Anda di halaman 1dari 4

Bab II.

Tinjauan Umum Pulau Bali

A.Letak Geografis

Pulau Bali merupakan salah satu propinsi yang ada di Indonesia yang terletak di sebelah
timur pulau Jawa bagian timuratau lebih tepatnya terletak pada 113˚BT dan 8˚LS.Pulau Bali
pada lintasan internasionalnya terletak antara Benua Australia, Selandia Baru,dan Negara-Negara
di sebelah Utara khatulistiwa yaitu Negara-negara Asia. Luas Pulau Bali kira-kira 5.600 km²
dengan jumlah penduduk 3 juta jiwa yang mayoritas beragama Hindu Dharma dengan
temperature normal rata-rata 26˚C.

B. Keadaan Alam

Pulau Bali sebagaimana pula Sumatera dan Jawa , juga dibelah menjadi dua oleh alur
pegunungan. Deretan gunung-gunung atau pengunungan mulai dari barat membujur ke
timur,membelah Pulau Bali menjadi Bali Selatan dan Bali Utara, bahkan gunung itulah yang
memberikan keindahan panorama yang sukar dicari rivalnya.

Seperti gunung Merbuk, gunung Patas, gunung Batur, Batukau bahkan gunung Agung yang
menjadi kiblat dan bersemayamnya para Dewa.

Pulau Bali yang sering disebut juga Pulau Dewata atau pulau dengan seribu arca dan
pura, terbagi menjadi 8kabupaten dan 1 kotamadya, yaitu:

1. Kabupaten Jembrana dengan Ibukota di Singaraja


2. Kabupaten Bleleng denagn Ibukota di Singaraja
3. Kabupaten Tabanan dengan Ibukota di Tabanan
4. Kabupaten Badung dengan Ibukota di Denpasar
5. Kabupaten Gianyar dengan Ibukota di Gianyar
6. Kabupaten Bangli dengan Ibukota di Bangli
7. Kabupaten Klungkung dengan Ibukota di Klungkung
8. Kabupaten Karangasem dengan Ibukota di Amplapura

Disamping sekitar wisata yang merupakan sumber pendapatan pemerintahan daerah,


pulau Bali pun sangat maju terutama dengan adanya sistem sabak, bahkan di Bali bisa
berswadaya dalam produksi padinya.

3
C.Kebudayaan

Kebudayaan Bali tumbuh dan berkembang dengan pesta dikarenakan pancaran keserasian
serta keindahan beragama dengan seniman, dengan dasar pengabdiannya yang tulus mencoba
melukiskan sesuatu atau yang berkaitan denagn keagamaan dan kehidupan sehari-hari dapat
disaksikan melalui sikap dan sifat perikehidupan masyarakat dan upacara-upacara agama, baik
secara sederhana maupun secara besar dan mewah.
Dengan adanya kebudayaan Bali, diadakanlah seni budaya yang bertujuan untuk :

1.Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan seniman untuk meningkatkan nilai seni.

2.Meningkatkan kesadaran dan pengabdian yang tulus dari seniman kepada nilai budayanya.

3.Mempertahankan, membangkitkan dan memperdaya nillai-nilai tinggi dari seni budaya sebagai
pancaran rohani yang bersumber pada kesucian beragama.

Di Bali banyak sekali upacara yang beraneka ragam dan berbeda-beda bentuknya yang
disebut yadnya. Dalam suatu upacara, biassnya dipersembahkan sesajen-sesajen yang beraneka
ragam yang biasanya mengandung unsur air,api, bunga-bunga,jajan,daun-daun bahkan kadang
binatang sebagai korban.

Adapun upacara agama di Bali dapat digolongkan menjadi :

1.Dewa Yahya
Yaitu upacara korban suci kepada para dewa untuk mendapat anugrah tuntunan,
kebahagiaan dan hal-hal lainnya. Misalnya ; upacara pagerwesi, Galungan, Kuningan yang
biasanya diadakan dikuil umum maupun pribadi.

2.Pitra Yadnya
Yaitu upacara korban kepada roh leluhur atau sekarang yang telah meninggal dunia.
Misalnya :Ngaben (upacara pembakaran mayat) , Memukur ( pensucian roh yang sudah
diabenkan supaya dapat memasuki alam dewata) dan Ngalinggihan Dewa Suci di pamejaan atau
bangunan suci di tiap-tiap rumah yang selalu di puja oleh keluarga.

3.Manusia Yadnya
Yaitu upacara suci keslamatan sejak dari janin, lahir dan dewasa, Misalnya: upacara Tiga
Bulan Bayi, potong gigi, Pewarengan (perkawinan) dan lain sebagainya.

4.Resi Yadnya
Yaitu upacara yang berkaitan dengan resi atau pendeta.

5.Bhutan Yadnya
Yaitu upacara suci untuk para kala dan buha, yaitu roh-roh yang mengganggu, agar
kemudian tidak mengganggu lagi bahkan ikut menjaga ketentraman manusia.

4
Dari sekian banyak upacara di Bali, yang paling menarik bagi pengunjung adalah upacara
Ngaben (pembakaran mayat).

Orang Bali beranggapan bahwa tubuh manusia terdiri dari 5 urat, yang disebut Panca
Maha Bhuta yaitu air, tanah, udara, sinar dan ether, oleh karena itulah maka jenazah manusia
harus dibakar karena dengan adanya pembakaran maka unsure tersebut akan cepat kembali ke
asalnya.

Kesenian di Bali sangat erat hubungannya dengan agama, dan disinilah para seniman
memperoleh sumber ilham dalam menciptakan hasil karyanya terutama setelah agama Hindu
masuk ke Bali.

D. Bahasa dan Sastra Di Masyarakat Bali

Selain dari sektor pariwisata, penduduk Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan. Sebagian
juga memilih menjadi seniman. Bahasa yang digunakan di Bali adalah Bahasa Indonesia, Bali
dan Inggris khususnya bagi yang bekerja di sektor pariwisata.

Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling luas pemakaiannya di Bali dan
sebagaimana penduduk Indonesia lainnya, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau
bahkan trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya masyarakat
Bali menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan sebagai pilihan dalam berkomunikasi.

Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek bahasa Bali ditentukan berdasarkan sistem catur
warna dalam agama Hindu Dharma dan keanggotan klan (istilah Bali: soroh, gotra); meskipun
pelaksanaan tradisi tersebut cenderung berkurang.

Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga (dan bahasa asing utama) bagi banyak masyarakat Bali
yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang besar dari industri pariwisata. Para karyawan yang
bekerja pada pusat-pusat informasi wisatawan di Bali, sering kali juga memahami beberapa
bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai.

E. Agama Islam Dan Hindu Di Masyarakat Bali

Kehidupan umat beragama yang ‘mesra dan harmonis’ itu diharapkan dapat diperlihara guna
mendukung terciptanya kondisi aman, nyaman dan tentram, sekaligus memberikan kesejukan di
hati umat manusia.

Agama Islam dan Hindu, Sesungguhnya memiliki banyak persamaan bahkan terjadi akulturasi
menyangkut seni dan budaya dari kedua agama tersebut di Bali . Kesamaan itu antara lain
terdapat pada buku dan geguritan (pembacaan ayat-ayat suci Hindu) yang ternyata didalamnya
mengandung unsur nuansa Islam, seperti yang pernah diungkapkan Prof Drs H ShaLeh Saidi
(67) Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Udayana.

5
Bukti lain dari terjadinya akulturasi Islam–Hindu adalah di Desa Pegayaman–Buleleng, Kepaon–
Denpasar, serta Desa Loloan Di Jembrana. Di desa Pegayaman misalnya sebagian besar
warganya memeluk agama Islam, namun nama depan sebagian besar warganya sama seperti
orang Bali pada umumnya, sehingga muncul nama seperti misal Wayan Muhammad Saleh atau
Made Jalaluddin.

Dalam Budaya, umat Islam Bali telah ‘berbaur’ dengan budaya setempat, terlihat dari lembaga
adat yang tumbuh di masyarakat muslim Bali sama dengan lembaga adat masyarakat Bali Hindu.
Dalam pengairan bidang pertanian tradisional (Subak) misalnya, umat muslim menerapkan cara
dan pola pengaturan air seperti yang dilakukan petani yang beragama Hindu, meskipun cara
mensyukuri saat panet berbeda.

Umat Islam yang mengolah lahan pertanian di Subak Yeh Sumbul, Medewi, Pekutatan dan
Subak Yeh Santang, Jembrana, menerapkan sistem pengairan secara teratur sepeti umumnya
dilakukan pertani Bali.

Hal ini diungkapkan Haji Mansyur Ali (53) ayah lima anak kelahiran Banjar Yeh Sumbul.
Adanya unsur kesamaan antara Islam dan Hindu itu, dapat dijadikan tonggak lebih menciptakan
‘kemesraan’ dan tali persaudaran antar Hindu dan Islam, termasuk umat lain di pulau Bali,
bahkan di Nusantara.

Berbagai keunikan tersebut menjadi daya tarik tersendiri dari berbagai segi baik oleh wisatawan
mancanegara, sosiolog maupun budayawan dari belahan dunia. Tidaklah mengherankan, kondisi
demikian menjadikan pulau Seribu Pura ini bertambah tenar, bahkan terkadang melampaui
ketenaran Indonesia – negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Anda mungkin juga menyukai