Wanita keturunan kasta tinggi tidak
boleh kawin dengan laki-laki kasta rendah. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi kuno
tersebut tidak berlaku lagi.

Perkawinan dianggap pantang yaitu saudara perempuan suami dengan saudara laki-laki istri
(mak dengan ngad). Sebab, hal ini dapat menimbulkan bencara (panes).

Cara mendapatkan istri berdasarkan adat istiadat Suku Bali terdiri dari dua yaitu:

 Memadik, Ngindih: dengan cara meminang keluarga gadis


 Mrangkat, Ngrorod: dengan cara melarikan seorang gadis
Makanan Khas Suku Bali

Suku Bali mempunyai makanan khas tradisional diantaranya:

 Bebek Betutu
 Babi Guling
 Bubur Mengguh
 Srombotan
 Nasi Jinggo
 Lawar
 Nasi Tepeng

Senjata Tradisional Bali


Suku Bali mempunyai senjata tradisional yang bisa dijumpai saat berkunjung ke pulau Bali.
Biasanya senjata tradisional Bali digunakan sebagai alat ritual di Bali.

Nah, inilah senjata tradisional Bali yang perlu kamu ketahui:

 Keris Tayuhan
 Wedhung
 Tiuk
 Taji atau Tajen
 Kandik
 Caluk
 Arit
 Blakas
 Keris
 Tombak
 Penampad
 Trisula

Itulah Keunikan adat istiadat Suku Bali yang menjadi kebiasaan orang-orang Bali. Kamu bisa
belajar memahami kehidupan Suku Bali lebih dalam lagi, karena Suku Bali juga menyimpan
tradisi kuno yang masih diabadikan sampai saat ini.

Buat kamu ingin mengenal sejarah Suku di Indonesia, sebaiknya berkunjung ke pulau Bali
sekarang. Karena Suku Bali mempunyai ciri khas tersendiri untuk dipelajari.

Anda mungkin juga menyukai