Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu negara, melalui peningkatan perolehan devisa,
kesempatan usaha dan kesempatan kerja. Manfaat dan peranan pariwisata
bagi suatu wilayah, negara bahkan dunia telah banyak diakui, sehingga
pariwisata telah menjadi salah satu sektor yang mempunyai peranan cukup
penting disamping sektor lainnya. Oleh sebab itu pembinaan pariwisata
perlu dilaksanakan secara lebih optimal agar dapat memberikan manfaat
untuk kesejahteraan masyarakat (Muljadi, 2016:5).
Obyek wisata yang ada di Indonesia merupakan kekayaan alam yang
patut untuk dibanggakan dan dikembangkan. Setiap daerah di Indonesia
memiliki berbagai ragam daya tarik, keunikan dan kekhasan tersendiri, baik
dari segi keindahannya maupun adat istiadat yang ada di daerah tersebut
sehingga menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya, keragaman
budaya dan suku yang dimiliki oleh Indonesia sebagai bangsa yang multi
etnik, menambah kekayaan kebudayaan yang dimiliki Indonesia
(Hariyanto, 2016: 215).
Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu
untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Salah
satu faktor penting yang mendorong seseorang untuk mengunjungi daerah
obyek wisata, yakni adanya sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan (Undang-
Undang No.10 tahun 2009).
Pengelolaan merupakan implementasi dari perencanaan organisasi.
Dalam konteks pengelolaan manajemen di sini lebih diarahkan pada
keberadaan organisasi salah satu ciri utama organisasi yaitu adanya

1
sekelompok orang yang menggabungkan diri dengan suatu ikatan norma,
peraturan, ketentuan dan kebijakan, ciri kedua adanya hubungan timbal
balik dengan maksud untuk mencapai sasaran dan tujuan, sedangkan ciri
yang ketiga diarahkan pada satu titik tertentu yaitu tujuan yang
direalisasikan (Siswanto, 2005:73). Pengelolaan sebagai suatu proses harus
memperhatikan beberapa hal: Pertama struktur harus mencerminkan tujuan
dan rencana kegiatan, Kedua harus mencerminkan wewenang tersedia bagi
pengelola, Ketiga harus memperhatikan lingkungan sekitar baik dari faktor
internal maupun eksternal. Faktor internal yang dimaksudkan disini berasal
dari juru kunci makam dan yayasan Aulia sebagai pengelola makam,
sedangkan faktor eksternal berasal dari kelompok maupun pihak lain
(Munir, 2006:117).
Indonesia memiliki potensi wisata yang beranekaragam dari wisata
alam, wisata kuliner, wisata bahari, wisata kebudayaan, wisata olahraga dan
masih banyak sektor wisata yang ada di Indonesia. Salah satu potensi wisata
yang berkembang dan mampu memberikan dampak ekonomi terhadap suatu
daerah yang ada di Indonesia adalah wisata religi atau ziarah, yang
didalamnya memuat aspek-aspek spiritual keagamaan (Bungaran,
2017:164). Ada banyak cara yang dilakukan oleh seseorang untuk
memenuhi kebutuhan spiritualnya guna mendapatkan ketenangan batin,
seperti mengikuti kajian keagamaan, mendengarkan ceramah, serta dengan
melakukan perjalanan ziarah ke makam-makam ulama terdahulu.
Wisata religi merupakan sebuah perjalanan untuk memperoleh
pengalaman dan pelajaran (ibrah) baik individu maupun kelompok
ketempat dan institusi yang merupakan penting dalam penyebaran dakwah
dan pendidikan Islam (Shihab, 2007:549). Wisata religi atau ziarah selain
sebagai pengalaman dan pelajaran juga sebagai salah satu bentuk untuk
mengenang kebesaran Tuhan, dan menyampaikan doa agar arwah ahli
kubur diterima disisi Allah. Ziarah dalam arti umum di Indonesia berupa
kunjungan ke makam, masjid, relik tokoh agama, raja dan keluarganya, dan
terutama ke makam para wali penyebar agama Islam. Dalam hal ini wisata

2
religi atau ziarah merupakan perbuatan sunnah seperti yang telah dijelaskan
dalam hadits shahih riwayat Muslim yang menyebutkan bahwa Rasulullah
bersabda, “Aku (dulu) melarang ziarah kubur (sekarang) berziarahlah
kalian” (Purwadi, 2006:3).
Indonesia memiliki banyak sekali potensi wisata religi yang dapat
dikunjungi masyarakat yang tersebar diberbagai penjuru Nusantara, di
Pulau Jawa sendiri sudah terkenal dengan ziarah Walisongo. Selain
Walisongo ada juga tokoh penyebar Islam lain, yaitu dua ulama besar,
Habib Ahmad bin Abdullah bin Tholib Al Athos dan Habib Hasyim bin
Umar bin Yahya, keduanya termasuk ulama penyebar Islam di wilayah
Pekalongan dan sekitarnya. Makam beliau terletak dikomplek pemakaman
Sapuro, yang sampai sekarang dikenal dengan makam keramat Sapuro
Pekalongan. Habib Ahmad Al-Athos dilahirkan di kota Hajereim,
Hadramaut, pada tahun 1255 H. Beliau dibesarkan dan menimba ilmu di
Hadramaut, setelah merasa cukup beliau hijrah dan mulai berdakwah di
Indonesia diperkirakan sekitar tahun 1295-1300 H. Beliau berdakwah dan
menetap di kota Pekalongan hingga akhir hayatnya. Sedangkan Habib
Hasyim bin Umar bin Thoha bin Yahya merupakan kakek dari Habib Luthfi
bin Hasyim bin Yahya, Habib Hasyim adalah perintis dakwah serta pendiri
pesantren dan madrasah diniyah pertama di Kota Pekalongan. Habib
Hasyim dan para ulama termasuk Habib Ahmad merintis dakwah melalui
acara Maulid Nabi Muhammad Saw. Beliau Habib Hasyim wafat pada
tahun 1350 Hijriyah, 3 tahun setelah wafatnya Habib Ahmad.
Makam Sapuro dikelola oleh yayasan Aulia Sapuro Pekalongan
yang dibantu oleh ahli waris Habib Ahmad Al Athos. Yayasan ini
merupakan sebuah wadah atau lembaga bagi kebutuhan masyarakat yang
bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Letak makam Sapuro sangat
strategis dan mudah dijangkau yakni kurang lebih 100 meter dari jalan
Jendral Sudirman, sekitar 500 meter dari perempatan Ponolawen kearah
timur, atau sekitar 2 kilometer ke arah barat dari Terminal induk kota

3
Pekalongan. Sehingga komplek pemakaman ini selalu ramai dengan
peziarah yang datang dari berbagai kota dan provinsi.
Dalam setiap hari rata-rata peziarah makam Sapuro mencapai 500
orang didominasi peziarah dari berbagai daerah luar Pekalongan, seperti,
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan lainnya. Setiap Kamis sore sampai hari
Jumat jumlah peziarah meningkat dibanding hari-hari biasanya dan ini
didominasi peziarah dari Pekalongan dan sekitarnya. Setiap bulannya
makam Sapuro dikunjungi peziarah tidak kurang dari 15 ribu orang, pada
bulan-bulan tertentu jumlah peziarah meningkat dan sangat banyak, yakni
pada bulan Muharam dan Sya’ban. Dalam satu tahun jumlah peziarah di
makam Sapuro mencapai 200 ribuan jamaah yang datang dari berbagai
daerah.
Pada setiap tanggal 14 Sya’ban diadakan haul Habib Ahmad Al
Athos di makam Sapuro, haul ini bertujuan untuk menghidupkan kembali
suri tauladan dan mengenang jasa-jasa beliau dalam menyebarkan Islam.
Kegiatan haul ini didatangi ribuan peziarah bahkan ada yang datang dari
Malaysia, Brunei Darussalam, Yaman, Makkah dan Madinah (Ulung,
2013:211).
Suatu obyek wisata religi, tentunya memerlukan pengelolaan yang
sangat intensif agar kedatangan para peziarah baik dari dalam maupun luar
daerah bisa mendapatkan kenyamanan, keramahan dan rasa aman saat
mengujungi tempat tersebut. Selain itu pengelolaan juga berfungsi untuk
mengatur dan menata pedagang, toko-toko yang ada disekitaran makam
agar tertib. Disamping itu, dibutuhkan juga sebuah pengaturan atau
manajerial yang baik, karena dengan adanya manajerial yang baik, tujuan
yang hendak dicapai dan sudah direncanakan di awal bisa terlaksana dengan
baik pula.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis merasa perlu untuk
melakukan penelitian tentang pengelolaan wisata religi yang dilakukan oleh
pihak yayasan Aulia Sapuro Pekalongan. Oleh karena itu, penelitian ini

4
mengambil judul: “Pengelolaan Wisata Religi makam Sapuro Pekalongan
pada Yayasan Aulia Sapuro Pekalongan”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelolaan wisata religi makam Sapuro Pekalongan pada
Yayasan Aulia Sapuro Pekalongan?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat pengelolaan wisata religi
makam Sapuro Pekalongan pada Yayasan Sapuro Pekalongan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengelolaan wisata religi makam Sapuro
Pekalongan pada Yayasan Aulia Sapuro Pekalongan.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pengelolaan
wisata religi makam Sapuro Pekalongan pada Yayasan Sapuro
Pekalongan.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menambah khasanah
ilmu pengetahuan tentang suatu pengelolaan, terutama berkaitan
dengan pengelolaan wisata religi di makam Sapuro Pekalongan.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran tentang pengelolaan wisata religi dimasa mendatang.

D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan telaah kritis dan sistematis atas
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang secara
tematis memiliki kesesuaian dengan penelitian yang akan dilakukan.

5
Melalui pemaparan tinjauan pustaka, peneliti berupaya mengkaji sesuatu
yang berbeda untuk menghindari adanya kecenderungan plagiasi dan
pelanggaran hak cipta. Oleh sebab itu, akan disajikan beberapa penelitian
terdahulu sebagai tinjauan pustaka antara lain:
Pertama, Jurnal yang ditulis oleh Yosevita Th. Latupapua fakultas
pertanian, yang berjudul “Persepsi Masyarakat terhadap Potensi Objek
Daya Tarik Wisata Pantai di Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku
Tenggara”. Metodologi penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif
yang diadakan untuk mendeskripsikan realita yang ada di masyarakat,
sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan
dan observasi. Dalam penelitian ini fokus mengenai minat dari wisatawan
dalam mengunjungi objek daya tarik wisata terutama di wilayah pesisir
seperti di daerah Maluku. Penjelasan yang ada di dalam jurnal ini selain
mengenai persepsi dari wisatawan dalam melakukan kunjungan, adapula
mengenai faktor apa saja yang mendukung perkembangan objek wisata
yang ada di Pulau Kei Kecil baik dari aspek sumber daya alam ataupun
aspek budayanya.
Kedua, Jurnal yang ditulis oleh Moch. Chotib tahun 2015, dengan
judul “Wisata Religi di Kabupaten Jember”. Metodologi penelitian yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif yang perhatiannya lebih banyak
ditekankan pada pembentukan teori substantif berdasarkan konsep-konsep
yang muncul dari data empiris, sementara jenis penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field reserach) dengan studi kasus. Pada penelitian ini
membahas tentang keunikan budaya di kabupaten Jember, selain itu dalam
jurnal ini juga membahas wisata religi yaitu wisata ziarah dan wisata majelis
dzikir. Di kabupaten Jember terdapat wisata majelis dzikir yang setiap
bulannya dikunjungi ribuan umat dari berbagai daerah dan kalangan,
disamping itu ada juga peziarah yang berziarah ke makam Mbah Sidiq
Condro, Habib Sholeh Tanggul dan mbah Nur.
Ketiga, Jurnal yang ditulis oleh Ahmad Nawawi, 2013 dengan judul
“Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Wisata Pantai Depok di Desa

6
Kretek Parangtritis”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu
penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena
atau hubungan antar fenomena yang diteliti secara sistematis, faktual dan
akurat. Fokus utama dalam penelitian ini adalah menilai tingkat partisipasi
dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pantai Depok di Desa
Kretek Parangtritis, Kabupaten Bantul. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pengelolaan wisata pantai Depok secara administratif masih
disatukan oleh Pemda Kabupaten bantul dengan kawasan wisata yang ada
didesa Parangtritis. Wujud pengelolaan wisata pantai Depok dibuktikan
dengan mendirikan Koperasi wisata Mina bahari 45 pantai Depok.
Partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan pantai Depok tidak hanya
masalah pengelolaan sampah, tetapi juga mengenai pembuangan limbah
cair, daur ulang sampah, pengadaan air bersih dan evaluasi lingkungan.
Keempat, Jurnal yang ditulis oleh Oda I.B Hariyanto, 2016 dengan
judul “Destinasi Wisata Budaya dan Religi Di Cirebon”. Metode penelitian
yang digunakan adalah kualitatif bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk
mendiskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta yang
ada. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dipakai adalah melalui
interaksi, peneliti terjun langsung dan melakukan wawancara mendalam
dalam situasi dan kondisi alami. Fokus penelitian ini adalah
menggambarkan wisata religi dan budaya yang ada di Cirebon. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Cirebon merupakan akulturasi
suku Sunda dan Jawa, hal inilah yang menyebabkan masyarakat Cirebon
memiliki kekayaan dan keragaman budaya. Hal ini bisa dilihat bahwa
Cirebon memiliki 3 keraton yaitu Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan,
selain itu terdapat peninggalan-peninggalan Hindu-Budha yang ada di
Cirebon. Sedangkan wisata religi yang ada di Cirebon yaitu makam Sunan
Gunung jati dan Masjid Agung Sang Ciptarasa yang dibangun pada tahun
1480.
Kelima, Jurnal yang ditulis oleh Hikmatul Mustaghfiroh dan
Muhamad Mustaqim, 2014 dengan judul “Analasis Spiritualitas Para

7
Pencari Berkah (Studi Atas Motivasi Peziarah di Makam Sunan Kalijaga
Kadilangu Demak)”. Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan
dengan menggunakan pendekatan kualitatif, sebuah pendekatan yang
menempatkan pandangan peneliti terhadap sesuatu yang diteliti secara
subjektif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam melakukan ziarah ada beberapa motivasi yang
melatar belakangi perilaku spiritualitas mencari berkah, ada beberapa
motivasi para penziarah di makam Sunan Kalijaga. Diantaranya adalah
motivasi agama, wisata religi, mencari berkah, wasilah dalam berdoa, tolak
bala’, laku spiritual dan mencari keramaian.
Dari beberapa penelitian yang sudah dijelaskan diatas belum ada
penelitian yang secara rinci menjelaskan mengenai pengelolaan wisata
religi makam Sapuro Pekalongan pada Yayasan Aulia Sapuro Pekalongan.
Pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada proses pengelolaan Makam
Sapuro yang dikelola oleh Yayasan Aulia. Serta faktor-faktor pendukung
dan penghambat dalam pengelolaan wisata religi. Untuk itu penelitian ini
layak untuk dilakukan.

E. Metode Penelitian
Metode penelitian dapat diartikan sebagai suatu usaha atau proses untuk
mencari jawaban atas suatu pertanyaaan atau masalah dengan cara yang
sabar, hati-hati, terencana, sistematis atau dengan cara ilmiah dengan tujuan
untuk menemukan fakta-fakta atau prinsip-prinsip, mengembangkan dan
menguji kebenaran ilmiah suatu pengetahuan (Soewadji, 2012: 12).

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research).
Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan di lapangan atau
masyarakat, yang beratrti bahwa datanya diambil dari lapangan atau
masyarakat (Soewadji, 2012: 21).

8
Dalam penelitian ini penulis melakukan studi langsung ke lapangan
untuk memperoleh data yang konkrit tentang pengelolaan wisata religi
makam Sapuro pada yayasan Aulia Sapuro Pekalongan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian untuk mengeskplorasi atau
memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas
mendalam (Sugiyono, 2008: 209). Sedangkan penelitian kualitatif
adalah jenis penelitian yang temuannya tidak diperoleh melalui
prosedur statistik atau bentuk hitungannya (Strauss, 2009: 4).
2. Sumber dan Jenis Data
Sumber data di dalam penelitian merupakan faktor yang sangat
penting, karena sumber data akan menyangkut kualitas dari hasil
penelitian. Oleh karenanya, sumber data menjadi bahan pertimbangan
dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data terdiri dari:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian, dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi
langsung menggunakan instrumen-intrumen yang telah ditetapkan.
Data primer dikumpulkan peneliti untuk menjawab pertanyaan
penelitian (Wahyu, 2010: 82).
Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini
adalah hasil wawancara dan dokumentasi dengan pengurus
yayasan Aulia dan pengelola makam Sapuro.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari
tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia
sebelum penelitian dilakukan. Data yang dikumpulkan melalui
sumber-sumber lain yang tersedia dinamakan data sekunder yang
berupa artikel-artikel, laporan-laporan, data yang sudah bentuk jadi
seperti data dokumen dan publikasi (Silalahi, 2010: 291).

9
Data sekunder ini dapat diperoleh dari sumber data tidak
langsung biasanya berupa artikel, surat kabar, buletin, AD/ART
Lembaga dan catatan-catatan lainnya sebagai penunjang dari
sumber primer, juga disertai karya-karya tulis yang sesuai dengan
judul penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan (Sugiyono, 2012:62).

a. Metode Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta
pencatatan secara sistematis. Observasi atau yang disebut dengan
pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu
objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 1998:145).
Melalui metode observasi ini, peneliti akan melakukan
pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data
detail tentang pengelolaan wisata religi makam Sapuro pada yayasan
Aulia Sapuro Pekalongan.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2007:180).
Jenis wawancara yang digunakan penulis dalam penelitian
ini adalah wawancara terstruktur dan tak terstruktur. Wawancara
terstruktur ini biasanya dilakukan oleh peneliti dengan cara terlebih
dahulu mempersiapkan bahan pertanyaan yang diajukan dalam

10
wawancara nanti. Sedangkan wawancara tidak terstruktur inilah
yang lebih sesuai dalam penelitian kualitatif sebab jenis wawancara
tidak terstruktur ini memberi peluang kepada peneliti untuk
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Meski disebut
wawancara tidak terstruktur, bukan berarti dialog-dialog yang ada
lepas begitu saja dari konteks. Peneliti sejak awal harus memiliki
fokus pembicaraan yang ingin ditanyakan sehingga seluruh
wawancara yang dilakukan diarahkan pada fokus yang telah
ditentukan (Idris, 2009:107).
Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih
lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada pihak-
pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam obyek.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis secara langsung
melakukan wawancara kepada pengurus Yayasan Aulia, dan
pengelola wisata religi Makam Sapuro Pekalongan sebagai salah
satu pendukung yang memperkuat data.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumentasi biasa berbentuk tulisan, gambar, atau karya
monumental dari seseorang (Sugiyono, 2012: 422).
Metode dokumentasi ini penulis gunakan untuk memperoleh
data-data yang ada di Yayasan Aulia Sapuro Pekalongan yakni
sejarah, visi misi, AD/ART lembaga, surat kabar, buku-buku, arsip
atau dokumen-dokumen, notulen, foto dan lain sebagainya yang ada
kaitannya dengan penelitian ini.

4. Teknik Analisis Data


Setelah memperoleh data dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi, langkah selanjutnya data-data tersebut disusun dan
dianalisa. Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

11
dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain (Sugiyono, 2016: 88).
Penelitian ini menggunakan teknik analisis model Miles dan
Huberman, yaitu :
1) Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan memilih hal-hal
penting dari data yang diperoleh.
2) Penyajian Data
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian ini, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan yang
paling sering digunakan dengan teks yang bersifat naratif.
3) Kesimpulan
Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan
kausal atau interaktif, hipotesisi atau teori (Sugiyono, 2016: 91-99).
5. Langkah-langkah Penelitian
Langkah penelitian adalah serangkaian proses penelitian dimana
peneliti dari awal merasa menghadapi masalah, berupaya untuk
memecahkan masalah, memecahkan masalah sampai akhirnya
mengambil keputusan yang berupa kesimpulan bagaimana hasil
penelitiannya, dapat memecahkan masalah atau tidak. Langkah-
langkah tersebut adalah sebagai berikut :

12
a) Menentukan permasalahan
b) Melakukan studi literatur
c) Penatapan lokasi
d) Studi pendahuluan
e) Penetapan metode pengumpulan data; observasi, wawancara,
dokumen, diskusi terarah
f) Analisa data selama penelitian
g) Analisa data setelah; validasi dan reabilitas
h) Menyimpulkan dan menyajikan data (Suryana, 2007:5)

F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami gambaran secara menyeluruh
tentang skripsi ini, maka penulis memberikan sistematika beserta penjelasan
secara garis besar :
BAB I : Pendahuluan, meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Kerangka Teori, Metode Penelitian dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : Landasan Teori, yang berisi tinjauan umum tentang: definisi
pengelolaan, unsur pengelolaan, fungsi pengelolaan, definisi
wisata religi, tujuan dan fungsi wisata religi dan bentuk-
bentuk wisata religi.
BAB III : Gambaran umum Yayasan Aulia Sapuro Pekalongan, yang
meliputi : letak geografis, sejarah, tujuan, visi dan misi,
struktur organisasi, dan biografi Habib Ahmad dan Habib
Hasyim, kegiatan Yayasan Aulia dalam mengelola wisata
religi, faktor pendukung dan penghambat Yayasan Aulia
dalam mengelola wisata religi
BAB IV : Analisis hasil penelitian meliputi analisis pengelolaan wisata
religi pada yayasan Aulia dan analisis faktor-faktor

13
pendukung dan penghambat yayasan Aulia Sapuro dalam
mengelola wisata religi.
BAB V : Penutup dari bab-bab yang sebelumnya, sehingga akan
disampaikan kesimpulan kemudian diikuti dengan saran dan
diakhiri dengan penutup.

14

Anda mungkin juga menyukai