Anda di halaman 1dari 13

DISUSUN OLEH:

YOLANDA WAHYU WIDYASTUTI

NIM : C9516073

PRODI : D3 DKV

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat dan
karuniaNya saya dapat menyelesaikan penyusunan kliping berjudul " Toleransi toleransi
di Indonesia beserta analisisnya " ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga kliping ini dapat dipergunakan sebagai salah satu media pembelajaran.

Harapan saya semoga kliping ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi kliping ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Kliping ini saya akui masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu saya harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan kliping ini.

Surakarta, 15 Desember 2016

Penulis
UMAT MUSLIM DI MALANG SALAT IDUL FITRI DI HALAMAN GEREJA

Umat Muslim di Malang salat Ied di halaman gereja. Peristiwa ini terjadi ketika jumlah jamaah
yang hendak menunaikan salat Idul Fitri di Masjid Agung Jami, Kota Malang, Jawa Timur,
mencapai ribuan orang. Untuk itu, sebagian di antara mereka membentangkan sajadah di
halaman Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus.

Peristiwa biasa terjadi tiap tahun, tapi memang jarang diketahui orang. Halaman gereja yang
terletak sekitar 100 meter dari mesjid itu dipenuhi jamaah perempuan. Pengurus Gereja Paroki
Hati Kudus Yesus, Yohanes Kristiawan, mengaku menyiapkan halaman gereja untuk ibadah
salat Ied sejak pukul 05.00 WIB. Ia, tambahnya, bersama jamaah Kristen turut bersama-sama
para muslim membersihkan koran dan alas selepas ibadah.

Jalinan kebersamaan ini berlangsung lama. Ketika bulan puasa, umat muslim bahkan mengajak
umat lain berbuka bersama. Tadi malam umat Kristen, Katolik, Hindu dan Budha ikut takbir
keliling, papar Muhammad Anton, walikota Malang, sebagaimana dikutip dari BBC (7/17).

Analisis :

Menurut saya hal hal yang sangat sederhana seperti ini pun wajib kita teladani dan contoh dalam
kehidupan bermasyarakat demi berlangsungnya masyarakat yang harmonis. Terlihat dari awal
sebelum sholat ied dimulai mereka bersama sama menyiapkan tempat untuk umat muslim
melaksanakan ibadah sholat ied didepan gereja tersebut. Begitu pula setelah ibadah teresebut
selesai dilaksanaka. Hal yang sangat jarang terjadi saat ini mengingat tingginya ego masing
masing orang dan menganggap agama mereka paling benar.
TRADISI NYADRAN JELANG RAMADAN

Tradisi Nyadran Jelang Ramadan di Bantul Ini Digelar Lintas Agama. peristiwa ini
merupakan tradisi antar warga di Sorowajan, Banungtapan, Bantul, Yogyakarta, yakni nyadran
dan diawal deengan kirab. Ambengan, beruapa nasi gurih dan ketak kolek apem, dibawa dari
masjid setempat menuju balai dusun dan bergantian didoakan oleh tokoh-tokoh agama, mulai
dari islam, hindu, budha dan kristen.

Ruwahan atau nyadran di dusun ini yang dikenal plural, banyak penduduk dari
bermacam agama. Sehingga nyadran ambengan atau kendurinya didoakan dari semua unsur
agama.

Analisis :

Suatu kerukunan sangat terasa dalam contoh diatas. Terlihat dari ikut berpartisipasinya semua
umat beragama dari agama islam, Kristen, budha dan hindu. Dan yang membuat semakin
terasa kerukunannya yaitu saat setiap tokoh agama bergantian ikut mendoakan ambegan
tersebut. Walaupun memang dalam ajaran umat kristiani tidak mengenal suatu tradisi tradisi
seperti diatas, namun tidak ada salahnya untuk upaya menjalin kebersamaan dan toleransi
bersama upacara upacara adat tersebut juga baik dilaksanakan. Karena melalui acara acara
tersebutlah setiap umat beragama dapat merasakan betapa indahnya rasa toleransi yang tinggi.
Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama.
Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud
interaksi sosial.
RUMAH KRISTEN TOLIKARA JADI TEMPAT TINGGAL PENGUNGSI
MUSLIM TERBAKAR

Rumah Kristen Tolikara Jadi Tempat Tinggal Pengungsi Muslim. Sepanjang tahun 2015, salah
satu insiden paling memilukan terkait hubungan antar agama adalah peristiwa Tolikara, Papua.
Namu, di balik itu, ada sebuah kisah yang mengingatkan kembali bahwa toleransi di bumi Papua
sudah terjadi, bahkan sejak lama. Sebagaimana yang dilaporkan oleh jurnalis CNN Indonesia,
Aghnia Azkia, tentang kisah Ali Mukhtar dan Fiktor Kogoya (7/27).

Selepas insiden itu, rumahnya habis terbakar dan praktis tidak punya tempat tinggal, tapi berkat
bantuan temannya yang seorang kristen, ia bisa bertahan hidup sembari menunggu rehabilitasi.

Saya tinggal di rumah Pak Fiktor. Saya sudah keluar-masuk rumah ini seperti rumah sendiri,
ujar Ali.

Ia pun menuturkan, bahwa sebenarnya hubungan antar agama juga baik. Sembilan tahun sudah ia
menetap di Tolikara dan hubungannya dengan para pendeta, serta kepala suku di distrik lain di
Tolikara juga tergolong baik, bahkan seperti halnya keluarga. Ketika insiden kerusuhan itu
terjadi, ia dan muslim lain berlindung di sana.

Analisis :

Artikel diatas merupakan gambaran terhadap rasa toleransi yang tinggi masyarakat di daerah
luar Jawa. Memang masyarakat diluar Jawa menjunjung rasa toleransi yang tinggi. Tanpa
memandang ras dan agama seorang bapak bernama Fiktor bersedia menampung masyarakat
didaerah sana yang rumahnya menjadi korban si jago merah. Terlihat dari pernyataan Saya
sudah keluar-masuk rumah ini seperti rumah sendiri, ini sudah menjadi bukti bahwa antara
pemilik rumah dan pengungsi sudah terjalin rasa tenggang rasa yang tinggi. Pada umumnya
manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk
bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama
adanya konflik antarsesama manusia.
INDAHNYA TOLERANSI, KASIDAHAN BUKA PESTA PADUAN SUARA
GEREJA

Warga Alor, Nusa Tenggara Timur, bukan hanya berteori soal menjunjung toleransi antar-umat
beragama. Di Jazirah Kabola, Alor, NTT, warga muslim bahkan membuka acara Pesta Paduan
Suara Gerejawi (Pesperawi) yang diikuti seluruh kecamatan di Kabupaten Alor.

Kaum muslim memeriahkan acara dengan menampilkan grup kasidahan dari Majid Kadelang.
Bahkan, hampir semua kontingen yang datang pada ajang yang berlangsung sejak Rabu 9
November 2016 itu diketuai oleh warga yang beragama Islam.

"Hampir semua ketua kontingen beragama Islam. Gema kerukunan telah dimulai dari Alor. Saya
sangat terharu dengan kerukunan yang terjalin saat ini. Hal ini sangat berharga dalam sejarah,"
ujar Deny Padabang, Ketua Panitia Pesparawi Kabupaten Alor, kepada Liputan6.com.

Bupati Alor Amon Djobo mengatakan, kerukunan antarumat beragama di Alor terjalin dari awal
masuknya agama Islam dan Kristen di Alor dan masih dijaga hingga saat ini. Hal itu
menunjukkan bahwa Alor memang benar-benar surga di Indonesia timur.

"Di tempat lain, suku, agama dan ras dipakai sebagai alasan untuk saling berperang, tetapi di
Alor tidak. Justru, perbedaan dijadikan kekayaan untuk membangun Kabupaten Alor," ujar
Amon.
Analisis :

Sebuah kerukunan umat beragama yang sangat indah. Mungkin sangat aneh terjadi karena
sebuah gereja namun pembukaannya justru kasidahan. Namun hal itu benar benar terjadi di Alor,
Nusa Tenggara Timur. Tidak dapat dipungkiri jika masyarakat disana hidup dalam suatu
pluralism yang tinggi. Namun tidak menghalangi mereka untuk saling toleran dan menghormati
antar umat beragama. Karena mereka juga berpikir bahwa kita tidak dapat hidup sendiri tanpa
orang lain. Mereka bahkan mau bersama sama gotong royong untuk mewujudkan sebuah acara
yang membuat seluruh lingkung masyarakat mereka terlibat. Hal ini yang patutu kita apresiasi
karena mungkin bagi kita sendiri hal ini sangat ganjil dan aneh. Namun ketika acara tersebut
telah terwujud kita dapat melihat bahwa sesuatu jika dilakukan secara gotong royong tanpa
memandang ras,suku terutama agama akan terlihat sangat indah. Salah satu wujud dari toleransi
hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama dan
menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya.
Mesra, Para Pelajar Purwakarta Beda Agama Saling Menyuapi

Ratusan pelajar SD, SMP, hingga SMA berkumpul di Bale Pasepan, Pendopo Purwakarta, Kamis
(3/11/2016). Kedatangan mereka dalam rangka Botram, acara yang digelar oleh Satgas
Toleransi di kabupaten yang akan menerima penghargaan sebagai daerah paling toleran di
Indonesia dari Dewan HAM PBB tersebut.

Para pelajar tersebut terlihat berbaur satu sama lain tanpa melihat perbedaan agama. Mereka
terlihat mengenakan atribut keagamaan masing-masing. Kegiatan ini pun dibuka dengan
menyanyikan lagu Indonesia Raya dan doa sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing
pelajar.

Ketua Satgas Toleransi Purwakarta, Jhon Dien, menjelaskan bahwa betapa pentingnya menjaga
toleransi dan kerukunan umat beragama. Dia menjelaskan nilai-nilai toleransi ini harus
ditanamkan kepada para pelajar di Purwakarta maupun daerah lain di Indonesia.

Kami kemas dengan Botram ini agar acaranya santai tetapi substansinya bisa kita tekankan
untuk pendidikan toleransi berbangsa dan bernegara juga bermasyarakat, kata Jhon Dien.

Ia menegaskan tujuan acara ini ke depan adalah pembentukan Satgas Toleransi Purwakarta di
tingkat pelajar, agar ajaran tentang toleransi dapat membumi sejak dini.

Justru ke depan harus ada Satgas Toleransi di tingkat pelajar Purwakarta, kata Jhon Dien
menambahkan.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menyebut Satgas Toleransi di tingkat pelajar ini sebagai
Relawan Toleransi. Relawan ini bertugas memelihara keanekaragaman di internal sekolahnya
masing-masing.
Mereka jadi Relawan Toleransi, merawat ruang ibadah mereka yang sudah tersedia di sekolah,
makan bersama pelajar lintas agama, sehingga keberagaman dan keberagamaan bisa tercipta
mulai dari lingkungan sekolah, mereka saling suap nasi disini, itu pelajaran toleransi, kata Dedi.

Analisis :

Hal diatas merupakan suatu upaya perwujudan kerukunan antar umat beragama yang dibina
sejak dini. Dan hal itu memang perlu dilakukan mengingat semakin maraknya krisis agama yang
melibatkan antar umat beragama. Penanaman nilai nilai toleransi antar umat beagama sejak dini
yaitu saat di sekolah memang merupakan cara yang ampuh dikarenakan mereka diajarkan untuk
saling menghormati teman teman mereka sendiri yang notabene memiliki agama yang berbeda
dari mereka. Ini merupakan suatu gambaran pengajaran dimana saat mereka bermasyarakat nanti
mereka dapat menghormati masyarakat lainnya yang merupakan teman mereka maupun
masyarakat umum. Karena kita hidup dalam pluralism dimana kita dan teman kita pun memiliki
kepecayaan yang berbeda. Mereka diajarkan untuk menghormati teman mereka sendiiri agar
ketika mereka dewasa mereka bisa mengamalkan hal tersebut kepada masyarakat yang ada
disekitar mereka.
Umat Hindu dan Budha Sembahyang Bersama di Kelenteng Ini

Tahun Baru Imlek yang jatuh pada 8 Februari pekan depan dirayakan di seluruh Indonesia,
termasuk Bali. Berbagai persiapan telah dilakukan di Pulau Dewata, salah satunya di Griya
Kongco Dwipayana.

Di kelenteng yang juga disebut Vihara Nusantara ini jalinan erat antara penganut Hindu (Siwa),
Budha terajut indah. Di kelenteng yang berada di tengah hutan mangrove itu, umat Hindu dan
Budha bersembahyang bersama.

Pemimpin Griya Kongco Dwipayana, Ida Bagus Made Adnyana menjelaskan, di sini umat Hindu
dan Budha sama-sama bersembahyang di dalam kelenteng. Tokoh yang biasa dipanggil Atu
Mangku itu menuturkan, hampir setiap hari kedua umat menggelar persembahyangan.

"Jika umat Hindu, dia akan bersembahyang di sanggah (tempat ibadah) dulu, baru ke sini. Dan,
begitu juga sebaliknya," kata Atu Mangku saat ditemui Liputan6.com di lokasi, Jumat
(5/2/2016).

Menurut dia, kongco itu merupakan simbol Siwa dan Buddha. "Umat Hindu dan Buddha, dia
tidak merasakan suatu perbedaan. Semua datang sembahyang ke sini," kata dia.

Atu Mangku menjelaskan jika kongco itu dibangun pada zaman Dinasti Ching. Karena baru
dibuatkan fasilitas, barulah otomatis digunakan pada 1987. Proses pembangunan dilakukan
bertahap dan rampung pada 1999.

Saat ini, kongco ini tengah melakukan persiapan menyambut hari raya Imlek. "Persiapan awal
kami melakukan sembahyang antar-Jawa (menghadap ke langit), setelah itu dilakukan
pembersihan," jelas Atu Mangku.

Sementara itu, tim kesenian Barongsai di kongco sudah mulai banyak pementasan. "Hari ini
sudah pentas, ada di 5 lokasi. Pemain barongsainya ada dari Hindu, Budha, Islam dan Kristiani,"
kata Atu Mangku.

Analisis :

Sebuah artikel lagi yang mencerminkan bahwa kerukunan umat beragama tidak hanya
diwujudkan oleh kisah pertemanan maupun bermasyarakat. Bahkan di Pulau Dewata ini umat
hindu dan budha bersama sama beribadah di kelenteng yang sama. Kerukunan yang terjalin di
Pulau Dewata memang terkenal sangat tinggi. Mereka bahkan mau berbagi tempat ibadah. Pada
umumnya manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan
alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor
penyebab utama adanya konflik antarsesama manusia.
Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
Dengan adanya kesadaran akan pentingnya toleransi dalam kehidupan beragama, diharapakan
akan terjalin hubungan yang harmonis antar warga Negara yang pada akhirnya akan membawa
kesejahteraan bagi masyarakat dan percepatan pembangunan bagi negeri ini. Karena manfaat
toleransi adalah :

Menghindari Terjadinya Perpecahan

Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama.
Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud
interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan
eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini.

Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaa

Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali
silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya. Pada
umumnya manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan
alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor
penyebab utama adanya konflik antarsesama manusia.

Pembangunan berjalan dengan lancar

Masyarakat menikmati hasil-hasil pembangunan

Kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan

Saran
Saran penulis yaitu agar kita selalu mewujudkan sikap toleransi dan tenggang rasa dimanapun
kita berada dan kapanpu. Entah di lingkungan rumah, kampus maupun dalam kehidupan
bermasyarakat. Karena tanpa adanya toleransi tidak akan terwujud Indonesia yang sesuai dengan
sila ketiga dalam pancasila. Karena dengan adanya toleransi pula kehidupan bermasyarakat kita
menjadi lebih indah.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.liputan6.com/tag/toleransi-agama

http://leily21.blogspot.co.id/2016/02/kliping-peristiwa-peristiwa-yang.html

http://sarungpreneur.com/kliping/

https://bukunnq.wordpress.com/sikap-toleransi-dalam-kehidupan-beragama-dengan-saling-
menghormati-dan-memelihara-hak-dan-kewajiban-masing-masing/

http://regional.liputan6.com/read/2648701/indahnya-toleransi-kasidahan-buka-pesta-paduan-
suara-gereja

http://regional.liputan6.com/read/2642689/mesra-para-pelajar-purwakarta-beda-agama-saling-
menyuapi

http://regional.liputan6.com/read/2429497/umat-hindu-dan-budha-sembahyang-bersama-di-
kelenteng-ini

Anda mungkin juga menyukai