Ketidakseimbangan
Dukungan pengelolaan
Kepedulian pimpinan/ Regulasi terkait antara Timbulan
Limbah terhadap
pengelola fasyankes pengelolaan Limbah Limbah dengan
akreditasi Belum
belum maksimal belum Kapasitas Pengolahan
Maksimal
implementatif DARURAT
LIMBAH
39,46
38,86
37,13
Timbulan
Kapasitas
23,15
18,92
15,66
11,15
9,28 9,63
8,65 8,36
7,81
7,22
6,27 6,2 5,9
5,4 5,71
4,64 , 4,98
4 4,68 5,09 4,47 4,04
3,9 3,54 3,5 89
2,96 3,15
2,13 2,79 2,27 ,2,76 2,54
2,1 1,2 0,98 1,32 1,62 2 49 1,43 1,54 1,73
0,78 0,36 0,9 0,6
0 0 0,24 0 0,24 0,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,24
Timbulan dan Kapasitas Pengolahan Limbah Medis belum seimbang ?
Pihak ketiga yang berijin untuk pengelolaan & pemusnahan limbah medis maupun limbah B3
terbatas ?
Peta Sebaran Kapasitas Pengolah limbah medis
swasta yang berizin
s/d Februar 2019
i
Kalimantan Timur (1)
Kapasitas: 21,60 Ton/ Hari
Batam (1)
Kapasitas : 16,2 Ton/Hari
KAPASITAS: KAPASITAS:
………… ton/hari …….. ton/hari
Penggunaan Jasa Pihak Ketiga Pengolah Limbah :
1. Rumah sakit : RSUD, RSI, RSBH, RSDI, Hospital Charlie
2. Puskesmas : 30 puskesmas
3. Klinik : 51 klinik
Undang-Undang No 32/2009 tentang Undang-Undang No 44/2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Undang-Undang No 36/2009 tentang
Kesehatan Rumah Sakit
Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri Peraturan Menteri Kesehatan
dan Kehutanan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan No. 24/2016 tentang
No. P-56/2015 tentang Kesehatan No. 7/2019
Kehutanan No. P- 68/2015 Persyaratan Teknis bangunan
Tata tentang Kesehatan
tentang Baku Mutu Limbah dan Prasarana Rumah Sakit
Cara dan Persyaratan Lingkungan rumah Sakit
Cair Domestik
Teknis Pengelolaan
Limbah bahan Berbahaya
dan Beracun dari
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
KEWAJIBAN
FASYANKES UNTUK
MENGELOLA LIMBAH
RUMAH
UNDANG- SAKIT
NO. 44 TAHUN
UNDANG
TENTANG
2009 RUMAH PERATURAN MENTERI
NOKESEHATAN 4 TAHUN
SAKIT 2 2016 TENTANG RATAN
Instalasi pengelolaan PERSYTEKNIS BANGUNAN
ASARANA RUMAH SAKIT
limbah (Pasal 11 PRA Prasarana Rumah
ayat 1a)
Pengolahan Sakit meliputi ...
sampah (Pasal Instalasi
Pengelolaan
10 ayat 2t)
Dokumen Limbah .. (Pasal 18)
Lingkungan Instalasi Air meliputi
… instalasi air
(Pasal 8 ayat 2) kotor/Limbah
…Pasal 19)
PERMEN LHK Nomor: P.56/MenLHK-
Sekjen/2015 PP No. 47 tahun 2016 tentang
Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Fasyankes :
Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES
• Mengatur Terhadap Fasilitas Pelayanan Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana
Kesehatan Meliputi: dimaksud dalam Pasal 3 terdiri atas:
a. Pusat Kesehatan Masyarakat; Tempat praktik mandiri Tenaga
b. Klinik Pelayanan Kesehatan Atau Kesehatan;
Sejenis; Pusat kesehatan masyarakat;
Dan Klinik;
c. Rumah Sakit Rumah Sakit;
Apotek;
• Limbah B3 Yang Diatur Meliputi Limbah: Unit Transfusi Darah;
Dengan Karakteristik Infeksius; Benda Tajam, Laboratorium Kesehatan;
Patologis, Bahan Kimia Kedaluwarsa, Tumpahan, Optikal;
Atau Sisa Kemasan, Radioaktif, Farmasi, Fasilitas Pelayanan Kedokteran untuk
Sitotoksik, Peralatan Medis Yang Memiliki kepentingan hukum; dan
Kandungan Logam Berat Tinggi; Dan Tabung Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Gas Atau Kontainer Bertekanan. tradisional.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit
Penyelenggaraan
Kesehatan
Lingkungan Rumah
Sakit
Air,
Udara, Vektor Linen,
1.Limb
Tanah, Binatang Dekontaminasi,
ah
Pangan, Pembawa Konstruksi/Renova
2.Radiasi
Sarana Penyaki si
Prasarana t
Peraturan Menteri Kesehatan No. 7 Pemilahan dan
tahun 2019 tentang Kesehatan Pengurangan
Lingkungan Rumah Sakit
Limbah Penyediaan
Padat Fasilita
Domestik s
Penanganan
Vektor
Pengurangan
dan Pemilahan
Pengaman
an Penyimpanan
Limbah
Limbah
B3
Pengangkutan
Limbah
Cair
Pengolahan
Limbah Gas
Manajemen Fasilitas dan Keamanan
PENGELOLAAN LIMBAH Dalam MFK 1
AKREDITASI FASYANKES Izin-izin (Izin Lingkungan, IPLC, Izin TPS
Limbah B3, Izin Pengolahan Limbah B3)
(khusus RUMAH SAKIT) MFK 2
Program manajemen risiko fasilitas dan
lingkungan (B3 dan Limbah B3)
MFK 5
Identifikasi dan Pengendalian secara
aman B3 dan Limbah B3
MFK 5.1.
Penyimpanan dan pengolahan
PENGELOLAAN Limbah B3
MFK 9.3
LIMBAH Pemeriksaan kualitas air bersih dan air
Limbah secara berkala
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi
PPI 7.4 Pengendalian risiko infeksi dari
kegiatan pengelolaan Limbah infeksius
PPI 7.5 Pengendalian risiko infeksi
dari benda tajam dan jarum
PENGELOLAAN LIMBAH DAN PENGELOLAAN LIMBAH
PROGRAM FASYANKES HIJAU DAN PROGRAM
DAN BERSIH FASYANKES BEBAS
MERKURI
Efisiensi Energi Inventarisasi alat kesehatan
mengandung merkuri
Tata Udara
Menyiapkan kebijakan pembelian
Minimisasi “bebas merkuri”
Limbah Penggantian alat kesehatan mengandung
merkuri
Efisiensi dan
Sosialisasi dan edvokasi substitusi
konservasi Air alat kesehatan mengandung
merkuri
Transportasi
Pengelolaan dan penyimpanan
Pendidikan ramah lingkungan Limbah merkuri
Kebersihan ramah Monitoring dan evaluasi terkait
substitusi alat kesehatan
lingkungan Makanan yang mengandung merkuri
sehat
Pengadaan material ramah
lingkungan Manajemen ramah
Taja
m
Patologis
Infeksius
Kimia
KATEGORI
Farmasi
LIMBAH
FASYANKES Sitotoksik
(PERMENLHK P- Logam
56/2015)
Berat
Kontainer
Bertekanan
Radioaktif
PENGURANGA CONTOH PENGURANGAN
N
Menghindari penggunaan material yang
mengandung
bahan berbahaya dan beracun apabila terdapat pilihan
yang lain;
Melakukan tata kelola yang baik (good house keeping)
setiap bahan atau material yang berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau pencemaran
terhadap lingkungan;
Melakukan pemisahan aliran limbah (waste stream)
menurut jenis, kelompok, dan/atau karakteristik limbah;
Melakukan tata kelola yang baik pengadaan bahan kimia
dan bahan farmasi untuk menghindari terjadinya
penumpukan dan kedaluwarsa; dan
Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap
peralatan sesuai jadwal.
PEMILAHAN NON- limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
rumah sakit di luar medis yang berasal
LIMBA PADAT B3 dari dapur, perkantoran, taman, dan
H E halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
FASYANK S apabila ada teknologinya
SEGRE
GASI
LIMBAH
● limbah infeksius,
CAI B3 ● imbah patologi,
GA R MEDIS ● limbah benda tajam,
Needle
Pit
CONT
OH JERIGEN HD
TAJAM Botol Infus
NON MEDIS
TPS B3
PIHAK
ke 3 3R
INCENERATOR
/ METODE KOMPOS TPA BANK SAMPAH
LAIN
PENGANGKUTAN
INTERNAL
• Pengumpulan limbah minimum setiap hari atau sesuai EKSTERNAL
kebutuhan.
• Setelah limbah diambil dari sumbernya. Harus segera • Pengangkutan dilakukan oleh jasa transporter yang berizin.
dilakukan pengantian kantong/wadah. • Pengangkutan yang dilakukan oleh penghasil limbah
• Limbah diangkut sebelum penuh (3/4 dari volume
limbah) bisa menggunakan kendaraan roda 3, sesuai
Tidak dianjurkan
• saat pelakukan
pengumpulan pemadatan/
limbah untuk penekanan
menghindaripada ketentuan yang
tertusuk
risiko berlaku. Untuk pengangkutan:
• Kantong limbah tidak boleh diikat model “telinga kelinci” 1. Dari penghasil ke Depo
atau menggunakan selotipe/sejenisnya. 2. Dari penghasil ke pengolah
Di dalam Provinsi, Kabupaten/Kota
PT. EDELWEIS
TRANSPORTAS
I HALWA
CONTOH PENERAPAN PENGELOLAANTRANSPORTASI
LIMBAH MEDIS DI KOTA TEGAL
Termal Non
Termal
Recycle
Non Insenerator berizin Non Insenerator
Insenerator berizin
Off- berizin On-
Insenerator
site site
berizin
/ pihak ke 3
Pihak
Fasyanke Pemda RS
ke-3
(swasta) s (BUMD) Mandiri
Setiap Fasyankes WAJIB:
• Memiliki Tempat
Penyimpanan
Sementara (TPS) Limbah
B3
• Mengurus Izin TPS Limbah
B3 di Kabupaten/Kota masing-
masing
• Mentaati persyaratan teknis
TPS Limbah B3
• Tidak melakukan
pembelian dan
menghentikan pemakaian
alkes mengandung merkuri
• Melakukan pengumpulan
alkes mengandung
merkuri di TPS Limbah
B3
PRINSIP PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH
B3
• Semua penghasil limbah secara hukum dan
finansial bertanggung jawab menggunakan
The Polluter Pays metode pengelolaan limbah yang aman dan
Principle ramah lingkungan
• Prinsip kunci yang mengatur perlindungan
kesehatan dan keselamatan melalui upaya
The Precautionary penanganan yang secepat mungkin dengan
Principle asumsi risiko yang dapat terjadi cukup
signifikan
• Prinsip kewaspadaan bagi yang menangani atau
The Duty of Care mengelola karena secara etik bertanggung jawab
Principle untuk menerapkan kewaspadaan tinggi
SUMBER LIMBAH
Recycle Pengumpul
• Pengurangan limbah
RS Limbah plastik
(non Insenerasi)
• Pemilahan : plastik, tajam,
PENGOLAHAN
pathologis
EXTERNAL
PUSKESMAS DGN INSENERATOR
• Limbah plastic : Non
insenerasi Limbah BERIZIN ABU
recycle pathologis (BUMD/UPT/ SWASTA)
KLINIK
• Limbah infeksius
pathologis : ke pengolah Depo Solidifikasi/
Penyimpan inertisasi
Insenerator berizin
FASYANKE anan
• Limbah tajam, botol kaca : S LAIN Limbah tajam, botol Sanitari Landfil
(non Insenerasi)
tidak utuh dan disinfeksi
PENGOLAHAN INTERNAL
(Pra-pengolahan) PENGOLAHAN EXTERNAL
M ANFAA
T
• Berkurangnya volume limbah medis yang perlu dikerjasamakan dengan
pengolah limbah sebagai pihak ke-3
• Mencegah terjadinya dampak pencemaran lingkungan baik di lingkungan
RS maupun masyarakat di luar RS
• Mencegah terjadinya infeksi dan keselamatan terhadap petugas
Fasyankes
• Mencegah terjadinya penyalahgunaan konsep reuse, reduce dan recycle
limbah, yang berpotensi menjadi kasus hukum
• Bagi Pemerintah daerah yang melakukan pengelolaan limbah medisnya
dengan benar dan sistematis, sehingga dapat dilakukan secara efisien dan
efektif serta dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi bagi
wilayahnya.
UPAYA YANG SAAT INI DILAKUKAN
KEMENTERIAN KESEHATAN TERKAIT
PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES
1. Terus berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup terkait
permasalahan Limbah B3 (khususnya pada status Darurat Limbah Medis)
untuk mengevaluasi sampai kondisi kondusif
2. Melakukan sosialisasi dan advokasi kebijakan pengelolaan Limbah B3
Fasyankes kepada Pemerintah Daerah dan Fasyankes
3. Revisi Permenkes 1204 tentang Kesehatan Lingkungan RS menjadi Permenkes
No. 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan RS
4. Mendorong dan berkoordinasi secara terus menerus dengan KLHK dalam
proses revisi Permen LHK 56 Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah B3 dari Fasyankes (Proses pembahasan revisi oleh KLHK)
5. Menyusun Kurikulum Pelatihan bagi Petugas Kesehatan tentang Pengelolaan
Limbah Medis di Fasyankes
6. Peningkatan kapasitas petugas dalam pengelolaan Limbah Fasyankes,
khususnya Limbah B3 melalui Dana Dekonsentrasi dan sumber lain
UPAYA YANG SAAT INI DILAKUKAN KEMENTERIAN
KESEHATAN TERKAIT
PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES (lanjutan)
6. Mendorong pengembangan pengolahan Limbah medis berbasis wilayah, baik oleh
Pemerintah Daerah bersama swasta dengan langkah-langkah:
a. Menyiapkan regulasi tentang pedoman pengolahan Limbah Medis Fasyankes
berbasis wilayah (proses pembahasan di Hukor)
b. Mengkoordinasi pelaksanaan pengolahan Limbah berbasis wilayah
dengan Kementerian LHK dan Kemendagri
c. Percontohan Model pengelolaan Limbah Medis berbasis wilayah di DIY dan
berkoordinasi dengan pemerintah daerah lainnya yang ingin mengembangkan model
pengelolaan limbah medis berbasis wilayah
d. Melakukan monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan Limbah
Fasyankes melalui monev elektronik
7. Mendorong pemenuhan kebutuhan sarana prasarana (Non
Insenerator) pengelolaan Limbah B3 Fasyankes (Dana Alokasi Khusus)
KESIMPUL
AN
• Kondisi ideal pengelolaan limbah medis fasyankes :
Dilakukan oleh pihak ke 3 (Pemerintah, Pemda, Swasta)
Berbasis wilayah (Provinsi, Kab/Kota, Karesidenan, Gugus pulau)
• Masa transisi :
RS yang sudah berizin insenerator diizinkan mengelola limbah medis fasyankes sekitarnya, dimulai dari RS rujukan
Nasional, Provinsi dan Regional
Tidak perlu semua RS mempunyai insenerator
Pengelolaan limbah medis secara non insenerator sebaiknya mulai dilakukan di Fasyankes untuk : limbah tajam dan
limbah plastik.
Limbah tajam dan Limbah Plastik keluar dari RS dalam bentuk tidak utuh
• Regulasi
Revisi Kepmenkes No. 1204/2004 menjadi Permenkes No. 7 tahun 2019 ttg kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Kewenangan dalam pengawasan pelaksanaan regulasi terkait limbah medis, Kepolisian (?)
Terima
kasih