Anda di halaman 1dari 3

Kuliah Kerja Nyata (KKN) itu Belajar Mengenal Sesama dan Belajar

Kepemimpinan.

Sudah hampir satu tahun telah berlalu, namun kenangan itu masih membekas di hati
mungkin ini akan menjadi goresan hati hingga usia senja nanti. Awalnya tidak kenal satu sama
lain, ada yang dari fakultas pertanian, teknik, ekonomi, fisip dan FKIP tercinta. Hmm, ada yang
hampir lupa dari FMIPA ada juga loh, KKN di desa Seresam, kecamatan Seberida, Kab.
Indragiri Hulu. Pahit manisnya KKN memang sangat menyenangkan karena kebanyakan
manisnya. Makan sama-sama, kerja sama-sama,tidur sama bahkan ngorok sama juga kayaknya
hehehe. Di tempatkan di kampung orang selama dua bulan lebih, rasanya dulu deg-degan gitu,
namun seiring bergulirnya sang mentari semuanya yang di kampung itu menjadi sahabat bahkan
pohon mangga yang depan Posko pun jadi sahabat sejati kami (Karena selalu berbuah dan
buahnya enak kali !).
Bersyukur penulis bisa mengikuti seleksi masuk PTN tahun 2010 lalu, hingga menjadi
salah satu mahasiswa di Universitas Riau ini, dan sangat bersyukur lagi semua aktivitas kuliah
berjalan dengan baik, sampai tiba saatnya mengikuti masa-masa KKN. dan menjadi salah satu
bagian dari Kelompok mahasiswa KKN Universitas Riau tahun 2013 di Desa Seresam.
Dipilih menjadi ketua, penulis dulu menolak, karena alasan orang Kristen dan berdasarkan hasil
survey lapangan penduduk disana mayoritas islam, cuman 2 orang yang Kristen. Tapi, teman-
teman ini ngotot agar penulis jadi ketua kelompok alasannya anda pasti bisa kata Husnul anak
IP FISIP 2010 ini. Dengan tenang aku menawarkan voting dalam memilih ketua agar tidak
terjadi sakit hati pada anggota lainnya yang berkeinginan untuk jadi ketua, Voting pun
dilaksanakan dari 10 orang anggota yang hadir 7 orang memilih penulis. Amanah dan tanggung
jawab pun ada di tangan memimpin 12 orang dari berbagai latar belakang. Awalnya penulis
berpikir ini akan menjadi beban berat, namun sebagai anak Tuhan, penulis tidak terlena dengan
rasa dilema tersebut, malah menjadi semakin tertantang untuk memberikan yang terbaik.
Inilah kesempatan belajar untuk memimpin, suara hati kecilku berbisik. Hal pertama yang saya
lakukan adalah menyeragamkan persepsi antar satu sama lain dalam kelompok sekaligus
perkenalan pribadi antar anggota, dari perkenalan inilah penulis semakin tahu bahwa setiap
orang itu unik dan memiliki potensi yang luar biasa dan punya kelemahan yang harus di hormati.
Untuk mempererat kekeluargaan kami sebagai satu kelompok, semboyan yang penulis tanamkan
dalam setiap anggota adalah satu hati, satu rasa dan satu tujuan (one heart, one taste).
Hasilnya kami semakin kompak dan menyatu. Kedua, membuat peraturan bersama selama
KUKERTA berlangsung dan konsekuensinya jika aturan tersebut dilanggar. Ketiga, dalam
membuat keputusan selalu dengan musyawarah kelompok. Namun keputusan bisa melalui ketua
dengan memperhatikan saran anggota. Selanjutnya, kami merumuskan program kerja bersama-
sama.
Hari lepas hari, kadang ada senyum dan ada tawa, namun ke egoisan individu masing-
masing masih sangat kuat walau tak terlihat kontras. Itulah hebatnya manusia hidup dalam
berkelompok, sikap individu tersebut tetap ada dan inilah bangganya penulis bagian dari
kelompok ini, kami dari berbagai jurusan dan berbagai karakteristik juga. Ada anggota kelompok
yang suka bercerita, ada yang suka melucu, ada pula orang yang selalu semangat bekerja, ntah
sekecil dan seberat apa pun pekerjaan itu beliau tetap semangat. Luar biasa lagi, ada yang pandai
memasak, menyanyi, memainkan alat musik dan tak kalah hebat ada yang hobi olahraga balap
juga. Jadi, satu sama lain saling menutupi kelemahan masing-masing. Tuhan itu memang kreatif
menciptakan manusia dengan berbagai tipe, warna, gaya dan karakteristik yang sangat beragam
dan menarik.
Semangatku tak terbendung lagi, ketika bapak Kos (pemilik rumah posko) yang sering
disebut pak Guru dan Kepdes sangat mendukung kami, beliau-beliau ini menyediakan kami
tempat tinggal termewah sebagai posko KKN se kec. Seberida, karena kelompok KKN desa lain
sangat iri melihat kami ketika berkunjung. Program kerja telah kami rumuskan, semua program
kami buat sendiri, dan harus kami kerjakan sendiri tanpa ada intervensi dari pihak manapun
namun bisa kerjasama. Walau kondisi hujan, gerimis, panas kami harus mampu
mengaktualisasikan program itu kepada masyarakat. Itulah bukti, bahwa mahasiswa yang
mengabdi ke masyarakat. Tak berhenti disini saja, tak ada kesuksesan tanpa ada tantangan, baik
dari internal maupun dari eksternal kelompok. permasalahan itupun datang. Dari internal
terlihat adanya kelompok kecil-kelompok kecil dalam kelompok akibat pertentangan karakter
antar individu yang semakin terlihat saat memasuki hari ke 28, puncaknya terjadi adu mulut dan
saling tidak berkomunikasi pada beberapa anggota. Namun, penulis tidak mau seperti kelompok
lain yang bermasalah dan langsung menyerah dan membiarkan masalah tersebut larut. Motivasi
penulis berpedoman pada tujuan utama KKN yaitu bagaimana mengaktualisasikan kemampuan
kita (mahasiswa) di masyarakat dan mampu bersosialisasi dengan program-program yang
konkret bukan program yang wah. Program yang paling utama, tentunya adalah bagaimana
membangun pola pikir mahasiswa, sehingga mampu mengubah pola pikir masyarakat agar
mampu mendayagunakan potensi masyarakat tersebut sehingga lebih maksimal dan optimal agar
tercapainya kesejahteraan masayarakat desa. Bersyukur, akibat pertentangan itu kelompok
semakin diteguhkan dan saling introspeksi diri. Kami menyelesaikanya dengan forum dan
keterbukaan. Sebenarnya, jika dikalkulasikan tidaklah cukup waktu hanya dua bulan untuk dapat
melaksanakan KKN ini dengan kegiatan-kegiatan yang konkret terhadap masyarakat. Namun,
seiring bergulirnya waktu, semua berjalan dengan baik seperti sungai yang mengalir yang
kadang-kadang harus melewati bebatuan dan menyelusuri lembah yang curam.
Secara umum kegiatan kelompok berjalan dengan baik dan lancar. Hanya satu program
kerja yang tidak dijalankan karena mepetnya waktu dan kondisi dana yang tak mencukupi.
Adapun program kerja yang dapat kami jalankan dimasyarakat antara lain, pendataan penduduk,
perayaan pawai taaruf, penanaman pohon, seminar Kawasan rumah pangan lestari, pelatihan
dokter kecil, lomba Nuuzul quran dan Lomba Perayaan HUT RI ke 17 dan lain-lainya.
Kelompok kami mendapat nilai sangat memuaskan dari kampus Universitas Riau dan apresiasi
dari warga desa dan kepala desa. Yang sangat mengharukan banyak warga yang menangis ketika
kami akan pulang ke pekanbaru. Namun, yang paling mengharukan saya adalah Ibu Kost kami
(yang menyediakan rumahnya sebagai posko) menangis dengan sedihnya karena kepulangan
kami. Sejak itulah Desa seresam menjadi kampong kedua bagi penulis dan memiliki orang tua
angkat muslim yang sangat baik disana. Rindu untuk kesana lagi.

Selamat menikmati masa KKN buat adik-adik yang mau KKN tahun ini, jadilah garam
dan terang!

Penulis, JAWANRI CITRA P SITUMORANG


MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI AGKT 2010
KETUA KELOMPOK MAHASISWA KUKERTA UNIVERSITAS RIAU DESA
SERESAM, KEC.SEBERIDA, KAB. INHU.

Anda mungkin juga menyukai