Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

GANZHEIT (PASCASTRUKTURALISME : PSIKOLOGISME)

DISUSUN OLEH
RIDHA NUR NABHILA 1951042016
ROSANTI SASMITA 1951040127
TRI WAHYU RENDY SETIAWAN 200621100144

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Puji syukyur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
lindungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
dibuat dengan harapan dapat menambah wawasan kita sebagai pembaca
khususnya dalam hal pembelajaran kritik sastra terutama pada metode kritik
Ganzheit. Keberhasilan makalah ini juga tidak luput dari referensi banyak
pihak, sehingga penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Namun tidak di pungkiri dalam penulisan makalah ini masih ada banyak
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sasran yang
membangun dari pembaca guna perbaikan penulisan makalah selanjutnya.

Makassar November 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG ..........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................1
C. TUJUAN ...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
A. PENGERTIAN KRITIK GANZHEIT ........................................................3
B. METODE GANZHEIT ...............................................................................3
C. METODE GANZHEIT DALAM KARYA SASTRA ................................4
D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KRITIK GANZHEIT................... 5
BAB III PENUTUP .................................................................................................6
A. KESIMPULAN........................................................................................... 6
B. SARAN .......................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kritik sastra merupakan studi sastra yang langsung berhadapan dengan karya sastra,
secara langsung membicarakan karya sastra dengan penekanan pada penilaiannya (Wellek,
1989: 38). Berdasarkan istilah di atas, Wellek mengatakan bahwa kritik sastra itu berarti
penghakiman karya sastra. Hal serupa juga dikemukakan H.B Jassin (1985: 44-45) bahwa
kritik sastra itu pertimbangan baik atau buruk karya sastra, penerangan, dan penghakiman
karya sastra. Hudson juga mengemukakan bahwa istilah kritik sastra dalam artinya yang
tajam adalah penghakiman yang dilakukan oleh seorang yang ahli atau memiliki sesuatu
kepandaian khusus untuk membedah karya sastra, memriksa karya sastra mengenai kebaikan-
kebaikan dan cacat-cacatnya, dan menyatakan pendapatnya mengenai hal itu (Pradopo, 2002:
32).
Kritik Ganzheit membawa psikologi Gestalt sebagai titik tolak. Titik tolak tersebut
mengacu pada totalitas yang terbentuk dari kesatuan elemen-elemen akan membentuk
kualitas baru yang tidak sama dengan unsurnya, yang dimaksud dengan totalitas disini
bukanlah dari elemen yang disusun satu persatu melainkan penghayatan yang dilakuakan
secara keseluruhan. Unsur-unsur tersebut secara dinamis melakukan interferensi atau saling
mempengaruhi yang akhirnya membentuk suatu kualitas baru. Kualitas baru inilah yang
nantinya ditangkap oleh pembaca yang menjadi sebuah dasar untuk apresiasi kemudian
resepsi dan kritik. Prinsip kritik Ganzheit, yaitu  setiap penghayatan adalah proses rekreasi
atau penciptaan kembali karya yang dihayati, setiap penghayatan bersifat unik karena sesutau
yang kita anggap sangat bernilai pada suatu  titik akan menjadi sangat tidak berarti dan
sebaliknya, penghayatan merupakan sebuah pertemuan dinamis antara manusia yang
menghayati dengan objek yang berusaha untuk dihayati yang membentuk sebuah dunia yang
unik, Sastra bukan lagi sebagai Objek tapi sebagai Subjek, menolak prinsip analitik yang
menempatkan karya sastra sebagai cadaver karena mengutamakan analisis sebelum ada
penghayatan totalitas. Dalam makalah ini kan dijelaskan lebih lanjut mengenai kritik
sastrawan dan metode Ganzheit.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya yaitu
1. Apa yang dimaksud degan kritik Ganzheit ?
2. Bagaimana metode pada kritik Ganzheit ?
3. Bagaimana penggunaan metode Ganzheit dalam Karya sastra ?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode Ganzheit ?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1. Untuk menjelaskan tentang kritik sastra metode Ganzheit
2. Untuk dapat menambah pengetahuan tentang kritik Ganzheit

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kritik Ganzheit
Kritik Ganzheit mengacu pada totalitas yang terbentuk dari kesatuan elemen yang
akan membentuk kualitas baru, tidak sama yang merupakan penghayatan secara keseluruhan.
Kualitas baru akan ditangkap olehpembaca sebagai dasar apresiasi, resepsi dan kemudian
bentuk kritik. Prinsip dasar kritik Ganzheit yaitu setiap kali terdapat upaya penghayatan
terhadap karya sastra dianggap sebagai proses rekreasi atau penciptaan kembali karya sastra
yang tengah dihayati oleh pembaca tertentu, dengan setiap tahap penghayatannya bersifat
unik, bernilai, penemuan yang dinamis membangun sebuah dunia dalam karya sastra. dengan
demikian sastra menjadi sebuah subjek totalitas penghayatan. Pemahaman pada prinsip ini,
karya merupakan langkah awal kritik untuk menentukan titik-titik yang berhubungan.
Pernah diungkapkan oleh Arif Budiman beserta kawan-kawan seangkatannya (Dian
Lestari, 2012), bahwa kritik sastra dengan metode Ganzheit, yaitu melihat karya sastra
sebagai keseluruhan (tidak dicincang-cincang). Atas reaksi para sastrawan terhadap kritik
akademik yang diberi ciri sebagai kritik analitik itu, terjadilah perdebatan dan polemik. M.S.
Hutagalung (tokoh kritik sastra akademik) yang memproklamirkan kritiknya sebagai “Kritik
Sastra AliranRawamangun”. Dalam polemik itu, pihak Ganzheit diwakili oleh Arif Budiman.
Polemik itu baru berhenti pada pertengahan tahun 1970-an

B. Metode Ganzheit
Landasan dasar, pokok pikiran dan uraian tentang metodeGanzheit ini adalah tidak
mengenal konsepsi-konsepsi apriori yang dipergunakan untuk menganalisis suatu cipta sastra.
Tidak mengenal adanyaperbandingan dengan cipta sastra yang lain, karena ia menolak
adanya konsepsi-konsepsi universal yang dapat diterapkan pada semua cipta seni. Prinsip
mekanis Ganzheit menggunakan posisi pemahaman karya sebagai langkah awal kritik
kemudian menentukan titik-titik yang berhubungan dengan prinsip ganzheit mana yang
sesuai dan dapat diterapkan dalam karya yang dipahami tersebut. Kritik ini tidak akan
mengadili secara langsung.

C. Metode Ganzheit dalam Karya sastra


Pada hakekatnya, metode Ganzheit dalam kritik seni adalah metode yang
mengembalikan kritik seni kepada manusia konkrit dan menolak penggunaan alat-alat yang
memakai prinsip mekanistis yang universal. Artinya metode ini menghilangkan kaidah
analisa per bagian dari suatu karya sastra namun secara umum.

3
 Metode Ganzheit dalam kritik seni adalah metode yang mengakui keunikan tiap-tiap
ciptaan seni dan mengakui dunia merdeka yang hidup dari manusia-manusia yang
menghayati. Metode Ganzheit dalam kritik seni sebagai interferensi dinamis dari keduanya.
Sastrawan yang menggunakan metode kritik Ganzheit adalah Goenawan Mohamad
(Sutisna Adji) yang mengkonsepkan bahwa karya sastra harus dipandang secara keseluruhan.
Ganzheit dalam istilah lain adalah suasana hati penyair maupun pengarang. Berdasarkan teori
Ganzheit tersebut, Goenawan mengkritik karya sastra kumpulan puisi milik Sapardi Djoko
Damono. Tipe kritik Goenawan adalah kritik ekspresif. Dalam kritik ekspresif, yang menjadi
subyek bukan karya sastra melainkan sastrawan. Keseluruhan atau Ganzheit dari suasana hati
sastrawan. Hal ini yang membedakan dengan metode strukturalisme yang berspektif obyektif
(karya sastra itu sendiri).
Setelah mengupas mengenai keseluruhan kumpulan sajak secara keseluruhan, dengan
analisis yang menyeluruh, kemudian Goenawan mengupas satu persatu sajak yang terdapat
pada kumpulan puisi Sapardi sebagai bagian dari suasana hati. Dalam analisisnya, Goenawan
tidak menganalisis secara analitik melainkan mengambil satuan besar yang utuh sebagai
gambaran dari suasana hati yang dibicarakan. Analisis dapat berupa bunyi dalam sajak
namun hanya inti saja. Contoh analisis metode Ganzheit antara lain sebagai berikut
SIAPA AKU
Siapa menggores di langit biru
Siapa meretas di awan lalu
Siapa mengkristal di kabut itu
Siapa mengertap di bunga layu
Siapa cerna di warna ungu
Siapa bernapas  di detak waktu
Siapa berkelebat setiap kubuka pintu
Siapa mencair di bawah pandangku
Siapa terucap di celah-celah kataku
Mengaduh di bayang-bayang sepiku
Siapa tiba menjemput berburu
Siapa tiba-tiba menyibak cadarku
Siapa meledak dalam diriku
Siapa Aku
(1968)

4
Sajak tersebut adalah salah satu sajak yang paling orisinal dari Sapardi Djoko
Damono. Kendati pertanyaan besar “siapa aku” sering kita jumpai, dengan segala pretensi
kefilsafatan ataupun ketasawufan semacam banyak yang terkandung dalam pelbagai karya
mistik Jawa, dalam sajak tersebut pertanyaan itu lebih merupakan puncak kegelisahan di
tengah misteri. Tak ada  tanda tanya sebuah pun di sana, tetapi ia tetap sesuatu yang kejang
meraih jawaban: baris demi baris tidak sekedar resah yang menuju ke arah klimaks. Setiap
kali langkah itu terasa kaget dan termangu: kita dengar suara keras konsonan-konsonan yang
kemudian tiba-tiba tersentak, disusul vokal “u” pada setiap ujung dan pertanyaan itu belum
terjawab, hanya berakhir dengan kekosongan yang sama. Dan tanda pun akan terasa sebagai
sesuatu yang berlebihan. Adakah kita sia-sia?   (Goenawan dalam Pradopo, 2002: 352)

D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Ganzheit


a . Kelebihan Metode Ganzheit
Metode Ganzheit memiliki kelebihan yaitu metode ini lebih mudah digunakan karena tidak
membutuhkan analisis d dalamnya.
b.Kekurangan Metode Ganzheit
Metode Kritik Ganzheit memiliki kekurangan yaitu seorang kriti
k u s   h a r u s mempunyai pengetahuan yang luas mengenai karya sastra dan pengarang karya
yang di kritiknya.

5
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Metode kritik ‘Ganzheit’  tidak tepat apabila di sebut sebagai salah satu metode analisis
dalam kritik sastra, sebab macam kritik ini tidak menekankan ‘analisis’ dalam kerjanya.ia
mempunyai cara tersendiri yang khas dalam pendekatan suatu cipta sastra atau cipta seni
pada umumnya.
 Pada dewasa ini ada beberapa ilmu jiwa yang di cernakan dalam seni dengan hasil yang
memuaskan. Metode Ganzheit berhubungan dengan totalitas sebuah karya sastra.  Penerapan
metode Ganzheit dilakukan dengan menyoroti secara menyeluruh karya sastra secara
ekspresif untuk mendapatkan gambaran suasana hati pengarang.

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap dapat menjadi bahan acuan pembaca dalam
memahami materi tentang kritik metode Ganzheit. Demikian halnya dengan penerapan
metode Ganzheit  hendaknya dilakukan secara totalitas dalam karya sastra itu dengan
pendekatan ekspresif untuk memperoleh suasana hati yang terdapat dalam karya itu.

6
DAFTAR PUSTAKA

Asriningsari Ambirini, Jendela Kritik Sastra, Universitas Negeri Semarang,


2016

http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Kritik_Ganzheit

Anda mungkin juga menyukai