Pertama, khusus anak pertama semenjak bayi dalam kandungan tujuh bulanan sudah
dibuatkan adat posesi bataknya. Supaya Ibu dan Anak sehat selalu sampai proses
persalinan. Si anak lahir supaya membawa rejeki, kebahagiaan dan berkat bagi keluarga.
Kedua, kelahiran anak pasti diadakan adat batak namanya "Makkaroani". Nah, pada saat
posesi ini si anak disahkan namanya dan diperkenalkan kepada seluruh keluarga dan
kerabat. Karena bagi adat batak anak pertama adalah pembawa nama keluarga. Dalam
proses semua adat batak nama anak pertama yang selalu disebut. Maka anak pertama
sangat dinanti-nantikan keluarga batak.
Ketiga, Pernikahan sangat panjang posesi adatnya. Pernikahan adalah merupakan suatu
peristiwa besar, mengundang hulahula, boru, dongan tubu serta dongan sahuta sebagai
saksi pelaksanan adat yang berlaku. Dalam adat Batak Toba pernikahan haruslah
diresmikan secara adat berdasarkan adat Dalihan Na Tolu, yaitu Somba marhula-hula,
manat mardongan tubu, elek marboru. Pernikahan Batak Toba sangat kuat sehingga tidak
mudah untuk bercerai karena dalam pernikahan tersebut banyak orang-orang yang
terlibat dan bertanggung jawab di dalamnya. Adapun posesi adat nikah batak adalah.
6. Martonggo Raja
Perkawinan pada masyarakat Batak Toba bukan hanya urusan ayah dan ibu kedua calon
pengantin, tetapi merupakan urusan semua keluarga. Karena itu orang tua calon
pengantin akan mengumpulkan semua anggota keluarga di rumah mereka masing-masing
dan yang hadir dalam upacara ini terutama menyangkut dalihan na tolu yaitu hula-hula,
boru, dongan sabutuha, dan dongan sahuta (teman sekampung).
A. Jambar yang dibagi-bagikan untuk pihak perempuan adalah jambar juhut (daging)
dan jambar tuhor ni boru (uang) dibagi sesuai peraturan.
B. Jambar yang dibagi-bagikan untuk pihak laki-laki adalah dengke (baca : dekke/ ikan
mas arsik) dan ulos yang dibagi sesuai peraturan. Pesta Adat Unjuk ini diakhiri dengan
membawa pulang pengantin ke rumah paranak.
8. Paulak Une
Acara ini dimasukkan sebagai langkah agar kedua belah pihak bebas saling kunjung
mengunjungi setelah beberapa hari berselang setelah upacara perkawinan yang biasanya
dilaksanakan seminggu setelah upacara perkawinan, pihak pengantin laki-laki dan
kerabatnya, bersama pengantin pergi ke rumah pihak orang tua pihak pengantin
perempuan. Kesempatan inilah pihak perempuan mengetahui bahwa anak perempuanya
betah tinggal di rumah mertuanya.
9. Manjae
Setelah beberapa lama pengantin laki-laki dan perempuan menjalani hidup berumah
tangga (kalau laki-laki tersebut bukan anak bungsu), maka ia akan dipajae, yaitu dipisah
rumah (tempat tinggal) dan mata pencarian. Biasanya kalau anak paling bungsu mewarisi
rumah orang tuanya.
9. Maningkir Tangga
Upacara ini pihak perempuan pergi mengunjungi pengantin dirumah pihak laki-laki,
dimana mereka makan bersama melakukann pembagian jambar. Pada hakekatnya
maningkir tangga ini dimaksudkan agar pihak perempuan secara langsung melihat dari
keadaan putrinya dan suaminya karena bagaimanapun mereka telah terikat oleh
hubungan kekeluargaan dan sekaligus memberi nasehat dan bimbingan kepada pengantin
dalam membina rumah tangga.
Kelima, Kematian dalam tradisi Batak, orang yang meninggal akan mengalami perlakuan
khusus, terangkum dalam sebuah upacara adat kematian. Upacara adat kematian tersebut
diklasifikasi berdasar usia dan status yang meninggal. Untuk yang meninggal ketika masih
dalam kandungan (mate di bortian) belum mendapatkan perlakuan adat (langsung
dikubur tanpa peti mati). Tetapi bila meninggal ketika masih bayi (mate poso-poso),
meninggal saat anak-anak (mate dakdanak), meninggal saat remaja (mate bulung), dan
meninggal saat sudah dewasa tapi belum menikah (mate ponggol), keseluruhan kematian
tersebut mendapat perlakuan adat : mayatnya ditutupi selembar ulos (kain tenunan khas
masyarakat Batak) sebelum dikuburkan. Ulos penutup mayat untuk mate poso-poso
berasal dari orang tuanya, sedangkan untuk mate dakdanak dan mate bulung, ulos dari
tulang (saudara laki-laki Mamak) yang meninggal .
Upacara adat kematian semakin sarat mendapat perlakuan adat apabila orang yang
meninggal :
1. Telah berumah tangga namun belum mempunyai anak (mate di paralang-alangan /
mate punu),
2. Telah berumah tangga dengan meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil (mate
mangkar),
3. Telah memiliki anak-anak yang sudah dewasa, bahkan sudah ada yang kawin, namun
belum bercucu (mate hatungganeon),
4. Telah memiliki cucu, namun masih ada anaknya yang belum menikah (mate sari
matua), dan
5. Telah bercucu tidak harus dari semua anak-anaknya (mate saur matua).
Mate Saurmatua menjadi tingkat tertinggi dari klasifikasi upacara, karena meninggal saat
semua anaknya telah berumah tangga. Memang masih ada tingkat kematian tertinggi
diatasnya, yaitu mate saur matua bulung (meninggal ketika semua anak-anaknya telah
berumah tangga, dan telah memberikan tidak hanya cucu, bahkan cicit dari anaknya laki-
laki dan dari anaknya perempuan). Namun keduanya dianggap sama sebagai konsep
kematian ideal (meninggal dengan tidak memiliki tanggungan anak lagi).
Keenam, Mangapuli Kegiatan dalam adat batak adalah memberikan penghiburan kepada
keluarga yang sedang berduka cita. Hanya saja Mangapuli tidak dilakukan secara asal-
asal, semua ada prosedurnya dan prosedur ini erat hubunganya dengan adat Batak Toba.
Kita dan Pihak Keluarga datang membawa makanan, minuman untuk dimakan bersama-
sama di rumah duka. Keluarga yang berduka sama sekali tidak direpotkan dengan
makanan namun cukup menyediakan piring-piring, dan air putih saja. Dan pihak
keluarga yang berduka juga biasanya menyampaikan terimakasih kepada orang-orang
yang sudah datang memberikan penghiburan (dukungan moril) kepada keluarga yang
ditinggalkan yang biasa disebut Mangampu hasuhuton.
Ketujuh, Mangokkal Holi atau menggali dan memindahkan tulang belulang leluhur
merupakan tanda menghormati para leluhur. Lewat mangokal holi juga, orang Batak
Toba berharap mendapat limpahan berkat, berupa banyak keturunan, panjang umur, dan
kekayaan. Dan Mangokal holi juga akan mengangkat martabat sebuah marga dengan
menghormati orangtua dan para leluhur. Kuburan dan tugu leluhur yang megah nan
indah semakin menandakan kemakmuran ke suksesan keturunan marga tugu tersebut.
Sangat panjang dan rumit sekali adat Batak Toba. Selain rumit, pasti sangat
membutuhkan energi, materi dan effort yang besar. Beginilah adat saya Batak Toba dari
jaman dahulu kala bergulir sampai sekarang. Dengan kelangsungan adat istiadat Batak
Toba mempererat tali persaudaraan dan memperkuat kekeluargaan serta saling mengenal
kerabat dekat maupun jauh.
Karena begitu banyaknya kerabat Batak Toba maka dibuatlah silsilah keturuan dari
jaman nenek moyang sampai generasi saat ini. Dan harus perlu dipelajari tentang silsilah
marga dan adat istiadat. Supaya saat merantau di negeri orang dan ketemu dengan
keturunan Batak Toba sudah tahu silsilah dan keturunannya. Saya Sartika L Samosir
keturunan dari Raja Samosir, Samosir Sidari yaitu Samosir Si Raja Sonang