Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami

tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga

terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-

natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik

itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan

pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama dengan

judul “KEBUDAYAAN BALI”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih

banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan

kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi

makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini

penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak khususnya kepada dosen kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 29 Agustus 2019

Penulis

Kelompok 10
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Bali adalah sebuah provinsi di Indonesia ibu kota provinsi ini adalah Denpasar dan

merupakan salah satu pulau di Kepulauan Nusa Tenggara. Secara strategis Bali terletak di Bali

terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membuatnya beriklim

tropis seperti bagian Indonesia yang lain dan berada di antara pulau Jawa dan pulau Lombok.

Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Bali atau Pulau Bali merupakan salah

satu pulau terindah yang terdapat di Indonesia dan menyediakan berbagai tempat wisata menarik

dan unik. Selain itu pulau Bali sendiri memiliki ragam budaya. Kebudayaan,kesenian dan pantai

yang ada di pulau Bali inilah menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi para wisatawan untuk

berkunjung ke Bali. Bali juga dikenal sebagai Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.

Lokasi-lokasi wisata yang sering dikunjungi di Denpasar atau Bali adalah Kuta dan

sekitarnya seperti Legian dan Seminyak, daerah timur kota seperti Sanur, pusat kota seperti

Ubud, dan di daerah selatan seperti Jimbaran, Nusa Dua dan Pecatu. Dan tempat wisata menarik

yang ada di Bali yaitu Pantai Kuta, Pura Tanah Lot, Pantai Padang-Padang, Danau Beratan

Bedugul, Garuda Wisnu Kencana (GWK), Pantai Lovina dengan Lumba Lumbanya, Pura

Besakih, Uluwatu, Ubud, Munduk, Kintamani, Amed, Tulamben, Pulau Menjangan dan masih

banyak yang lainnya.

Suku bangsa yang terdapat di Pulau Bali terbagi menjadi dua yaitu suku Bali Aga yang

merupakan penduduk asli Bali, kebanyakan dari mereka tinggal di daerah Trunyan. Kemudian

Suku Bali Mojopahit yang merupakan Bali Hindu atau Bali keturunan dari kerajaan Mojopahit.
Kebudayaan Bali dapat dikatakan masih khas atau asli karena masyarakatnya sangat memegang

teguh budaya dari nenek moyang mereka dan belum terpengaruh oleh budaya lain.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Sejarah kebudayaan Bali? Bagaimana asal usul suku Bali?

2. Bagaiamana Adat dan Istiadat yang terdapat di Bali?

3. Apa kepercayaan atau agama masyarakat Bali?

4. Apa Kebudayaan dan kesenian yang terdapat di Bali?

5. Bagaimana bahasa yang digunakan oleh masyarakat Bali?


BAB II

PEMBAHASAN

SEJARAH BALI ATAU ASAL USUL SUKU BALI

Asal usul suku Bali terbagi ke dalam tiga periode atau gelombang migrasi:

gelombang pertama terjadi sebagai akibat dari persebaran penduduk yang terjadi di

Nusantara selama zaman prasejarah; gelombang kedua terjadi secara perlahan selama

masa perkembangan agama Hindu di Nusantara; gelombang ketiga merupakan

gelombang terakhir yang berasal dari Jawa. Ketika Majapahit runtuh pada abad ke-15—

seiring dengan Islamisasi yang terjadi di Jawa—sejumlah rakyat Majapahit memilih

untuk melestarikan kebudayaannya di Bali, sehingga membentuk sinkretisme antara

kebudayaan Jawa klasik dengan tradisi asli Bali. Bangsa ini juga memiliki kehidupan

yang teratur dan membentuk suatu persekutuan hukum yang dinamakan thana atau dusun

yang terdiri dari beberapa thani atau banua. Persekutuan hukum inilah yang diperkirakan

menjadi cikal-bakal desa-desa di Bali. Bangsa inilah yang kemudian menurunkan

penduduk asli pulau Bali yang disebut Orang Bali Mula atau ada juga yang menyebutnya

Bali Aga. enduduk asli suku Bali Aga ini bermukim di pegunungan karena

masyarakatnya menutup diri dari pendatang yang mereka sebut dengan Bali Hindu, yakni

penduduk keturunan Majapahit.Selain itu, masyarakatnya juga menganggap bahwa

daerah di pegunungan ialah tempat suci karena daerah tersebut banyak sekali puri dan

kuil yang dianggap suci oleh masyarakat Bali. Selain suku Aga yang ada di Bali, ada pula

suku Bali Majapahit.Suku ini berasal dari pendatang Jawa yang sebagian besar tinggal di

Pulau Bali khususnya berada di dataran rendah.Masyarakat suku Bali ini berasal dari
masyarakat Jawa pada kerajaan Majapahit yang menganut agama Hindu.Mata

pencaharian dari masyarakat suku ini ialah bercocok tanam.Suku ini juga menjadi salah

satu pengaruh dari sejarah suku Bali.

Pendapat lain mengatakan bahwa, asal-usul suku Bali terbagi ke dalam tiga

periode atau gelombang migrasi yakni sebagai berikut :

Gelombang pertama terjadi sebagai akibat dari persebaran penduduk yang

terjadi di Nusantara selama zaman prasejarah

Gelombang kedua terjadi secara perlahan selama masa perkembangan agama

Hindu di Nusantara

Gelombang ketiga merupakan gelombang terakhir yang berasal dari Jawa,

ketika Majapahit runtuh pada abad ke-15 seiring dengan Islamisasi yang terjadi di Jawa

sejumlah rakyat Majapahit memilih untuk melestarikan kebudayaannya di Bali, sehingga

membentuk sinkretisme antara kebudayaan Jawa klasik dengan tradisi asli Bali.

ADAT ISTIADAT SUKU BALI

 Upacara Mekotek

Upacara Mekotek dilaksanakan dengan tujuan memohon keselamatan. Upacara

yang juga di kenaldengan istilah ngerebek. Mekotek ini adalah warisan leluhur, adat

budaya dan tradisi yang secara turun temurun terus dilakukan umat Hindu di Bali. Pada

awalnya pelaksanaan upacara Mekotek diselenggarakan untuk menyambut armada

perang yang melintas di Munggu yang akan berangkat ke medan laga, juga penyambutan

pasukan saat mendapat kemenangan perang Blambangan pada masa kerajaan silam.

Dahulunya upacara ini menggunakan tombak yang terbuat dari besi. Namun seiring
perkembangan zaman dan untuk menghindari peserta yang terluka maka sejak tahun

1948 tombak besi mulai diganti dengan tombak dari bahan kayu pulet. Tombak yang asli

dilestarikan dan disimpan di pura. Mekotek sendiri diambil dari kata tek-tek yang

merupakan bunyi kayu yang diadu satu sama lain sehingga menimbulkan bunyi. Perayaan

upacara Mekotek selalu dilakukan oleh warga Desa Munggu, Kecamatan Mengwi,

Kabupaten Badung, Bali, pada setiap Hari Raya Kuningan. Selain sebagai simbol

kemenangan,Mekotek juga merupakan upaya untuk menolak bala yang pernah menimpa

desa puluhan tahun lalu. Upacara ini Makotek ini diikuti sekitar 2000 penduduk Munggu

yang terdiri dari 15 banjar turun ke jalan dari umur 12 tahun hingga 60 tahun. Mereka

mengenakan pakaian adat madya dengan hanya mengenakan kancut dan udeng batik dan

membawa selonjoran kayu 2 meter yang telah dikuliti. Pada tengah hari seluruh peserta

berkumpul di pura Dalem Munggu yang memanjang. Disana dilakukan upacara syukuran

bahwa selama 6 bulan pertanian perkebunan dan segala usaha penduduk berlangsung

dengan baik, setelah serangkaian upacara berlangsung, keseluruhan peserta melakukan

pawai menuju ke sumber air yang ada di bagian utara kampung. Warga kemudian terbagi

dalam beberapa kelompok . Di setiap pertigaan yang dilewati masing masing kelompok

yang terdiri dari 50 orang akan membuat bentuk segitiga menggabungkan kayu-kayu

tersebut hingga berbentuk kerucut lalu mereka berputar, berjingkrak dengan iringan

gamelan. Pada saat yang tepat seorang yang dianggap punya nyali sekaligus punya kaul

akan mendaki puncak piramid dan melakukan atraksi entah mengangkat tongkatnya atau

berdiri dengan mengepalkan tangan, sambil berteriak laksana panglima perang

mengkomamdoi prajuritnya untuk terus menerjang musuh lalu kemudian ditabrakkan

dengan kelompok yang mendirikan tumpukan kayu yang lain. Sesampai di sumber air,
tameng suci, segala perangkat upacara yang dibawa dari Pura Dalem diberi tirta air suci

dan dibersihkan. Kemudian mereka melakukan pawai kembali ke Pura Dalem untuk

menyimpan semua perangkat yang dibawa berkeliling tadi. Ini adalah suatu aktraksi adat

budaya yang saat menarik untuk anda saksikan,yang hanya ada di Bali pulau Dewata.

KEPERCAYAAN ATAU AGAMA SUKU BALI

Sebagian besar dari orang Bali menganut agama Hindu-Bali. Walaupun demikian,

adapula suatu golongan kecil orang-orang Bali yang menganut agama Islam,Kristen dan

Katolik. Penganut-penganut agama Islam terutama terdapat di daerah pinggir pantai di

beberapa desa di daerah pedalaman,di beberapa kota seperti Karangasem,Klungkung, dan

Denpasar, sedangkan penganut-penganut agama Kristen dan Katolik terutama terdapat di

daerah Denpasar, Jembrama, Singaraja.

Agama Hindu mengandung banyak unsur-unsur lokal yang telah terjalin

kedalamnya sejak dahulu kala. Di berbagai daerah di Bali, tentu terdapat juga berbagai

variasi lokal dari agama Hindu-Bali itu, walaupun dalam masa yang akan datang, variasi

itu akan berkurang karena adanya proses modernisasi yang dialami oleh agama Hindu-

Bali itu dan karena ada pengaturan dari atas yang dilaksanakan oleh jawatan agama

Bagian Hindu, serta oleh majelis agama yang disebut Parisada Hindu Dharma.

Didalam kehidupan keagamaannya, orang yang beragama Hindu percaya akan

adanya satu Tuhan, dalam bentuk konsep Trimurti, Yang Esa, Trimurti ini mempunyai

tiga wujud atau manifestasi, ialah wujud Brahmana, yang menciptakan, wujud Wisnu,

yang melindungi serta memelihara, dan wujud Siwa, yang melebur segala yang ada.

Disamping itu orang Bali juga percaya kepada berbagai Dewa dan Ruh yang lebih rendah
dari Trimurti dan yang mereka hormati dalam berbagai upacara bersaji. Agama Hindu

juga menganggap penting konsepsi mengenai Ruh abadi (atman), adanya buah dari setiap

perbuatan (karmapala), kelahiran kembali dari jiwa (unarbawa). Dan kebebasan jiwa dari

lingkarang kelahiran kembali (moksa). Semua ajaran-ajaran itu termasuk kitab-kitab suci

yang bernama Weda.

Tempat melakukan agama di Bali pada umumnya disebut Pura. Tempat ibadah ini

berupa sekomplex bangunan-bangunan suci yang sifatnya berbeda-beda. Ada yang

bersifat umum, artinya untuk semua golongan seperti Pura Besakih, yang ada

berhubungan dengan kelompok sosial setempat seperti Pura Desa (Khayangan Tiga), Ada

yang berhubungan dengan organisasi dan kumpulan-kumpulan khusus seperti Subak dan

Seka, kumpulan tari-tarian dan ada yang merupakan tempat pemujaan leluhur dari Klen-

Klen Besar. Adapun tempat-tempat pemujaan leluhur dan klen kecil serta keluarga luas,

adalah tempat-tempat sajian rumah yang disebut Sangga. Demikian di Bali itu ada

beribu-ribu Pura dan Sangga, masing-masing dengan hari-hari perayaannya sendiri-

sendiri, yang telah ditentukan dengan sistem tanggalnya sendiri-sendiri. Bali dipakai dua

macam tanggalan, yaitu tanggalan Hindu-Bali dan tanggalan Jawa-Bali.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari beberapa data fakta yang kami paparkan diatas dapat diketahui bahwa Suku Bali

memiliki beragam budaya unik dan beragam budaya bervariasi. Masyarakat Bali juga

membantu generasi muda untuk tetap melestarikan budaya Bali, Masyarakat disana sebagai

warga desa harus menaati adat-adat atau melaksanakan kegiatan keagamaan dan kebudayaan

Bali. Dengan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan tesebut, maka akan mempermudah generasi

muda untuk melakukan enkulturasi Budaya.

B. SARAN

Bagi masyarakat Bali wajib menaati aturan-aturan yang tertulis dalam awing-awing serta

menaati ajaran kitab Weda dengan baik. Masyarakat sebaiknya senantiasa mejaga

semangat untuk selalu mempertahankan budaya Bali meskipun berada didaerah

transmigrasi. Dan orangtua selalu mengajarkan kebudayaan Bali pada anak sejak kecil

agar ia dapat menjadi orang yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku pada

masyarakat Bali.
DAFTAR PUSTAKA

http://maalikghaisan.blogspot.com/2017/09/kebudayaan-masyarakat-bali.html

http://ciputrauceo.net/blog/2015/2/5/contoh-makalah-mahasiswa-yang-benar-beserta-pedoman-
pembuatan-makalah

https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-suku-bali/

https://id.wikipedia.org/wiki/Ajaran_Siwa-Buddha

Manusia dan Kebudayaan di Indonesia Hal.294-295 (Karya Prof. Dr. Koentjananingrat )

Anda mungkin juga menyukai