Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KEGIATAN KARYAWISATA

ZIARAH DAN REKREASI KE YOGJAKARTA

LOGO MTS AL HIKMAH PASIR

Oleh :
Kelompok
1. Joko
2. bambang

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


MADRASAH TSANAWIYAH AL HIKMAH PASIR

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ziarah kubur ke makam para wali terdahulu di pulau Jawa adalah salah satu dari
kegiatan wisata religi yang diselenggarakan oleh yayasan Al – Bidayah Candi.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengunjungi, mendoakan, melantunkan ayat suci al –
Qur’an, bersholawat, membaca tahlil kepada para wali dan ulama’ terdahulu. Untuk
hukukm ziarah sendiri kubur adalah sunnah.
Selain melakukan ziarah ke makam para wali terdahulu sebagai wisata religi juga di
adakan studi wisata ke pulau Bali. Dengan mengunjungi ke beberapa tempat terkenal
di Bali. Kegiatan studi wisata selain untuk mengenal dan mempelajari budaya lain
juga sebagai pelepas penat dari semua kegiatan pembelajaran sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan wisata religi di pulau Jawa?
2. Bagaimana pelaksaan kegiatan studi wisata di pulau Bali?
1.3 Objek Wisata yang Dikunjungi

Wisata Religi penulis berziarah ke makam:

1. Sunan Kalijaga. 7. SyeikhonaKholil


2. Sunan Kudus.
Bangkalan Madura.
3. Sunan Bonang.
8. Sunan Ampel.
4. Sunan Dradjat.
9. Habib Ali Bin Umar Bin
5. Sunan Giri.
6. Sunan Gresik. Abu Bakar Bafaqih.
10. Abdurrahman Wahid.

Studi wisata penulis mengunjungi kebeberapa destinasi wisata di Bali seperti :

1. Tanah Lot. 3. Pantai Pandawa.


2. Pantai Kuta. 4. Pasar Sukowati.
2
5. Joger. 7. Pertunjukan Tari Barong
6. Bedugul.

1.4 Tujuan

3
Tujuan dari kegiatan wisata ini adalah :

1. Meningkatkan rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan


melakukan wisata religi yaitu berziarah kemakam para wali terdahulu diharapkan
penulis meningkatkan keimanan kepada Allah SWT.
2. Sebagai studi banding antara pikran penulis dengan keadaan sebenarnya,
dimaksud sebagai penulis yang hanya bisa membayangkan keadaan di pulau Bali
tanpa merasakan keadaan yang sebenarnya. Namun dengan adanya kegiatan ini
penulis dapat merasakan keadaan yang sebenarnya.
3. Mengenal budaya lain yang ada di luar jawa agar mendalami sifat toleransi
terhadap perbedaan. Dengan berinteraksi dengan masyarakat yang berbeda agama,
suku ras dapat melatih diri penulis untuk selalu bertoleransi dengan perbedaan yang
ada.
1.5 Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan karya tulis ini, metode yang digunakan penulis untuk

mengumpulkan data antara lain:


1. Metode Listening.
Yaitu mengumpulkan data sebanyak – banyaknya dengan mendengarkan penjelsan
pemandu wisata/ petugas yang berada di tempat wisata ataupun yang berada dalam
bus pariwisata yang penulis tumpangi. Untuk mepermudah memeroleh informasi
penulis mencatat beberapa yang dianggap atau merekamnya.
2. Metode Wawancara.
Yaitu mengumpukan data dengan cara mengajukan pertanyaan sebanyak mungkin
kepada pemandu wisata / petugas yang ada guna mendapatkan jawaban yang
sedetail mungkin.
3. Metode pengamatan langsung.
Yaitu mengumpulkan data dengan mengamati objek ke lokasi wisata yang dituju
secara langsung. Hal ini guna penulis benar – benar mengenal seluk – beluk dan
bentuk, keadaan lingkungan, masyarakat sekitar ataupun opini pengunjung lain
terhadap tempat yang diteliti.

4. Collecting method.
Yaitu dengan melakukan dokumentasi seperti foto pada objek objek tertentu yang
4
dirasa penting sebagai pendukung pembahasan laporan penulis, dan sebagai bukti
autentik penulis.
5. Metode literatur.
Dan metode yang terakhir penulis lakukan adalah dengan mencari artikel internet
dan sumber – sumber terkait dengan objek yang diteliti melalui ensiklopedia dan

5
brosur – brosur yang didapat selama perjalanan sebagai penunang serta pebanding

dengan yang sebenarnya.


1.6 Manfaat

Dari pelaksanaan wisata religi dn studi wisata ini serta penyusunan laporan ini dapat
diambil manfaat antara lain :

1. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.


2. Memperkuat iman kepda Allah SWT.
3. Melatih diri untuk bekerja sama khususnya saling menukar informasi antar

siswa dalam kelompok maupun di luar kelompok.


4. Menanamkan rasa tanggung jawab untuk menjalankan semua tugas yang

diberikan.
5. Disiplin waktu dalam menjalankan dan menyelesaikan tugas.
6. Berlatih menerima hal – hal baru.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ziarah Kubur itu sendiri terdiri dari 2 kata yaitu ziarah dan kubur, kata ziarah
sendiri bersal dari bahasa arab yaitu zara dari kata yazuru – zirayatan yang memiliki
makna mengunjungi. Dan kata kubur itu sendiri ialah makan atau tempat
disemahyamkannya orang yng sudah meninggal, sehingga pengertian ziarah kubur
adalah mengunjungi, mendo’akan mkam erabat, keluarga atau ara ulama’ yang
berpengaruh terhadap islam, di dalam ziarah tak hanya berkunjung tetapi juga
senantiasa melantunkan ayat suci al –Qur’an, berholawat, membaca tahlil, takmir,
takhmid dan takbir. saudara yang telah meninggal. Dengan tata cara mengucap saam
ketika akamn masuk ke makam atau kuburan. Hal tersebut sesuai dengan hadist
berikut ini ;

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu penduduk kubur dari


golongan yang beriman serta beragama islam. Dan kami insyaAllah juga akan
menyusul dibelakang serta kami memohon kepada Allah SWTagar kami begitupun
kamu dilimpahkan keselamatan oleh Allah SWT.” (HR. Ahmad, Muslim, dan
lainnya)

Adapun beberapa yang tidak diperkenankan atau tidak diperbolehkan pada ziarah
kubur baik itu pada saat kita berziarah ke makam Rasullullah ataupun ke maka wali
juga ke makam saudara yaitu :

 Mengusap – mengusap makam atau kuburan.


 Mencium makan atau thawaf mengelilingi makam.
 Memohon atau meminta kepada mayat serta membagi kekuasaan Allah SWT
dengan mayat tersebut.

Hukum berziarah kubur itu sendiri adalah sunnah. Manfaat Ziarah sendiri sangat
banyak diantaranya :

1. Ziarah akan menjadikan seseorang mengenal kematian.


2. Ziarah dapat dijadikan sebgai pelajaran sejarah.
3. Do’a di sekitar makam orang – orang shaleh atau wali diyakini memiliki

7
nilai mustajabah atau mudah dikabulkan oleh Allah SWT.

8
4. Memberikan ketenangan hati ketika berada di makam para wali saat

berdzikir.
5. Membangkitkan semangat untuk semakin meningkatkan ketaqwaan kepada
Allah SWT.

Studi Wisata, menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu Wisata Studi berarti
melakukan perjalanan wisata sambil belajar. Study Tour/studi wisata adalah kegiatan
wisata yang dilakukan dengan tujuan untuk menambah dan menumpuk pengetahuan
siswa. Wisata sendiri memiliki arti kegiatan yang dilakukan secara bersama oleh suatu
kelompk menuju suatu tempa baru, berupa perjalanan yang menyenangkan dan
memuaskan sehingga dapat menghibur hati, yang difasilitasi oleh pihak swasta
maupun pemerintah. Manfaat studi wisata sendiri yaitu :

1. Melatih rasa percaya diri.


2. Menimbulkan rasa bahagia.
3. Kembali meningkatkan kedekatan keluarga.
4. Mendapatkan teman baru.
5. Sebagai ajang relaksasi dari kepenatan kegiatan sekolah.

Pengertian Pulau Jawa


Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia dengan penduduk 136 juta, pulau ini
merupakan pulau berpenduduk terpadat di dunia dan merupakan salah satu wilayah
berpenduduk terpadat di dunia pulau ini dihuni oleh 60% penduduk Indonesia,
Jakarta terletak di Jawa bagian barat. Banyak sejarah Indonesia berlangsung di pulau
ini. Jawa dahulu merupakan pusat dari beberapa kerajaan hindhu, budha, kesultanan
islam, pemerintah kolonial Hindia-Belanda, serta pusat pergerakan kemerdekaan
Indonesia. Pulau ini berdampak sangat besar terhadap kehidupan sosial, politik,
ekonomi Indonesia.
Pengertian Pulau Bali
Secara etimologi, Bali artinya kembali atau pulang. Sedangkan yang bali disini

adalah salah satu pulau yang masuk dalam kawasan Indonesia bagian timur.
Bali adalah nama salah satu provinsi di indonesia dan juga merupakan nama pulau
yang terbesar yang menjadi bagian dari provinsi terbesar. Selain terdiri dari Pulau
Bali, wilayah provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil disekitarnya,

9
yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau
Serangan. Bali terletak Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah
Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas penduduk bali adalah
pemeluk agama hindhu. Di dunia bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan

10
keunikan berbagai hasil karya seni budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang
dan Australia. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.

11
BAB III
ISI

3.1 Persiapan
Tepat pukul 07.00 WIB tanggal 25 Januari 2017 seluruh siswa beserta guru
pendamping diwajibkan berkumpul di kampus Madrasah Aliyah Al – Bidayah
Candi, Bandungan. Kemudian rombongan sama – sama berkunjung ke makam
Mbah Bidayah yang letaknya berada di seberang kampus MA Al – Bidayah.
Disana rombongan bermaksud mendo’akan Mbah Bidayah dan juga memohon
keselamatan selama perjalanan kepada Allah SWT. Kemudian pukul 08.00 WIB
rombongan mulai memasuki bus yang sudah diatur tempat duduk yang sesuai
sebelumnya. Rombongan kemudian mulai berangkat menuju destinasi pertama
yaitu untuk berwisata religi ke makam para wali yang berada di jawa dan
beberapa makam penegak agama.
3.2 Studi Wisata Di Pulau Jawa
3.2.1 Ziarah ke makam Sunan Kalijaga

Tujuan rombongan untuk wisata religi kali ini adalah ke makam Sunan
Kalijaga. Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu – Selatan Demak.
Perjalanan ke makam beliau membutuhkan waktu sekitar 1 jam lebih 30
menit. Membahas soal diri beliau sangatlah banyak yang tentunya mneyimpan
banyak hikmah dan manfaat. Dialah “wali” yang namanya paling banyak
disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah
Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit,
Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah
nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden
Abdurrahman. Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga
yang disandangnya. Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal
dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di
Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati.

Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk

12
berendam (‘kungkum’) di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang

13
menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjuk
statusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan. Masa hidup Sunan Kalijaga
diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami
masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak,
Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada
1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan
Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan
Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah
satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus


sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik
berbasis salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih
kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Ia sangat toleran
pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika
diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap:
mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam
sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Maka ajaran Sunan
Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni
ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah
pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang
Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa
Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya
Sunan Kalijaga. Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati
di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati
Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede
– Yogya).

Setelah mendoakan beliau rombongan memulai perjalanan kembali


untuk menuju tujuan wisata religi selanjutnya yaitu ziarah ke makam Sunan
Kudus.

3.2.2 Ziarah ke makam Sunan Kudus

14
Lokasi selanjutnya yang rombongan tuju terletak di Jl. Menara No. 3 –
5, Kerjasan, Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Yaitu mengunjungi
akam Sunan Kudus. Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan
Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka.
Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir
yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat
menjadi Panglima Perang Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga.
Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti
Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru
pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara
penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan
mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-
menunjuknya.
Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan
memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur
masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang
melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan
Sunan Kudus. Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid
mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang
diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang
mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar
penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina”.
Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak
untuk menyembelih sapi.
Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut
disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti
kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001
malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus
mengikat masyarakatnya. Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan
Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang
Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan
Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.
Setelah mendoakan Sunan Kudus, rombongan langsung menuju
ketempat selanjutnya.

15
3.2.3 Ziarah ke makam Sunan Bonang

16
Setelah ke Kudus untuk mengunjungi makam Sunan Kudus,
rombongan menlanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya yaitu mengunjungi
makam Sunan Bonang. Makam Sunan Bonang teletak di Jl. Gajah Mada,
Sidorejo, Kec. Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Dimana seperti di
pembahasan sebelumnya bahwasannya Sunan Bonang dan Sunan kudus
memiliki hubungan keluarga. Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu
Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim.
Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng
Manila, puteri seorang adipati di Tuban Sunan Kudus banyak berguru pada
Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa
Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun
meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara
penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan
mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-
menunjuknya. Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan
memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur
masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang
melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan
Sunan Kudus. Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid
mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang
diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang
mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar
penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina”.
Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak
untuk menyembelih sapi. Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita
ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat
tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya
mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan
begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya. Bukan hanya berdakwah
seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah
menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak,
di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang,
Arya Penangsang.
3.2.4 Ziarah ke makam Sunan Drajat

17
Tujuan rombongan selanjutnya adalah mengujungi makam Sunan
Drajat yang terletak di Lamongan, Jawa Timur. Menurut sejarah nama
kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara
dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden
Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M Sunan Drajat mendapat tugas pertama
kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia
kemudian terdampar di Dusun Jelog –pesisir Banjarwati atau Lamongan
sekarang. Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke
selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama
Desa Drajat, Paciran-Lamongan. Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan
Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya
lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara
berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk. Maka ia
mengubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah “berilah tongkat
pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada yang telanjang’.
Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di
pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan fakir
miskin.
3.2.5 Ziarah ke makam Abdurrahman Wahid

Makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terletak di Pondok


Pesantren Tebuireng , Dusun Seblak, Desa Cukir, Kecamatan Diwek,
Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Menurut biografi beliau yang didapat di
berbagai sumber mengatakan bahwa Abdurrahman Wahid lahir pada 7
September 1940 di Denanyar, Jombang, Jawa Timur. Lahir dengan nama
Abdurrahman Addakhil, anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan
K.H. Wahid Hasyim dan Ny. Hj. Sholehah.Pernah pindah ke Jakarta dan
bersekolah di SD KRIS lalu pindah ke SD Matraman Perwari. Tahun 1954
pindah ke Yogyakarta dan mengaji kepada KH. Ali Maksum di Pondok
Pesantren Krapyak dan belajar di SMP. Setelah lulus, pindah ke Magelang
untuk memeruskan pendidikannya di Pesantren Tegalrejo. Tahun 1959 pindah
ke Jomabng dan masuk ke pesantren Tambakberas. Pernah mendapat beasiswa
di Universitas Al-Azhar, kairo, Mesir serta Universitas Baghdad. Pernah
berkeinginan masuk Univeritas Leiden, Belanda. Disini Gus Dur kecewa
18
karena pendidikannya di Universitas Baghdad kurang diakui. Gus Dur
bergabung dengan Dewan Penasehat NU (Nahdlatul Ulama) setelah ditawari
untuk ketiga kalinya oleh kakeknya. Dari sinilah gus Dur memulai aktifitasnya
dalam kancah politik Nusantara.

Setelah mendoakan beliau kami beristirahat sejenak dan menunaikan


sholat dhuhur disana. Kemudian langsung melanjutkan menuju ke tujuan
wisata religi yang masih di Jawa.

3.2.6 Ziarah ke makam Sunan Giri

Setelah melakukan sholat dhuhur dan melanjutkan perjalanan kembali


sampailah rombongan di Desa Blambangan, Kebomas, Gresik, Jawa Timur.
Disinilah makam Sunan Giri berada. Rombongan langsung memasuki area
makam dan mulai bersiap mendoakan beliau.

Menurut sejarah Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad


Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442
M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan
dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya–seorang
putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku
kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi
Meinsma). Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik
Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal
mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga
isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai. Sunan Giri kecil menuntut ilmu
di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga
belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu,
ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik.
Dalam bahasa Jawa, bukit adalah “giri”. Maka ia dijuluki Sunan Giri.
Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti
sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit
-konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan- memberi
keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun
berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton.

19
Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu

20
Satmata. Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa,
waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri
malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak.
Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari
pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi
keagamaan, se-Tanah Jawa. Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah
seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih
menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18. Para santri
pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai
pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa
Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua
sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau. Dalam
keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih.
Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta
karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir
dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending
Asmaradana dan Pucung lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran
Islam.

3.2.7 Ziarah ke makam Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

Setelah berkunjung ke makam Sunan Giri, tujuan Rombongan


selanjutnya yaitu berkunjung ke makam unan Gresik diama masih dalam areal
Gresik tepatnya di Jl. Raden Santri, Kebungson, Kec. Gresik, Kabupaten
Gresik, Gresik, Jawa Timur.

Menurut catatan sejarah nama lainnya adalah Sunan Maulana Malik


Ibrahim. Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy
diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14.
Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti
pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi
Asmarakandi Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh
Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara
dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari
Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama
21
Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand.
Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina
Husein, cucu Nabi Muhammad saw. Maulana Malik Ibrahim pernah
bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun
1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka
adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha
alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu,
tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan
keluarganya. Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai
beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo,
daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo
sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota
Gresik. Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang
dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok
dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga
menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib,
kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari
Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya. Kakek
Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul
masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah
misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika
itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan
menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana
Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik,
Jawa Timur.
3.2.8 Ziarah ke makam Syeikhona Kholil Bangkalan

Tujuan rombongan selanjutnya yaitu berada di Madura. Mengunjungi


makam pemuka agama terdahulu yaitu Syeikhona Kholil Bangkalan. Makam
Muhammad Kholil terletak di Desa Martajasah, Kabupaten Bangkalan.
Makam besar umat Islam di era Wali Songo terletak 2 km dari pusat kota dan
bersebelahan dengan pantai Sambilangan. Kh. Moh. Kuburan Cholil telah
banyak dikunjungi ziarah dari berbagai daerah. KH. Moh. Kholil dikenal
sebagai Waliullah dan sebagai guru besar orang suci di negara ini, sebagai
22
konsep gagasan atau pembentukan 'Nahdatul Ulama', melalui kedua muridnya,
mereka; KH. Hasyim Asyari (almarhum), kakek Presiden keempat Indonesia
yaitu KH. Abdurahman Wahid, dan Kh. As'ad Syamsul Arifin (almarhum),
pendiri 'Pondok Asem Bagus'. Ulama besar yang masih mempunyai pertalian
darah dengan Sunan Gunung Jati dari sang ayah, yaitu KH. Abdul Lathif
setelah dididik dasar-dasar ilmu agama oleh ayahnya memutuskan untuk
memperdalam ilmu agama ke sejumlah pesantren di Bangkalan. Di antaranya
adalah Tuan Guru Dawuh di Desa Majaleh, Bangkalan yang terkenal metode
pengajaran yang unik, di mana dalam memberi pelajarannya tidak harus
menetap di pesantren. Kadang memberi pelajaran sambil berjalan mengelilingi
Kota Bangkalan, terkadang di bawah pohon, di pinggir sungai atau di atas
bukit. Selanjutnya Syech Kholil atau Syaikhona Kholil berguru kepada Tuan
Guru Agung atau Bhujuk Agung. Pengajaran beliau tidak terbatas hanya teori
dalam ilmu lahir dan batin tetapi memadukan secara bersama antara teori dan
praktek.
Semasa hidupnya, Kyai Muhammad Kholil tidak hanya banyak
menimba ilmu di pesantren di Indonesia melainkan juga di jazirah Arab.
Cerita-cerita dari beliau saat menimba ilmu lah yang banyak dipakai oleh
berbagai pesantren sebagai inspirasi dan motivasi.
Beliau wafat di umur yang sangat senja yaitu tepatnya umur 106 tahun
pada tanggal 29 Ramadan 1341 Hijrah, bertepatan dengan tanggal 14 Mei
1923 Masehi dan di makamkan di pemakaman umum desa Martajasah, sebuah
desa di sisi barat kota Bangkalan. Karena karomahnya yang terkenal inilah
makam beliau banyak dikunjungi para peziarah dari dalam maupun dari negeri
tetangga. Tercatat hampir tiap hari sekitar ratusan orang bisa
mendatangi Makam Muhammad Syaikhona Kholil.
Masjid yang dibangun pada pertengahan tahun 2005 tepat di samping
pesantrennya ini semenjak selesai dibangun telah menjadi salah satu ikon
wisata religi yang sangat terkenal di pulau Madura. Di area pemakaman
tersebut juga ada beberapa makam lain yang bisa dijadikan tujuan ziarah, yaitu
makam dari ayahanda Muhammad Kholil, Abdul Lathif yang terletak 100
meter dari makam Kyai Kholil.

3.2.9 Ziarah ke makam Sunan Ampel

23
Tujuan selanjutnya dan tempat terakhir dijawa yang dikunjungi adalah
makam Sunan Ampel. Menurut kisah Sunan Ampel yang beredar Ia putera
tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan
Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di
Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama
tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta,
wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang)
Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada
tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum
ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang,
kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit
menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang
dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri
Kertawijaya.

Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari


perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang
menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika
Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan,
Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia
pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja
Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M. Di Ampel Denta yang
berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun
mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat
sekitarnya.

Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra


pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan
mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah.
Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai
pelosok Jawa dan Madura. Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi.
Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang
menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan
istilah “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh
madon). Yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak

24
mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina.” Sunan Ampel
diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah
barat Masjid Ampel, Surabaya.

3.3 Studi Wisata Di Pulau Bali

Pada 27 Januari 2017 rombongan telah merapungkan study wisata di pulau


Jawa, setelah mengunjungi makam para wali di pulau Jawa, rombongan dilanjutkan
menuju tempat yang selanjutnya yaitu di pulau Bali. Untuk sampai ke pulau Bali
dari Banyuwangi rombongan harus menaiki kapal di pelabuhan Ketapang.
Rombongan diarahkan untuk menaiki kapal. Kemudiian rombongan sampai ke
pelabuhan Gilimanuk di Bali pada tanggal 28 januari 2017 dan langsung ke tempat
tujuan selanjutnya.

3.3.1 Ziarah ke makam Habib Ali Bin Umar Bin Abu Bakar Bafaqih
Siapa yang sangka ternyata Bali yang di juluki Pulau Dewata ternyata
menyimpan khasanah dakwa Islam. Kalau di Pulau Jawa terkenal dengan
sebutan Wali Songo (sembian Wali) yang merupakn penyebar Islam Di
Nusantara, di Bali disebut Wali Pitu (Tujuh Wali) siapa saja wali pitu yang ada
di bali ? Mas Sepuh Raden Raden Amangkuningrat di Kabupaten Badung,
Chabib Umar Bin Maulana Yusuf Al Magribi di Tabanan, Chabib Ali Bin abu
Bakar Bin Umar Bin Abu Bakar Al Khamid di Klungkung, Habib Ali Zaenal
Abidin Al Idrus di Karangasem, Syech Maulana Yusuf Al Baghdi Al Magribi
di Karangasem, The Kwan Lie di Buleleng, dan Habib Ali Bin Umar Bin Abu
Bakar Bafaqih di Jembrana.

KH. Habib Ali Bafaqih dilahirkan dari pasangan Habib Umar dan
Syarifah Nur, Beliau lahir pada tahun 1890 di Banyuwangi. Menjelang usia 20
tahun, atau sekitar tahun 1910, Sayyid Ali “berlayar” ke tanah suci Mekah
untuk memperdalam ilmu agamanya. Keberangkatan ke Mekah ini atas
“sponsor” Haji Sanusi, ulama terkemuka di Banyuwangi pada masa itu. Beliau
mukim di Siib Ali (Mekah) lebih kurang tujuh tahun lamanya. Sepulang dari
Mekah, Habib Ali kembali ke tanah air dan menambahkan ilmunya di Pondok
pesantren di Jombang yang di asuh oleh Kyai Wahab Abdullah. Selain
mendalami ilmu Al Quran di waktu mudanya beliau dikenal sebagai pendekar

25
silat yang sangat tangguh.Jauh sebelum beliau mendirikan Pondok Pesantren

26
“Syamsul Huda” di Loloan Barat Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana,
Beliau mengajar di Madrasah Khairiyah selama setahun di daerah
kelahirannya Banyuwangi. Perjalanan ke Bali beliau lakukan perjalan ini atas
permintaan Datuk Kyai Haji Mochammad Said, seorang ulama besar di
Loloan. Mulailah Syiar Islam berbinar di Loloan dengan makin bertambahnya
ulama setingkat Kyai Sayyid Ali Bafaqih.

Baru pada tahun 1935 beliau mendirikan Pondok Pesantren Syamsul


Huda yang kini telah meneteskan ribuan ulama, da’i dan ustazah. Para santri
datang dari berbagai pelosok desa di tanah air. Mereka belajar membaur
dengan kehidupan masyarakat Loloan yang sejak ratusan tahun lalu telah
dikunjungi oleh ulama-ulama tangguh dari berbagai daerah.Tak terkecuali
ulama besar dari Trengganu (Malaysia) yang meninggalkan negerinya lalu
hijrah ke Loloan sekitar awal abad 19.

KH. Habib Ali Bafaqih wafat pada tahun 1997 pada usia 107 tahun.
Karena perjuangan dan kegigihanya untuk menyebarkan atau mensyiarkan
agama Islam dan juga ketinggian ilmunya maka beliau dianggap sebagai salah
satu “Wali Pitu” yang ada di Bali. Kini Makam beliau banyak di kunjungi atau
diziarahi orang dari berbagai pelosok negeri mulai dari Jakarta, Bandung,
Lampung, tak kurang dari 10 Bus pariwisata yang datang ke Loloan. Syiar
Islam di Bali pada masa silam telah meninggalkan sejumlah “Karya Besar”
yang pada masanya kini dapat dijadikan landasan kikih bagi syiar Islam di
masa-masa yang akan datang. Kampung Loloan telah menjadi legenda syiar
Islam yang tetap hidup di Bali.

Makam Habib Ali beralamat Jln. Nangka No. 145 di Desa Loloan
Barat Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana. Beliau di makamkan di Area
Pondok Pesantren “Syamsul Huda” .

3.3.2 Tanah Lot

Pada tanggal 28 Januari 2017 rombongan telah sampai di objek wisata


Tanah Lot. Rombongan dilanjut dengan berkeliling area wisata Tanah Lot.
Tanah Lot berada di Desa Beraban, kecamatan Kediri, sekitar 13 km arah barat
kabupaten Tabanan atau 30 menit dari Kuta. Tanah Lot adalah sebuah objek
27
wisata di Bali, Indonesia. Di sini ada dua pura yang terletak di di atas batu
besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing
mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura
Sad Kahyangan, yaitu pura-pura yang merupakan sendi-sendi pulau Bali. Pura
Tanah Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut.
Pura Tanah Lot dibangun oleh seorang pendeta asal Jawa Timur bernama
Danghyang Nirartha yang tengah menuju ke arah timur untuk menyebarkan
ajaran Hindhu. Dalam usahanya itu Danghyang Nirartha tiba di sebuah pantai
di Bali yang di depannya terdapat sebuah pulau kecil terbentuk dari tanah
parangan dan bebatuan keras dibawahnya. Di pantai itulah Danghyang Nirartha
menyempatkan diri untuk singgah sebelum melanjutkan perjalanannya ke
daerah Badung. Selain itu Danghyang Nirartha juga sempat menyampaikan
ajaran agamanya kepada para nelayan setempat agar mereka dapat hidup
bahagia dan sejahtera. Singkat cerita, sepeninggal Danghyang Nirartha para
nelayan yang sudah tercerahkan imannya bersepakat untuk membangun sebuah
bangunan suci yaitu pura sebagai tempat untuk memuliakan dan memuja
Sanghyang Widi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Pura tersebut kemudian diberi
nama Tanah Lot yang berarti tanah di tengah laut. Setelah puas menikmati
keindahan Tanah Lot kemudian kita makan pagi prasmanan di Pusat Oleh-oleh
Agung Bali.

3.3.2 Pantai Kuta

Tempat wisata selanjutnya adalah Pantai Kuta. Kuta adalah sebuah


tempat pariwisata yang terletak disebelah selatan Denpasar, Ibu kota Bali,
Indonesia. Kuta terletak di kabupaten Badung, daerah ini merupakan sebuah
tujuan wisata turis mancanegara, dan telah menjadi objek wisata andalan pulau
Bali. Untuk menuju ke Pantai Kuta kita harus naik angkutan umum karena jika
kita menggunakan bus, jalur dan jalan raya yang tidak memungkinkan alias
sempit. Sebelum menjadi objek wisata, Kuta merupakan sebuah pelabuhan
dagang. Dimana produk dari local di perdagangkan kepada pembeli dari luar
Bali. Sejak awal 70-an pantai Kuta sering disebut sebagai pantai Matahari
terbenam (sunset beach) sebagai lawan dari pantai Sanur. Namun saat kami di
Pantai Kuta kami tidak sempat melihat matahari terbenam karena masih ada
28
tempat tujuan terakhir kita yaitu Dewata. Menurut guide kami, di Kuta
biasanya banyak wisatawan asing yang menikmati sinar matahari, maupun
bersantai menikmati pemandangan alam. Kami tidak hanya menikmati
pemandangan pantai yang sangat indah, namun kami melihat banyak sampah-
sampah di tepi pantai. Tak lupa kami di sana juga mengambil berberapa foto.

3.3.4 Pantai Pandawa

Selanjutnya kami menuju ke Pantai Pandawa. Semula Pantai Pandawa


dikenal sebagai Secret Beach, karena lokasinya tersembunyi di balik deretan
perbukitan batu yang hanya ditumbuhi semak-belukar. Secret Beach, menurut
beberapa warga Desa Kutuh, sudah lama dikenal. Sayang akses yang cukup
sulit menuju lokasi, membuat pantai ini sepi pengunjung. Meskipun ada, itu
pun kebanyakan para peselancar asing dan domestik yang berkunjung.
Untungnya, Pemkab Badung menyadari potensi wisata yang dimiliki pantai
Pandawa. Alhasil kini akses menuju kesana semakin mudah untuk dilalui
kendaraan.

Sejak memasuki kawasan wisata ini, kami di buat terkagum-kagum


oleh indahnya pemandangan tebing dipapas tegak, sebagian berundak, di
kanan-kiri jalan. Sekitar 1,5 km jalan menuju pantai ini dipagari tebing-tebing
kapur yang menjulang tinggi. Jalan tersebut memang sengaja dibuat dengan
membelah bukit-bukit kapur yang ada di Desa Kutuh, mirip bukit kapur yang
dibelah di GWK. Mendekati pantai, tebing-tebing kapur tersebut dilubangi dan
diukir patung tokoh Pandawa Lima dalam Kisah Mahabharata yang terdiri dari
Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.
Pemandangan di Pantai Pandawa begitu elok. Pasirnya putih
membentang dan lautnya begitu biru dengan gelombangnya yang tampak
berlarian menuju bibir pantai. Kami menikmati keindahan pantai ini dari
pinggiran sambil berfoto-foto. Pantainya yang bersih, pasirnya yang putih,
serta air lautnya yang berwarna biru cerah membuat rasa ingin berlama-lam di
pantai pandawa untuk menikmati keindahannya, tetapi karena kami masih
akan melanjutkan perjalanan dan cuacanya cukup panas di sana, kami
kemudian kembali ke bus.

29
3.3.5 Joger

30
Keesokan harinya setelah sarapan, kami berkunjung ke pusat oleh-oleh
terkenal Joger, yaitu pusat kata-kata Bali. Pemiliknya, Joseph Theodorus
Wulianadi, beliau memberikan nama Joger karena atas dasar nama
gabungannya dengan sahabatnya ”Gerard”. Modal untuk memulai usaha ini
didapat dari hadiah pernikahan Bapak Joseph di tahun 1981 dari Bapak
Gerard.Yang paling menarik memang kata-kata di Joger ini yang nyeleneh dan
pasti membuat para pengunjung yang datang senyum-senyum sendiri. Ketika
masuk ke ruangan dalam, kami diberikan stiker yang ditempelkan di baju kami
yang bertuliskan “VIP” yang merupakan singkatan dari “Very Iseng Person”.
Disana kami dapat berbelanja, seperti kaos, sandal, tas, jacket dll. Disana
sangatlah ramai dan benar-benar padat. Antri kasir saja sangat panjang
layaknya kereta api. Soal harga tidak perlu ditanyakan lagi sudah pasti mahal-
mahal.Wajar sekali kalau barang –barang disana mahal karena sesuai dengan
kualitasnya. Selain itu Joger mempunyai cabang atau yang disebut teman Joger
di Baturiti.

3.3.6 Danau Bedugul

Setelah berkunjung ke Joger kami melanjutkan perjalanan menuju


Danau Bedugul. Sampainya di bedugul kami menikmati makan siang dan
sholat dhuhur dan ashar dijamak. Wisata Danau Bedugul / Beratan Bali
merupakan sebuah tempat di Bali yang terletak di daerah pegunungan yang
memiliki suasana sejuk dan nyaman, kita dapat menikmati keindahan danau
Beratan dan pura Ulun Danu, terletak di desa Candi Kuning, Kecamatan
Baturiti, Tabanan. Terletak di dataran tinggi, yangg menyebabkan objek wisata
ini sangat sejuk dan kadang-kadang diselimuti kabut tebal. Keindahan alam
pegunungan dan danau Beratan yang bersih di tengahnya ada sebuah pura ulun
Danau yang merupakan tempat pemujaan kepada sang Hyang Dewi Danau
sebagai pemberi kesuburan.

Bedugul berasal dari kata Bedogol. Bedugul ini adalah danau beratan yang
paling dangkal, di daerah danau Bedugul ini banyak terdapat hasil pertanian.
Hasil pertanian disini yang paling banyak dijumpai adalah buah buahan dan
sayuran. Banyak jenis buah-buahan disini diantaranya adalah buah markisa,
31
buah anggur, dan buah manila.

32
Bedugul itu sebenernya nama sebuah desa. Namun orang sering salah kaprah
dengan kata Bedugul. Ada yang bilang Bedugul itu nama danau, nama pura
sampe nama pasar. Anggapan itu muncul mungkin karena selain sebagai
sebuah desa, Bedugul juga adalah sebuah kompleks. Dalam sebuah area yang
kurang lebih berdiameter 5 km, ada beberapa macam tempat yang nyaman buat
dikunjungi. Dimulai dari Desa Bedugul sendiri, Kebon Raya, lalu Danau
Beratan (danau terbesar kedua di bali), Pura Ulun Danu, sampai Pasar
Tradisional. Kebon Raya yang ada disini lumayan luas. Di sini terdapat
beratus-ratus spesies tumbuhan, mulai dari yang indah-indah seperti bunga
mawar.

3.3.7 Desa Adat

Pada hari terakhir kami di Bali, kami setelah makan pagi serta membereskan
barang-barang bawaan dan cekk-out dari hotel, kami pergi ke Desa Adat untuk
menyaksikan Tari Barong. Tari Barong dan Keris adalah suatu tarian yang
menggambarkan pertarungan antara kebaikan melawan kejahatan. “Barong”
adalah makhluk mithologi yang mewakili kebaikan dan makhluk yang
menggambarkan kejahatan adalah “Rangda”. Tarian barong dan Keris dibagi
menjadi lima babak. Berikut adalah cerita dari tarian “Barong dan Keris”.
Munculah dua orang penari, mereka ini adalah pengikut setia dari Rangda
yang sedang mencari para pengikut Dewi Kunti dimana mereka sedang dalam
perjalanan untuk menemui sang patih. Begitu pengikut Dewi Kunti ini tiba
ditujuan mereka, salah satu dari pengikut Rangda berubah wujud menyerupai
bentuk Rangda dan memasukkan roh jahat kepada para pengikut Dewi Kunti
menyebabkan mereka berhasil bertemu Sang Patih. Tidak sadar akan
perubahan yang dialami oleh para pengikut Dewi Kunti. Sang Patih bersama-
sama dengan mereka menghadap Dewi Kunti.Dewi Kunti bersama denagn
anaknya sahadewa. Dewi Kunti telah berjanji kepada Rangda untuk
menyerahkan sahadewa sebagai korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak rela
mengorbankan anaknya Sahadewa kepada Rangda. Tetapi dengan ilmu sakti
yang dimiliki Rangda dengan bujukan para pengikut Dewi Kunti yang sudah
kerasukan roh jahat. Rangda bisa mempengaruhi pikiran dan akal sehat Dewi
Kunti sehingga Dewi Kunti tiba-tiba marah dan menjadi benci denagn
33
anaknya Sahadewa. Dewi Kunti memberikan perintah kepada sang Patih untuk
membuang Sahadewa kedalam hutan. Sang Patih tidak membantah karena
dirinyapun sudah dipengaruhi oleh ilmu jahat Rangda. Sahadewa diikat
dibawah pohon besar didalam hutan dan ditinggal sendirian. Tiba-tiba turunlah
Batara Siwa dari kahyangan. Merasa iba akan kondisi Sahadewa Batara Siwa
pun menganugerahkan ilmu kepada Sahadewa. Rangda yang kemudian dating
untuk mencabut nyawa sahadewa tidak sadar akan anugerah yang diberikan
oleh Batara Siwa berusaha mengoyak-oyak, mencabik dan membunuh, namun
sia-sia. Putus asa karena tidak berhasil membunuh sahadewa, rangda pun
menyerah dan memohaon ampun kepada sahadewa. Permintaan ini dipenuhi
sahadewa dan sang Rangda mendapat pengampunan. Kalika adalah murid
Rangda yang paling sakti.Kalika bermaksud menghadap sahadewa untuk
memohon pengampunan tetapi sahadewa menolak lalu murkalah kalika dan
mengajak Sahadewa untuk berduel.Singkat cerita, kalika berubah wujud
nenjadi Rangda.Karena saktinya Rangda ini sahadewa pun kewalahan
melawannya. Mereka terus bertempur sampai ada yang kalah. Tetapi sama
saktinya tidak ada yang menang ataupun kalah sehingga pertarungan inipun
menjadi abadi dan dimana ada kejahatan disitu pula akan ada kebaikan.

Itulah cerita dari tari barong yang kami saksikan di desa adat. Dan di akhir
pertunjukam kita dapat berfoto dengan para memain di dalam tari barong
tersebut dan setelah berfoto kita dapat memberikan uang sebagai imbalan telah
berfoto.
3.3.8 Pasar Sukowati
Tujuan terakhir adalah Pasar Tradisional Sukowati. Di Sukowati kita
membeli barang dapat menawar. Para pedagang biasanya akan membuka
harga tinggi. Jangan pakai ragu, langsung saja tawar. Jika kita ragu dalam
menawar maka kita akan terjebak dengan harga pakaian yang sangat mahal.
Dan kita akan merasa menyesal jika mendapat baju dengan harga yang sangat
mahal karena sebenarnya kita masih dapat menawarnya dengan harga yang
lebih murah.
Setelah puas berbelanja, rombongan melanjutkan perjalanan pulang ke
Semarang. Robongan kembali tiba di penyeberangan dermaga Gilimanuk Bali.
Sekitar pukul 10.44 WIB kami sampai di dermaga Feri Ketapang,
Banyuwangi.
34
3.4 Pulang

Pada hari terakhir tanggal 29 Januari 2017 tepatnya pukul 10.44 WIB
rombongan kami sampai di dermaga Feri Ketapang, Banyuwangi. Rombongan
melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Bandungan, Semarang dan kerumah
masing – masing. Dan rombongan sampai ke Bandungan, Semarang pada
pukul 22.00 WIB dengan selamat.

35
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan

Kesimpulan Dari Kegiatan Ziarah Dan Studi Wisata Ke Jawa – Bali adalah
sebagai berikut:

a. Jawa memiliki banyak destinasi untuk berwisata tak terkecuali wisata


religi dengan banyak para wali yang dimakamkan di pulau Jawa.
b. Di pulau Jawa ada banyak sekali sejarah yang tersimpan dari para

penegak islam terdahulu yang patut untuk di ketahui.


c. Bali memiliki banyak objek wisata untuk dikunjungi, dan tiap-tiap objek

wisata memiliki daya tarik tersendiri.


d. Di Bali ada banyak toko sourvenir/oleh-oleh yang menyediakan berbagai
macam kerajinan seni, makanan dan minuman khas Bali, sampai barang
kebutuhan sehari-hari seperti baju, sandal dan lain-lain juga tersedia.
e. Kebudayaan, adat, dan tradisi yang ada Bali dijaga kelestariannya oleh
pemerintah bersama-sama dengan masyarakat, karena ini merupakan
salah satu pendukung sektor pariwisata di Bali.
f. Secara keseluruhan Kegiatan Ziarah Dan Studi Wisata Ke Jawa – Bali
Sangatlah Menyenangkan, kami mendapat banyak informasi,
pengetahuan, dan wawasan tentang sejarah para wali terdahulu serta
tentang pulau Bali dan segala tempat menarik yang ada didalamnya yang
sangat bermanfaat.
2. Saran
a. Peningkatan kualitas layanan selama perjalanan perlu ditingkatkan agar
kegiatan ini pada tahun-tahun selanjutnya menjadi lebih berkesan bagi
para peserta.
b. Sebaiknya pemerintah Bali lebih memperhatikan tempat ibadah muslim
di setiap ojek wisata, kebanyakan sudah ada fasilitas ini, namun kurang
memadai.

36
DAFTAR PUSTAKA

Astika, Ketut Sudhana. 1999. Analisis Kebudayaan. Jakarta : Depdikbud.

Fatah, syukur. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Semarang : PT. Pustaka Rizki
Putra.

Http://kisah-kisahwalisongo.blogspot.com/2012/01/sunan-bonang.html
Https://shameedalfarch.wordpress.com/2013/04/10/biografi-singkat-wali-songo/
Http://tigapuluh-tujuh.blogspot.co.id/
Http://walisongolamteng.blogspot.co.id/2013/09/cerita-singkat-perjalanan-9-
wali.html
Https://id.wikipedia.org/wiki/Bali
Https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa

37
LAMPIRAN

Sunan Gresik Sunan Ampel Sunan Giri

Sunan Bonang Sunan Kalijaga Sunan Dradjat

Sunan Kudus KH. Abdurrahman


38 Muhammad Kholil
Wahid Bangkalan Al-Maduri
Makam Sunan Maulana Malik
Ibrahim
Area depan makam sunan
Bonang

39
Area makam
SunanMKakalaimjagSaunan Giri

H. Makam
AMbdakuarrmah
K amtaaun Syaikhona
Wahid Kholil.

Anda mungkin juga menyukai