Oleh :
Kelompok
1. Joko
2. bambang
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Tujuan
3
Tujuan dari kegiatan wisata ini adalah :
4. Collecting method.
Yaitu dengan melakukan dokumentasi seperti foto pada objek objek tertentu yang
4
dirasa penting sebagai pendukung pembahasan laporan penulis, dan sebagai bukti
autentik penulis.
5. Metode literatur.
Dan metode yang terakhir penulis lakukan adalah dengan mencari artikel internet
dan sumber – sumber terkait dengan objek yang diteliti melalui ensiklopedia dan
5
brosur – brosur yang didapat selama perjalanan sebagai penunang serta pebanding
Dari pelaksanaan wisata religi dn studi wisata ini serta penyusunan laporan ini dapat
diambil manfaat antara lain :
diberikan.
5. Disiplin waktu dalam menjalankan dan menyelesaikan tugas.
6. Berlatih menerima hal – hal baru.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ziarah Kubur itu sendiri terdiri dari 2 kata yaitu ziarah dan kubur, kata ziarah
sendiri bersal dari bahasa arab yaitu zara dari kata yazuru – zirayatan yang memiliki
makna mengunjungi. Dan kata kubur itu sendiri ialah makan atau tempat
disemahyamkannya orang yng sudah meninggal, sehingga pengertian ziarah kubur
adalah mengunjungi, mendo’akan mkam erabat, keluarga atau ara ulama’ yang
berpengaruh terhadap islam, di dalam ziarah tak hanya berkunjung tetapi juga
senantiasa melantunkan ayat suci al –Qur’an, berholawat, membaca tahlil, takmir,
takhmid dan takbir. saudara yang telah meninggal. Dengan tata cara mengucap saam
ketika akamn masuk ke makam atau kuburan. Hal tersebut sesuai dengan hadist
berikut ini ;
Adapun beberapa yang tidak diperkenankan atau tidak diperbolehkan pada ziarah
kubur baik itu pada saat kita berziarah ke makam Rasullullah ataupun ke maka wali
juga ke makam saudara yaitu :
Hukum berziarah kubur itu sendiri adalah sunnah. Manfaat Ziarah sendiri sangat
banyak diantaranya :
7
nilai mustajabah atau mudah dikabulkan oleh Allah SWT.
8
4. Memberikan ketenangan hati ketika berada di makam para wali saat
berdzikir.
5. Membangkitkan semangat untuk semakin meningkatkan ketaqwaan kepada
Allah SWT.
Studi Wisata, menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu Wisata Studi berarti
melakukan perjalanan wisata sambil belajar. Study Tour/studi wisata adalah kegiatan
wisata yang dilakukan dengan tujuan untuk menambah dan menumpuk pengetahuan
siswa. Wisata sendiri memiliki arti kegiatan yang dilakukan secara bersama oleh suatu
kelompk menuju suatu tempa baru, berupa perjalanan yang menyenangkan dan
memuaskan sehingga dapat menghibur hati, yang difasilitasi oleh pihak swasta
maupun pemerintah. Manfaat studi wisata sendiri yaitu :
adalah salah satu pulau yang masuk dalam kawasan Indonesia bagian timur.
Bali adalah nama salah satu provinsi di indonesia dan juga merupakan nama pulau
yang terbesar yang menjadi bagian dari provinsi terbesar. Selain terdiri dari Pulau
Bali, wilayah provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil disekitarnya,
9
yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau
Serangan. Bali terletak Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah
Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas penduduk bali adalah
pemeluk agama hindhu. Di dunia bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan
10
keunikan berbagai hasil karya seni budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang
dan Australia. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.
11
BAB III
ISI
3.1 Persiapan
Tepat pukul 07.00 WIB tanggal 25 Januari 2017 seluruh siswa beserta guru
pendamping diwajibkan berkumpul di kampus Madrasah Aliyah Al – Bidayah
Candi, Bandungan. Kemudian rombongan sama – sama berkunjung ke makam
Mbah Bidayah yang letaknya berada di seberang kampus MA Al – Bidayah.
Disana rombongan bermaksud mendo’akan Mbah Bidayah dan juga memohon
keselamatan selama perjalanan kepada Allah SWT. Kemudian pukul 08.00 WIB
rombongan mulai memasuki bus yang sudah diatur tempat duduk yang sesuai
sebelumnya. Rombongan kemudian mulai berangkat menuju destinasi pertama
yaitu untuk berwisata religi ke makam para wali yang berada di jawa dan
beberapa makam penegak agama.
3.2 Studi Wisata Di Pulau Jawa
3.2.1 Ziarah ke makam Sunan Kalijaga
Tujuan rombongan untuk wisata religi kali ini adalah ke makam Sunan
Kalijaga. Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu – Selatan Demak.
Perjalanan ke makam beliau membutuhkan waktu sekitar 1 jam lebih 30
menit. Membahas soal diri beliau sangatlah banyak yang tentunya mneyimpan
banyak hikmah dan manfaat. Dialah “wali” yang namanya paling banyak
disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah
Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit,
Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah
nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden
Abdurrahman. Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga
yang disandangnya. Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal
dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di
Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati.
12
berendam (‘kungkum’) di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang
13
menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjuk
statusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan. Masa hidup Sunan Kalijaga
diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami
masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak,
Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada
1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan
Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan
Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah
satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
14
Lokasi selanjutnya yang rombongan tuju terletak di Jl. Menara No. 3 –
5, Kerjasan, Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Yaitu mengunjungi
akam Sunan Kudus. Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan
Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka.
Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir
yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat
menjadi Panglima Perang Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga.
Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti
Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru
pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara
penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan
mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-
menunjuknya.
Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan
memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur
masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang
melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan
Sunan Kudus. Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid
mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang
diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang
mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar
penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina”.
Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak
untuk menyembelih sapi.
Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut
disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti
kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001
malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus
mengikat masyarakatnya. Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan
Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang
Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan
Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.
Setelah mendoakan Sunan Kudus, rombongan langsung menuju
ketempat selanjutnya.
15
3.2.3 Ziarah ke makam Sunan Bonang
16
Setelah ke Kudus untuk mengunjungi makam Sunan Kudus,
rombongan menlanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya yaitu mengunjungi
makam Sunan Bonang. Makam Sunan Bonang teletak di Jl. Gajah Mada,
Sidorejo, Kec. Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Dimana seperti di
pembahasan sebelumnya bahwasannya Sunan Bonang dan Sunan kudus
memiliki hubungan keluarga. Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu
Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim.
Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng
Manila, puteri seorang adipati di Tuban Sunan Kudus banyak berguru pada
Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa
Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun
meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara
penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan
mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-
menunjuknya. Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan
memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur
masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang
melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan
Sunan Kudus. Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid
mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang
diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang
mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar
penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina”.
Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak
untuk menyembelih sapi. Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita
ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat
tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya
mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan
begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya. Bukan hanya berdakwah
seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah
menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak,
di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang,
Arya Penangsang.
3.2.4 Ziarah ke makam Sunan Drajat
17
Tujuan rombongan selanjutnya adalah mengujungi makam Sunan
Drajat yang terletak di Lamongan, Jawa Timur. Menurut sejarah nama
kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara
dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden
Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M Sunan Drajat mendapat tugas pertama
kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia
kemudian terdampar di Dusun Jelog –pesisir Banjarwati atau Lamongan
sekarang. Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke
selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama
Desa Drajat, Paciran-Lamongan. Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan
Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya
lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara
berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk. Maka ia
mengubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah “berilah tongkat
pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada yang telanjang’.
Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di
pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan fakir
miskin.
3.2.5 Ziarah ke makam Abdurrahman Wahid
19
Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu
20
Satmata. Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa,
waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri
malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak.
Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari
pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi
keagamaan, se-Tanah Jawa. Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah
seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih
menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18. Para santri
pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai
pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa
Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua
sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau. Dalam
keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih.
Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta
karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir
dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending
Asmaradana dan Pucung lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran
Islam.
23
Tujuan selanjutnya dan tempat terakhir dijawa yang dikunjungi adalah
makam Sunan Ampel. Menurut kisah Sunan Ampel yang beredar Ia putera
tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan
Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di
Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama
tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta,
wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang)
Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada
tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum
ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang,
kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit
menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang
dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri
Kertawijaya.
24
mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina.” Sunan Ampel
diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah
barat Masjid Ampel, Surabaya.
3.3.1 Ziarah ke makam Habib Ali Bin Umar Bin Abu Bakar Bafaqih
Siapa yang sangka ternyata Bali yang di juluki Pulau Dewata ternyata
menyimpan khasanah dakwa Islam. Kalau di Pulau Jawa terkenal dengan
sebutan Wali Songo (sembian Wali) yang merupakn penyebar Islam Di
Nusantara, di Bali disebut Wali Pitu (Tujuh Wali) siapa saja wali pitu yang ada
di bali ? Mas Sepuh Raden Raden Amangkuningrat di Kabupaten Badung,
Chabib Umar Bin Maulana Yusuf Al Magribi di Tabanan, Chabib Ali Bin abu
Bakar Bin Umar Bin Abu Bakar Al Khamid di Klungkung, Habib Ali Zaenal
Abidin Al Idrus di Karangasem, Syech Maulana Yusuf Al Baghdi Al Magribi
di Karangasem, The Kwan Lie di Buleleng, dan Habib Ali Bin Umar Bin Abu
Bakar Bafaqih di Jembrana.
KH. Habib Ali Bafaqih dilahirkan dari pasangan Habib Umar dan
Syarifah Nur, Beliau lahir pada tahun 1890 di Banyuwangi. Menjelang usia 20
tahun, atau sekitar tahun 1910, Sayyid Ali “berlayar” ke tanah suci Mekah
untuk memperdalam ilmu agamanya. Keberangkatan ke Mekah ini atas
“sponsor” Haji Sanusi, ulama terkemuka di Banyuwangi pada masa itu. Beliau
mukim di Siib Ali (Mekah) lebih kurang tujuh tahun lamanya. Sepulang dari
Mekah, Habib Ali kembali ke tanah air dan menambahkan ilmunya di Pondok
pesantren di Jombang yang di asuh oleh Kyai Wahab Abdullah. Selain
mendalami ilmu Al Quran di waktu mudanya beliau dikenal sebagai pendekar
25
silat yang sangat tangguh.Jauh sebelum beliau mendirikan Pondok Pesantren
26
“Syamsul Huda” di Loloan Barat Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana,
Beliau mengajar di Madrasah Khairiyah selama setahun di daerah
kelahirannya Banyuwangi. Perjalanan ke Bali beliau lakukan perjalan ini atas
permintaan Datuk Kyai Haji Mochammad Said, seorang ulama besar di
Loloan. Mulailah Syiar Islam berbinar di Loloan dengan makin bertambahnya
ulama setingkat Kyai Sayyid Ali Bafaqih.
KH. Habib Ali Bafaqih wafat pada tahun 1997 pada usia 107 tahun.
Karena perjuangan dan kegigihanya untuk menyebarkan atau mensyiarkan
agama Islam dan juga ketinggian ilmunya maka beliau dianggap sebagai salah
satu “Wali Pitu” yang ada di Bali. Kini Makam beliau banyak di kunjungi atau
diziarahi orang dari berbagai pelosok negeri mulai dari Jakarta, Bandung,
Lampung, tak kurang dari 10 Bus pariwisata yang datang ke Loloan. Syiar
Islam di Bali pada masa silam telah meninggalkan sejumlah “Karya Besar”
yang pada masanya kini dapat dijadikan landasan kikih bagi syiar Islam di
masa-masa yang akan datang. Kampung Loloan telah menjadi legenda syiar
Islam yang tetap hidup di Bali.
Makam Habib Ali beralamat Jln. Nangka No. 145 di Desa Loloan
Barat Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana. Beliau di makamkan di Area
Pondok Pesantren “Syamsul Huda” .
29
3.3.5 Joger
30
Keesokan harinya setelah sarapan, kami berkunjung ke pusat oleh-oleh
terkenal Joger, yaitu pusat kata-kata Bali. Pemiliknya, Joseph Theodorus
Wulianadi, beliau memberikan nama Joger karena atas dasar nama
gabungannya dengan sahabatnya ”Gerard”. Modal untuk memulai usaha ini
didapat dari hadiah pernikahan Bapak Joseph di tahun 1981 dari Bapak
Gerard.Yang paling menarik memang kata-kata di Joger ini yang nyeleneh dan
pasti membuat para pengunjung yang datang senyum-senyum sendiri. Ketika
masuk ke ruangan dalam, kami diberikan stiker yang ditempelkan di baju kami
yang bertuliskan “VIP” yang merupakan singkatan dari “Very Iseng Person”.
Disana kami dapat berbelanja, seperti kaos, sandal, tas, jacket dll. Disana
sangatlah ramai dan benar-benar padat. Antri kasir saja sangat panjang
layaknya kereta api. Soal harga tidak perlu ditanyakan lagi sudah pasti mahal-
mahal.Wajar sekali kalau barang –barang disana mahal karena sesuai dengan
kualitasnya. Selain itu Joger mempunyai cabang atau yang disebut teman Joger
di Baturiti.
Bedugul berasal dari kata Bedogol. Bedugul ini adalah danau beratan yang
paling dangkal, di daerah danau Bedugul ini banyak terdapat hasil pertanian.
Hasil pertanian disini yang paling banyak dijumpai adalah buah buahan dan
sayuran. Banyak jenis buah-buahan disini diantaranya adalah buah markisa,
31
buah anggur, dan buah manila.
32
Bedugul itu sebenernya nama sebuah desa. Namun orang sering salah kaprah
dengan kata Bedugul. Ada yang bilang Bedugul itu nama danau, nama pura
sampe nama pasar. Anggapan itu muncul mungkin karena selain sebagai
sebuah desa, Bedugul juga adalah sebuah kompleks. Dalam sebuah area yang
kurang lebih berdiameter 5 km, ada beberapa macam tempat yang nyaman buat
dikunjungi. Dimulai dari Desa Bedugul sendiri, Kebon Raya, lalu Danau
Beratan (danau terbesar kedua di bali), Pura Ulun Danu, sampai Pasar
Tradisional. Kebon Raya yang ada disini lumayan luas. Di sini terdapat
beratus-ratus spesies tumbuhan, mulai dari yang indah-indah seperti bunga
mawar.
Pada hari terakhir kami di Bali, kami setelah makan pagi serta membereskan
barang-barang bawaan dan cekk-out dari hotel, kami pergi ke Desa Adat untuk
menyaksikan Tari Barong. Tari Barong dan Keris adalah suatu tarian yang
menggambarkan pertarungan antara kebaikan melawan kejahatan. “Barong”
adalah makhluk mithologi yang mewakili kebaikan dan makhluk yang
menggambarkan kejahatan adalah “Rangda”. Tarian barong dan Keris dibagi
menjadi lima babak. Berikut adalah cerita dari tarian “Barong dan Keris”.
Munculah dua orang penari, mereka ini adalah pengikut setia dari Rangda
yang sedang mencari para pengikut Dewi Kunti dimana mereka sedang dalam
perjalanan untuk menemui sang patih. Begitu pengikut Dewi Kunti ini tiba
ditujuan mereka, salah satu dari pengikut Rangda berubah wujud menyerupai
bentuk Rangda dan memasukkan roh jahat kepada para pengikut Dewi Kunti
menyebabkan mereka berhasil bertemu Sang Patih. Tidak sadar akan
perubahan yang dialami oleh para pengikut Dewi Kunti. Sang Patih bersama-
sama dengan mereka menghadap Dewi Kunti.Dewi Kunti bersama denagn
anaknya sahadewa. Dewi Kunti telah berjanji kepada Rangda untuk
menyerahkan sahadewa sebagai korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak rela
mengorbankan anaknya Sahadewa kepada Rangda. Tetapi dengan ilmu sakti
yang dimiliki Rangda dengan bujukan para pengikut Dewi Kunti yang sudah
kerasukan roh jahat. Rangda bisa mempengaruhi pikiran dan akal sehat Dewi
Kunti sehingga Dewi Kunti tiba-tiba marah dan menjadi benci denagn
33
anaknya Sahadewa. Dewi Kunti memberikan perintah kepada sang Patih untuk
membuang Sahadewa kedalam hutan. Sang Patih tidak membantah karena
dirinyapun sudah dipengaruhi oleh ilmu jahat Rangda. Sahadewa diikat
dibawah pohon besar didalam hutan dan ditinggal sendirian. Tiba-tiba turunlah
Batara Siwa dari kahyangan. Merasa iba akan kondisi Sahadewa Batara Siwa
pun menganugerahkan ilmu kepada Sahadewa. Rangda yang kemudian dating
untuk mencabut nyawa sahadewa tidak sadar akan anugerah yang diberikan
oleh Batara Siwa berusaha mengoyak-oyak, mencabik dan membunuh, namun
sia-sia. Putus asa karena tidak berhasil membunuh sahadewa, rangda pun
menyerah dan memohaon ampun kepada sahadewa. Permintaan ini dipenuhi
sahadewa dan sang Rangda mendapat pengampunan. Kalika adalah murid
Rangda yang paling sakti.Kalika bermaksud menghadap sahadewa untuk
memohon pengampunan tetapi sahadewa menolak lalu murkalah kalika dan
mengajak Sahadewa untuk berduel.Singkat cerita, kalika berubah wujud
nenjadi Rangda.Karena saktinya Rangda ini sahadewa pun kewalahan
melawannya. Mereka terus bertempur sampai ada yang kalah. Tetapi sama
saktinya tidak ada yang menang ataupun kalah sehingga pertarungan inipun
menjadi abadi dan dimana ada kejahatan disitu pula akan ada kebaikan.
Itulah cerita dari tari barong yang kami saksikan di desa adat. Dan di akhir
pertunjukam kita dapat berfoto dengan para memain di dalam tari barong
tersebut dan setelah berfoto kita dapat memberikan uang sebagai imbalan telah
berfoto.
3.3.8 Pasar Sukowati
Tujuan terakhir adalah Pasar Tradisional Sukowati. Di Sukowati kita
membeli barang dapat menawar. Para pedagang biasanya akan membuka
harga tinggi. Jangan pakai ragu, langsung saja tawar. Jika kita ragu dalam
menawar maka kita akan terjebak dengan harga pakaian yang sangat mahal.
Dan kita akan merasa menyesal jika mendapat baju dengan harga yang sangat
mahal karena sebenarnya kita masih dapat menawarnya dengan harga yang
lebih murah.
Setelah puas berbelanja, rombongan melanjutkan perjalanan pulang ke
Semarang. Robongan kembali tiba di penyeberangan dermaga Gilimanuk Bali.
Sekitar pukul 10.44 WIB kami sampai di dermaga Feri Ketapang,
Banyuwangi.
34
3.4 Pulang
Pada hari terakhir tanggal 29 Januari 2017 tepatnya pukul 10.44 WIB
rombongan kami sampai di dermaga Feri Ketapang, Banyuwangi. Rombongan
melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Bandungan, Semarang dan kerumah
masing – masing. Dan rombongan sampai ke Bandungan, Semarang pada
pukul 22.00 WIB dengan selamat.
35
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan Dari Kegiatan Ziarah Dan Studi Wisata Ke Jawa – Bali adalah
sebagai berikut:
36
DAFTAR PUSTAKA
Fatah, syukur. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Semarang : PT. Pustaka Rizki
Putra.
Http://kisah-kisahwalisongo.blogspot.com/2012/01/sunan-bonang.html
Https://shameedalfarch.wordpress.com/2013/04/10/biografi-singkat-wali-songo/
Http://tigapuluh-tujuh.blogspot.co.id/
Http://walisongolamteng.blogspot.co.id/2013/09/cerita-singkat-perjalanan-9-
wali.html
Https://id.wikipedia.org/wiki/Bali
Https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa
37
LAMPIRAN
39
Area makam
SunanMKakalaimjagSaunan Giri
H. Makam
AMbdakuarrmah
K amtaaun Syaikhona
Wahid Kholil.