Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi
(wikipedia). Budaya terbentuk dari banyak unsur yaitu sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Budaya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia, sehingga
dapat dikatakan pewarisan secara genetis. Setiap orang memiliki kepribadian
yang berbeda – beda, tapi kita dapat menyesuaikannya dengan berbeda – beda
pula. Hal tersebut membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Bali merupakan pulau yang banyak sekali akan kebudayaannya. Pulau Bali
memiliki luas 5.632,6 km2 . Bali juga memiliki daya tarik serta pikat tersendiri,
mulai wisata budaya, alam dan sudah pasti wisata kulinernya. Daya tarik serta
pemikat pulau dewata sebagai destinasi wisata kelas dunia yaitu Tanah Lot
Bali. Tanah lot berasal dari kata “Tanah” yang berarti tanah dan “Lot” yang
berarti laut, jadi tanah lot bisa disebut dengan tanah atau pulau yang berada
diatas laut. Lokasi wisata yang menarik di pulau Bali ini terletak di Desa
Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, Indonesia
Tanah lot berada sekitar 25 km dari kota Denpasar Bali.

Kali ini penulis akan kupas sebuah keajaiban akan keindahan alam pulau
dewata terutama pantainya yang sangat tersohor di dunia. Lokasi itu ada
sebuah tempat peribadatan umat hindu yang mayoritasnya adalah agama
masyarakat Bali itu sendiri yaitu pura. Hal tersebut membuat Bali juga
mendapat julukan Pulau Seribu Pura karena kuatnya pengaruh ajaran Hindu di
Bali.

Tanah Lot bisa dikatakan sebagai salah satu tempat wisata religi di
Bali dengan background panorama pantai dipadukan dengan pura sebagai
rumah ibadah umat Hindu yang mempesona. Terdiri dari dua pura dengan

1
lokasi berbeda, yang satu berada di atas bongkahan batu karang yaitu Pura
Tanah Lot dan satunya berada di tebing yang menjorok ke laut dan
dihubungkan dengan tebing karang yang menyerupai jembatan
melengkung,makanya populer dengan sebutan Pura Karang Bolong.
Pura Tanah Lot atau juga disebut Pura Luhur Tanah Lot adalah sebuah
tempat suci agama Hindu yang mempunyai keindahan yang natural. Pura
Tanah Lot merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan. Pura ini memiliki ciri
khas sebagai pura yang terletak di tengah laut (terletak sekitar 50 meter dari
pantai ketika pasang). Tempat ibadah ini adalah sebuah pura Hindu yang
dibangun untuk memuja Tuhan dalam manifestasi-NYA sebagai Dewa Laut
atau Dewa Baruna untuk keselamatan dan kesejahteraan dunia serta
keseimbangan antara laut dan bumi Pura Tanah Lot Bali yang posisinya tepat
berada di atas bongkahan batu karang di tengah pantai ini adalah lokasi yang
sangat sakral. Para wisatawan yang berkunjung ke kawasan pura tanah lot ini
dilarang dan tidak diperbolehkan untuk memasuki lokasinya. Hal tersebut
dilakukan untuk menjaga kesucian salah satu tempat beribadah umat hindu di
Bali, juga karena pura tanah lot diyakini tempat bersemayamnya dewa laut,
karena lokasinya sangat dekat dengan pantai.
Selain itu wisatawan yang berkunjung dapat melihat Pura Tanah Lot
seakan-akan mengapung diatas laut hal itu terjadi saat air sedang pasang. Lain
ketika air sedang laut surut, dibawah pura ada lubang-lubang yang kecil
semacam gua yang dihuni sejumlah ular ekor pipih yang berwarna hitam
berbelang kuning. Katanya, ular ini ialah pengawal pura dan mempunyai racun
3 kali lebih berbisa daripada ular kobra. Ular-ular tersebut relatif jinak dan
tidak menyerang kecuali bila di usik. Apabila ingin menjelajahi keindahan
pura, ada baiknya untuk datang pada sore hari, sebab biasanya air laut sedang
surut. Sementara pada pagi hari, air laut kerap kali pasang sehingga wisatawan
tidak bisa mencapai pelataran pura. Namun, apabila sedang bulan purnama,
pada sore hari pun air laut biasanya tetap pasang.

Para pelancong yang berkunjung ke Pura Tanah Lot hanya diperbolehkan


memasuki pelataran pura. Bahkan, bagi wanita yang sedang haid/datang bulan
dilarang untuk memasuki pura. Hal ini karena tempat tersebut dianggap

2
keramat, sehingga tidak semua orang boleh menjamah ruang pemujaan di
dalamnya. Hanya umat Hindu yang akan bersembahyang atau melakukan ritual
agama saja yang diperbolehkan memasuki tempat pemujaan. Akan tetapi, para
pengunjung tak usah kecewa, sebab di sekitar pura masih ada dua daya tarik
lainnya, yaitu sumber air tawar dan ular suci.

Saat menjelang petang, di sekitar pura terdapat ratusan hingga ribuan


wisatawan yang menunggu pesona tenggelamnya matahari (sunset). Momen ini
banyak ditunggu-tunggu oleh para turis maupun fotografer profesional untuk
diabadikan ke dalam kamera. Sembari menunggu waktu sore, wisatawan dapat
berjalan menyusuri pantai, menuju sebuah batu karang yang bolong di
tengahnya. Tempat ini juga menjadi lokasi favorit untuk berfoto.

Salah satu daya tarik upacara adat tanah lot adalah mempunyai banyak
ragam upacara adat yang salah satunya yaitu upacara adat dari agama Hindu
yaitu disebut”Odalan”. Pura merupakan tempat ibadah agama Hindu. Sebuah
pura dianggap lahir pada saat "ngenteg linggih," dalam bahasa sansekerta
disebut "Khumbha Abhisekam." Dalam pengertian kita yang awam, pada saat
itulah Ida Betara mulai melinggih di pura ini. Secara tattwa dapat dijelaskan,
pada saat itulah pura diberikan tenaga kehidupan, prana dan jiwa, roh oleh
Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi. Dan setelah itu Pura menjadi pusat kehidupan
ritual dan spiritual kita. Sebelum ngenteg linggih, pura tidak lebih dari
tumpukan, batu bata, semen pasir dan besi beton. Benda-benda materi yang
akan hancur oleh waktu. Sama halnya dengan tubuh kita. Sebelum dimasuki
oleh jiwa, badan kita hanyalah tumpukan darah, daging dan tulang. Benda-
benda materi yang juga lenyap oleh waktu. Tapi setelah dimasuki oleh jiwa
atau atman, badan ini manjadi hidup dan lahir ke dunia. Setiap kelahiran selalu
disambut dengan kebahagiaan. Di Bali, pura terdapat pada masing-masing
keluarga atau banjar (istilah orang Bali untuk menyebut desa).

Penulis sengaja memilih kesakralan upacara Piodalan di Pura Tanah Lot


karena upacara Piodalan sangat menarik untuk dilihat dan dibahas karena di
dalamnya terdapat keindahan-keindahan yang tidak biasa dilihat oleh orang

3
yang bukan penduduk Bali. Sebagai generasi penerus bangsa kita harus
menjaga dan merawat kekayaan budaya Indoesia. Walaupun kita bermacam –
macam budaya, bukan berarti penghalang keutuhan, tapi justru dengan adanya
keanekaragaman budaya sebagai pemersatu bangsa Indonesia.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat


mengidentifikasikan beberapa permasalahan :

1. Untuk mengetahui kondisi alam Bali


2. Untuk mengetahui unsur – unsur budaya di Bali
3. Untuk mengetahui wisata apa saja yang didapat di Tanah Lot
4. Untuk mengetahui apa yang menjadi daya tarik Pura Tanah Lot bagi
wisatawan lokal maupun asing
5. Untuk mengetahui asal – usul Pura Tanah Lot
6. Untuk mengetahui apa yang membuat sakralnya Pura Tanah Lot
7. Untuk mengetahui laranngan apa saja di Pura Tanah Lot
8. Untuk mengetahui pengertian upacara piodalan
9. Untuk mengetahui tata cara melakukan upacara piodalan
10. Untuk mengetahui tingkatan piodalan

C. PEMBATASAN MASALAH
Dari uraian diatas, agar masalah dapat fokus perlu adanya pembatasan
masalah, adapun pembatasannya sebagai berikut :
1. Ditinjau dari etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa Sanskerta
yang terdiri dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti keliling,
banyak, berkali – kali, berputar – putar, dari – dan ke-, sedangkan wisata
berarti perjalanan, berpergian (to travel)
2. Prof.Hunziker dan Prof. Krafft
Pariwisata adalah keseluruhan gejala dihubungan dengan tinggal dengan
orang asing di suatu tempat, dengan ketentuan bahwa mereka kesana tidak

4
untuk melakukan suatu aktivitas menghasilkan uang baik permanen
ataupun sementara.
3. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayyah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi ( budi atau akal ) diartikan
sebagai hal – hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia
(wikipedia)
4. Wisatawan adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya
untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari
kunjungan itu. Instruksi Presiden No. 9/1969
5. Obyek Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang
untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. (Pengantar Ilmu Pariwisata,
Drs. Oka A. Yoeti, 1985).
6. Pura Tanah Lot atau juga disebut Pura Luhur Tanah Lot adalah sebuah
tempat suci agama Hindu yang mempunyai keindahan yang natural,
berdiri di tepi pantai di atas sebuah batu karang laut yang kokoh dan kuat.
7. Odalan atau disebut juga piodalan pada hakikatnya adalah peringatan hari
kelahiran (hari jadi) sebuah pura, semacam perayaan ulang tahun kalau
pada manusia.
8. Upacara Odalan diselenggarakan dengan tujuan agar para umat selalu
ingat kepada para penciptanya, agar mau memberikan kontribusi untuk
masyarakat, bangsa dan negara.
9. Upacara Piodalan termasuk dalam upacara Dewa Yadnya, Dewa Yadnya
bermakna upacara korban /persembahan suci yang tulus ikhlas sebagai
rasa bakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dan
seluruh manifestasi- Nya.
10. Upacara Piodalan adalah upacara pemujaan ke hadapan Sang Hyang
Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dengan segala manifestasinya lewat
sarana pemerajan, pura, kahyangan, saat hari- hari tertentu.

D. RUMUSAN MASALAH
Penulis berharap hasil penulisan ini nantinya dapat memberikan manfaat –
manfaat sebagai berikut :

5
1. Bagaimana kondisi alam di Bali ?
2. Apa saja unsur – unsur budaya di Bali ?
3. Apa saja wisata yang didapat di Tanah Lot ?
4. Apa yang menjadi daya tarik Pura Tanah Lot bagi wisatawan lokal
maupun asing ?
5. Menurut sejarah, bagaimana asal – usul Pura Tanah Lot ?
6. Apa yang membuat sakralnya Pura Tanah Lot ?
7. Apa saja larangan di Pura Tanah Lot ?
8. Apa yang dimaksud upacara piodalan ?
9. Bagaimana tata cara melakukan upacara piodalan ?
10. Apa saja tingkatan piodalan ?

6
BAB II

METODOLOGI PENULISAN

A. TUJUAN PENULISAN
A.1 Tujuan Umum
a) Untuk mengetahui kondisi alam Bali
b) Untuk mengetahui unsur – unsur budaya di Bali
c) Untuk mengtahui wisata apa saja yang diapat di Tanah Lot
d) Untuk Untuk mengetahui apa yang menjadi daya tarik Pura Tanah Lot
bagi wisatawan lokal maupun asing
e) Untuk mengetahui asal – usul Pura Tanah Lot
f) Untuk menambah wawasan tentang budaya di Indonesia
g) Untuk tugas kenaikan kelas

A.2 Tujuan Khusus


a) Untuk mengetahui apa yang membuat sakralnya Pura Tanah Lot
b) Untuk mengetahui laranngan apa saja di Pura Tanah Lot
c) Untuk mengetahui pengertian upacara piodalan
d) Untuk mengetahui tata cara melakukan upacara piodalan
e) Untuk mengetahui tingkatan piodalan

B. WAKTU dan TEMPAT PENELITIAN


Kegiatan ini diselenggarakan dan dilaksanakan pada :
Waktu : 13 - 17 Maret 2016
Obyek Wisata :
1. TANAH LOT
Tanah Lot merupakan sebuah objek wisata di Bali. Di Tanah Lot
ada dua pura yang terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas
bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Uluwatu.
Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari Pura Sad kahyangan, yaitu
pura-pura yang merupakan sendi-sendi Pulau Bali. Pura Tanah Lot
merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut.

7
Objek wisata Tanah Lot terletak di desa Beraban Kecamatan
Kediri, Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat Tabanan. Di sebelah
utara pura Tanah Lot terdapat sebuah pura yang terletak di atas tebing
yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan pura dengan daratan
dan berbentuk seperti jembatan (melengkung). Tanah Lot terkenal
sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam (sunset),
turis-turis biasanya ramai pada sore hari untuk melihat keindahan sunset
itu.

2. TANJUNG BENOA
Tanjung Benoa merupakan pantai berpasir putih. Di tempat ini
wisatawan disuguhi beraneka water sport, misalnya : Banana boat, para
celing, diving, speed boad. Tempat ini wisatawan juga dapat berkunjung
ke Pulau Penyu, yaitu sebuah pulau kecil yang terdapat berbagai macam
penyu, dari ukuran yang paling kecil sampai yang paling besar. Selain itu
ditempat ini wisatawan juga dapat menguji diri dengan olahraga memacu
adrenalin.

Menurut masyarakat setempat di Pulau Penyu hidup seekor penyu


berkepala manusia dan dianggap kramat oleh masyarakat Bali. Untuk
dapat mencapai Pulau Penyu kita dapat menyewa perahu motor yang
tersedia dengan membayar uang sewa yang lumayan menguras kantong
kita sebagai pelajar, dan dengan waktu yang telah ditentukan. Selain itu
Tanjung Benoa – Nusa Dua juga dapat berbagai fasilitas antara lain
restaurant dan hotel.

3. Garuda Wisnu Kencana (GWK)

Patung Garuda Wisnu Kencana berlokasi di Bukit Unggasan –


Jimbaran, Bali. Patung ini merupakan karya pematung terkenal di Bali, I
Nyoman Nuarta patung ini dikembangkan sebagai taman budaya dan
menjadi ikon bagi pariwisata Bali dan Indonesia. Patung tersebut
berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu adalah Dewa pelindung
yang mengendarai burung Garuda. Tokoh Garuda dapat dilihat dikisah

8
Garuda dan kerajaannya yang berkisah mengenai rasa bakti dan
pengorbanan burung Garuda untuk menyelamatkan ibunya dari
perbudakan yang akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu.

Patung ini diproyeksikan untuk mengikat tata ruang mengenai


jarak pandang sampai dengan 20 km sehingga dapat terlihat dari Kuta,
Sanur, Nusa Dua hingga Tanah Lot. Patung GWK ini merupakan simbol
dari misi penyelamatan lingkungan dan dunia. Patung ini terbuat dari
campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton, dengan tinggi 75 meter
dan leher 60 meter.

4. PANTAI KUTA
Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di
sebelah selatan Denpasar, Ibukota Bali, Indonesia. Pantai Kuta terletak di
Kabupaten Badung.

Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisatawan turis mancanegara


dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 70-
an. Pantai Kuta sering pula disebut sebagai pantai matahari terbenam
(sunset beach) sebagai lawan pantai.

Di Kuta terdapat banyak pertokoan, restoran, dan tempat


pemandian serta jemur diri, selain keindahan pantainya, Pantai Kuta juga
menawarkan berbagai macam jenis hiburan lain misalnya bar dan
restoran di sepanjang pantai menuju Panti Legian.

Pantai ini juga memiliki ombak yang sangat bagus untuk olahraga
surfing, terutama bagi peselancar pemula.

5. DANAU BEDUGUL
Danau ini terletak di desa Cani Kuning Kecamatan Batuniti
Kabupaten daerah tingkat dua Tabanan. Karena di kaki bukit pada
ketinggian 1.240 m diatas permukaan laut, sehingga daerah tersebut

9
mempunyai suhu cukup dingin dan suhu rata-rata pada malam hari
mencapai 180C dan suhu siang hari mencapai 240C.

Bedugul terletak 29 km dari kota Denpasar, menuju arah utara


dengan jalan menuju Singaraja. Bedugul terletak di pegunungan di
pinggir danau peretan dengan dikelilingi oleh dusun-dusun di sekitarnya,
seperti taman tunda, bukit mungsu, tandi kuning dan kembang merta.

Setiap satu tahun sekali di Bedugul diadakan upacara “Makelem”,


yaitu upacara membuang sesaji berupa kambing dan angsa sebagai
upacara terima kasih kepada Tuhan karena daerah ini mempunyai tanah
yang subur sehingga dapat menghasilkan sayur-sayuran dan buah-
buahan.

Danau Bedugul merupakan sebuah danau yang indah. Danau ini


sangat luas dan udaranya sangat sejuk. Di tempat ini terdapat tempat
penyewaan jet sky yang dapat digunakan untuk mengelilingi danau
Bedugul. Di tempat ini terdapat pertokoan atau pusat perbelanjaan yang
menjual souvenir-souvenir dan pakaian khas Bali. Bedugul juga
merupakan salah satu objek wisata yang banyak diminati wisatawan.

6. PANTAI PANDAWA

Pantai Pandawa adalah salah satu kawasan wisata di area Kuta


selatan, Kabupaten Badung, Bali. Pantai ini terletak di balik perbukitan
dan sering disebut sebagai Pantai Rahasia (Secret Beach). Di sekitar
pantai ini terdapat dua tebing yang sangat besar yang pada salah satu
sisinya dipahat lima patung Pandawa[1] danKunti. Keenam patung
tersebut secarara berurutan (dari posisi tertinggi) diberi penejasan nama
Dewi Kunti,Dharma Wangsa, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sahadewa.

Selain untuk tujuan wisata dan olahraga air, pantai ini juga
dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut karena kontur pantai yang
landai dan ombak yang tidak sampai ke garis pantai. Cukup banyak

10
wisatawan yang melakukan paralayang dari Bukit Timbis hingga ke
Pantai Pandawa.[2]

Kawasan pantai ini juga sering digunakan sebagai lokasi


pengambilan gambar untuk sinetron FTV.

7. PURA ULUWATU

Pura Luhur Uluwatu atau Pura Uluwatu merupakan pura yang


berada di wilayah Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Badung.

Pura yang terletak di ujung barat daya pulau Bali di atas anjungan
batu karang yang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut ini merupakan
Pura Sad Kayangan yang dipercaya oleh orang Hindu sebagai penyangga
dari 9 mata angin. Pura ini pada mulanya digunakan menjadi tempat
memuja seorang pendeta suci dari abad ke-11 bernama Empu Kuturan. Ia
menurunkan ajaran Desa Adat dengan segala aturannya. Pura ini juga
dipakai untuk memuja pendeta suci berikutnya, yaitu Dang Hyang
Nirartha, yang datang ke Bali pada akhir tahun 1550 dan mengakhiri
perjalanan sucinya dengan apa yang dinamakan Moksah atau Ngeluhur di
tempat ini. Kata inilah yang menjadi asal nama Pura Luhur Uluwatu.[1]

Pura Uluwatu terletak pada ketinggian 97 meter dari permukaan


laut. Di depan pura terdapat hutan kecil yang disebut alas kekeran,
berfungsi sebagai penyangga kesucian pura.

Pura Uluwatu mempunyai beberapa pura pesanakan, yaitu pura


yang erat kaitannya dengan pura induk. Pura pesanakan itu yaitu Pura
Bajurit, Pura Pererepan, Pura Kulat, Pura Dalem Selonding dan Pura
Dalem Pangleburan. Masing-masing pura ini mempunyai kaitan erat
dengan Pura Uluwatu, terutama pada hari-hari piodalan-nya. Piodalan di
Pura Uluwatu, Pura Bajurit, Pura Pererepan dan Pura Kulat jatuh pada
Selasa Kliwon Wuku Medangsia setiap 210 hari. Manifestasi Tuhan yang
dipuja di Pura Uluwatu adalah Dewa Rudra.

Pura Uluwatu juga menjadi terkenal karena tepat di bawahnya


adalah pantai Pecatu yang sering kali digunakan sebagai tempat untuk

11
olahraga selancar, bahkan even internasional seringkali diadakan di sini.
Ombak pantai ini terkenal amat cocok untuk dijadikan tempat selancar
selain keindahan alam Bali yang memang amat cantik.

8. ISTANA TAMPAK SIRING

Istana Tampak siring adalah istana yang dibangun


setelah Indonesia merdeka, yang terletak di Desa
Tampaksiring, Kecamatan Tampak siring, Kabupaten Gianyar, Bali.

Nama Tampaksiring berasal dari dua buah kata bahasa Bali,


yaitu "tampak" dan "siring", yang masing-masing
bermakna telapak dan miring. Konon, menurut sebuah legenda yang
terekam pada daun lontar Usana Bali, nama itu berasal dari bekas tapak
kaki seorang raja yang bernama Mayadenawa. Raja ini pandai dan sakti,
namun sayangnya ia bersifat angkara murka. Ia menganggap dirinya
dewa serta menyuruh rakyatnya menyembahnya. Akibat dari tabiat
Mayadenawa itu, Batara Indra marah dan mengirimkan bala tentaranya.
Mayadenawa pun lari masuk hutan. Agar para pengejarnya kehilangan
jejak, ia berjalan dengan memiringkan telapak kakinya. Dengan begitu ia
berharap para pengejarnya tidak mengenali jejak telapak kakinya.

Namun, ia dapat juga tertangkap oleh para pengejarnya.


Sebelumnya, ia dengan sisa kesaktiannya berhasil menciptakan mata air
yang beracun yang menyebabkan banyak kematian para pengejarnya
setelah mereka meminum air dari mata air tersebut. Batara Indra
kemudian menciptakan mata air yang lain sebagai penawar air beracun
itu yang kemudian bernama "Tirta Empul" ("air suci"). Kawasan hutan
yang dilalui Raja Mayadenawa dengan berjalan sambil memiringkan
telapak kakinya itu terkenal dengan nama Tampaksiring.

Istana ini berdiri atas prakarsa Presiden Soekarno yang


menginginkan adanya tempat peristirahatan yang hawanya sejuk jauh
dari keramaian kota, cocok bagi Presiden RepublikIndonesia beserta
keluarga maupun bagi tamu-tamu negara.

12
Arsiteknya adalah R.M. Soedarsono dan istana ini dibangun secara
bertahap. Komplek Istana Tampaksiring terdiri atas empat gedung utama
yaitu Wisma Merdeka seluas 1.200 m dan Wisma Yudhistira seluas 2.000
m dan Ruang Serbaguna. Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira adalah
bangunan yang pertama kali dibangun yaitu pada tahun 1957.
Pada 1963 semua pembangunan selesai yaitu dengan berdirinya Wisma
Negara dan Wisma Bima.

C. METODE PENULISAN
Dalam Penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa
metode guna mempermudah dalam memperoleh data dan informasi.
C.1. Metode Pustaka
Melalui metode ini,penulis mendapatkan data yang sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya dilapangan melalui berbagai
sumber tertulis untuk mencari informasi yang dibutuhkan.
C.2. Metode Browsing
Melalui metode ini,penulis mendapatkan informasi dan data
melalui jalur internet guna menambah data yang diperoleh juga
mendapatkan berbagai gambar yang dapat mendukung dan
menambah data untuk kelengkapan karya tulis ini.
C.3.Metode Observasi
Yaitu metode yang dilaksanakan dengan mengamati atau
melihat secara langsung kejadian, peristiwa maupun obyek-obyek
tertentu yang menjadi bahan Observasi. Bila dilihat dari
keterlibatan penulis dalam menggunakan metode ini maka jenis
Observasi yang di pakai adalah ” CONTROLLED
OBSERVATION ” sedangkan kalau dilihat dari cara pengamatan
jenis yang dipakai adalah ” PENGAMATAN BERSTRUKTUR.
C.4.Metode Interview
Yaitu metode yang dilaksanakan dengan bertanya jawab dan
mewawancarai terhadap responden atau Informen secara
langsung, bentuk Interview yang dipakai adalah ”
STANDARTDIZED INTERVIEW ” karena penulis dalam

13
melakukan wawancara dengan menyampaikan pertanyaan-
pertanyaan yang telah direncanakan atau disusun sebelumnya dan
pertanyaannya berbentuk ” OPEN INTERVIEW ”
D. SISTIMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah


B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
BAB II METODOLOGI PENULISAN
A.Tujuan Penulisan
A.1. Tujuan Umum
A.2. Tujuan Khusus
B. Waktu dan Tempat Penelitian
C. Metode Penulisan
D. Sistimatika Penulisan

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL , EKONOMI DAN BUDAYA DI


PULAU BALI

A. Sejarah Munculnya Pulau Bali


B. Keadaan Alam
B.1 Geografi
B.2 Demografi
C. Bidang Sosial
C.1 Sistim Kemasyarakatan
C.2 Sistim Kekerabatan
D. Bidang Ekonomi
D.1 Sistim Mata Pencaharian
E. Bidang Budaya
E.1 Kepercayaan
E.2 Bahasa

14
E.3 Kesenian

BAB IV UPACARA PIODALAN di PURA TANAH LOT


MERUPAKAN UPACARA yang DISAKRALKAN
MASYARAKAT BALI

A. Sejarah Pura Tanah Lot


B. Kesakralan Upacara Piodalan
C. Tingkatan Upacara Piodalan
BAB V Penutup
A.Kesimpulan
B. Kesan dan Pesan

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

15
BAB III

KEHIDUPAN SOSIAL , EKONOMI dan BUDAYA di PULAU BALI

A. SEJARAH MUNCULNYA PULAU BALI

Penghuni pertama pulau Balidiperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang


bermigrasi dari Asia. Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan
di desa Cekik yang terletak di bagian barat pulau. Zaman prasejarah kemudian
berakhir dengan datangnya ajaran Hindu dan tulisan Bahasa Sanskerta dari
India pada 100 SM.

Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India


yang prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa
(pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti, di antaranya Prasasti
Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M dan
menyebutkan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi
subak untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi
keagamaan dan budaya juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan
Majapahit (1293–1500 AD) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau Jawa,
pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Saat itu
hampir seluruh nusantara beragama Hindu, namun seiring datangnya Islam
berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yang antara lain menyebabkan
keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis dan masyarakat
Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali.

Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis de


Houtman dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya
pernah terdampar dekat tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat
VOC pun mulai melaksanakan penjajahannya di tanah Bali, akan tetapi terus
mendapat perlawanan sehingga sampai akhir kekuasaannya posisi mereka di
Bali tidaklah sekokoh posisi mereka di Jawa atau Maluku. Bermula dari
wilayah utara Bali, semenjak 1840-an kehadiran Belanda telah menjadi
permanen yang awalnya dilakukan dengan mengadu-domba berbagai penguasa

16
Bali yang saling tidak mempercayai satu sama lain. Belanda melakukan
serangan besar lewat laut dan darat terhadap daerah Sanur dan disusul dengan
daerah Denpasar. Pihak Bali yang kalah dalam jumlah maupun persenjataan
tidak ingin mengalami malu karena menyerah, sehingga menyebabkan
terjadinya perang sampai titk darah penghabisan atau perang puputan yang
melibatkan seluruh rakyat baik pria maupun wanita termasuk rajanya.
Diperkirakan sebanyak 4.000 orang tewas dalam peristiwa tersebut, meskipun
Belanda telah memerintahkan mereka untuk menyerah. Selanjutnya, para
gubernur Belanda yang memerintah hanya sedikit saja memberikan
pengaruhnya di pulau ini, sehingga pengendalian lokal terhadap agama dan
budaya umumnya tidak berubah.

Jepang menduduki Bali selama Perang Dunia II dan saat itu seorang
perwira militer bernama I Gusti Ngurah Rai membentuk pasukan Bali 'pejuang
kemerdekaan'. Menyusul menyerahnya Jepang di Pasifik pada bulan Agustus
1945, Belanda segera kembali ke Indonesia (termasuk Bali) untuk menegakkan
kembali pemerintahan kolonialnya layaknya keadaan sebelum perang. Hal ini
ditentang oleh pasukan perlawanan Bali yang saat itu menggunakan senjata
Jepang.

Pada 20 November 1945, pecahlah pertempuran Puputan Margarana yang


terjadi di desa Marga, Kabupaten Tabanan, Bali tengah. Kolonel I Gusti
Ngurah Rai yang berusia 29 tahun, memimpin tentaranya dari wilayah timur
Bali untuk melakukan serangan sampai mati pada pasukan Belanda yang
bersenjata lengkap. Seluruh anggota batalion Bali tersebut tewas semuanya dan
menjadikannya sebagai perlawanan militer Bali yang terakhir.

Pada tahun 1946 Belanda menjadikan Bali sebagai salah satu dari 13
wilayah bagian dari Negara Indonesia Timur yang baru diproklamasikan, yaitu
sebagai salah satu negara saingan bagi Republik Indonesia yang
diproklamasikan dan dikepalai oleh Sukarno dan Hatta. Bali kemudian juga
dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Serikat ketika Belanda mengakui
kemerdekaan Indonesia pada 29 Desember 1949. Tahun 1950, secara resmi

17
Bali meninggalkan perserikatannya dengan Belanda dan secara hukum menjadi
sebuah propinsi dari Republik Indonesia.

Letusan Gunung Agung yang terjadi pada tahun 1963, sempat


mengguncangkan perekonomian rakyat dan menyebabkan banyak penduduk
Bali bertransmigrasi ke berbagai wilayah lain di Indonesia.

Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S terhadap


pemerintah nasional di Jakarta, di Bali dan banyak daerah lainnya terjadilah
penumpasan terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia. Di
Bali, diperkirakan lebih dari 100.000 orang terbunuh atau hilang. Meskipun
demikian, kejadian-kejadian pada masa awal Orde Baru tersebut sampai
dengan saat ini belum berhasil diungkapkan secara hukum.

Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa serangan Bom
Bali 2002 di kawasan pariwisata Pantai Kuta, menyebabkan sebanyak 202
orang tewas dan 209 orang lainnya cedera. Serangan Bom Bali 2005 juga
terjadi tiga tahun kemudian di Kuta dan pantai Jimbaran. Kejadian-kejadian
tersebut mendapat liputan internasional yang luas karena sebagian besar
korbannya adalah wisatawan asing dan menyebabkan industri pariwisata Bali
menghadapi tantangan berat beberapa tahun terakhir ini.

B. KEADAAN ALAM
Bali sebagai daerah pariwisata Indonesia bagian tengah sebagai salah satu
tujuan wisata yang memiliki potensi alam, manusia dan kebudayaan. Keadaan
alam menampakkan suatu panorama alam yang indah dan ideal. Hutan yang
hijau, sungai, sawah, gunung, danau, serta pantai pasir hitam dan putih
merupakan perpaduan alam, manusia dan kebudayaan Bali yang unik
berlandaskan kondisi estetika yang ideal dan saling menghormati sama dengan
yang lain.

18
B.1 GEOGRAFI

Secara administratif Provinsi Bali terdiri dari 8 Kabupaten, 1


wilayah kota, 51 Kecamatan dan 612 Desa atau Kelurahan. 8 Kabupaten
dan 1 wilayah kota yaitu :
a.. Kabupaten Jembrana Ibukota Negara
b. Kabupaten Tabanan Ibukota Tabanan
c. Kabupaten Badung Ibukota Badung
d. Kabupaten Bangli Ibukota Bangli
e. Kabupaten Karangasem Ibukota Karangasem
f. Kabupaten Klungkung Ibukota Klungkung
g. Kabupaten Buleleng Ibukota Singaraja
h. Kabupaten Gianyar Ibukota Gianyar
i. Kota Denpasar Ibukota Denpasar (Ibukota Propinsi)
Provinsi Bali terletak antara 75,400-830 LS dan 114,250-115,420
BT, mempunyai letak strategis karena menghubungkan lalu lintas darat
dan laut dari Pulau Jawa dan Nusatenggara serta terletak diantara 2
Benua yaitu Asia dan Australia secara geografis di tengah-tengah Pulau
Bali terbentang pegunungan dari barat ke Timur antara lain Gunung
Agung (3.142 m), Gunung Batur (1.717 m), Gunung Abang (2.102 m).
Pulau Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibu
kota provinsi Bali adalah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau
ini.Pulau Bali disebut juga sebagai Pulau Dewata. Karena konon menurut
legenda rakyat Bali dulunya Pulau Bali dan Pulau Jawa merupakan satu
daratan. Menurut legenda tersebut, terjadinya Pulau Bali karena goresan
ujung tongkat Brahmana suci yang bernama Sidhi Marta. Goresan
tersebut menyebabkan tanah terbelah dan menganga, sehingga air laut
pun mengalir ke dalamnya. Selat yang memisahkan antara Pulau Bali dan
Pulau Jawa adalah selat Bali. Luas pulau Bali beserta pulau Nusa Penida
dan pulau-pulau kecil lainnya 5.621 km2.

19
Batas pulau Bali :

1. Sebelah Utara : Laut Jawa


2. Sebelah Timur : Selat Lombok
3. Sebelah Selatan : Samudera Hindhia
4. Sebelah Barat : Selat Bali
Pulau Bali dapat dicapai dengan 4 pelabuhan utama,yaitu :
Gilimanuk, Buleleng, Benoa, dan Padang Bai. Gilimanuk adalah
pelabuhan penting untuk penghubung Jawa-Bali dengan kapal motor dan
perahu-perahu kecil.

Sepanjang pulau Bali membujur gunung/pegunungan dari arah


barat ke timur, hingga membagi pulau Bali menjadi 2 bagian, yaitu
berupa daerah aluvial pantai utara dan daerah aluvial selatan. Secara garis
besar pulau Bali berbentuk segitiga dengan lebar ditengah dan
menyempit kearah barat dan timur.

Pembagian curah hujan di pulau bali dalam waktu satu tahun


berdasarkan angka-angka hujan dari Berlage dan penyesuaiannya oleh I
Made Sandy yang menunjukkan bahwa :

1. Seluruh pantai pulau Bali curah hujan rata-rata tahunannya


kurang dari 1.500 mm. Makin jauh dari pantai jumlah curah
hujan makin bertambah. Curah hujan tertinggi terdapat di
sekitar danau-danau di tengah-tengah pulau Bali dan di
lereng sebelah selatan gunung Batur.
2. Daerah kering terdapat di sekitar Kintamani dan pegunungan
di tengah-tengah yang disebabkan terletak didaerah bayangan
hujan.
3. Hampir sebagian besar daerah pulau Bali yang terletak diatas
100 m dari permukaan air laut, mendapat hujan rata-rata
lebih dari 2.000 mm setahun.
4. Perbedaan dari musim kemusim nampak lebih jelas, kalau
misalnya dibandingkan dengan daerah Jawa barat.

20
Arah aliran sungai umumnya ke selatan atau ke utara dengan batas
pemisah aliran airnya membujur arah barat-timur sejalan dengan
penyebaran-penyebaran pegunungan/gunung air yang berjajar arah barat-
timur pula. Sungai yang mengalir ke selatan bersifat permanen dan yang
ke utara bersifat intermitten dan ephemeral. Empat danau kaldera
terbesar yang terdapat didaerah ini, yaitu ; danau Batur (47 juta m3),
danau Bratan (27 juta m3), danau Buyan (31 juta m3) dan danau
Tablingan (9 juta m3).

Berdasarkan fisiografinya, pulau bali di bagi dalam 5 bagian, yaitu :

a. Daerah batugamping barat


b. Daerah endapan alluvial selatan
c. Daerah batu gamping selatan
d. Daerah vulkanik muda
 Bagian sebelah barat
 Bagian sebelah selatan
 Daerah gunung Serayu
 Lembah Karangasem
 Daerah bukit Sidedemen
e. Daerah aluvial pantai utara
Pembagian Zone Pulau Bali

a. Zone Selatan
 Geologi

Daerah selatan Bali sebagian besar tersusun oleh endapan


lahar gunung api yang berumur kwarter, seperti gunung Bratan dan
Buyan. Selainitu ada beberapa tempat seperti di Tanah Lot
batuannya tersusun oleh breksi, lanau dan batu pasir yang juga
merupakan laharik. Pada batu gamping selatan seluruhnya terdiri
dari batu gamping kwarter.

21
 Geomorfologi

Geomorfologi zone selatan Bali terdiri dari batu gamping


yang merupakan plato-plato yang terbentuk karena pengangkatan
dan dataran aluvial pantai yang banyak terdapat di sekitar Nusa
Dua maupun daerah yang terdapat dekat muara-muara sungai. Pada
pantai selatan yang berbatu gamping banyak terbentuk cliff dan
terjadi abrasi membentuk lereng yang sangat curam. Perbukitan
kapur banyak terdapat singkapan batuan gamping terumbu karang
yang mengandung fosil dari formasi palasari. Pantai bertebing
terjal, yang terjadi karena abrasi laut yang sangat kuat sedang
batuan induknya breksi vulkanik. Beting gisik dan sand dunes yang
terdapat di pantai selatan Bali.

 Hidrologi

Banyak terdapat rembesan melalui bidang kekar dan


muncul menjadi mata air. Karakteristik lembah sungai di daerah
barat berbentuk U yang dangkal dan daerah Bali bagian timur
berbentuk V dengan lembah sungai yang sempit dan dalam. Hal ini
disebabkan beberapa fakor, diantaranya perbedaan material yang
terangkut, litologi daerah yang dilalui, kemiringan lereng dan
debit. Irigasi kurang baik, untuk pengolahan sawah selain air hujan
juga dari rembesan-rembesan air yang keluar melalui kekar-kekar.
Batuannya impermeable dan sistem pengairan subak.

 Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim menurut koppen zone selatan


Bali memiliki tipe iklim aw dengan ciri-ciri bulan terdingin rata-
rata lebih besar dari 18o C dalam satu bulan curah hujan kurang
dari 60 mm.

 Kedaan tanah

Jenis tanah yang terdapat pada zone selatan Bali adalah

22
 · Aluvial berasal dari endapan laut
 · Terra rosa (mediteran)
 · Regosol dari bahan induk pasir antai
 · Letosol dari bahan induk breksi aliran lava, bahan
erupsi gunung api tua Bratan dan Buyan.
 Penggunaan Lahan

Persawahan dengan irigasi yang teratur pada daerah


endapan alluvial dengan sistem subak. Penggunaan lahan lain
tegalan, perumahan dan tambak di pantai timur dari pantai selatan
Bali serta wisata.

 Kependudukan.

Banyak terdapat tempat peribadatan agama hindu, seperti


pura Ulu Watu, Tanah Lot dan Rambut Siwi. Aktifitas penduduk
terutama pertanian, berdagang, pengrajin dan jasa wisata.

b. Zone Tengah

 Geologi

Daerah zone tengah berupa komplek gunung api yang


merupakan kelanjutan komplek gunung api muda zone selatan
(van Bemmelen,1948). Pada zone tengah terdapat sejumlah
kerucut gunung api yang terletak pada suatu deretan dengan arah
barat daya-timur laut. Batuan terdiri dari batuan vulkanik yang
berasal dari gunung api. Di daerah danau Batur batuannya
berumur kwarter, juga terdapat singkapan batuan tua yang berasal
dari gunung api Buyan dan Bratan purba. Batuan gunung api ini
terdiri dari lava flow, andesit dan breksi.

 Geomorfologi

Daerah tengah termasuk vulkanik muda yang terdiri dari


gunung Agung, gunung Batur, gunung Lessung, dan gunung

23
Bratan. Berlereng curam dan banyak kenampakan danau tektonik
seperti danau Batur, Kintamani dan Bedugul.

 Hidrologi

Pada zone tengah terutama pada daerah Tampak Siring


banyak terdapat mata air yang cukup karena keberadaan endapan
material. Jenis mata air disini adalah fissure dan depression yaitu
mata air yang masing-masing terjadi karena adanya perpotongan
lapisan air tanah oleh lembah. Terdapat danau seperti danau
Bratan, danau Batur dan danau Bedugul.

 Iklim

Menurut klasifikasi iklim Koppen daerah zone tengah


termasuk tipe iklim Am, dengan ciri tropis basah dimana jumlah
curah hujan bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan
pada bulan kering.

 Keadaan tanah

 · Andosol coklat kelabu


 · Latosol
 Penggunaan Lahan

Beberapa macam penggunaan lahan yang antara lain adalah:


permukiman penduduk, sawah, kebun, hutan dan peternakan.

 Kependudukan

Aktifitas penduduk selain pertanian adalah sebagai


pengrajin, pedagang dan jasa (wisata)

24
c. Zone Utara

 Geologi

Pada daerah pantai utara batuannya berasal dari endapan


lahar gunung api Buyan dan Bratan yang berumur kwarter
disebelah selatan adalah perbukitan dari formasi Asah dengan
batuan breksi dan lava berumur Pliosen. Ada pula beberapa
endapan aluvium yang berumur kwarter seperti di Pulaki.
Disebelah barat terdapat formasi Prapat Agung yang berisi batu
gamping utara, formasi ini bertemu dengan formasi palasari yang
terdiri dari batu gamping terumbu.

 Geomorfologi

Geomorfologi utara Bali berupa aluvial pantai dengan


kemirinagan antara 0 – 2% dengan arah utara selatan. Di bagian
selatan terdiri atas perbukitan dengan ketinggian antara 100-500
meter dengan kemiringan lereng 2-15%. Di daerah Pulaki
terdapat patahan arah timur barat yang telah berisi material
aluvium. Ada juga perbukitan kapur dengan ketinggian 0-500
meter dan kemiringan 15-40%. Bukit-bukit rendah terdiri dari
batuan umur tersier yang berlipat, sering batuan tersier yang
sudah tertutup oleh endapan vulkanik muda tersingkap.

 Hidrologi

Pada zone utara air menjadi masalah cukup serius, karena


curah hujan yang kecil sekali dibandingkan dengan zone selatan.
Sungai-sungai di zone utara umumnya kering dimusim kemarau
sedangkan di musim hujan sering terjadi banjir. Di daerah
sepanjang jalur dari Seririt-gerakgak, meskipun merupakan
daerah bayangan hujan tetapi air tanahnya cukup dangkal yang
memungkinkan adanya rembesan diantara 2 formasi batuan.

25
B.2 DEMOGRAFI

Kondisi struktur penduduk di suatu wilayah akan mempengaruhi


kebijakan pembangunan di wilayah tersebut. Struktur penduduk,
terutama menurut umur, di suatu wilayah akam mempengauhi kondisi
perekonomiaannya karena akan berkaitan dengan tingkat ketergantuan
(dependency ratio) di wilayah tersebut. Jika tingkat ketergantuan
merupakan rasio dari ketergantungan ekonomi sebagian kelompok dalam
populasi terhadap kelompok populasi yang produktif di suatu wilayah.
Maka, kelompok yang tergolong memiliki ketergantungan ekonomi
adalah anak yang terlalu muda dan orang tua yang terlalu tua untuk
bekerja, yaitu penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun dan lebih
dari 65 tahun. Sehingga penduduk kelompok produktif berada pada
kisaran umur 15 – 65 tahun.

Oleh karena itu, jika pada suatu wilayah memiliki rasio


ketergantungan cukup tinggi, yang berarti semakin kecil proporsi
kelompok penduduk umur produktif, maka semakin besar beban yang
harus ditanggung kelompok penduduk tersebut. Dalam kondisi seperti
ini, investasi pendapatan yang diperoleh kelompok tersebut akan
dilakukan pada bidang pendidikan dan kesehatan untuk anak-anak serta
pelayanan kesehatan untuk lansia, dana pensiun, dan sebagainya. Kondisi
sebaliknya akan terjadi bila pada suatu wilayah memiliki rasio
ketergantungan cukup rendah, maka investasi akan dilakukan dalam
bidang ekonomi, terutama tabungan, yang kemudian akan berpengaruh
terhadap kegiatan pembangunan.

Jika rasio ketergantungan penduduk di suatu wilayah terus


menurun, maka wilayah tersebut akan memperoleh bonus demografi
(demographic dividend atau demographic gift). Bonus demografi, yang
biasanya dicirikan dengan rasio ketergantungan penduduk lebih rendah
dari 50 persen, akan memberikan kesempatan wilayah tersebut untuk
mendapatkan kondisi penduduk yang ideal pada perbandingan penduduk
usia produktif dengan non-produktif (Adioetomo, 2004). Kesempatan ini

26
selanjutnya disebut dengan the windows of opportunity yang biasanya
hanya terjadi pada kurun waktu 1 sampai 2 dekade karena adanya transisi
demografi dan hanya satu kali waktu. Bloom et al (2003; dalam Pool,
2004) mengidentifikasi tiga mekanisme terpenting yang terkandung di
bonus demografi, yaitu (1) penyediaan tenaga kerja , tidak hanya dilihat
dari jumlah, distribusi umur, dan peresebarannya, melainkan dari kualitas
dan keahlian yang didukung salah satunya oleh penididkan yang
memadai, (2) tabungan, dan (3) modal manusia. Kemudian Bongaart
(2001; dalam Adioetomo, 2005) menambahkan faktor peranan
perempuan memerankan peranan penting di bonus demografi. Semua
mekanisme ini sangat bergantung pada kebijakan pemerintah (policy
environment)(Bloom et al , 2003; dalam Pool, 2004).

Bonus Demogarfi di Provinsi Bali


Berdasarkan Survei Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000 dan Survei
Antar Sensus Tahun 1995, 2005, jumlah penduduk Proviinsi Bali terus
meningkat dari 2.120.322jiwa pada Tahun 1971 hingga 3.383.572jiwa
pada Tahun 2005. Jika data tersebut di proyeksikan hingga tahun 2025,
maka jumlah penduduk Provinsi Bali adalah 4.122.100jiwa

Jika memperhatikan penduduk tahun 2005 dan hasil proyeksi


struktur umur penduduk tahun 2000-2025, menunjukkan bahwa proporsi
penduduk produktif Bali lebih tinggi daripada penduduk non-produktif
dengan rasio ketergantungan sebesar 44,9% pada tahun 2000 dan 43,4%
pada Tahun 2005

Sejak tahun 2000, proporsi penduduk usia produktif di Provinsi


Bali adalah 69%, dan menurut hasil proyeksi akan terus meningkat pada
Tahun 2025. Banyaknya penduduk usia produktif ini menyebabkan
tingkat ketergantungan penduduk di provinsi ini dibawah 45%, oleh
karena itu sejak Tahun 2000 Bali sudah mengalami bonus demografi
dimana penduduk Bali sudah memiliki rasio ketergantungan dibawah
50%

27
Dengan menggunakan data proyaksi yang di keluarkan oleh
Bapennas, BPS, dan UNFPA tahun 2005 dapat diketahui bahwa rasio
ketergantungan terendah yang dialami Provinsi Bali terjadi pada tahun
2019 yaitu sebesar 40,84% . Setelah pada Tahun 2019 berada pada nilai
terendah, kemudian meningkat lagi di Tahun 2020 kemudian menjadi
42,2% pada Tahun 2025. Pada masa inilah terjadi the windows of
opportunity.
Pada kondisi ini umumnya pendapatan yang diperoleh penduduk usia
produktif, yang biasanya digunakan penduduk usia muda seperti
pendidikan, kesehatan, dan sebagainya, dapat dialihkan pada investasi
untuk memicu pertumbuhan ekonomi. Dan umumnya pada kondisi
seperti ini, perempuan memiliki lebih banyak kesempatan untuk
memasuki dunia kerja (Hausmann, 1999)

Setelah the windows of opportunity, karena transisi demografi,


angka ketergantungan kembali meningkat karena mulai banyaknya
penduduk dari usia 65tahun. Dan jika proyeksi dilanjutkan, maka rasio
ketergantungan akan terus meningkat, terutama setelah Tahun 2030,
dimana masa the windows of opportunity Indonesia selesai berlagsung
(Adioetomo, 2005).

Memanfaatkan Bonus Demogarfi di Provinsi Bali


Telah diketahui sebelumnya bahwa bonus demografi dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara positif dan signifikan, tetapi
pelaksanaannya bergantung pada kebijakan pemerintah. Jika pemerintah
tidak memanfaatkan kondisi ini maka bonus demografi akan terlewati
begitu saja bahkan akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk karena
semakin meningkatnya rasio ketergantungan terutama dari kalangan
penduduk lanjut usia.

Tersedianya Tenaga Kerja, perhitungan rasio ketergantungan


berdasarkan perhitungan usia penduduk, dengan asumsi semakin banyak
penduduk usia produktif maka akan semakin rendah rasio

28
ketergantungannya, karena penduduk usia produktif tersebut akan
bekerja dan berpenghasilan. Namun, jika hal ini tidak dibarengi dengan
penciptaan lapangan pekerjaan, maka penduduk usia produktif ini akan
mejadi pengangguran.

Sektor pariwisata merupakan komoditas unggulan dari sisi


komoditas tersier. Sektor yang sangat diandalkan di Provinsi Bali dan
telah membemberi kontribusi pendapatan terbesar bagi Bali yaitu sebesar
550,39 juta rupiah pada tahun 2004, karena sektor ini merupakan
komoditas tersier, yang pengelolaannya merupakan turunan dari berbagai
komoditas primer dan sekunder, maka berkembang tidaknya sangatlah
bergantung pada sektor lain. Sektor pariwisata berkaitan dengan investasi
yang akhirnya berkaitan dengan kepercayaan penanaman investasi di
Indonesia yang bermuara, salah satunya, pada keamanan nasional.
Pada tahun 1998 (BPS, Sensus 1980 dan Sakernas, 1998; dalam
Adioetomo, 2005) dari penduduk yang telah bekerja hanya 35% yang
bekerja pada sektor formal, sisanya pada sektor informal. Bahkan, dari
yang bekerja pada sektor pariwisata 83% merupakan pekerja informal.
Saat penduduk bekerja ada sektor informal, maka pendapatan yang
diperoleh hanya dapat digunakan untuk pemenuhan kehidupan dasar saja
(subsistem) serta tidak memiliki jaminan sosial dan kesehatan yang
memadai.

Hal yang sama terjadi juga di Bali. Jika pemerintah tidak


konsentrasi pada sektor yang menjadi komoditas utama provinsi ini,
maka penduduk produktif Bali hanya akan bekerja pada sektor informal
dari sektor pariwisata. Lain halnya jika pemerintah mengelola sektor
tersebut dengan baik, maka akan mendatangkan investasi sehingga
mampu menciptakan lapangan pekerjaan formal dari sektor pariwisata
ini.

Tabungan, disaat penduduk usia produktif sebagian besar sudah


terserap di lapangan kerja formal, maka mereka akan memiliki jaminan

29
sosial dan kesehatan yang memadai, sehingga memungkinkan mereka
menabung. Tabungan ini oleh masyarakat akan dimanfaatkan untuk
kemudian meningkatkan perekonomian dan pembangunan.

Modal manusia, investasi untuk meningkatkan sumber daya


manusia adalah pada sektor pendidikan. Karena saat penduduk memiliki
pendidikan mereka akan memiliki kemampuan dan keterampilan yang
lebih baik agar dapat terserap di lapangan kerja yang baik, sehingga
kulitas kehidupannya meningkat. Disaat pemerintah sudah mampu
mendatangkan investasi untuk menciptakan lapangan kerja formal, jika
tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia lokal,
maka lapangan pekerjaan tersebut akan terisi oleh sumber daya manusia
pendatang. Sehingga kualitas kehidupan penduduk lokal tidak dapat
meningkat.

Oleh karena itu, pemerintah Bali haruslah mempehatikan sektor


pendidikan terutama untuk penduduk Bali. Pendidikan tersebut tidak
hanya dari sektor formal saja melainkan pendidikan informal. Kedua
sektor pendidikan ini harus dapat mendukung komoditas unggulan Bali
yaitu pariwisata.

Pendidikan informal yang dapat dikembangkan sejalan dengan


kebutuhan pariwisata adalah pendidikan yang mampu memberikan
penduduk Bali agar dapat mengelola aset pariwisata di Bali. Beberapa
pendidikan informal ini seperti pelatihan bahasa asing yang dapat
digunakan untuk berkomunikasi dan melakukan gueding terhadap
wisatawan, pelatihan pengelolaan aset kebudayan seperti sanggar tari dan
drama, pelatihan pengelolaan aset alam seperti pengelolaan olahraga
pantai dan hiburan, pelatiha pengelolaan sumberdaya kuliner, dan
sebagainya. Pelatihan tersebut diadakan aar dapat memenuhi standart
internasional.

30
Peran serta perempuan, peran serta perempuan tidak dapat
dilepaskan kaitannya dengan pengendalian kelahiran dan perencanaan
keluarga, dalam hal ini program keluarga berencana. Bali pernah menjadi
provinsi dengan keberhasilan program KB tinggi. KB di Bali masuk
kedalam hukum babad sehinga sebagian besar wanita hindu saat itu
mengikuti program ini. Keberhasilan program KB ini lah yang
menyebabkan Bali mampu memiliki rasio ketergantungan 44,9% di
Tahun 2000. Oleh karena itu, program ini haruslah dipelihara agar
terciptanya the windows of opportunity pada tahun 2019 akan terjadi.

Pembatasan kelahiran berdampak langsung pada ibu. Ibu akan


memiliki waktu luang lebih banyak karena waktu mengurus anak
menjadi lebih singkat. Waktu luang ini akan dimanfaatkan oleh ibu untuk
meningkatkan keahlian dan keterampilannya, sehingga mampu terserap
di lapangan kerja.

Dari beberapa penjabaran tersebut, dapat dikatakan bahwa Bali


yang memiliki komoditas unggulan yang berasal dari komoditas tersier
yaitu pariwisata yang harus didukung oleh sektor primer dan sekunder
agar bapat berkembang. Pemerintah haruslah menciptakan kondisi yang
kondusif untuk mampu mendatangkan investasi agar dapat tercipta
lapangan pekerjaan formal dari sektor pariwisata. Bersamaan dengan itu
perlu dikembangkan pendididikan yang mampu menciptakan sumber
daya manusia lokal Provinsi Bali agar mampu terserap di lapangan
pekerjaan tersebut. Terserapnya penduduk produktif di lapangan kerja
formal akan meningkatkan pendapatan yang memungkinkan penduduk
tersebut menabung. Selain itu program KB harus tetap dipelihara agar
kelahiran dapat dikendalikan dan perempuan dapat berpendidikan,
sehingga keluarga Bali dapat menciptakan sumber daya manusia Bali,
baik lali-lai maupun perempuan, yang berkualitas.

31
C. BIDANG SOSIAL
C.1 SISTIM KEMASYARAKATAN

Desa, suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat bali mencakup


pada 2 pengertian yaitu : desa adat dan desa dinas (administratif).
Keduanya merupakan suatu kesatuan wilayah dalam hubungannya dengan
keagamaan atau pun adat istiadat, sedangkan desa dinas adalah kesatuan
admistratif. Kegiatan desa adat terpusat pada bidang upacara adat dan
keagamaan, sedangkan desa dinas terpusat pada bidang administrasi,
pemerintahan dan pembangunan.
C.2 SISTIM KEKERABATAN
Adat menetap diBali sesudah menikah mempengaruhi pergaulan
kekerabatan dalam suatu masyarakat. Ada macam 2 adat menetap yang
sering berlaku diBali yaitu adat virilokal adalah adat yang membenarkan
pengantin baru menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami,dan
adat neolokal adalah adat yang menentukan pengantin baru tinggal sendiri
ditempat kediaman yang baru. Di Bali ada 3 kelompok klen utama
(triwangsa) yaitu: Brahmana sebagai pemimpin upacara, Ksatria yaitu :
kelompok-kelompok khusus seperti arya Kepakisan dan Jaba yaitu sebagai
pemimpin keagamaan.
D. BIDANG EKONOMI
D.1 SISTIM MATA PENCAHARIAN
Pada masa prasejarah hingga dewasa ini rupanya pertanian yang
kemudian berkembang dalam arti luas termasuk perkebunan walaupun
merupakan hal yang sangat universal, pengaruh Agama Hindu tampak dari
semua sistem pencaharian itu dikaitkan dengan Agama Hindu, artinya
dalam memenuhi kebutuhan hidup senantiasa dikaitkan dengan pemujaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini tampak hingga dewasa ini sistem
pengairan yang sangat terkenal yakni Subak selalu dikaitkan dengan
Agama Hindu, misalnya disetiap mata air dan di tempat pembagian air
dibangun pura Ulunsui, Bedugul, dan sebagainya.
Mata pencarian penduduk beraneka ragam yang meliputipekerjaan
sebagai petani, pengerajin, pedagang dan berbagai jasakhususnya bidang

32
kepariwisataan. Pertanian merupakan matapencarian pokok masyarakat
dan sebagian besar masyarakat baliadalah petani. Jenis pertanian meliputi
pertanian sawah danperkebunan. Didalam system pertanian di bali subak
memegangperanan yang sangat penting.

E. BIDANG BUDAYA
E.1 KEPERCAYAAN
Sebagian besar masyarakat di Bali menganut agama Hindu yang
memiliki kerangka dasar meliputi tiga hal yaitu tatwa (filsafat), tata susila,
dan upacara. Agama hindu berdasarkan pada kitab suci Wedha, yang
keseluruhannya dihimpun dalam empat samhita, yaitu Reg Wedha
Samhita, Sama Wedha Samhita, Yayur Wedha Samhita, dan Atharwa
Wedha Samhita. Pada hakikatnya ajaran agama hindu adalah panca cradha
yang artinya lima keyakinan , yaitu:
a. Widi Cradha adalah keyakinan terhadap Sang Hyang Widhi atau
Tuhan Yang Maha Esa.
b. Atma Cradha adalah keyakinan akan adanya atman atau jiwa pada
setiap makhluk.
c. Karma Phala Cradha adalah keyakinan terhadap hukum
perbuatan.
d. Purnabhawa Cradha adalah keyakinan terhadap adanya reinkarnasi
atau kelahiran kembali setelah kematian.
e. Moksa Cradha adalah keyakinan terhadap moksa yaitu
kebahagiaan yang kekal abadi.

Ketika Agama Hindu masuk ke Bali, masyarakat Bali saat itu telah
menganut kepercayaan kepada roh suci leluhur, adanya penguasa alam,
dan gunung-gunung yang dianggap suci. Agama Hindu yang memiliki
keyakinan (Sraddha) yang sama dengan kepercayaan setempat, yakni
Pitrapuja (pemujaan kepada roh suci leluhur) mudah saja diterima oleh
masyarakat Bali saat itu. Dan hal tersebut berlangsung hingga saat ini.
Kedatangan Agama Hindu ke Bali tidak mengubah kepercayaan setempat

33
tetapi memberikan pencerahan dengan lebih mengembangkan kepercayaan
setempat.
Pemujaan kepada penguasa tertinggi masyarakat Terunyan yakni
Da Tonta berupa arca batu megalitik, dipermulia dengan menempatkan
kata Bhattara pada nama sebelumnya dan kemudian disemayamkan pada
bangunan Meru. Hal ini dapat diketahui antara lain dari prasasti Terunyan
yang berasal dari 818 Saka (896 M), isinya tentang pemberian ijin kepada
nanyakan pradhana dan bhiksu agar membangun sebuah kuil untuk Hyang
Api di desa Banua Bharu. Prasasti lainnya berasal dari tahun 813 Saka
(891 M) isinya tentang pemberian ijin kepada penduduk desa Turuñan
untuk membangun kuil bagi Bhatara Da Tonta. Oleh karena itu mereka
dibebaskan dari beberapa jenis pajak, tetapi mereka ini dikenakan
sumbangan untuk kuil tadi. Beberapa jenis pajak harus dibayar setiap
bulan Caitra dan Magha, pada hari kesembilan (mahanavami). Bila ada
utusan raja datang menyembah (sembahyang) pada bulan Asuji, mereka
harus diberi makanan dan sebagainya (Sartono, 1976:136). Dalam prasasti
itu juga menyebutkan haywahaywan di magha mahanavami (Goris,
1954:56). Dalam bahasa Bali dewasa ini kata mahaywahaywa (dari kata
mahayu-hayu) berarti merayakan. Haywahaywan di magha mahanavami
berarti perayaan Magha Mahanavami. Di India Mahanavami identik
dengan Dasara yakni hari pemujaan ditujukan kepada para leluhur
(Dubois, 1981:569).
Swami Sivananda (1991:8) mengidentikkan Dasara dengan
Durgapuja yang dirayakan dua kali setahun, yakni Ramanavaratri atau
Ramanavami pada bulan Caitra, dan Durganavaratri atau Durganavami
pada bulan Asuji (September-Oktober). Perayaan ini disebut juga Wijaya
Dasami atau Sraddha Wijaya Dasami (hari pemujaan kepada leluhur dan
perayaan kemenangan selama sepuluh hari). Hari raya ini di Bali
(dirayakan dua kali dalam setahun) dikenal dengan nama Galungan yang
hakekatnya adalah Durgapuja atau Sraddha Vijaya Dasami (hari pemujaan
kepada leluhur dan perayaan kemenangan selama sepuluh hari) yang
dirayakan secara besar-besaran sejak Gunapriyadharmapatni di-dharma-

34
kan sebagai Durgamahisasuramardhini di pura Kedharma Kutri,
Blahbatuh, Gianyar5.Beberapa hari raya Hindu di India dipribhumikan ke
dalam bahasa lokal antara lain Ayudhapuja di Bali disebut Tumpek
Landep, Pasupatipuja disebut Tumpek Uye, dan Sankarapuja disebut
Tumpek Pengarah. Yatra disebut Melis, Makiyis, atau Melasti dan
beberapa persembahan seperti puja disebut daksina, jajan dari beras
berlobang di India selatan disebut Kalimaniarem, di Bali disebut
Kaliadrem6 dan sebagainya. Karena adanya persamaan dalam keyakinan
dengan religi prasejarah, maka masyarakat Bali saat itu tidak kesulitan
dalam memeluk Agama Hindu yang ajarannya telah terdokumentasi dalam
bentuk tulisan atau dibawa oleh para pandita.
E.2 BAHASA
Bahasa Bali adalah wahana budaya vocal masyarakat Bali, bahasa
perolehan pertama (bahasa ibu) masyarakat Bali. Bahasa itu juga salah
satu unsur budaya nasional bangsa Indonesia. Bagi rakyat Bali selain
berfungsi sebagai alat komunikasi vocal, juga berfungsi sebagai penunjuk
identitas rakyat Bali.
Penutur bahasa Bali adalah masyarakat Bali dengan perkiraan
jumlah tiga juta orang. Mereka berdiam terutama di wilayah Provinsi Bali.
Di bebrapa wilayah Indonesia di luar Provinsi Bali, penutur bahasa Bali
terdapat pula di Lombok Barat, di beberapa tempat transmigran orang Bali
di pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Sumbawam dan Timor Timur.
Penutur bahasa Bali umumnya penganut agama Hindu seperti yang dianut
oleh masyarakat penutur bahasa Bali di wilayah Bali pada umumnya.
Bahasa Bali sangat menarik sejumlah peneliti, baik peneliti asing, maupun
peneliti bangsa Indonesia. Peneliti bangsa Indonesia terutama peneliti
penutur bahasa Bali yang umumnya berdomisili di Bali.
· Struktur Bahasa Bali
Struktur bahasa Bali yang menyangkut system fonologi, morfologi,
dan sintakis sudah banyak diteliti oleh peneliti-peneliti, baik peneliti asing
maupun peneliti bangsa Indonesia.

35
Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti
“kekuatan”,dan “Bali” berarti “Pengorbanan” yang berarti supaya kita
tidak melupakan kekuatan kita,supaya kita selalu siap untuk berkorban.
Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan
lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama
dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di
ujung timur pulau jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan
penggunaannya,misalkan ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya, dan
Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya
dalam pertemuan di tingkat Desa adat, meminang wanita, atau antara
orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya
dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan
bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur ole orang kelas
rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi
dalemnya. Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota
Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di
beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Selain itu bahasa Osing, sebuah
dialek Jawa khas Banyuwangi juga menyerap banyak kata-kata Bali,
Misalkan sebagai contoh kata osing yang berarti “tidak” diambil dari
bahasa Bali tusing, Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta
jiwa.

· Fungsi Bahasa Bali


Fungsi bahasa Bali – seperti halnya fungsi-fungsi bahasa daerah
yang dirumuskan dalam polotik bahasa nasional (Halim (edit.) 1976 : 146 )
– adalah lambing kebanggaan daerah Bali, identitas daerah Bali,
pendukung bahasa nasional Indonesia, alat penghubung dalam keluarga
etnik Bali, bahasa pengantar di sekolah-sekolah dalam kelas tertentu, dan
juga alat pengembangan kebudayaan Bali. Bahasa Bali sebagai pendukung
bahada nasional Indonesia berfungsi untuk mengembangkan kosa kata
bahasa Indonesia.

36
Seperti telah disebutkan di atas, bahwa Agama Hindu masuk ke
Bali pada mulanya melalui media bahasa Sanskerta kemudian sejak
pemerintahan Mahendradattagunapriyadharmapatni (permaisuri raja
Dharmodayana Varmedeva), maka bahasa Jawa Kuno menggantikan
media berbagai susastra Hindu dan hal ini tampak pengaruhnya terhadap
bahasa Bali dewasa ini. Dalam mantra stuti masih menggunakan bahasa
Sanskerta.

PERBEDAAN ANTARA BAHASA INDONESIA, JAWA dan BALI

NO BAHASA INDONESIA BAHASA JAWA BAHASA BALI


1 Uang Arta Pipis
2 Kakak perempuan Mbak Mbok
3 Kakak laki-laki Mas Bli
4 Ibu Biyung Memek
5 Bapak Bapa Bapo
6 Rambut Rambut Rambut, bok

7 Kepala Sirah Prabu,sirah,tendas


8 Kening Bathuk Wimba,gidat
9 Alis Alis Alis
10 Telinga Kuping Karna
11 Pipi Pipi Pengarasan
12 Hidung Irung Cunguh
13 Kumis Brengos Cerawis
14 Mulut Lambe Bibih,bungut
15 Jenggot Brewok Jenggot
16 Leher Gulu Baong
17 Ketiak Kelek Sipah
18 Dada Dada Wijang,tangkah

37
19 Jari Driji Jeriji
20 Tangan Asta Lima
21 Makan Dhahar Ngajeng
22 Cantik Ayu Jegeg
23 Ganteng Bagus Kenthir
24 Cantik banget Ayu tenan Jegeg meketek-ketek
25 Maaf Ngapura Ampura

E.3 KESENIAN
Sistem ini (kesenian Bali) walaupun tidak bisa dirunut asalnya
secara pasti namun adanya pertunjukkan wayang kulit yang oleh Brandes
disebut sebagai kesenian asli Indonesia, di India selatan kita jumpai seni
yang disebut Kathakali yang mirip dengan wayang kulit yang dipentaskan
baik malam maupun siang hari (seperti wayang lemah), demikian pula
pementasan cerita Ramayana, dan Bhimakumara seperti disebutkan dalam
prasasti Jaha di Jawa Tengah bersumber kepada Ramayana dan
Mahabharata yang di India disebut Ramalila dan Mahabharatalila atau
Krishnalila. Beberapa tari lepas di Bali tampak seperti Bharatnatyam di
India. Dalam seni arsitektur, struktur bangunan yang disebut Meru dapat
dijumpai di Nepal dan di India utara7.

1) Seni Bangunan
Seni bangunan nampak pada bangunan candi yang banyak terdapat
di Bali, seperti Gapura Candi Bentar.

2) Seni Tari
Tari tradisional Bali antara lain tari sanghyang, tari barong, tari
kecak, dan tari gambuh. Tari modern antara lain tari tenun, tari nelayan,
tari legong, dan tari janger.

38
3) Pakaian daerah

Pakaian daerah Bali sangat bervariasi, meskipun bentuknya hampir


sama. Masing-masing daerah memiliki ciri khas simbolik dan ornamen
yang didasarkan kepada kegiatan/upacara, jenis kelamin dan umur
penggunanya. Status sosial dari seseorang juga dapat diketahui
berdasarkan corakbusana dan ornamen perhiasan yang dipakai
Busana tradisional pria umumnya terdiri dari:

a. Udeng (ikat kepala)


b. Kain kampuh
c. Umpal (selendang pengikat)
d. Kain wastra (kemben)
e. Sabuk
f. Keris
g. Beragam ornamen perhiasan
Sering pula dikenakan baju kemeja, jas dan alas kaki sebagai
pelengkap.

Busana tradisional wanita umumnya terdiri dari:

a. Gelung (sanggul)
b. Sesenteng (kemben songket)
c. Kain wastra
d. Sabuk prada (stagen), membelit pinggul dan dada
e. Selendang songket bahu ke bawah
f. Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam
g. Beragam ornamen perhiasan
Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki
sebagai pelengkap.

4) Rumah Adat

39
Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali
(bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan,
layaknya Feng Shui dalam Budaya China)

Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan


tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek
pawongan, palemahan dan parahyangan. Untuk itu pembangunan
sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa
disebut Tri Hita Karana. Pawongan merupakan para penghuni rumah.
Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni
rumah dan lingkungannya.

Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali


selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna.
Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan
keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk
ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual
yang ditampilkan dalam patung.

40
BAB IV

UPACARA PIODALAN DI PURA TANAH LOT


MERUPAKAN UPACARA YANG DISAKRALKAN
MASYARAKAT BALI

A. SEJARAH PURA TANAH LOT

Sejarah berdirinya Pura Tanah Lot sangat erat kaitannya dengan


perjalanan suci dari Blambangan (pulau Jawa) ke Pulau Bali dari seorang
pendeta suci yang bernama DangHyang Nirartha untuk menyebarkan agama
Hindu di pulau dewata, masyarakat juga menyebut Beliau dengan
sebutan DangHyang Dwijendra atau Pedanda Sakti Wawu Rauh. Pemimpin
(Raja) di Bali pada saat itu adalah Raja Dalem Waturenggong sekitar abad
ke-16 Masehi.
Di dalam Dwijendra Tatwa di jelaskan suatu ketika Dang Hyang Nirartha
kembali ke Pura Rambut Siwi dalam perjalanannya ke pulau Bali, dimana
Beliau pertama kali tiba di Bali dari Blambangan pada tahun Saka 1411 atau
1489 Masehi, Beliau telah berhenti di Pura Rambut Siwi ini. Ketika berada di
Pura ini untuk beberapa saat, kemudian Beliau melanjutkan perjalanannya
menuju Timur (Purwa) dan sebelum meninggalkan tempat itu Beliau
menyempatkan diri untuk melakukan upacara "Surya Cewana" dengan
masyarakat disekitar sana, setelah memercikkan air suci (tirtha) kepada
masyarakat yang ikut bergabung dalam persembahyangan kemudian Beliau
meninggalkan pura dan berjalan melanjutkan perjalanan ke Timur, perjalanan
Beliau melewati pesisir pantai selatan pulau Bali dan diikuti oleh beberapa
pengikut setia Beliau.

Di dalam perjalanan suci ini Dang Hyang Nirartha sangat menikmati dan
kagum dengan keindahan pesisir pantai selatan Bali dengan keindahan yang
alami yang sangat menarik. Beliau membayangkan bagaimana kebesaran Ida
Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) telah menciptakan dunia
dan beserta isinya untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dalam hati Beliau terbisik bahwa tugas seluruh makhluk hidup di dunia

41
khususnya manusia untuk berterima kasih dan menjaga apa yang telah
diciptakan-NYA.

Setelah melakukan perjalanan yang panjang akhirnya Dang Hyang


Nirartha tiba dan berhenti di sebuah pantai yang terdapat batu karang dan
juga terdapat mata air, batu karang itu disebut Gili Beo, "Gili" artinya pulau
kecil dan "Beo" artinya burung, jadi Gili Beo berarti pulau kecil yang
menyerupai burung. Pada waktu itu di kawasan Desa Beraban ini di pimpin
oleh Bendesa Beraban Sakti, kemudian di tempat inilah DangHyang Nirartha
berhenti dan beristirahat, tidak lama Beliau beristirahat datanglah para
nelayan yang ingin bertemu dengan Beliau dan membawakan beberapa
persembahan untuk Beliau, dan setelah senja tiba mereka memohon kepada
Beliau untuk bermalam di rumah mereka, tetapi permohonan mereka ditolak
oleh Beliau dan Beliau lebih memilih untuk bermalam di Gili Beo karena di
tempat ini Beliau bisa menikmati udara yang segar dengan pemandangan
yang indah dan bisa melepaskan pandangan ke segala arah. Pada malam hari
sebelum Beliau beristirahat,
Beliau menyempatkan diri untuk mengajarkan agama dan moral kepada
masyarakat yang datang kepada Beliau, tetapi kehadiran Dang Hyang
Nirartha ini tidak disukai oleh Bendesa Beraban Sakti, karena ajaran-
ajarannya tidak sesuai dan tidak searah dengan ajaran-ajaran dari Dang
Hyang Nirartha dan ini membuat Bendesa Beraban Sakti menjadi marah dan
dia mengundang pengikut-pengikutnya untuk mengusir DangHyang Nirartha
dari kawasan itu, kemudian untuk memproteksi diri Beliau dari agresi
Bendesa Beraban Sakti akhirnya dengan kekuatan supranatural Beliau
kemudian Gili Beo dipindahkan agak ketengah ke laut dan Beliau
menciptakan ular dari selendang yang Beliau pakai untuk menjaga Gili Beo
agar selalu aman dari serangan-serangan jahat. Kemudian setelah kejadian itu
Gili Beo berubah nama menjadi Tanah Lot (Tanah di laut), setelah melihat
keajaiban dari DangHyang Nirartha akhirnya Bendesa Beraban Sakti
menyerah dan kemudian dia menjadi pengikut setia Beliau untuk melanjutkan
mengajarkan agama Hindu kepada masyarakat, dan untuk jasanya itu Dang

42
Hyang Nirartha memberikan sebuah keris kepada Bendesa Beraban Sakti
sebelum Beliau melanjutkan perjalanan suci nya (Keris adalah sebuah belati
asimetris khas dari Indonesia yang dipakai sebagai senjata dan juga objek
spiritual, keris sering dianggap memiliki kekuatan magis. Awal keris dikenal
atau dibuat pada sekitar abad 1360 Masehi dan mungkin menyebar dari pulau
ke pulau di seluruh Asia Tenggara). Keris yang diberikan kepada Bendesa
Beraban Sakti disebut Jaramenara atau keris Ki Baru Gajah, sampai sekarang
keris itu disimpan dengan baik dan sucikan di Puri Kediri. Pada saat itu
DangHyang Nirartha menyarankan kepada masyarakat untuk membuat pura
(parahyangan) di Tanah Lot karena menurut getaran suci dan bimbingan
supranatural Beliau di tempat ini adalah sebuah tempat yang sangat baik
untuk memuja Tuhan, dari tempat ini kemudian masyarakat bisa menyembah
kebesaran Tuhan dalam manifestasi-NYA sebagai Dewa Laut untuk
keselamatan dan kesejahteraan dunia.

Terdapat 8 pura suci yang ada disekitar area Tanah Lot, masing-masing
dengan fungsi dan tujuan sendiri.

1. Pura Penataran - berlokasi di bagian utara dari Pura Tanah Lot, pura
untuk memuja Tuhan dan manifestasi-NYA untuk kebahagiaan dan
kesejahteraan.
2. Pura Penyawang - berlokasi di bagian barat dari Pura Penataran, ini
adalah tempat alternatif untuk bersembahyang karena pada saat air laut
pasang orang-orang yang ingin bersembahyang tidak bisa naik dan masuk
ke Pura Tanah Lot.
3. Pura Jero Kandang - berlokasi sekitar 100 meter di sebelah barat Pura
Penyawang, pura ini dibangun untuk memohon kepada Tuhan agar
diberikan kesejahteraan dan keselamatan bagi ternak dan tanaman.
4. Pura Enjung Galuh - berlokasi dekat dengan Pura Jero Kandang, pura ini
dibangun untuk memuja Dewi Sri untuk kesuburan tanah dan pertanian.
5. Pura Batu Bolong - berlokasi sekitar 100 meter disebelah barat Pura
Enjung Galuh, pura ini digunakan pada saat upacara Melasti atau upacara
penyucian.

43
6. Pura Batu Mejan - berlokasi kurang lebih 100 meter pada bagian barat
Pura Batu Bolong, Pura Batu Mejan juga disebut Pura Beji. Beji berarti
mata air dalam bahasa Bali, masyarakat percaya bahwa air suci dari mata
air ini bisa menyucikan segala sesuatu dari keburukan atau unsur-unsur
negatif.
7. Monumen Tri Antaka - Monumen ini dibuat untuk menghormati 3
pahlawan Bali, yaitu: I gusti Ketut Kereg, I Wayan Kamias dan I Nyoman
Regug, yang telah berperang untuk mempertahankan pulau Bali dari
penjajah tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) pada
Juni 1946 di kawasan Tanah Lot.
8. Pura Pakendungan - Berlokasi di bagian Barat kira-kira 300 meter dari
Pura Tanah Lot. Di Pura Pekendungan inilah tempat dimana Dang Hyang
Nirartha bermeditasi dan juga ditempat inilah keris sakti Jaramenara
diberikan kepada Bendesa Beraban Sakti.
Pada tahun 1980, bagian pinggir karang Pura Tanah Lot terkikis karena
mengalami abrasi dan menjadikan area di tempat suci ini berbahaya bagi
keselamatan pengunjung dan pemedek (Pemedek: orang-orang yang ingin
bersembahyang di pura). Maka dilakukanlah proyek yang didukung oleh
pemerintah Jepang dan Jerman untuk menanggulangi hal ini dan untuk
menjaga pura yang bersejarah ini agar tetap berdiri kokoh di atas batu karang
laut.
Pura yang lainnya yang terdapat di Kabupaten Tabanan
 Ulun Danu Beratan: Pura Di Atas Danau Bratan Bedugul Bali
 Alas Kedaton: Pura Sakral Di Tengah Hutan Monyet/Kera Bali
 Pura Batukaru: Tempat Suci di Lereng Gunung Batukaru Bali
B. KESAKRALAN UPACARA PIODALAN

Seorang Brahmana suci yang bernama Danghyang Nirartha atau disebut


juga Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh datang ke Bali dan membangun Pura
Tanah Lot pada abad ke ke 16. Kedatangannya untuk menyebarkan dan
menguatkan ajaran agama Hindu. Danghyang Nirartha dikatakan juga
meninggalkan selendangnya yang dipercaya menjelma menjadi ular penjaga
pura Tanah Lot. Saat ini keberadaan ularular ada di sekitar Pura dan

44
dipercaya dapat memberikan keselamatan dan mengabulkan doa orang yang
menyentuhnya.

Di sekitar areal pura terdapat sumber air tawar yang terletak di sisi utara
Pura Tanah Lot, padahal Pura ini terletak di atas pantai. Air suci ini disebut
Tirta Pabersihan, banyak umat dan pengunjung yang menggunakan air ini
untuk penyucian secara niskala.

Tanah Lot adalah obyek wisata Bali yang sangat terkenal. Pemandangan
yang indah di kala matahari terbenam membuat pura ini banyak dikunjungi
oleh para wisatawan. Letaknya ada di desa Beraban, kecamatan Kediri,
kabupaten Tabanan, di barat daya pulau Bali, kirakira 30 menit dari Kuta. Di
Tanah Lot terdapat dua pura, Pura Tanah Lot yang terletak di atas sebuah
batu karang besar yang berada di tengah pantai. Di sebelahnya terdapat satu
pura lagi yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut.

Seperti pura lainnya, pura Tanah Lot juga memiliki odalan (hari raya)
yang dirayakan setiap 210 hari sekali, yaitu setiap “Buda Cemeng Langkir”,
berdekatan dengan hari raya Galungan dan Kuningan. Pada saat odalan,
seluruh umat Hindu dari segala penjuru Bali akan datang untuk
bersembahyang, begitu juga wisatawan akan banyak yang datang untuk
menyaksikan upacara dan keindahan Tanah Lot, akan tetapi wisatawan tidak
diijinkan untuk memasuki bagian utama (”Utama Mandala”) pura Tanah Lot,
kecuali yang masuk untuk bersembahyang. Hal ini dilakukan untuk tetap
menjaga kesucian pura Tanah Lot.

Odalan sebagai upacara adat

Tanah Lot sebuah objek wisata di Bali yang menawarkan keindahan alam
saat matahari terbenam. Keunikan Pura Tanah Lot ialah tempatnya yang
terletak di tengah laut kira-kira 300 meter dari bibir pantai, terdapat juga batu
karang yang di tengahnya terdapat gua besar.

Kata Tanah Lot terdiri dari kata “Tanah” yang diartikan sebagai batu
karang, “Lot”atau “Lod” berarti laut. Jadi Tanah Lot dimaksudkan yaitu

45
tanah yang ada di tengah laut. Pura Tanah Lot didirikan pada abad ke-15 oleh
Pedanda (pendeta) Hindu bernama Bawu Rawuh atau Danghyang Nirartha
yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Danhyang Niratha dalam
perjalanannya untuk menyebarkan agama Hindu dari tanah Jawa pada abad
ke-16. Sebelum memberikan petunjuk untuk mendirikan pura di tempat ini,
beliau merasakan adanya getaran-getaran kesucian dan mendapatkan
kesempurnaan bathin.

Salah satu daya tarik upacara adat tanah lot adalah mempunyai banyak
ragam upacara adat yang salah satunya yaitu upacara adat dari agama Hindu
yaitu disebut”Odalan”. Upacara odalan sangat menarik untuk dilihat dan
dibahas karena di dalamnya terdapat keindahan-keindahan yang tidak biasa
dilihat oleh orang yang bukan penduduk Bali. Berdasarkan hal di atas,
maka kami mengangkat judul Odalan Sebagai upacara adat di tanah lot.

Odalan atau disebut juga piodalan pada hakikatnya adalah peringatan hari
kelahiran (hari jadi) sebuah pura, semacam perayaan ulang tahun kalau pada
manusia. Upacara odalan termasuk upacara yang disakralkan msayarakat
Bali. Pura merupakan tempat ibadah agama Hindu. Sebuah pura dianggap
lahir pada saat "ngenteg linggih," dalam bahasa sansekerta disebut "Khumbha
Abhisekam." Dalam pengertian kita yang awam, pada saat itulah Ida Betara
mulai melinggih di pura ini. Secara tattwa dapat dijelaskan, pada saat itulah
pura diberikan tenaga kehidupan, prana dan jiwa, roh oleh Tuhan, Ida Sang
Hyang Widhi. Dan setelah itu Pura menjadi pusat kehidupan ritual dan
spiritual kita. Sebelum ngenteg linggih, pura tidak lebih dari tumpukan, batu
bata, semen pasir dan besi beton. Benda-benda materi yang akan hancur oleh
waktu. Sama halnya dengan tubuh kita. Sebelum dimasuki oleh jiwa, badan
kita hanyalah tumpukan darah, daging dan tulang. Benda-benda materi yang
juga lenyap oleh waktu. Tapi setelah dimasuki oleh jiwa atau atman, badan
ini manjadi hidup dan lahir ke dunia. Setiap kelahiran selalu disambut dengan
kebahagiaan. Di Bali, pura terdapat pada masing-masing keluarga atau banjar
(istilah orang Bali untuk menyebut desa).

46
Upacara Odalan diselenggarakan dengan tujuan agar para umat selalu
ingat kepada para penciptanya, agar mau memberikan kontribusi untuk
masyarakat, bangsa dan negara.

Peringatan Odalan ditentukan berdasarkan perhitungan sasih atau


wewaran terutama memadukan sapta wara dan panca wara serta wuku. Jika
didasarkan atas perhitungan sasih maka umumnya selalu di kaitkan dengan
saat datangnya bulan sempurna (purnama). Sehingga odalan atau piodalan
yang berdasarkan sasih selalu mangambil saat purnama. Maka begitulah
banyak pura yang “tegak odalannya” jatuh pada Purnama dengan sasih yang
berbeda-beda, dan datangnya setiap setahun sekali. Sementara itu apabila
didasarkan atas perhitungan wewaran dan wuku, maka tegak odalan sebuah
pura akan datang 210 hari sekali.

Kemudian setelah diketahui dasar-dasar perhitungan “tegak odalan”,


maka untuk menjatuhkan satu pilihan lagi odalan sebuah pura ditentukan atau
diputuskan berdasarkan waktu atau saat diadakan upacara “pemelaspas” atau
“ngenteg lingih” dari pura tersebut. Kapan saat pemelaspas atau ngenteg
linggihnya, saat itulah biasanya dijadikan sebagai “tegak odalan” berikutnya.
Soal adanya keinginan untuk mengubah atau mengganti saat “tegak
odalannya” tidaklah masalah, sepanjang sudah menjadi kesepakatan karma
penyungsung, pengemong atau pengempon pura tersebut. Dan tentunya
kesepakatan sekala itu wajib disampaikan (matur piuning) ke hadapan Ida
Bhatara yang malingga di pura tersebut.

Perihal “nyejer” (perpanjangan waktu ngaturang bhakti) bisa diadakan


bisa juga tidak. Semuanya tergantung pada kepentingan dan kondisi karma
penyungsung. Yang jelas ada atau tidak “nyejer” odalan atau piodalan yang
menjadi inti perayaan atau upacara peringatan hari jadi di pura tersebut sudah
berjalan dan sidhakarya.

Terakhir tentang waktu (dauh inti atau dauh ayu) dari pelaksanaan odalan
itu, dapat ditentukan berdasarkan saringan dari pertemuan Panca Dauh dan

47
Asta Dauh, tergantung dina (hari) dan kala (siang atau malam). Misalnya
untuk odalan yang jatuh pada hari Saniscara, maka dauh inti (waktu terbaik)
di kala siang adalah pukul 11.30 – 12.42, sedangkan di kalau malam pukul
22.18 – 23.30. Di luar waktu dauh inti itu apalagi sampai kelewatan, maka
“tegak odalan” di pura tersebut sudah bergeser ke hari lain atau moment
odalan saat itu tidak lagi berada di saat yang tepat (terbaik).

Apabila pernyataan di atas susah untuk dipahami, maka berikut


penjelasan singkatnya. Pada manusia, hari jadi atau ulang tahunnya
diperingati berdasarkan perhitungan saat kelahiran menurut penanggalan
(hari, tanggal, bulan dan tahun) tetapi untuk Pura, dilaksanakan berbeda.
Setiap pura merayakan odalan kecil setiap 210 hari sekali, atau setiap 7 bulan
dalam kalender masehi. Kalender Bali memiliki jumlah bulan dan jumlah hari
yang berbeda dengan kalender masehi.

Odalan besar memiliki siklus yang lebih lama. Setiap pura keluarga dan
pura banjar memiliki waktu perayaan odalan yang berbeda. Biasanya Odalan
kecil dialakukan setiap enam bulan sekali. Sedangkan Odalan besar bisa
dipersiapkan selama bertahun-tahun. Hal ini terjadi karena pada Odalan besar
memerlukan dana yang besar pula, sehingga pelaksanaannya tidak sesering
Odalan kecil. Suatu hal yang wajar apabila kita melihat upacara adat yang
berlangsung tiap dasawarsa ini berlangsung dengan meriah.

Pelaksanaan Odalan dilakukan di suatu Pura. Pada saat odalan, ada


banyak rombongan desa dari seluruh penjuru Bali menghadiri odalan di Pura
tersebut. Satu rombongan lengkap terdiri atas sekitar 20-30 kaum ibu yang
mengusung sesajen, plus sekelompok kaum pria yang memainkan gamelan
Bali. Sesajen yang diusung berupa buah-buahan tersusun dalam bentuk
kerucut setinggi sekitar 1 meter. Kaum ibu pembawa persembahan untuk
Odalan ini, berkebaya Bali dalam warna-warni yang menarik mata.

Piodalan Tentang piodalan tingkat nista, madya dan utama, untuk


pemerajan dan kahyangan tiga.
Tattwa (falsafah) Piodalan

48
1. Latar belakang yang mendorong adanya upacara piodalan bersumber
kepada ajaran Catur Marga:
a. Bhakti Marga.
b. Jnana Marga.
c. Karma Marga.
d. Raja Yoga Marga.
2. Piodalan adalah upacara pemujaan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi
Waça dengan segala manifestasinya lewat sarana pemerajan, pura,
kahyangan, dengan nglinggayang atau ngerekayang (ngadegang) dalam
hari- hari tertentu.
3. Kata piodalan berasal dan kata wedal yang artinya ke luar, turun atau
dilinggakannya dalam hal ini Ida Sang Hyang Widhi Waça dengan segala
manifestasinya menurut hari yang telah ditetapkan untuk pemerajan, pura,
kahyangan yang bersangkutan. Piodalan disebut juga petirtayan, petoyan,
dan puja wali.
Pola Upakara/ Upacara

1. Upakara/ upacara piodalan berwujud upakara/ upacara untuk ngerekayang


Ida Sang Hyang Widhi Waça dengan segala manifestasinya dengan itu umat
mewujudkan rasa baktinya.
2. Kerangka upakara/ upacara piodalan melambangkan:
1. Utama Angga (hulu).
2. Madhyama Angga (angga/ sarira).
3. Nistama Angga (suku/ delamakan).
3. Pelaksanaan upakara/ upacara piodalan nista, madya, utama, untuk
pemerajan dan kahyangan tiga tata urutan upacara piodalan:
1. Nuwur/ nurunang (Utpati).
2. Ngadegang/ nyejer (Sthiti).
3. Ngeluwurang/ nyimpen (Pralina).
4. Susunan/ tingkat upakara/ upacara sesuai dengan prasaran (tanpa
perubahan)
Dasar pelaksanaan(Çila Kramaning) Yadnya

49
Setiap yadnya (upacara agama) hendaknya dilaksanakan dengan dasar
hati yang suci, tulus ikhlas dradha matwang, tiaga dana, berlandaskan Tri
Kaya Parisudha.
Peringatan:

Setiap upakara/ upacara keagamaan adalah sakral, tidak layak jika


dipergunakan untuk kepentingan lain.
CATUR MARGA Dalam ajaran agama Hindu terdapat empat jalan untuk
mencapai kesempurnaan hidup lahir dan batin (Jagadhita dan Moksa) yang
disebut dengan Catur Marga. “Catur” artinya empat, “Marga” artinya jalan.

BHAKTI MARGA

Bhakti Marga adalah usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa dengan
jalan sujud bakti kepada Tuhan. Dengan sujud dan cinta kepada Tuhan
Pelindung dan Pemelihara semua makhluk, maka Tuhan akan menuntun
seorang Bhakta, yakni orang yang cinta, bakti dan sujud kepada- Nya untuk
mencapai kesempurnaan. Dengan menambah dan berdoa mohon
perlindungan dan ampun atas dosa- dosanya yang pernah dilaksanakan serta
mengucap syukur atas perlindungannya, kian hari cinta baktinya kepada
Tuhan makin mendalam hingga Tuhan menampakkan diri (manifest) di
hadapan Bhakta itu.

Tuhan memelihara dan melindungi orang yang beriman itu, supaya


hidupnya tetap tenang dan tenteram. Jalan yang utama untuk memupuk
perasaan bakti ialah rajin menyembah Tuhan dengan hati yang tulus ikhlas,
seperti melaksanakan Tri Sandhya yaitu sembahyang tiga kali dalam sehari,
pagi, siang, dan sore hari dan bersembahyang hari suci lainnya.

Karma Marga berarti jalan atau usaha untuk mencapai Jagadhita dan
Moksa dengan melakukan kebajikan, tiada terikat oleh nafsu hendak
mendapat hasilnya berupa kemasyhuran, kewibawaan, keuntungan, dan
sebagainya, melainkan melakukan kewajiban demi untuk mengabdi, berbuat

50
amal kebajikan untuk kesejahteraan umat manusia dan sesama makhluk.
Selain itu Karma Marga berhampiran inti ajarannya dengan Bhakti Marga,
yaitu mengarahkan segala usaha, pengabdian kebijaksanaan, amal dan
pengorbanan itu bukan dari dirinya sendiri melainkan dari Tuhan.

1. JNANA MARGA

Jnana Marga ialah suatu jalan dan usaha untuk mencapai jagadhita dan
Moksa dengan mempergunakan kebijaksanaan filsafat (Jnana). Di dalam
usaha untuk mencapai kesempurnaan dengan kebijaksanaan itu, para arif
bijaksana (Jnanin) melaksanakan dengan keinsyafan bahwa manusia adalah
bagian dari alam semesta yang bersumber pada suatu sumber alam, yang di
dalam kitab suci Weda disebut Brahman atau Purusa.

Di dalam Upanishad dijelaskan bahwa Brahman atau Purusa adalah


sebagai sumber unsur- unsur rohani maupun jasmani semua makhluk dan
sumber segala benda yang terdapat di alam ini. Brahman sebagai sumber
segala- galanya mempunyai kekuatan yang dapat dikatakan hukum kodrat,
atau sifatnya yang menyebabkan Brahman berubah menjadi serba segala,
rohaniah maupun jasmaniah (sekala- niskala). Menginsyafi bahwa segala
yang ada, rohani maupun jasmani, benda yang berwujud (Sthula) maupun
abstrak (suksma) bersumber pada Brahman, maka para bijaksana (Jnanin)
memandang bahwa semua benda jasmaniah (jasad) dan wujud rohani (alam
pikiran dan sebagainya) yang timbul dari Brahman adalah benda dan wujud
yang bersifat sementara (relatif). Hanya sumbernya yaitu Brahman (Siwa)
Yang Maha Agung yang sungguh- sungguh ada dan mutlak (absolut).
Dengan kebijaksanaan (Jnana) mereka dapat mencapai dharma yang
memberikan kebahagiaan lahir batin dalam hidupnya sekarang, di akhirat
(Swarga) dan dalam penjelmaan yang akan datang (Swarga Cyuta).
Andaikata rahmat melimpah akhirnya mereka dapat menginjak alam Moksa
yaitu kebahagiaan yang kekal, yang menyebabkan roh (Atma) bebas dari
penjelmaan.

51
2. RAJA YOGA MARGA

Raja Yoga Marga ialah suatu jalan dan usaha untuk mencapai Jagadhita
dan Moksa melalui pengabdian diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa yaitu
mulai berlangsung dan berakhir pada konsentrasi.
Dalam arti yang lebih luas yoga ini mengandung pengertian tentang
pengekangan diri. Dengan pengendalian diri yang ketat, tekun dalam yoga,
maka persatuan Atman dengan Brahman akan tercapai.

MOKSA (Keyakinan terhadap bersatunya Atman dengan Brahman).


Tujuan hidup umat Hindu ialah mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin
(moksartham jagadhita). Kebahagiaan batin yang tertinggi ialah bersatunya
Atman dengan Brahman yang disebut Moksa. Moksa atau mukti atau nirwana
berarti kebebasan, kemerdekaan atau terlepas dari ikatan karma, kelahiran,
kematian, dan belenggu maya/ penderitaan hidup keduniawian. Moksa adalah
tujuan terakhir bagi umat Hindu. Dengan menghayati dan mengamalkan
ajaran agama dalam kehidupan sehari- hari secara baik dan benar, misalnya
dengan menjalankan sembahyang batin dengan menetapkan cipta (Dharana),
memusatkan cipta (Dhyana) dan mengheningkan cipta (Semadhi), manusia
berangsur- angsur akan dapat mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi ialah
bebas dari segala ikatan keduniawian, untuk mencapai bersatunya Atman
dengan Brahman.

Bhagavad-Gita VII. 19: Artinya:


Bahunam janmanam ante
jnnanawan mam prapadyate
Wasudewah sarwam iti
sa mahatma sudurlabhah. Pada akhir dari banyak kelahiran orang yang
bijaksana menuju kepada Aku, karena mengetahui bahwa Tuhan adalah
semuanya yang ada.
Kebebasan yang sulit dicapai banyak makhluk akan lahir dan mati. serta
hidup kembali tanpa kemauannya sendiri. Akan tetapi masih ada satu yang
tak tampak dan kekal, tiada binasa dikala semua makhluk binasa. Nah, yang

52
tak tampak dan kekal itulah harus menjadi tujuan utama supaya tidak lagi
mengalami penjelmaan ke dunia, tetapi mencapai tempat Brahman yang
tertinggi.

Jika kita selalu ingat kepada Brahman, berbuat demi Brahman maka tak
usah disangsikan lagi kita akan kembali kepada Brahman. Untuk mencapai
ini orang harus selalu berusaha, berbuat baik sesuai dengan ajaran agamanya.
Kitab suci telah menunjukkan bagaimana caranya orang melaksanakan
pelepasan dirinya dari ikatan maya agar akhirnya Atman dapat bersatu
dengan Brahman (suka tan pawali duka), sehingga penderitaan dapat dikikis
habis dan tidak lagi menjelma ke dunia ini sebagai hukuman, tetapi sebagai
penolong sesama manusia, sebagai AWATARA.
BRAHMAN (Keyakinan terhadap Tuhan)
1. Agama Hindu mendidik umatnya untuk yakin akan adanya
kemahaagungan Sang Hyang Widhi Wasa. Tuhan merupakan sumber segala
yang ada di alam ini baik yang tampak nyata maupun yang abstrak (sekala –
niskala).
• Tuhan berada di mana- mana dan mengatasi segala keadaan, ada tanpa
diadakan atau ada karena mengadakan dirinya sendiri (Wibhu Sakti),
• Maha Pencipta (Krya Sakti), dan maha mengetahui segala- galanya (Jnana
Sakti).
• Brahman adalah Maha Esa, oleh karena itu agama Hindu adalah
Monotheisme.
Dalam menguasai alam semesta Tuhan Yang Maha Esa dikenal dalam
berbagai manifestasi sesuai fungsi dan kemahakuasaan- Nya dalam nama
“Dewa” (Dewa berasal dari kata Sanskerta DIW- Sinar).
Reg Weda Mandala I Sukta 164, mantra 46:
EKAM SAT WIPRA BAHUDA WADANTI, AGNIM YAMAM
MATARISWANAM. Tuhan itu hanya satu adanya, oleh para Resi disebutkan
dengan berbagai nama seperti: AGNI, YAMA, MATARISWAN.
Upanishad IV.2.1.
EKAM EWA ADWITYAM BRAHMAN Tuhan itu hanya satu tidak ada
duanya.

53
Narayana Upanishad.
NARAYANAD NA DWITYO ‘ASTI KASCIT. Narayana tidak ada dua- Nya
yang hamba hormati.

Banyak gelar lagi yang dipersembahkan oleh umat Hindu kepada Tuhan
Yang Maha Esa sebagai:
• Sang Hyang Parameswara (Raja Termulia),
• Parama Wisesa (Maha Kuasa),
• Jagad Karana (Pencipta Alam) dan lain- lainnya.

• Sebagai Pencipta Ia bergelar Brahma (Utpati),


• sebagai Pemelihara dan Pelindung (Sthiti) Ia disebut Wisnu dan
• dalam fungsi atau kekuasaan- Nya mengembalikan segala isi alam ini
kepada sumber asalnya (pralina) Ia bergelar Siwa.
Dalam ketiga gelar perwujudan inilah Ia disebut Tri Murti.

2 SIFAT – SIFAT TUHAN

Di dalam kitab Wrhaspatitattwa terdapat keterangan tentang sifat- sifat


Tuhan yang disebut Asta Sakti atau Astaiswarya yang artinya delapan sifat
kemahakuasaan Tuhan.
Wrhaspatitattwa sloka 14:
Anima laghimascaiwa mahima praptirewaca prakamyan ca isitwam ca
wasistwam yatrakama wasa yitwam
1 Hana Anima ngaranya Kesaktian Tuhan yang disebut Anima “Anu” yang
berarti “atom”. Anima dari Astaiswarya, ialah sifat yang halus bagaikan
kehalusan atom yang dimiliki oleh Sang Hyang Widhi Wasa.
2 hana Laghima ngaranya Kesaktian Tuhan yang disebut Laghima Laghima
berasal dari kata “Laghu” yang artinya ringan. Laghima berarti sifat- Nya
yang amat ringan lebih ringan dari ether.
3 hana Mahima ngaranya Kesaktian Tuhan yang disebut Mahima Mahima
berasal dari kata “Maha” yang berarti Maha Besar, di sini berarti Sang Hyang
Widhi Wasa meliputi semua tempat. Tidak ada tempat yang kosong (hampa)
bagi- Nya, semua ruang angkasa dipenuhi.

54
4 hana Prapti ngaranya Kesaktian Tuhan yang disebut Prapti Prapti berasal
dari “Prapta” yang artinya tercapai. Prapti berarti segala tempat tercapai
oleh- Nya, ke mana Ia hendak pergi di sana Ia telah ada.
5 hana Prakamya ngaranya Kesaktian Tuhan yang disebut Prakamya
Prakamya berasal dari kata “Pra Kama” berarti segala kehendak- Nya
selalu terlaksana atau terjadi.
6 hana Isitwa ngaranya Kesaktian Tuhan yang disebut Isitwa Isitwa berasal
dari kata “Isa” yang berarti raja, Isitwa berarti merajai segala- galanya,
dalam segala hal paling utama.
7 hana Wasitwa ngaranya Kesaktian Tuhan yang disebut Wasitwa Wasitwa
berasal dari kata “Wasa” yang berarti menguasai dan mengatasi. Wasitwa
artinya paling berkuasa.
8 hana Yatrakamawasayitwa ngaranya Kesaktian Tuhan yang disebut
Yatrakamawasayitwa Yatrakamawasayitwa berarti tidak ada yang dapat
menentang kehendak dan kodrat- Nya.

Kedelapan sifat keagungan Sang Hyang Widhi Wasa ini, disimbulkan


dengan singgasana teratai (padmasana) yang berdaun bunga delapan helai
(astadala). Singgasana teratai adalah lambang kemahakuasaan- Nya dan daun
bunga teratai sejumlah delapan helai itu adalah lambang delapan sifat agung/
kemahakuasaan (Astaiswarya) yang menguasai dan mengatur alam semesta
dan makhluk semua.

C. TINGKATAN PIODALAN

1. ODALAN TINGKAT SAYUT PENGAMBIYAN


- 1 dulang gebogan jaja uli, begina, satuh, tape, dll
- 1 dulang buah-buahan
- 1 dulang rayunan dan ulam dalam takir-takir
- Sayut banten
- Pengambyan
- Peras
- Sodan dan 1 tanding ketupat (anaman) kelanan
- Dapetan

55
- Sesayut Sidakarya
- Sesayut Sidapurna
- Sesayut Ibu sugih
- Pekumel
- Prayascita
- Arak,berem,asep
- Canang, kwangen, bunga

Banten yang munggah di pelinggih Ida Betara :


- Banten danan
- Pejrimpenan
- Sodan pekideh
- Canang
- Segehan

2. ODALAN TINGKAT UDEL KURENAN


- 1 soroh suci
- 1 jrimpen
- Sayut banten
- Pengambyan
- Peras
- Sodan + ketupat kelanan
- Dapetan
- Penyeneng
- Udel
- Kurenan
- Guru
- Pengiring
- Pengapit
- Sesayut Sidakarya
- Sesayut Sidapurna
- Sesayut Ibu sugih

56
- Sesayut sri sedana
- Sesayut gunung Raun
- Penyeneng gede
- Gebogan buah
- Gebagab jajan uli, begina
- Jajan seserodan
- Gebogan jajan basah
- Gebogan ajengan dilengkapi dengan ulamnya
- Pekumel bhatara
- Lis
- Prayascita
- Canang, bunga, kwangen
- Arak, berem, air, tirta asep dan pasepan

Banten yg munggah di pelinggih-pelinggih Ida Betara :


- Daksina linggih
- Banten danan
- Jrimpenan
- Yang penting-penting dapat munggah lekah
- Sodan pekideh

- Canang, pasucian
- Segehan

Banten yang munggah di pelinggih Ida Betara Surya :


- Banten pejati
- Peras
- Sodan + tipat kelanan
- Daksina

3. ODALAN TINGKAT PREGEMBAL


- 1 soroh suci

57
- Pregembal dan tatakannya
- Tempeh mesrobong
- Paso masrobong
- Pepletikan
- Sayut banten
- Pengambyan
- Peras
- Sodan + tipat kelanan
- Dapetan
- Penyeneng
- Udel
- Kurenan
- Guru
- Pengiring
- Pengapit
- Ancak
- Bingin
- Ungang
- Tagog
- Bulakan
- Pancoran
- Pengebek
- Tebasan Giri Kencana Muka
- Tebasan Betel Tingal
- Tebasan Merta Sari
- Sesayut Sidakarya
- Sesayut Sida Purna
- Sesayut Ibu sugih
- Sesayut Munggah Tapa
- Sesayut Ider Buana
- Sesayut Pegoyan
- Sesayut Mertha Dewa

58
- 1 soroh penyeneng gede
- 1 bh jerimpen
- 1 soroh lis senjata
- 1 pekumel
- 1 soroh prayascita
- 1 gebogan jaja uli, begina, tape, satuh dll
- 1 dulang jajan seserodan
- 1 gebogan jajan basah, lapis , bikang, bantal dll
- 1 gebogan buah-buahan
- 1 pajeg rayunan/ulam ebat-ebatan dan rerasmen dalam takir-takir
- Canang, bunga, kwangen
- Arak,berem, air dan asep
- Segehan
- Ulam banten (hiasan sesate yg ditusukkan pada 1 bh kelapa yg masih
ada sabutnya)

Banten di panggungan
- Tingkat Udel Kurenan
- 1 sorohan
- 3 soroh sesayut
- 1 buah penyeneng gede

Banten yg munggah di Surya


- Daksina linggih
- 1 soroh suci
- Peras
- Sodan + tipat kelanan
- 1 bh kelapa muda gading
- 1 tamas seserodan
- 1 tamas janur sancak
- Banten danan
- Pejrimpenan

59
- Canang aturan

Di pelinggih Bhatara yg utama :


- Daksina linggih
- 1 soroh suci
- Banten danan
- Pejrimpenan
- Sodan pekideh + tipat kelanan
- Canang pasucian

Di pelinggih yg lainnya – bawahan


- Daksina linggih
- 1 soroh lekah
- Banten danan
- Pejrimpenan
- Sodan pekideh + tipat kelanan
- Canang pesucian

4. ODALAN TINGKAT BEBANGKIT


- 2 soroh suci
- 1 soroh pregembal
- 2 soroh tempeh mesrobong
- 2 soroh paso masrobong
- 1 soroh pepletikan
- 1 soroh tanem tuwuh
- 1 bebangkit dengan tatakannya
- 1 soroh bebangkit
- 1 daksina gede
- 1 sorh jejeg urip
- 1 soroh sayut agung
- 1 pemugbug tumpeng lima
- 1 guru agung puncak manik

60
- 1 tumpeng tunjang langit
- 1 soroh banten guling
- 1 tunggul ulam bebangkit
- 1 soroh gelar sanga
- 2 soroh pengebek
- 2 soroh sayut banten
- 2 soroh pengambyan
- 2 soroh peras
- 2 soroh sodan + tipat kelanan
- 2 soroh dapetan
- 2 soroh penyeneng
- 2 soroh banten guru
- 2 soroh banten udel
- 2 soroh banten kurenan
- 2 soroh banten pengapit
- 2 soroh banten pengiring
- 1 soroh banten ancak
- 1 soroh banten bingin
- 1 soroh banten ungang
- 1 soroh banten tagog
- 1 soroh banten bulakan
- 1 soroh banten pancoran
- Tebasan Giri Kencana Muka
- Tebasan Betel Tingal
- Tebasan Mertha Sari
- Tebasan Gunung Raun
- Sayut Sidakarya
- Sayut Sida Purna
- Sayut Ibu Sugih
- Sayut Pagoyan
- Sayut Sri Sedana
- Sayut Candra Geni

61
- 1 soroh penyeneng gede
- 1 jrimpen
- 1 gebogan buah-buahan
- 1 gebogan jaja
- 1 tamas jajan saserodan
- 1 gebogan jajan basah
- 1 pajeg rayunan dan ulam ebat-ebatan
- 1 soroh lis senjata
- 1 soroh pekumel
- 1 soroh prayascita
- Canang, bunga, kwangen, bija, tirta
- Segehan

Banten yang munggah di panggung :


- 1 soroh pregembal lengkap
- 3 soroh banten sesayut
- 1 soroh-sorohan dll

Banten yg munggah di Surya :


- 1 bh kelapa gading yg di kasturi
- Daksina linggih
- Pesucian
- 1 soroh suci
- Banten danan dan pejrimpenan
- 1 soroh pejati
- 1 tamas seserodan
- 1 tamas sancak
- Dewa-dewi

Banten yg munggah di sor Surya :


- 1 soroh pejati
- 1 soroh glarsanga

62
Banten dihadapan Ida Sulinggih mapuja
- 1 soroh suci
- 1 tamas seserodan
- 1 soroh pejati dg sesari
- 1 besek buah-buahan
Dihaturkan sesudah selesai upacara

63
BAB V

PENUTUP

A KESIMPULAN

1. Pura Tanah Lot atau juga disebut Pura Luhur Tanah Lot adalah sebuah
tempat suci agama Hindu yang mempunyai keindahan yang natural. Pura
Tanah Lot merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan. Pura ini memiliki
ciri khas sebagai pura yang terletak di tengah laut (terletak sekitar 50 meter
dari pantai ketika pasang).
2. Para pelancong yang berkunjung ke Pura Tanah Lot hanya diperbolehkan
memasuki pelataran pura. Bahkan, bagi wanita yang sedang haid/datang
bulan dilarang untuk memasuki pura. Hal ini karena tempat tersebut
dianggap keramat, sehingga tidak semua orang boleh menjamah ruang
pemujaan di dalamnya. Hanya umat Hindu yang akan bersembahyang atau
melakukan ritual agama saja yang diperbolehkan memasuki tempat
pemujaan.
3. Odalan atau disebut juga piodalan pada hakikatnya adalah peringatan hari
kelahiran (hari jadi) sebuah pura, semacam perayaan ulang tahun kalau pada
manusia.
4. Upacara Odalan diselenggarakan dengan tujuan agar para umat selalu ingat
kepada para penciptanya, agar mau memberikan kontribusi untuk
masyarakat, bangsa dan negara.
5. Peringatan Odalan ditentukan berdasarkan perhitungan sasih atau wewaran
terutama memadukan sapta wara dan panca wara serta wuku. Jika
didasarkan atas perhitungan sasih maka umumnya selalu di kaitkan dengan
saat datangnya bulan sempurna (purnama). Sehingga odalan atau piodalan
yang berdasarkan sasih selalu mangambil saat purnama.

64
B. KESAN dan PESAN

1. Ikatan keluarga di Bali yang sangat kuat, seharusnya dapat dijadikan sebagai
contoh kepada suku atau masyarakat lain, sehingga mereka akan selalu ingat
dan menghargai leluhur mereka. Dengan ikatan keluarga yang sangat kuat
niscaya konflik akan dapat sedikit berkurang.

2. Pemerintah hendaknya memperkenalkan obyek wisata yang ada di Bali


secara menyeluruh pada wisatawan asing maupun lokal.

3. Masyarakat Bali diharapkan dapat memberkan pelayanan dan keramahan


kepada para pengunjung

4. Para wisatawan hendaknya dapat menjaga kebersihan dan keserasian tempat


wisata yang dikunjungi..

5. Penyediaan fasilitas yang memadai harus ditambah.

65
DAFTAR PUSTAKA

http://farnema.blogspot.co.id/2015/06/odalan-sebagai-upacara-adat-di-tanah-
lot_6.html

http://mawavi.blogspot.co.id/

https://www.facebook.com/KokonutSuitesHotel/posts/340381702705288

http://bebantenan.blogspot.co.id/2010/09/banten-piodalan-dewa-yadnya.html

https://dharmavada.wordpress.com/2009/10/05/upacara-dan-upakara-
piodalan-sederhana/

http://balinesetradition.blogspot.co.id/2013/12/tradisi-adat-bali-
piodalan.html

http://ferrycute87.blogspot.co.id/2012/09/jenis-jenis-upakara-piodalan-
alit_28.html

http://disbud.badungkab.go.id/pura-luhur-tanah-lot

https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-
instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-8#q=upacara+piodalan

http://hendrisblog.blogspot.co.id/2009/02/demografi-bali.html

https://www.google.co.id/search?q=BALI&oq=BALI&aqs=chrome..69i57j0l5
.2072j0j8&sourceid=chrome&es_sm=93&ie=UTF-
8#q=struktuR+TOPOGRAFI+pulau+bali

66
LAMPIRAN

67
68
69
70
71
72
73
74

Anda mungkin juga menyukai