Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ANTROPOLOGI

KERANGKA ETNOGRAFI SUKU BALI

DI SUSUN OLEH :

Ary Yudha Batara 41814201


Dwi Ary Trisnohadi 41814172

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya makalah Kerangka Etnografi Suku Bali ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi dari
Dosen pengajar Ibu Nia Karniawati.
Penyusun berharap makalah ini dapat membantu untuk mengenal keadaan
kebudayaan masyarakat di Bali. Makalah ini juga membahas tentang kependudukan
,kesenian dan objek wisata yang ada di Bali.

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I...........................................................................................................................
1.1

LATAR BELAKANG...................................................................................... 4

1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................... 4


1.3 TUJUAN DAN MANFAAT.................................................................................. 4
BAB II..........................................................................................................................
PEMBAHASAN.............................................................................................................
1. Lokasi lingkungan dan demograf..........................................................5
2. Asal mula dan sejarah suku bangsa......................................................6
3. Bahasa........................................................................................................ 6
4. Sistem Teknologi....................................................................................... 7
5. Sistem mata pencaharian......................................................................17
6. Organisasi Sosial.................................................................................... 18
8. Kesenian................................................................................................... 23
9. Sistem Religi............................................................................................ 28
BAB III.......................................................................................................................
PENUTUP..................................................................................................................
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 29

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara kepulauan (Negara yang terdiri dari banyak pulau). Salah
satunya adalah pulau Bali, setiap tahunnya ada wisatawan asing maupan domestik yang
datang mengunjungi Bali. Mereka tidak hanya tertarik pada keindahan alamnya saja, Tetapi
mereka juga tertarik pada kebudayaan masyarakat Bali yang sampai saat ini masih terjaga
dengan baik meskipun banyak kebudayaan asing masuk ke Bali.
Dikarenakan perkembangan zaman akibat pengaruh globalisasi maka mempengaruhi
pola kehidupan dan interaksi suku bangsa. Suku Bali merupakan salah satu suku di
Indonesia yang telah mengalami modernisasi dalam hal pola kehidupan, budaya maupun
interaksi. Untuk itu kami akan membahas pola kehidupan, budaya dan interaksi serta pokokpokok etnografi dari Suku Bali.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bagaimana lokasi lingkungan alam dan demografi suku Bali?


Bagaimana Asal mula dan sejarah suku Bali?
Bagaimana Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat Bali?
Bagaimana Sistem teknologi tradisional yang ada di masyarakat Bali?
Bagaimana Sistem mata pencaharian masyarakat Bali?
Bagaimana Organisasi sosial masyarakat Bali?
Bagaimana Kesenian tradisional masyarakat Bali?
Bagaimana Sistem Religi masyarakat Bali?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT

Untuk mengetahui unsur-unsur Kebudayaan atau Kerangka Etnografi suku Bali.

BAB

II
PEMBAHASAN
1. Lokasi lingkungan dan demografi
Bali dikenal sebagai Pulau Dewata yang merupakan salah satu tempat wisata terbaik di
Indonesia bahkan dunia. Kuta, Sanur, Nusa Dua, Bedugul, Ubud, Sukawati, Lovina, dan lain
lain merupakan tempat wisata yang terkenal di Bali.Bali adalah sebuah pulau di Indonesia,
sekaligus menjadi salah satu provinsi Indonesia. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan
Pulau Lombok.Ibukota provinsinya ialah Denpasar, yang terletak di bagian selatan pulau
ini.Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu.
Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112
km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 825?23? Lintang
Selatan dan 11514?55? Lintang Timur yang mebuatnya beriklim tropis seperti bagian
Indonesia yang lain. Gunung Agung adalah titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m. Gunung
berapi ini terakhir meletus pada Maret 1963.Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada
di Bali.Sekitar 30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana
yang dahsyat di bumi.Berbeda dengan di bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran
rendah yang dialiri sungai-sungai.
Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan
yang memanjang dari barat ke timur dan diantara pegunungan tersebut terdapat gugusan
gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi yaitu
Gunung Merbuk, Gunung Patas, dan Gunung Seraya.Adanya pegunungan tersebut
menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak
sama yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai, dan Bali
Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri
dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha,
lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha, dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189
ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah pegunungan
yaitu : Danau Beratan, Buyan, Tamblingan dan Danau Batur.
Masyarakat suku Bali menempati keseluruhan pulau Bali yang menjadi satu propinsi,
yakni propinsi Bali.Oleh karena pengaruh emigrasi, ada juga masyarakat Bali yang menetap
di wilayah wilayah lainnya di Indonesia.Pulau ini terletak disebelah timur pulau Jawa yang
dihuungkan oleh selat Bali.Bali adalah propinsi yang terletak di sebelah timur ditengah
tengah lautan, oleh karena itu propinsi Bali mempunyai iklim tropis (panas).Propinsi Bali
adalah salah satu propinsi yang padat penduduknya. Pada tahun 1971 penduduknya
sebanyak 2.469.930 jiwa, pada tahun 1990 meningkat lagi menjadi 2.777.811 jiwa. Keadaan
perhubungan pun sangat baik dan lancar, baik darat, laut, maupun udara.

2. Asal mula dan sejarah suku bangsa


Zaman prasejarah Bali merupakan awal dari sejarah masyarakat Bali, yang ditandai
oleh kehidupan masyarakat pada masa itu yang belum mengenal tulisan. Walaupun
pada zaman prasejarah ini belum dikenal tulisan untuk menuliskan riwayat
kehidupannya, tetapi berbagai bukti tentang kehidupan pada masyarakat pada masa itu
dapat pula menuturkan kembali keadaanya Zaman prasejarah berlangsung dalam kurun
waktu yang cukup panjang, maka bukti-bukti yang telah ditemukan hingga sekarang
sudah tentu tidak dapat memenuhi segala harapan kita.

3. Bahasa
Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling luas pemakaiannya di
Bali, dan sebagaimana penduduk Indonesia lainnya, sebagian besar masyarakat Bali
adalah bilingual atau bahkan trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam
bahasa Bali, umumnya masyarakat Bali menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan
sebagai pilihan dalam berkomunikasi. Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek
bahasa Bali ditentukan berdasarkan sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma
dan keanggotan klan (istilah Bali: soroh, gotra); meskipun pelaksanaan tradisi tersebut
cenderung berkurang. Dan di bali ada yang menggunakan Inggris khususnya bagi yang
bekerja di sektor pariwisata. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga (dan bahasa asing
utama) bagi banyak masyarakat Bali, misalnya para karyawan yang bekerja pada pusatpusat informasi wisatawan di Bali yang sering menggunakan bahasa inggris,terkadang
juga memahami beberapa bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai
Bahasa Bali adalah sebuah bahasa yang berasal dari rumpun bahasa Austronesia,
Malayo-Polinesia, Melayu-Sumbawa, Bahasa Bali-Sasak-Sumbawa, Bali. Bahasa ini
digunakan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau
Jawa.Bahasa Bali memiliki tingkatan dalam penggunaannya, yaitu Bali Alus, Bali Madya
dan Bali Kasar. Bali halus dipergunakan dalam lingkup formal misalnya dalam
pertemuan di tingkat desa adat, atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta
lebih tinggi. Bali madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat
dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas
rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya, Di Lombok
bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa
bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Bahasa
Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa.

4. Sistem Teknologi

A. Senjata Tradisional
KERIS

Keris adalah senjata


tikam khas Indonesia. Keris memiliki berbagai macam bentuk, misalnya ada yang bilahnya
berkelok-kelok (selalu berbilangganjil) dan ada pula yang berbilah lurus. Orang Jawa
menganggap perbedaan bentuk ini memiliki efek esoteri yang berbeda.
Selain digunakan sebagai senjata, keris juga sering dianggap memiliki kekuatan
supranatural. Senjata ini sering disebut-sebut dalam berbagai legenda tradisional,
seperti keris Mpu Gandring dalam legenda Ken Arok dan Ken Dedes.
Bagian-bagian keris
Beberapa istilah di bagian ini diambil dari tradisi Jawa, semata karena rujukan yang tersedia.
Sebagian ahli tosan aji mengelompokkan keris sebagai senjata tikam, sehingga bagian
utama dari sebilah keris adalah wilah (bilah) atau bahasa awamnya adalah seperti mata
pisau. Tetapi karena keris mempunyai kelengkapan lainnya, yaitu warangka (sarung) dan
bagian pegangan keris atau ukiran, maka kesatuan terhadap seluruh kelengkapannya
disebut keris.
I.

Pegangan keris atau hulu keris

Pegangan keris (bahasa Jawa: gaman) ini bermacam-macam motifnya, untuk keris Bali ada
yang bentuknya menyerupai patung dewa, patung pedande, patung raksaka, patung penari ,
pertapa, hutan ,dan ada yang diukir dengan kinatah emas dan batu mulia.

II.

Warangka atau sarung keris

Secara garis besar terdapat dua bentuk warangka, yaitu jenis:

warangka ladrang yang terdiri dari bagian-bagian : angkup, lata, janggut, gandek,
godong (berbentuk seperti daun), gandar, ri serta cangkring.

warangka gayaman (gandon) yang bagian-bagiannya hampir sama dengan


wrangka ladrang tetapi tidak terdapat angkup, godong, dan gandek.

Aturan pemakaian bentuk wrangka ini sudah ditentukan, walaupun tidak mutlak. Wrangka
ladrang dipakai untuk upacara resmi , misalkan menghadap raja, acara resmi keraton
lainnya (penobatan, pengangkatan pejabat kerajaan, perkawinan, dll) dengan maksud
penghormatan. Tata cara penggunaannya adalah dengan menyelipkan gandar keris di
lipatan sabuk (stagen) pada pinggang bagian belakang (termasuk sebagai pertimbangan
untuk keselamatan raja ). Sedangkan wrangka gayaman dipakai untuk keperluan harian,
dan keris ditempatkan pada bagian depan (dekat pinggang) ataupun di belakang (pinggang
belakang).
Dalam perang, yang digunakan adalah keris wrangka gayaman , pertimbangannya adalah
dari sisi praktis dan ringkas, karena wrangka gayaman lebih memungkinkan cepat dan
mudah bergerak, karena bentuknya lebih sederhana.
Ladrang dan gayaman merupakan pola-bentuk wrangka, dan bagian utama menurut fungsi
wrangka adalah bagian bawah yang berbentuk panjang ( sepanjang wilah keris ) yang
disebut gandar atauantupan ,maka fungsi gandar adalah untuk membungkus wilah (bilah)
dan biasanya terbuat dari kayu ( dipertimbangkan untuk tidak merusak wilah yang berbahan
logam campuran ) .
Karena fungsi gandar untuk membungkus , sehingga fungsi keindahannya tidak
diutamakan, maka untuk memperindahnya akan dilapisi seperti selongsong-silinder yang
disebut pendok . Bagian pendok ( lapisan selongsong ) inilah yang biasanya diukir sangat
indah , dibuat dari logam kuningan, suasa ( campuran tembaga emas ) , perak, emas .
Untuk daerah diluar Jawa ( kalangan raja-raja Bugis , Goa,Palembang, Riau, Bali )
pendoknya terbuat dari emas , disertai dengan tambahan hiasan seperti sulaman tali dari
emas dan bunga yang bertaburkan intan berlian.
III.

Wilah

Wilah atau wilahan adalah bagian utama dari sebuah keris, dan juga terdiri dari bagianbagian tertentu yang tidak sama untuk setiap wilahan, yang biasanya disebut dapur, atau
penamaan ragam bentuk pada wilah-bilah (ada puluhan bentuk dapur). Sebagai contoh,
bisa disebutkan dapur jangkung mayang, jaka lola , pinarak, jamang murub, bungkul , kebo
tedan, pudak sitegal, dll.

IV.

Luk

adalah bagian yang berkelok dari wilah-bilah keris, dan dilihat dari bentuknya keris dapat
dibagi dua golongan besar, yaitu keris yang lurus dan keris yang bilahnya berkelok-kelok
atau luk. Salah satu cara sederhana menghitung luk pada bilah , dimulai dari pangkal keris
ke arah ujung keris, dihitung dari sisi cembung dan dilakukan pada kedua sisi seberangmenyeberang (kanan-kiri), maka bilangan terakhir adalah banyaknya luk pada wilah-bilah
dan jumlahnya selalu gasal ( ganjil) dan tidak pernah genap, dan yang terkecil adalah luk
tiga (3) dan terbanyak adalah luk tiga belas (13). Jika ada keris yang jumlah luk nya lebih
dari tiga belas, biasanya disebut keris kalawija, atau keris tidak lazim.
Tangguh keris
Di bidang perkerisan dikenal pengelompokan yang disebut tangguh yang dapat berarti
periode pembuatan atau gaya pembuatan. Hal ini serupa dengan misalnya dengan tari Jawa
gaya Yogyakarta dan Surakarta. Pemahaman akan tangguh akan membantu mengenali ciriciri fisik suatu keris.
Beberapa tangguh yang biasa dikenal:

tangguh Majapahit
tangguh Pajajaran
tangguh Mataram
tangguh Yogyakarta
tangguh Surakarta.
tangguh Pajajaran

B. Alat Produksi
i.

PERALATAN METEKAP / MEMBAJAK SAWAH

Metekap adalah istilah orang Bali dalam membajak sawah mereka, peralatan
tradisional yang mereka pakai terdiri dari "UGA" ditaruh pada leher kedua ekor sapi
yang kemudian di ikat pada "TENGALA" dan "LAMPIT" yang berfungsi untuk
membajak sawah.
ii.

TAMBAH/CANGKUL/PACUL

"Tambah" dalam istilah bali atau Cangkul atau pacul adalah satu jenis alat tradisional
yang digunakan dalam pertanian. Cangkul digunakan untuk menggali,
membersihkan tanah dari rumput atau pun untuk meratakan tanah. Cangkul masih
digunakan hingga kini. Pekerjaan yang lebih berat biasanya menggunakan bajak.
Cangkul biasanya terbuat dari kayu dan besi.

iii.

PETAKUT / ORANG-ORANGAN SAWAH

10

Petakut / orang orangan disawah biasanya dibuat dari batang bambu yang di
bungkus dengan jerami hingga dibuat mirip seperti orang yang berada di tengah
sawah, dengan tujuan untuk menghalau burung agar takut memakan biji padi yang
sedang menguning.
iv.

RANGGON

Ranggon merupakan gubuk yang berada di tengah lahan persawahan, biasanya


digunakan sebagai tempat berteduh, tempat peristirahatan sejenak para petani
selepas kesibukan di pematang sawah, ranggon juga biasanya digunakan sebagai
tempat menyimpan peralatan pertanian oleh para petani.

v.

ANI-ANI / KETAM

11

Ani-ani atau ketam adalah sebuah pisau kecil yang dipakai untuk memanen padi.
Dengan ani-ani tangkai bulir padi dipotong satu-satu, sehingga proses ini memakan
banyak pekerjaan dan waktu, namun keuntungannya ialah, berbeda dengan
penggunaan sebuah arit, tidak semua batang ikut terpotong. Dengan demikian, bulir
yang belum masak tidak ikut terpotong.
vi.

ARIT / SABIT

Arit adalah alat pertanian untuk memotong padi di sawah dan merupakan alat
pertanian yang penting bagi petani. Terbuat dari besi bertangkai, dibuat sedemikian
rupa agar mudah dipakai. Matanya membentuk bulan sabit, karena itu disebut sabit.
Dahulu sebagian besar arit merupakan hasil industri rumah tangga. Arit dibuat dan
besi atau baja bekas yang ditempa secara tradisional menjadi berbentuk bulan sabit,
lalu diberi gagang dari kayu. Arit bagi petani merupakan alat serbaguna, untuk
memotong rumput makanan ternak dan membersihkan ladang, digunakan untuk
mengiris manggar kelapa atau enau yang akan disadap niranya. Juga banyak
digunakan untuk menuai padi karena dianggap lebih efektif dari pada ani-ani.
Jenis dan ragam arit juga banyak, tergantung kebutuhan dalam menggunakannya,
mulai dari yang kecil hingga yang besar, Seperti Arit Pengaritan rumput, pengaritan
padi yang matanya bergerigi, hingga arit penyalah dan caluk yang ukurannya lebih
besar yang digunakan untuk memotong dahan yang keras dan lebih besar.

vii.

GEREJAG/GEBOTAN

12

Gerejag/Gebotan merupakan alat yang dipakai petani dalam proses panen di sawah,
dimana alat ini berfungsi melepas biji padi dari tangkainya, dengan cara tangkai padi
di ayunkan di gebotan sehingga biji padi bisa terlepas dari tanggkainya.
viii.

KERANJANG

Keranjang Merupakan alat untuk menampung hasil pertanian seperti buah, sayuran dan
bisa juga digunakan untuk menampung rumput untuk ternak sapi para petani.
ix.

GELEBEG

Gelebeg / Lumbung Padi merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat


menyimpan hasil panen, dahulu kala petani tidak pernah menjual seluruh beras
produksi mereka kepada tengkulak, melainkan menyimpan padi hasil panen mereka
di sebuah tempat yang disebut Gelebeg/jineng atau lumbung padi.

x.

KETUNGAN, LESUNG & ELU

13

Alu merupakan alat pendamping lesung atau Ketungan dalam proses pemisahan
sekam dari beras. Biasanya alu dibuat dari kayu. Bentuk alu memanjang seperti
tabung dengan diameter sekitar 7 cm (tergantung besarnya lesung). Alu digunakan
sebagai penumbuk gabah, sehingga beras terpisah dari sekam secara mekanik.
xi.

NYIU / TAMPI

Nyiu / Tampi merupakan alat tradisional dari anyaman bambu yang berbentuk
bundar, biasa digunakan untuk menampi padi atau beras dalam memisahkan
latah/antah/amapas kulit padi dengan bantuan angin diayunkan dan ditiup sehingga
antah bisa dipisahkan dari beras, juga bisa dipakai untuk menjemur.

xii.

PAON

14

Paon / tungku dapur bali ini berfungsi sebagai tempat memasak hasil olahan
pertanian di bali, bahan bakar dari tungku ini biasanya menggunakan kayu bakar.
Kelengkapan di paon/dapur biasanya terdapat cublikan, kuskusan, kekeb,
penggorengan, Sok Nasi, Ingka dan lain sebagainya selayaknya alat dapur lainnya.

C. ALAT KOMUNIKASI

KULKUL
15

Kulkul atau Kentongan merupakan alat komonikasi tradisional antar anggota


masyarakat di bali yang pada umumnya terbuat dari bahan kayu atau bambu, yang
mana pada bagian tengahnya terdapat lubang memanjang. Ada empat jenis kulkul
yang dikenal masyarakat Bali yaitu : Kulkul Dewa, Kulkul Bhuta, Kulkul Manusa, dan
Kulkul Hiasan.
Kulkul Dewa adalah kulkul yang digunakan saat upacara Dewa Yadnya. Kulkul Dewa
dibunyikan apabila akan memanggil para dewa. Kulkul Bhuta adalah kulkul yang
digunakan saat upacara Bhuta Yadnya, Kulkul Bhuta dibunyikan apabila akan
memanggil para Bhuta Kala guna menetralisir alam semesta sehingga keadaan alam
menjadi aman dan tenteram.
Kulkul Manusa adalah kulkul yang digunakan untuk kegiatan manusia, baik itu rutin
maupun mendadak.
Kulkul Hiasan disebut karena kulkul ini diberi hiasan-hiasan untuk menambah
keindahannya. Biasanya kulkul ini dianggap sebagai barang antik oleh wisatawan
yang datang ke pulau Bali, sering dijadikan oleh-oleh atau buah tangan.

5. Sistem mata pencaharian

16

Mata pencarian penduduk beranekaragam yang meliputi pekerjaan sebagai petani,


pengerajin, pedagang dan berbagai jasa khususnya bidang kepariwisataan. Pertanian
merupakan mata pencarian pokok masyarakat dan sebagian besar masyarakat bali
adalah petani. Jenis pertanian meliputi pertanian sawah dan perkebunan.
Didalam system pertanian di bali subak memegang peranan yang sangat penting. Saat
ini di Bali terdapat sekitar 1.482 subak dan subak abian sekitar 698.
Subak merupakan satu kesatuan ekonomi, social dan keagamaan.
sistem irigasi subak.
Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan
sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali, Indonesia . Subak ini biasanya
memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura Bedugul, yang khusus
dibangun oleh para petani dan diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan
dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga adalah
seorang petani di Bali. Revolusi hijau telah menyebabkan perubahan pada sistem irigasi
ini, dengan adanya varietas padi yang baru dan metode yang baru, para petani harus
menanam padi sesering mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Ini
sangatlah berbeda dengan sistem Subak, di mana kebutuhan seluruh petani lebih
diutamakan. Metode yang baru pada revolusi hijau menghasilkan pada awalnya hasil
yang melimpah, tetapi kemudian diikuti dengan kendala-kendala seperti kekurangan air,
hama dan polusi akibat pestisida baik di tanah maupun di air. Akhirnya ditemukan bahwa
sistem pengairan sawah secara tradisional sangatlah efektif untuk menanggulangi
kendala ini.
Subak telah dipelajari oleh Clifford Geertz , sedangkan J. Stephen Lansing telah menarik
perhatian umum tentang pentingnya sistem irigasi tradisional. Ia mempelajari pura- pura
di Bali, terutama yang diperuntukkan bagi pertanian, yang biasa dilupakan oleh orang
asing. Pada tahun 1987 Lansing bekerja sama dengan petani-petani Bali untuk
mengembangkan model komputer sistem irigasi Subak. Dengan itu ia membuktikan
keefektifan Subak serta pentingnya sistem ini.
Pada tahun 2012 ini UNESCO, mengakui Subak (Bali Cultur Landscape), sebagai Situs
Warisan Dunia ,pada sidang pertama yang berlangsung di Saint Petersburg, Rusia .

6. Organisasi Sosial

Banjar
17

Merupakan bentuk kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan


wilayah. Kesatuan sosial itu diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara-upacara
keagaman yang keramat. Didaerah pegunungan, sifat keanggotaan banjar hanya
terbatas pada orang yang lahir di wilayah banjar tersebut. Sedangkan didaerah datar,
sifat keanggotaannya tidak tertutup dan terbatas kepada orang-orang asli yang lahir di
banjar itu. Orang dari wilayah lain atau lahir di wilayah lain dan kebetulan menetap di
banjar bersangkutan dipersilakan untuk menjadi anggota(krama banjar) kalau yang
bersangkutan menghendaki.
Pusat dari bale banjar adalah bale banjar, dimana warga banjar bertemu pada harihari yang tetap. Banjar dikepalai oleh seorang kepala yang disebut kelian banjar.Ia dipilih
dengan masa jabatab tertentu oleh warga banjar. Tugasnya tidak hanya menyangkut
segala urusan dalam lapangan kehidupan sosial dari banjar sebagai suatu komuniti, tapi
juga lapangan kehidupan keagamaan. Kecuali itu ia juga harus memecahkan masalah
yang menyangkut adat. Kadang kelian banjar juga mengurus hal-hal yang sifatnya
berkaitan dengan administrasi pemerintahan.

Subak

Subak di Bali seolah-olah lepas dari dari Banjar dan mempunyai kepala sendiri.
Orang yang menjadi warga subak tidak semuanya sama dengan orang yang menjadi
anggota banjar. Warga subak adalah pemilik atau para penggarap sawah yang yang
menerima air irigasinya dari dari bendungan-bendungan yang diurus oleh suatu subak.
Sudah tentu tidak semua warga subak tadi hidup dalam suatu banjar. Sebaliknya ada
seorang warga banjar yang mempunyai banyak sawah yang terpencar dan mendapat air
irigasi dari bendungan yang diurus oleh beberapa subak. Dengan demikian warga banjar
tersebtu akan menggabungkan diri dengan semua subak dimana ia mempunya
sebidang sawah.

Sekaha

Dalam kehidupan kemasyarakatan desa di Bali, ada organisasi-organisasi yang


bergerak dalam lapangan kehidupan yang khusus, ialah sekaha. organisasi ini bersifat
turun-temurun, tapi ada pula yang bersifat sementara. Ada sekaha yang fungsinya
adalah menyelenggarakan hal-hal atau upacara-upacara yang berkenan dengan desa,
misalnya sekaha baris (perkumpulan tari baris), sekaha teruna-teruni. Sekaha tersebut
sifatnya permanen, tapi ada juga sekaha yang sifatnya sementara, yaitu sekaha yang
didirikan berdasarkan atas suatu kebutuhan tertentu, misalnya sekaha memula
(perkumpulan menanam), sekaha manyi (perkumpulan menuai), sekaha gong
(perkumpulan gamelan) dan lain-lain. sekaha-sekaha di atas biasanya merupakan
perkumpulan yang terlepas dari organisasi banjar maupun desa.

Gotong Royong

Dalam kehidupan berkomuniti dalam masyarakat Bali dikenal sistem gotong royong
(nguopin) yang meliputi lapangan-lapangan aktivitet di sawah (seperti menenem,
18

menyiangi, panen dan sebagainya), sekitar rumah tangga (memperbaiki atap rumah,
dinding rumah, menggali sumur dan sebagainaya), dalam perayaan-perayaan atau
upacara-upacara yang diadakan oleh suatu keluarga, atau dalam peristiwa kecelakaan
dan kematian.nguopin antara individu biasanya dilandasi oleh pengertian bahwa
bantuan tenaga yang diberikan wajib dibalas dengan bantuan tenaga juga. kecuali
nguopin masih ada acara gotong royong antara sekaha dengan sekaha. Cara serupa ini
disebut ngedeng (menarik).Misalnya suatu perkumpulan gamelan ditarik untuk ikut serta
dalam menyelenggarakan suatu tarian dalam rangka suatu upacara odalan.bentuk yang
terakhir adalah kerja bhakti (ngayah) untuk keprluan agama,masyarakat maupun
pemerintah.
Kesatuan-kesatuan sosial di atas, biasanya mempunyai pemimpin dan mempunyai
kitab-kitab peraturan tertulis yang disebut awig-awig atau sima.Pemimpin biasanya
dipilih oleh warganya.Klen-klen juga mempunyai tokoh penghubung yang bertugas
memelihara hubungan antara warga-warga klen, menjadi penasehat bagi para warga
mengenai seluk beluk adat dan peristiwa-peristiwa yang bersangkaut paut dengan
klen.Tokoh klen serupa itu di sebut moncol. Klen tersebut tidak mempunyai peraturan
tertulis, akan tetapi mempunya silsilah/babad. Ditingkat desa ada kesatuan-kesatuan
administratif yang disebut perbekelan.Suatu perbekelan yang sebenarnya merupakan
warisan dari pemerintah Belanda, diletakkan diatas kesatuan-kesatuan adat yang asli di
Bali, seperti desa adat dan banjar.Maka terdapatlah gabungan-gabungan dari banjar dan
desa ke dalam suatu perbekelan yang dipimpin oleh perbekel atau bendesa yang secara
administratif bertanggung jawab terhadap atasannya yaitu camat, dan seterusnya camat
bertanggung jawab kepada bupati.

Pola perkampungan

Pertama, pola perkampungan mengelompok padat, pola ini terutama terdapat pada
desa-desa di Bali bagian pegunungan. Pola perkampungan di desa-desa ini bersifat
memusat dengan kedudukan desa adat amat penting dan sentral dalam berbagai segi
kehidupan warga desa tersebut
Kedua, pola perkampungan menyebar, pola ini terutama terdapat pada desa-desa di
Bali dataran, dimana baik wilayah maupun jumlah warga desa disini jauh lebih luas dan
lebih besar dari desa-desa pegunungan.Desa-desa di Bali dataran yang menunjukkan
pola menyebar terbagi lagi dalam kesatuan-kesatuan sosial yang lebih kecil yang
disebut Banjar.Banjar disini pada hakekatnya adalah juga suatu kesatuan wilayah dan
merupakan bagian dari suatu desa dengan memiliki kesatuan wilayah, ikatan wilayah,
ikatan pemujaan, serta perasaan cinta dan kebanggaan tersendiri.

Tata kehidupan masyarakat Bali khususnya di Kabupaten Gianyar, secara umum terbagi
menjadi 2 (dua), yaitu :

19

Sistem kekerabatan yang terbentuk menurut adat yang berlaku, dan dipengaruhi
oleh adanya klen-klen keluarga; seperti kelompok kekerabatan disebut Dedia
(keturunan), pekurenan, kelompok kekerabatan yang terbentuk sebagai akibat
adanya perkawinan dari anak-anak yang berasal dari suatu keluarga inti.
Sistem kemasyarakatan merupakan kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan
atas kesatuan wilayah/ territorial administrasi (perbekelan/kelurahan) yang pada
umumnya terpecah lagi menjadi kesatuan sosial yang lebih kecil yaitu banjar dan
territorial adat. Banjar mengatur hal-hal yang bersifat keagamaan, adat dan
masyarakat lainnya.
Dari sistem kemasyarakatan yang ada ini maka warga desa bisa masuk menjadi dua
keanggotaan warga desa atau satu yaitu : sistem pemerintahan desa dinas sebagai
wilayah administratif dan desa pakraman. Dari kehidupan masyarakat setempat terdapat
pula kelompok-kelompok adat.

7. Sistem Pengetahuan

20

Flora khas Bali

Pohon Majegau

Majegau yang dalam bahasa latin disebut Dysoxylum densiflorum merupakan flora
(tumbuhan) identitas provinsi Bali mendampingi Jalak Bali sebagai fauna identitas.
Pohon majegau yang sering disebut juga sebagai cempaga merupakan anggota
famili Maleaceae (suku mahoni-mahonian). Tanaman ini memiliki kualitas kayunya
yang baik sehingga di Bali banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (terutama
bangunan-bangunan suci) dan sebagai bahan kerajinan ukiran.
Pohon majegau yang ditetapkan menjadi flora identitas provinsi Bali tersebar mulai
dari Laos, China, Thailand, Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi,
dan Nusa Tenggara. Pohon bernama latin Dysoxylum densiflorum ini dapat tumbuh
dengan baik di daerah dataran rendah hingga ketinggian 1.700 meter dpl.
Pemanfaatan. Majegau mempunyai batang yang keras dan awet. Lantaran itu, di
Bali, tanaman batang tanaman ini sering dimanfaatkan sebagai bahan pembangunan
pura, tiang rumah dan sebagai bahan kerajinan ukir-ukiran.
Batang majegau dipercaya sebagai simbolisasi Bhatara Sadasiwa, sehingga sering
digunakan dalam upacara manusa yadnya, yaitu suatu upacara suci atau
pengorbanan suci yang bertujuan untuk memelihara hidup dan membersihkan lahir
bathin manusia.
Kayu majegau juga sering digunakan sebagai kayu bakar upacara karena memiliki
bau yang harum. Selain itu, majegau juga berpotensi sebagai obat, khususnya untuk
mengobati penyakit sulit buang air, meskipun untuk itu masih membutuhkan
penelitian yang lebih lanjut.
21

Fauna Khas Bali


Jalak Bali

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah sejenis burung pengicau berukuran


sedang, dengan panjang lebih kurang 25cm, dari suku Sturnidae. Ia turut dikenali
sebagai Curik Ketimbang Jalak. Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya
memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan
sayapnya yang berwarna hitam. Bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna
biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-abuan. Burung jantan dan betina
serupa.
Endemik Indonesia, Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali.
Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali dan pada tahun
1991 dinobatkan sebagai lambang fauna Provinsi Bali. Keberadaan hewan
endemik ini dilindungi undang-undang.
Karena penampilannya yang indah dan elok, jalak Bali menjadi salah satu burung
yang paling diminati oleh para kolektor dan pemelihara burung. Penangkapan liar,
hilangnya habitat hutan, serta daerah burung ini ditemukan sangat terbatas
menyebabkan populasi burung ini cepat menyusut dan terancam punah dalam
waktu singkat. Untuk mencegah hal ini sampai terjadi, sebagian besar kebun
binatang di seluruh dunia menjalankan program penangkaran jalak Bali.

22

8. Kesenian
Perang Pandan

Tradisi perang pandan atau yang sering disebut mekare-kare di Desa Tenganan
dilakukan oleh para pemuda dengan memakai kostum/kain adat tenganan, bertelanjang
dada bersenjatakan seikat daun pandan berduri dan perisai untuk melindungi diri.
Tradisi ini berlangsung setiap tahun sekitar bulan Juni, biasanya selama 2 hari.Perang
pandan diawali dengan ritual upacara mengelilingi desa untuk memohon keselamatan,
setelah itu perang pandan dimulai dan kemudian ditutup persembahyangan di Pura
setempat dilengkapi dengan menghaturkan tari Rejang. Bali hingga kini tetap
melestarikan atraksi kuno yang menyuguhkan pemandangan kontras. Salah satu
sisinya menampilkan atraksi menegangkan para pengunjung. Pasangan pria yang
masing-masing dilengkapi perisai anyaman dan bersenjata seberkas potongan daun
pandan berduri beradu ketangkasan untuk saling melukai lawannya.
Duri pandan yang tertancap dalam atau merobek daging tubuh disusul cucuran darah
segar adalah risiko bagi pelaga yang tidak tangkas menangkis. Namun, dari atraksi itu
pengunjung juga disuguhi pemandangan kontras. Aksi saling melukai tersebut justru
dilakukan sambil mengembangkan senyum ceria. Bahkan, tidak sedikit pasangan tanpa
menggunakan tameng langsung berpelukan dan saling melukai.Atraksi saling melukai
dengan wajah senyum ceria itu dikenal bernama perang pandan.
Di Bali, perang pandan adalah atraksi khas masyarakat Tenganan di Kecamatan
Manggis, Kabupaten Karangasem, ujung timur Pulau Dewata.

23

OGOH OGOH

OGOH OGOH adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan
kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan
kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak
terbantahkan.Selain wujud Rakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud
makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Neraka, seperti: naga, gajah,
garuda, Widyadari, bahkan dewa. Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai
orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan
penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini
menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-ogoh. Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan
seorang teroris.Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala,
dibuat menjelang Hari Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari
Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi.Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu
Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan
waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya)
dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat
mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan
atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan
yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.Dalam perwujudan patung
yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan,
biasanya dalam wujud Rakshasa.

24

BARONG

\
BARONGadalah karakter dalam mitologi Bali, sedangkan di Jawa disebut Barongan. Ia
adalah raja dari roh-roh serta melambangkan kebaikan. Ia merupakan musuh Rangda
dalam mitologi Bali. Banas Pati Rajah adalah roh yang mendampingi seorang anak dalam
hidupnya. Banas Pati Rajah dipercayai sebagai roh yang menggerakkan Barong. Sebagai
roh pelindung, Barong sering ditampilkan sebagai seekor singa. Sendratari tradisional di Bali
yang menggambarkan pertempuran antara Barong dan Rangda sangatlah terkenal dan
sering dipertunjukkan sebagai atraksi wisata.
Barong singa adalah salah satu dari lima bentuk Barong. Di pulau Bali setiap bagian pulau
Bali mempunyai roh pelindung untuk tanah dan hutannya masing-masing. Setiap Barong
dari yang mewakili daerah tertentu digambarkan sebagai hewan yang berbeda. Ada babi
hutan, harimau, ular atau naga, dan singa. Bentuk Barong sebagai singa sangatlah populer
dan berasal dari Gianyar. Di sini terletak Ubud, yang merupakan tempat pariwisata yang
terkenal. Dalam Calonarong atau tari-tarian Bali, Barong menggunakan ilmu gaibnya untuk
mengalahkan Rangda.

25

TARI KECAK

KECAK adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan
dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih)
penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak"
dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera
membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual
sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar,
melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan
harapan-harapannya kepada masyarakat.
Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan
catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang
memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan
Sugriwa
Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik.
Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokohtokoh Ramayana.

26

NGABEN

Ngaben adalah suatu upacara pembakaran mayat yang dilakukan umat Hindu di Bali,
upacara ini dilakukan untuk menyucian roh leluhur orang sudah wafat menuju ketempat
peristirahatan terakhir dengan cara melakukan pembakaran jenazah.
Dalam diri manusia mempunyai beberapa unsur, dan semua ini digerakan oleh nyawa/roh
yang diberikan Sang Pencipta. Saat manusia meninggal, yang ditinggalkan hanya jasad
kasarnya saja, sedangkan roh masih ada dan terus kekal sampai akhir jaman. Di saat itu
upacara Ngaben ini terjadi sebagai proses penyucian roh saat meninggalkan badan kasar.

27

9. Sistem Religi
Masyarakat Bali sebagian besar menganut agama Hindu- Bali. Mereka percaya adanya
satu Tuhan dengan konsep Trimurti yang terdiri atas tiga wujud, yaitu:
Brahmana : menciptakan;
Wisnu
: yang memelihara;
Siwa
: yang merusak.
Selain itu hal-hal yang mereka anggap penting adalah sebagai berikut.
Atman
Karmapala
Purnabawa

: roh yang abadi.


: buah dari setiap perbuatan.
: kelahiran kembali jiwa.

Pedoman dalam ajaran Agama Hindu - Bali yakni:


-

Tatwa (Filsafat Agama)

Etika (Susila)

Upacara (Yadnya)

Tempat ibadah agama Hindu disebut pura. Pura memiliki sifat berbeda, sebagai berikut:
Pura Besakih: sifatnya umum untuk semua golongan.
Pura Desa (kayangan tiga): khusus untuk kelompok sosial setempat.
Sanggah: khusus untuk leluhur.
SISTEM KASTA
Akibat kuat agama Hindu, di Bali berlaku sistem kasta dibedakan menjadi 4 Kasta, yaitu:

28

Kasta Brahmana
Kasta Ksatria
Kasta Waisya
Kasta Sudra

UPACARA
Di bali ada lima macam upacara (Panca Yadnya) yaitu:

Manusia yadnya
Pitra yadnya
Dewa yadnya
Resi yadnya
Butha yadnya

29

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan Negara kepulauan (Negara yang terdiri dari banyak pulau). Salah
satunya adalah pulau Bali. Bali adalah pulau yang memiliki kebudayaan yang sangat kental
dari sisi Adat, Keagamaan, sampai Kesenian. Tetapi dikarenakan perkembangan zaman
akibat pengaruh globalisasi Suku Bali menjadi salah satu suku di Indonesia yang telah
mengalami modernisasi dalam hal pola kehidupan, budaya maupun interaksi.

30

DAFTAR PUSTAKA

http://dex-diksa.blogspot.com/2013_02_01_archive.htmldeudinul.wordpress.com
https://deudinul.wordpress.com/2013/10/16/flora-dan-fauna-yang-menjadi-maskotbali/blog.isi-dps.ac.id
https://putuseaftyaniewputribali.wordpress.com/2012/12/03/senjata-tradisionalbali/khantydwi.blogspot.com
http://kelompokternakpucakmanik.blogspot.com/2012/01/mengenal-alat-tradisionalpertanian.html
http://blog.isi-dps.ac.id/indrapradita/kebudayaan-bali
http://khantydwi.blogspot.com/2013/06/kesenian-dan-kebudayaan-bali.html
http://indahbudi13.blogspot.com/2012_09_01_archive.html
http://ayyub448f.com/2012/02/11/mata-pencaharian-masyarakat-bali/
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/suku-bali-kebudayaan-sistem-kepercayaanbangsa-kekerabatan.html
http://kunthihestiwiningsih.blogspot.com/2011/09/suku-bali.html

31

Anda mungkin juga menyukai