Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Study religi dan study tour adalah suatu kegiatan yang bertujuan

memberikan wawasan seputar sejarah Islam serta mempertebal keimaan. .

Kegiatan ini dilaksanakan untuk yang pertama kalinya yang dilakukan

oleh siswa-siswi kelas VIII dan kegiatan ini merupakan salah satu

program tahunan madrasah yang pelaksanaanya berubah-ubah sesuai

situasi dan kondisi yang berlaku. Study religi dan study tour tahun ini

dilakukan sebelum ulangan semester dua. Hal ini dilakukan atas

persetujuan berbagai pihak, yaitu komite sekolah serta dari pihak sekolah

sendiri. Layaknya remaja masa kini yang mempunyai rasa ingin tahu

tetang sejarah terbesar agama Islam dipulau Jawa. Meskipun sering

mendengar cerita dari masyarakat rasanya belum puas jika tidak melihat

langsung. Selain itu laporan ini dapat dijadikan sebagai pertanggung

jawaban siswa terhadap madrasah, karena telah melakukan sesuatu

kegiatan besar, sehingga dari pihak sekolah dapat mengetaui yang

melaksanakan study religi dan study tour.

1
B. Tujuan

Adapun tujuan makalah ini adalah :

1. Membawa wawasan tentang beberapa tempat wiata dan tempat

bersejarah yang ada di provinsi Jawa Tengah, yaitu Candi Borobudur,

Keraton Yogyakarta, dan Sunan Kalijogo.

2. Sebagai salah satu syarat kenaikan kelas IX.

3. Agar siswa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah di dapat

selama ini.

4. Memenuhi tugas dari sekolah untuk membuat karya ilmiah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Laporan Perjalanan

Sabtu tanggal 1 Juni kami kelas VIII melakukan study religi

dan study tour. Tepat pukul 12.30 kami berkumpul di depan sekolah

MTsN Tanjungtani, karena kami belum salat dhuhur maka kami

memutuskan untuk salat dhuhur berjamaah bersama teman-teman

lainnya. Selesai dari salat dhuhur kami mengecek barang-barang

kami. Sekitar pukul 13.30 kami berangkat menuju ke bus. Setelah

semua anak yang berada di bus 2 berkumpul lalu Pak Samsul selaku

pendamping bus 2 mengabsen anak-anak, guna untuk memastikan

apakah sudah lengkap. Setelah semuanya lengkap akhirnya perjalanan

pun di mulai. Setelah lama penjalanan, pada pukul 14.30 kita sampai

di Madiun.30 menit kemudian yaitu pada pukul 15.00 kami tiba di

Caruban,Jawa Timur. Pada pukul 15.30 kami tiba di Ngawi dan di

sana kami istirahat yaitu pada pukul 15.45 di sebuah POM bensin, di

sana ada musola kecil dan anak-anak segera mengambil air wudlu

untuk melaksanakan salat ashar berjamaah. Selesai salat ashar anak-

anak beristirahat,dan ada juga anak yang ke toilet. Selesai istirahat di

Ngawi kami melanjutkan perjalanan yaitu pada pukul 14.30, kami

melanjutkan perjalanan menuju makam Sunan Kalijaga. Kami tiba di

makam Sunan Kalijaga pada pukul 22.06 WIB, lalu kami bersama

sama berjalan menuju tempat makam. Di sepanjang jalan menuju


3
makam kita menemukan banyak toko yang menjualan oleh oleh khas

makam Sunan Kalijaga. Sesampainya di makam kita masuk lalu ada

seorang yang bertugas sebagai penjaga sumber air peniggalan Sunan

Kalijaga. Lalu kami minum air tersebut dan rasanya seperti air biasa,

setelah itu kami menata diri untuk tahlil bersama yang dipimpin oleh

orang sana. Selesai dari Sunan Kalijaga kita menuju ke Masjid Agung

Demak, yaitu kira-kira pukul 23.30. Di sana kita shalat magrib dan

isya dengan cara di jamak. Pukul 01.00 kita selesai dari Masjid

Demak, Kita langsung menuju ke Candi Borobudur. Di tengah

perjalanan bus yang kita tumpangi tiba-tiba kaca sebelah kanan depan

pecah karena dilempar batu oleh seseorang yang tidak dikenal. Kita

sampai di Borobudur serkitar pukul 04.45. Sesampai di sana kita

langsung mandi dan salat subuh di rumah warga. Selesai mandi dan

salat subuh kami berkumpul untuk membeli tiket sekaligus sarapan

pagi. Setelah bapak dan ibu guru membelikan tiket kita langsung

masuk ke Candi Borobudur. Kita masuk ke Borobudur kira-kira jam

07.00 ,setelah kita masuk kita diberi pengarahan oleh Bapak Agus

Susanto kita langsung menuju ke Candi Borobudur di sana kami

mengelilingi dan melihat di sekitar borobudur, saat di tengah

perjalanan kami melihat turis kami mengajak mereka berfoto, dan

salah satu teman kami yaitu Akbar mengajak foto dengan salah satu

turis yang bernama David, yang berasal dari Inggris. Setelah itu kami

melanjutkan perjalanan, saat kami berjalan ada turis lagi dan kami

4
mengajak foto untuk kedua kalinya bersama turis. Lalu kelompok

kami berpisah menjadi 2, yaitu Akbar dan Hafidh berjalan sendiri

sedangkan yang lainya memutuskan untuk beristirahat dahulu.

Akhirnya Akbar dan Hafidh dapat turis, sedangkan yang lainya juga

mendapat turis lagi, total kami mendapat 4 turis. Waktu sudah

menunjukkan jam 08.30 kami bergegas akan kembali saat di tengah

perjalanan kami mendapati museum sejarah yang ada di sekitar Candi

Borobudur, lalu kami masuk ke dalamnya dan melihat-lihat apa yang

ada di dalam museum itu. Setelah jam 09.00 kami kembali ke bus

melewati pasar Candi Borobudur. Sehingga kami kembali pada jam

09.30. Setelah menunggu lama akhirnya pada jam 10.00 kami

melanjutkan perjalanan ke Keraton Yogya. Setelah perjalanan sekitar

2 jam kami sampai ke Keraton Yogya pada jam 12.00, Kami langsung

menuju ke tempat pembelian tiket. Lalu kami masuk dan melihat-lihat

isi di dalam Keraton Yogya dan ada yang menjelaskan isi dari

Keraton Yogya saat ditengah perjalan kami berfoto dengan turis.

Beberapa lama kemudian kami keluar dari keraton sekaligus salat

dhuhur dan ashar secara berjamaah dan di jama. Setelah kami salat

kami membeli oleh-oleh dan terutama di Malioboro. Akhirnya kira-

kira jam 16.00 kami istirahat dan bersiap akan pulang. Lalu pada

sekitar jam 16.30 kami melanjutkan perjalanan pulang. Lalu kami

pulang dan mampir ke Djava kira-kira jam 17.00. Sesudah dari Djava

kita melanjutkan perjalanan pulang , dan sekitar pukul 22.30 kami

5
sampai di ngawi dan mampir di restoran dan salat isya di situ. Kira-

kira pukul 23.20 kami melanjutkan perjalanan pulang. Tidak beberapa

lama kemudian kami sampai di depan gapura sekolah pada pukul

02.10. Dan kami dijemput orang tua masing-masing untuk pulang ke

rumah masing-masing.

B. Obyek Wisata

1) Obyek Wisata Religi

A. Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga merupakan seorang di antara Wali Songo yang

namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia diperkirakan

lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Dia adalah Putra Adipati Tuban

yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama

lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran

Tuban, dan Raden Abdurrahman.

Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa

nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di

Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam

di sana, dia sering berendam di sungai (kali),

atau jaga kali (penunggu sungai). Sedangkan versi yang lain

mengatakan beliau menunggu tungkat Sunan Bonang di tepi

sungai. Apapun versinya yang jelas beliau mempunyai hubungan

yang sangat erat dengan sungai.

6
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100

tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan

Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan

Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada

1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram di bawah pimpinan

Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan

Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang tatal

(pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid

adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus

sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung

sufistik berbasis salaf -bukan sufi panteistik (pemujaan semata).

Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk

berdakwah.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa

masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka

mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil

mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah

dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.

Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam

7
mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan,

serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju

takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada,

lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton,

alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya

Sunan Kalijaga. .

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di

Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya

adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta

Pajang (sekarang Kotagede Yogya). Sunan Kalijaga

dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak.

B. Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak adalah salah satu mesjid tertua yang ada di

Indonesia. Masjid ini terletak di desa Kauman, Kabupaten Demak,

Jawa Tengah.

Sejarah

Masjid ini dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya para

ulama (wali) yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa yang

disebut dengan Walisongo. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah

Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak sekitar

abad ke-15 Masehi.

8
Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang

karismatik ini dengan memberi gambar serupa bulus. Ini

merupakan candra sengkala memet, dengan arti Sarira Sunyi

Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus

terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka

4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti

angka 1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak

berdiri pada tahun 1401 Saka.

Arsitektur

Mepunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk

memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Salah satu

dari tiang utama tersebut konon berasal dari serpihan-serpihan

kayu, sehingga dinamai saka tatal. Bangunan serambi merupakan

bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan

tiang yang disebut Saka Majapahit. Atap limas Masjid terdiri dari

tiga bagian yang menggambarkan ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3)

Ihsan. Di masjid ini juga terdapat Pintu Bledeg, mengandung

candra sengkala, yang dapat dibaca Naga Mulat Salira Wani,

dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.

Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa

makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya. Di kompleks

9
ini juga terdapat museum Masjid Agung Demak, yang berisi

berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak.

Masjid Agung Demak dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan

Dunia UNESCO pada tahun 1995.

2) Obyek Wisata

A. Candi Borobudur

Merupakan satu-satunya candi budha terbesar di dunia

sampai saat ini. Meskipun sekarang sudah tidak lagi menyandang

sebagai tujuh keajaiban dunia, namun Candi yang satu ini tetap

menjadi nomor satu di kalangan para wisatawan domestik maupun

mancanegara untuk dikunjungi.

Candi Borobudhur ini dibangun

oleh seseorang bernama

Samaratungga, merupakan seorang

raja kerajaan Mataram Kuni yang

juga keturunan dari Wangsa

Syailendra pada abad ke-8 M. Keberadaan candi ini pertama kali

diketahui oleh Thomas Stanford Rafles sekitar tahun 1814. Ketika

itu, pertama kali candi borobudhur ini ditemukan dalam keadaan

berserakan dan terpendam tanah. Candi yang memiliki 10 tingkat

ini sebenarnya mempunyai tinggi secara keseluruhan yaitu 42

meter. Namun setelah dilakukan restorasi, tinggi keseluruhan candi


10
borobudhur ini hanya mencapai 34,5 meter dengan luas secara

keseluruhan yaitu 123x123 meter atau 15.129 m2. Setiap tingkat

lantainya, dari lantai paling bawah hingga lantai keenam berbentuk

persegi, sedangkan lantai ketujuh sampai terakhir (lantai ke

sepuluh) berbentuk bulat.

Candi Borobudhur merupakan candi Buddha terbesar pada abad ke-

9 M. Menurut Prasasti Kayumwungan, candi ini terungkap dalam

pembangunannya, selesai dibuat pada 26 Mei 824, atau hampir 100

tahun semenjak mulai awal dibangun. Konon arti dari Borobudhur

itu sendiri maksudnya gunung yang berteras-teras atau bisa juga

disebut dengan budhara. Pendapat lain tentang candi Borobudhur

yaitu bahwa candi borobudhur berarti biara yang terletak di tempat

yang tinggi.

Beberapa ahli mengatakan bahwa letak Candi Borobudur berada

pada ketinggian 235 meter dari permukaan laut. Pemikiran itu

berdasarkan studi dari para ahli Geologi membuktikan bahwa

Candi Borobudhur pada saat itu adalah sebuah kawasan danau yang

besar sehingga sebagian besar desa-desa yang berada di sekitar

Candi berada pada ketinggian yang sama, termasuk Candi Pawon

dan Candi Mendut.

Berdasarkan Prasasti tanggal 842 AD, seorang sejarawan Casparis

menyatakan bahwa Borobudhur merupakan salah satu tempat untuk


11
berdoa. Di mana dalam prasasti tersebut mengandung kata

Kawula i Bhumi Sambhara yang artinya asal kesucian dan

Bhumi Sambara merupakan nama sebuah sudut di Candi

Borobudhur tersebut. Setiap lantai pada Candi Borobudhur ini

terdapat tema-tema yang berbeda karena pada setiap tingkat

tersebut melambangkan tahapan kehidupan manusia. Hal ini sesuai

dengan ajaran Buddha Mahayana bahwa setiap orang yang ingin

mencapai tingkat kesempurnaan sebagai Buddha harus melalui

setiap tahapan kehidupan. Pada setiap lantai di Candi Borobudhur

terdapat relief-relief yang bila dibaca dengan runtut akan membawa

kita memutari candi searah jarum jam.

B. Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta adalah istana milik Kesultanan Ngayogyakarta

Hadiningrat. Istana ini didirikan oleh Sultan Hamengkubowono I.

Istana ini juga pernah menjadi istana negara pada masa

pemerintahan Sultan Hamengkubowono IX. Pada saat itu Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi pemerintahan pusat Indonesia

alias ibukota Indonesia. Tetapi pemindahan ibukota itu tidak lama

dan akhirya pemerintahan pusat di kembalikan ke Jakarta lagi. Di

sana, juga terdapat alun-alun yang di tengah alun alun tersebut ada

beringin kembar yang konon katanya beringin tersebut sama

sehingga di sebut beringin kembar. Tetapi sekarang beringin

kembar tersebut sudah tidak terlalu terlihat kembar. Di sini, juga


12
terdapat museum kereta keraton yang di dalamnya ada kereta

kereta milik Sultan Yogyakarta.

Sejarah Keraton Yogyakarta

Asal mula Kasultanan Jogjakarta diawali ketika pada tahun

1558 M Ki Ageng Pamanahan mendapatkan hadiah sebuah wilayah

di Mataram dari Sultan Pajang karena jasanya telah mengalahkan

Aryo Penangsang. Pada tahun 1577, Ki Ageng Pemanahan yang

tetap selalu setia pada Sultan Pajang sampai akhir hayatnya,

membangun istananya di Kotagede. Penggantinya, Sutawijaya,

anak Ki Ageng Pemanahan, berbeda dengan ayahandanya.

Sutawijaya menolak tunduk pada Sultan Pajang dan ingin memiliki

daerah kekuasaan sendiri bahkan menguasai Jawa.

Setelah memenangkan pertempuran dengan Kerajaan Pajang, pada

tahun 1588, Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai

Sultan yang bergelar Panembahan Senopati. Kerajaan Mataram

mengalami perkembangan pesat pada masa kekuasaan Sultan

generasi keempat, Sultan Agung Hanyokrokusumo. Setelah Sultan


13
Agung wafat dan digantikan putranya, Amangkurat I, Kerajaan

Mataram mengalami konflik internal/konflik keluarga yang

dimanfaatkan oleh VOC hingga berakhir dengan Perjanjian Giyanti

pada bulan Februari 1755 yang membagi Kerajaan Mataram

menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Jogjakarta.

Dalam perjanjian tersebut, dinyatakan Pangeran Mangkubumi

menjadi sultan Kasultanan Jogjakarta dengan gelar Sri Sultan

Hamengku Buwana I. Sejak tahun 1988 hingga sekarang,

Kasultanan Jogjakarta dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwana X.

Keraton Jogjakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono

I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti. Lokasi keraton konon

adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati.

Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring- iringan jenazah

raja-raja Mataram yang akan dimakamkan di Imogiri.

Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air,

Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum

menempati Keraton Jogjakarta, Sultan Hamengku Buwono I

berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang

termasuk wilayah Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Lokasi

Keraton Jogjakarta berada di antara Sungai Code di sebelah timur

dan Sungai Winongo di sebelah barat serta Panggung Krapyak di

sebelah selatan dan Tugu Jogja di sebelah utara. Lokasi ini juga

berada dalam satu garis imajiner Laut Selatan dan Gunung Merapi.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dengan diadakannya Study Tour dan Study Religi ini, Kami

bisa lebih mengenal dan mengetahui tempat-tempat bersejarah di

Jawa Tengah, Yogyakarta dan juga Walliyulloh atau wali 9 yang

menyebarkan agama islam di pulau Jawa.

B. SARAN

Saran kami agar budaya Indonesia terus dijaga dan dilestarikan

dengan baik supaya tidak hilang pada zaman modern yang akan

datang. Dan kita juga harus meneruskan perjuangan para pendahulu

kita yaitu menyiarkan agama, menegakkan kebenaran dan menumpas

kejahatan

15
DAFTAR PUSTAKA

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Agung_Demak
2. http://rejo-mulyo.blogspot.com/2013/03/sejarah-singkat-candi-
borobudhur.html
3. http://www.kumpulansejarah.com/2013/02/sejarah-keraton-

yogyakarta.html

4. http://www.kumpulansejarah.com/2012/11/sejarah-sunan-kalijaga.html

16

Anda mungkin juga menyukai