Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH BUDAYA LAYANAN

“BUDAYA BALI”

Disusun Oleh :

1. Ni Luh Komang Redita Aristya Dewi (P07125022032)


2. Ayu Made Putri Kartika Sari (P07125022033)
3. Delia Putri (P07125022034)
4. Agung Harta Guna (P07125022035)
5. Nadya Zahra Ruhu Ummi Laduni (P07125022036)
6. Ni Komang Lia Wedanti (P07125022037)

Kelas :

Kelas B / Semester 3

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KESEHATAN GIGI

TAHUN 2023 / 2024


KATA PENGANTAR

Om Swastiastu

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Budaya Bali ” ini
tepat pada waktunya, tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen
Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.

Makalah ini dirancang untuk memberikan tambahan keterampilan serta dasar kreatifitas
mahasiswa untuk mengetahui,memahami, dan memanfaatkan indra manusia untuk melakukan
evaluasi. Serta menambah wawasan mengenai Budaya Bali bagi penulis dan pembaca.

Kami sangat berharap dengan adanya laporan ini dapat memberikan manfaat serta
edukasi mengenai materi yang kami bahas di dalam isi makalah ini. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan ini dapat
bermanfaat. Kami ucapkan Terimakasih.

Om Santih Santih Santih Om

Denpasar, 19 Sepetember 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata “Budaya” berasal dari Bahasa Sansekerta “Buddhayah”, yakni bentuk jamak
dari “Budhi” (akal). Jadi, budaya adalah segala hal yang bersangkutan dengan akal.
Selain itu kata budaya juga berarti “budi dan daya” atau daya dari budi. Jadi budaya
adalah segala daya dari budi, yakni cipta, rasa dan karsa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya artinya pikiran, akal budi, hasil,
adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang
yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.
Pulau Bali merupakan salah satu destinasi wisata populer di Indonesia. Bali
merupakan salah satu daerah yang memiliki resor terbaik di dunia berpadu dengan pantai-
pantai yang menawan yang sangat terkenal keindahannya dengan segala aktivitas dan
gemerlap kehidupan malam yang meriah serta pesona alamnya yang tiada tara. Pulau Bali
terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Bali telah menjadi tujuan pariwisata
bagi wisatawan lokal dan wisatawan seluruh dunia.
Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata, Pulau Seribu Pura, atau Pulau
Surga. Karena di samping pantaipantai Bali yang memang sudah sangat terkenal
keindahannya, Bali juga memiliki keindahan alam yang luar biasa dan lengkap, seperti
gunung berapi, sawahnya yang bersusun (Terasering) menghampar hijau memberikan
rasa damai dan ketenangan, butiran pasir dan keindahan alam bawah lautnya yang
mengagumkan seolah menjadi persembahan keindahan alam yang tiada habisnya, serta
keunikan seni budayanya dan berbagai hasil kerajinan tangan yang khas dan fantastis dari
para pengrajinnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu budaya ?
2. Budaya apa saja yang ada di Bali ?
3. Bagaimana letak geografis di Bali ?
4. Apa saja Sistem kasta yang ada di Bali ?
5. Apa saja bahasa yang digunakan di Bali ?
6. Apa saja rumah adat yang ada di bali ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu budaya
2. Untuk mengetahui budaya yang ada di Bali
3. Untuk mengetahui letak geografis di Bali
4. Untuk mengetahui Sistem kasta yang ada di Bali
5. Untuk mengetahui bahasa yang digunakan di Bali
6. Untuk mengetahui rumah adat yang ada di Bali
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pegertian Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sekelompok
orang. Kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya. Budaya itu terbentuk dari
beberapa unsur yang rumit. Diantaranya yaitu adat istiadat, bahasa, karya seni, sistem
agama dan politik. Bahasa sama halnya dengan budaya, yakni suatu bagian yang tak
terpisahkan dari manusia.
Oleh sebab itu, banyak dari sekelompok orang cenderung menganggap hal
tersebut sebagai sesuatu yang diwariskan secara genetis. Seseorang dapat
berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki budaya berbeda dan menyesuaikan
perbedaan di antara mereka, membuktikan bahwa budaya bisa dipelajari.
Selain itu, Budaya merupakan suatu pola hidup secara menyeluruh. Budaya
memiliki sifat abstrak, kompleks, dan luas. Sementara menurut KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia), Budaya adalah sebuah pemikiran, akal budi atau adat istiadat.
Secara tata bahasa, arti kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung
mengarah pada cara pikir manusia. Terdapat beberapa aspek budaya yang
menentukan perilaku komunikatif. Unsur sosial budaya tersebut tersebar dan
mencangkup banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa, alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi
dengan orang dari budaya lain tersebut tampak pada definisi budaya yang
mengemukakan bahwa, Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaan.

B. Budaya Yang Ada di Bali


Pesona keindahan alam di Pulau Bali memang sudah tidak perlu diragukan lagi.
Sepanjang pulau kita dapat menikmati keindahan alam yang terbentang, mulai dari
gunung, pantai bahkan danau. Namun, ada hal unik yang membuat Bali menjadi lebih
istimewa, yaitu pelestarian budaya yang sangat terasa pada sendi kehidupan
masyarakatnya. Berkunjung ke Bali terasa lebih spesial jika kita berhasil
mendapatkan momen seru dengan menyaksikan upacara adat di Bali. Umumnya
upacara adat tersebut dapat disaksikan oleh wisatawan untuk sekadar menyaksikan
atau mendokumentasikannya.
Berikut antara lain tujuh upacara adat di Pulau Bali yang memiliki keunikan
tersendiri:
1. Upacara Ngaben
Upacara ngaben merupakan upacara pembakaran jenazah di Bali yang
dipercaya oleh masyarakat Hindu Bali sebagai ritual untuk menyempurnakan
jenazah kembali ke Sang Pencipta. Upacara Ngaben terbagi menjadi tiga jenis
yaitu: Ngaben sawa Wedana, Ngaben Asti Wedana, dan Swasta. Upacara Ngaben
Sawa Wedana dilakukan setelah jenazah diawetkan sebelum waktu ritual
pembakaran berlangsung. Sementara itu, Ngaben Asti Wedana dilakukan setelah
jenazah dikubur terlebih dahulu. Terakhir, upacara Swasta dilakukan bagi
penduduk Bali yang meninggal di luar daerah atau yang jasadnya tidak
ditemukan.
Mengingat banyaknya biaya yang akan dikeluarkan untuk upacara
Ngaben, maka tidak semua penduduk Bali bisa melaksanakan upacara ini untuk
keluarga yang meninggal dunia. Namun, pemerintah baik desa adat maupun
Pemerintah Provinsi mengadakan upacara ngaben massal yang diperuntukkan
bagi keluarga yang kurang mampu agar jasad para leluhurnya dapat disucikan
atau dibersihkan sesuai dengan ajaran agama Hindu. Jadi, Upacara Ngaben
memang tidak akan selalu dilaksanakan dan tidak dapat diprediksi.
2. Upacara Melasti
Upacara Melasti merupakan upacara pensucian baik untuk diri serta benda
sakral milik Pura. Dalam kepercayaan agama Hindu sumber air seperti danau, laut
maupun mata air merupakan sumber kehidupan atau tirta amerta. Dalam acara ini,
masyarakat berbondong-bondong menuju laut atau sumber air dengan berpakaian
putih serta membawa perlengkapan persembahyangan dan biasanya mengusung
pratima, benda atau patung yang disakralkan untuk dibersihkan secara sekala dan
niskala. Tujuan dari upacara ini adalah meningkatkan bhakti pada para Dewa dan
manifestasi Tuhan serta meningkatkan kesadaran umat Hindu agar
mengembalikan kelestarian lingkungan. Jika ingin menyaksikan upacara adat ini,
datanglah 3 atau 4 hari sebelum perayaan Nyepi dilaksanakan dan menginap di
hotel-hotel yang berdekatan dengan kuil Hindu yang cukup besar seperti di Kuta
atau Uluwatu.
3. Hari Raya Saraswati
Hari Raya Saraswati adalah hari raya untuk merayakan ilmu pengetahuan.
Pada hari raya ini, umat Hindu Bali biasanya melakukan upacara khusus untuk
memuja atau mengagungkan Dewi Saraswati yang dipercaya membawa ilmu
pengetahuan di bumi hingga membuat semua orang di dunia menjadi pintar dan
terpelajar. Semua yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan seperti buku dan
kitab didoakan dalam upacara Saraswati. Tak hanya itu, biasanya ditampilkan
pula pentas tari dan pembacaan cerita hingga semalam suntuk.
4. Hari Raya Galungan
Galungan berasal dari bahasa Jawa Kuno dan berarti ‘Menang’. Sesuai
dengan asal namanya, upacara adat di Bali yang satu ini bertujuan merayakan
kemenangan melawan kejahatan. Selain itu, upacara Galungan juga digelar untuk
memperingati terciptanya alam semesta beserta isinya. Rangkaian hari raya
Galungan sudah berlangsung sekitar 25 hari sebelum hari raya Galungan. Setiap
210 hari perhitungan kalender Bali, umat Hindu di Bali merayakan Hari Raya
Galungan.
5. Upacara Mepandes
Dikenal juga dengan nama Metatah atau Mesuguh, upacara adat Mepandes
dilakukan ketika seorang anak mulai memasuki masa remaja. Dalam Upacara
Mepandes ini, 6 buah gigi taring bagian atas anak-anak yang beranjak dewasa
akan dikikis. Upacara pemotongan gigi ini digelar dengan tujuan untuk
menghilangkan nafsu buruk seperti keserakahan, kecemburuan, marah, dan
sebagainya.
6. Upacara Ngerupuk
Upacara Ngerupuk dilakukan tepat sehari sebelum hari Nyepi tiba dan
masyarakat wajib melakukan persembahan kepada Bhuta Kala, dengan tujuan
mengusir Bhuta Kala agar tidak menggangu kehidupan manusia saat sedang
melakukan brata penyepian. Ritual dimulai dengan mengobori rumah,
menyemburi rumah serta pekarangan dengan mesiu, dan memukul benda hingga
menimbulkan suara gaduh. Setelah ritual adat di Bali ini selesai, biasanya akan
ada pawai ogoh-ogoh yang diarak bersama obor mengelilingi kawasan tinggal
warga.
7. Upacara Tumpek Landep
Tumpek Landep merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Bali
untuk menyucikan senjata dan peralatan yang dimiliki, dengan sesaji dan doa-doa.
Upacara ini akan dipimpin oleh pemuka adat, dan dilakukan di Pura yang
dianggap sakral dan memiliki lokasi yang tepat.Seluruh senjata dan peralatan
milik masyarakat yang disucikan diharapkan dapat memberikan keberkahan bagi
para pemilik senjata dan peralatan tersebut.
C. Letak Geografis Bali

Bali adalah salah satu provinsi di Indonesia. Bali terletak di antara Pulau
Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya adalah Denpasar, yang terletak di
bagian selatan pulau ini. Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil
sepanjang 253 km dan selebar 112 km, sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Terletak
pada posisi titik koordinat 08°03'40" - 08°50'48"LS dan 114°25'53" -
115°42'40"BT. Luas wilayah Provinsi Bali secara keseluruhan adalah 5.636,66
km2 atau 0,29 persen dari luas kepulauan Indonesia. Provinsi Bali terbagi ke
dalam delapan kabupaten dan satu kota meliputi Kabupaten Jembrana, Tabanan,
Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Buleleng, Karangasem, dan Kota
Denpasar.

Batas – batas wilayah Pulau Bali adalah :

● Utara : Laut Bali

● Timur : Selat Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat)

● Selatan : Samudera Indonesia


● Barat : Selat Bali (Provinsi Jawa Timur)

Berdasarkan relief dan topologi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang


pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan
tersebut terdapat gugusan gunung berapi, yakni Gunung Agung yang merupakan
titik tertinggi di Bali setinggi 3.142 meter. Gunung berapi ini terakhir meletus
pada Maret 1963. Gunung Batur (1.717 meter) yang berlokasi di Bangli juga
merupakan salah satu gunung berapi, yang sekitar 30.000 tahun lalu meletus dan
menghasilkan bencana yang dahsyat di bumi.

D. Sistem Kasta Yang Ada di Bali


Terdapat beberapa jenis sistem kasta yang ada didalam masyarakat Bali, yaitu:
1 Caturwangsa
Pembagian kasta yang mengikuti sistem kasta di india ada 4 yaitu:
1.) Brahmana
Orang yang termasuk dalam kasta Brahmana adalah mereka yang
mengabdikan diri pada urusan spiritual dan pendidikan. Mereka yang
termasuk dalam kasta Brahmana adalah sulinggih, pendeta, guru dan
rohaniawan.
Untuk kasta Brahmana, biasanya mereka menggunakan nama ‘Ida
Bagus’ untuk laki-laki, dan ‘Ida Ayu’ atau ‘Dayu’ untuk perempuan.
2.) Ksatriya
Ksatriya Kasta ini diperuntukkan bagi mereka yang masuk dalam
anggota lembaga pemerintahan maupun militer. Mereka yang masuk
dalam kasta ini umumnya tidak memiliki harta pribadi, semuanya milik
negara atau kerajaan. Golongan yang masuk dalam kasta Ksatria adalah
presiden, raja, menteri, dan tentara.
Untuk kasta Ksatria, Ksatria terbagi menjadi dua golongan yaitu
Ksatria Dalem yang biasanya mempunyai gelar Dewa Agung, dan Ksatria
Jawa yang biasanya mempunyai gelar Gusti, Ki Gusti, dan I Dewa. Ksatria
juga biasanya menggunakan ‘Anak Agung’, ‘Agung’, ‘Dewa’ untuk laki-
laki, dan ‘Anak Agung’, ‘Agung’, dan ‘Dewa Ayu’ untuk perempuan.
Untuk penguasa yang berkuasa, mereka akan menggunakan ‘Cokorda’
atau ‘Dewa Agung ‘.

3.) Waisya
Pada umumnya, kasta Waisya memiliki pekerjaan dan hartanya
sendiri. Orang yang masuk pada golongan ini adalah para petani,
pedagang, nelayan.
Untuk Waisya, mereka biasanya menggunakan ‘Gusti’ untuk laki-
laki dan perempuan, ‘Desak’ untuk perempuan, dan ‘Dewa’ untuk laki-
laki.
4.) Sudra
Sudra Kasta Sudra merupakan yang terendah daripada yang lainnya.
Mereka yang termasuk dalam kasta ini adalah pemulung, pengemis, dll.
Untuk Sudra, mereka menggunakan 4 urutan nama berdasarkan
kelahiran, yaitu ‘Wayan, Putu, Iluh’ untuk anak tertua (putri), dan
menggunakan ‘Wayan, Putu, Gede’ untuk anak tertua (putra). Anak kedua
menggunakan ‘Made, Kadek, Nengah’. Anak ketiga menggunakan
Nyoman dan Komang. Sementara anak keempat yaitu Ketut, baik
perempuan maupun laki-laki.
Selain itu masyarakat Bali juga mengenal istilah jaba atau "luar",yaitu orang-
orang yang berada diluar keempat kasta tersebut.
2 Triwangsa
Pembagian kasta dengan hanya mengambil tiga kelas teratas dari sistem
Caturwangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Triwangsa memiliki arti
"tiga kasta" (Brahmana, Ksatriya, Waisya). Berdasarkan triwangsa, semua gelar
diperoleh secara askriptif atau turun-temurun dan ditentukan berdasarkan garis
keturunan.

E. Bahasa Yang Digunakan di Bali


1. Bahasa Bali Alus Singgih (ASI)
Bahasa Bali Alus biasanya digunakan untuk bertutur formal misalnya dalam
pertemuan resmi di tingkat desa adat, meminang wanita, atau ketika berbicara
dengan orang yang memiliki posisi tertentu. Bahasa Alus ini juga digunakan
ketika berbicara dengan pendeta.
2. Bahasa Bali Madya/ Sor (ASO)
Bahasa Bali Madya digunakan di tingkat masyarakat menengah. Biasa juga
digunakan ketika berbicara dengan orang tua atau guru. Bahasa ini juga biasa
digunakan ketika kita baru berkenalan dengan orang.
3. Bahasa Bali Kepara
Bahasa Bali ini digunakan pada pergaulan masyarakat biasa atau sesama teman.
Bahasa ini kadang disebut sebagai bahasa Bali kasar sehingga tidak terlalu
disarankan untuk digunakan. Namun, di beberapa daerah penggunaan bahasa ini
merupakan simbol keakraban.

F. Rumah Adat Yang Ada di Bali


Filosofi rumah adat Bali disebut Tri Hita Karana, adalah harmoni antara
manusia dengan manusia, harmoni dengan alam, harmoni dengan yang
diyakininya atau Tuhannya. Ketiganya itu tercermin dalam pengolahan bahan,
tercermin dalam penataan massa bangunan, serta tercermin dalam wujud tampak
bangunan jadi sangat beretika kita di situ, dan itu semua diatur di dalam buku
Quote of Balinese Architecture yang disebut dengan Asta Kosala Kosali.
Sebagai informasi, Asta Kosala Kosali adalah aturan membangun rumah
dalam masyarakat Bali. Dalam aturan tersebut dijelaskan bagaimana membangun
rumah dengan menentukan luas dan tata letak di dalam ruangan.
Setelah mengetahui aspek-aspek dan filosofi dalam membangun rumah
adat Bali, mari kita simak 10 rumah adat Bali beserta keunikan dan ciri khasnya
dikutip dari detikTravel.
1. Aling-Aling
Aling-aling adalah bagian rumah adat Bali yang terletak di Pulau Seribu Pura.
Bangunan rumah Aling-aling berfungsi sebagai pembatas antara bagian luar
dan angkul-angkul. Aling-aling memiliki makna yaitu energi positif dan baik
untuk keharmonisan rumah. Ciri khas dari rumah adat ini adalah terdapat
dinding pembatas berupa batur dengan tinggi sekitar 150 cm yang sering
disebut penyeker. Selain dijadikan pembatas antara bagian luar, rumah adat
Aling-aling biasanya juga dijadikan pembatas antara angkul-angkul dengan
tempat ibadah. Aling-aling identik sebagai privasi pemilik rumah, sebab tamu
yang datang harus masuk lewat samping kiri lalu jika keluar rumah melalui
samping kanan.
2. Angkul-Angkul
Daftar rumah adat Bali berikutnya adalah Angkul-angkul. Jika detikers tengah
berkunjung ke pulau Dewata, kamu bisa menemukan rumah masyarakat yang
bentuknya seperti Candi Bentar dan letaknya ada di depan bangunan rumah
yang berfungsi sebagai pintu masuk. Ciri khas dari rumah adat Angkul-angkul
adalah memiliki atap penghubung yang terbuat dari rumput kering. Namun
seiring perkembangan zaman, kini sudah banyak masyarakat yang
menggantinya dengan genteng serta terdapat ukiran pada dindingnya.

3. Bale Manten
Bale Manten merupakan salah satu rumah adat Bali yang biasanya
diperuntukkan untuk kepala keluarga atau anak perempuan yang belum
menikah. Tujuan rumah adat ini dibangun sebagai bentuk perhatian keluarga
kepada anak gadis agar kesuciannya tetap terjaga. Ciri khas dari rumah adat
Bale Manten adalah memiliki bentuk bangunan persegi panjang yang terletak
di sebelah utara bangunan utama. Selain itu, rumah adat ini memiliki dua
ruangan yakni bale kanan dan bale kiri.
4. Bale Dauh
Bale Dauh adalah rumah adat Bali yang digunakan untuk menerima tamu dan
juga sebagai tempat tidur untuk anak remaja laki-laki. Bale Dauh terletak di
bagian barat rumah utama dengan ketinggian lantai yang lebih rendah dari Bale
Manten. Keunikan dari Bale Dauh adalah jumlah tiang yang berbeda antara
satu rumah dengan rumah lainnya. Selain itu, ada sebutan khusus untuk jumlah
tiang tersebut. Bila suatu rumah memiliki tiang berjumlah enam disebut
sakenem, lalu kalau tiangnya ada delapan disebut sakutus atau antasari.
Sementara bila tiang rumahnya ada sembilan disebut sangasari.
5. Bale Sekapat
Bale Sekapat adalah bagian dalam rumah adat Bali yang berfungsi sebagai
tempat santai keluarga. Keunikan dari rumah adat Bali ini yakni terdapat empat
tiang yang berfungsi sebagai penyangga, lalu bagian atapnya berbentuk pelana.
Bale Sekapat memiliki filosofi tersendiri, dengan adanya bangunan ini
diharapkan sebuah keluarga memiliki hubungan yang harmonis serta lebih
akrab antara satu sama lain.
6. Klumpu Jineng
Klumpu Jineng merupakan rumah adat Bali yang berfungsi sebagai tempat
tinggal sekaligus terdapat tempat penyimpanan atau lumbung padi. Ciri khas
dari Klumpu Jineng yakni memiliki struktur bangunan panggung dengan atap
dan dinding di bagian luarnya tertutup jerami kering. Biasanya digunakan
sebagai lumbung gabah setelah dijemur.
7. Pura Keluarga
Pura Keluarga adalah rumah adat Bali yang sering digunakan oleh pemiliknya
sebagai tempat beribadah. Keberadaan bangunan ini wajib dimiliki oleh
seluruh masyarakat Bali, baik itu dalam ukuran kecil maupun besar. Letak Pura
Keluarga berada di area timur laut rumah. Selain dijadikan sebagai tempat
beribadah, Pura Keluarga juga disebut sebagai pamerajan atau sanggah.
8. Bale Gede
Bale Gede adalah rumah adat Bali yang memiliki ruangan berkuran paling
besar di antara rumah adat Bali lainnya. Rumah adat ini berfungsi sebagai
tempat perayaan upacara adat, baik untuk bersama keluarga maupun
masyarakat sekitar.
9. Pawarengan
Pawarengan merupakan rumah adat Bali yang berfungsi untuk menyimpan dan
mengolah makanan, atau bisa disebut sebagai dapur. Rumah adat ini terletak di
sebelah selatan atau barat laut rumah. Ciri khas dari Pawarengan adalah
rumahnya dibagi menjadi dua, rumah yang pertama berfungsi untuk memasak
sementara rumah yang kedua digunakan untuk menyimpan makanan, alat
dapur, dan lain sebagainya.
10. Lumbung
Yang terakhir adalah Lumbung, rumah adat Bali ini digunakan untuk
menyimpan bahan makanan pokok seperti beras, jagung, sayur-sayuran, dan
lain sebagainya. Karena hanya digunakan sebagai tempat menyimpan makanan
pokok, luas Lumbung lebih kecil daripada Bale dan rumahnya juga dipisahkan
dari bangunan utama.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebudayaan yang ada di Bali sangatlah beragam. Kebudayaan tersebut masih
ada sampai sekarang karena masyarakat Bali tetap melestarikannya. Sumber
dari kebudayaan Bali adalah sistem kepercayaan dan sistem religi. Salah satu
contoh Dari kebudayaan masyarakat Bali adalah upacara-upacara adat. Bali
juga mempunyai letak geografis yang terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau
Lombok , dan Bali mempunyai berbagai macam rumah-rumah adat yang
memiliki filosofi tersendiri. Jadi secara garis besar suku bangsa Bali
merupakan suatu suku bangsa yang memiliki potensi kebudayaan yang sangat
tinggi

B. Saran
Kebudayaan Bali yang beragam sebaiknya tetap dijaga dan dilestarikan agar
tidak diklaim oleh bangsa lain dan menanamkan kebudayaan Bali kepada
setiap orang agar budaya Bali tetap terjaga. Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami berharap kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Meskipun banyak kekurangan, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai