Anda di halaman 1dari 13

Ragam Bahasa Indonesia

Bahasa mengalami perubahan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar belakangnya. Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, lawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut media pembicaraan. Macam-macam ragam bahasa : 1. Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat resmi. 2. Ragam cakapan (ragam akrab) adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi. 3. Ragam hormat adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya orang tua dan atasan. 4. Ragam kasar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling mengenal. 5. Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Ragam lisan dapat kita temui, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang non standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan non formal lainnya. 6. Ragam resmi adalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi. 7. Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun non standar. Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah remaja, iklan, atau poster. 8. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb.

9. Ragam bahasa perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa Benyamin s, dan lain sebagainya. 10. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa Madura, Medan, Sunda, Bali, Jawa, dan lain sebagainya. 11. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orangorang jalanan. Macam-macam ragam bahasa yang disebutkan diatas dapat dibedakan lagi menjadi sebagai berikut : 1. Berdasarkan pokok pembicaraan :

Ragam bahasa undang-undang Ragam bahasa jurnalistik Ragam bahasa ilmiah Ragam bahasa sastra

2. Berdasarkan media pembicaraan : a. Ragam lisan yang antara lain meliputi:


Ragam bahasa cakapan Ragam bahasa pidato Ragam bahasa kuliah Ragam bahasa panggung

Ciri-ciri ragam bahasa lisan


o o o o

Adanya lawan bicara Terikat waktu dan ruang Dapat dibantu dengan mimik muka/wajah, intonasi, dan gerakan anggota tubuh Unsur-unsur dramatika biasanya dinyatakan dihilangkan atau tidak lengkap

b. Ragam tulis yang antara lain meliputi:


Ragam bahasa teknis Ragam bahasa undang-undang Ragam bahasa catatan Ragam bahasa surat

Ciri-ciri ragam bahasa tulis :

o o o o o o

Tidak mengharuskan kedatangan/kehadiran pembaca Diperlukan ejaan atau tanda baca Kalimat ditulis secara lengkap Komunikasi resmi Wacana teknis Pembicaraan di depan khalayak ramai Pembicaraan dengan orang yang dihormati

3. Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara, dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara
o o o o o

Ragam bahasa resmi Ragam bahasa akrab Ragam bahasa agak resmi Ragam bahasa santai dan sebagainya

Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya :


Faktor Budaya atau letak Geografis Faktor Ilmu pengetahuan Faktor Sejarah

Referensi : 1. [http://azizturn.wordpress.com/2009/10/12/ragam-bahasa/] 2. [http://bloggue-hadi.blogspot.com/2009/10/ragam-bahasa.html] 3. [http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsibahasa-pelajaran-bahasa-indonesia] 4. [http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/ragam-bahasa-indonesia/] 5. [http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/ragam-bahasa-indonesia/]

ragam bahasa
Menurut Lamuddin Finozza, karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topic atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea. Penggolongan karangan menurut bobot isinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu, karangan ilmiah, semi ilmiah dan non ilmiah. Non Ilmiah (Fiksi) adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsurunsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dan lainnya. Bentuk karangan non ilmiah adalah dongeng, cerpen, novel, roman, anekdot, hikayat, cerber, puisi dan naskah drama. Ciri-ciri karangan noni lmiah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ditulis berdasarkan fakta pribadi Fakta yang disimpulkan subjektif Gaya bahasa konotatif dan popular Tidak memuat hipotesis Penyajian dibarengi dengan sejarah Bersifat imajinatif Situasi didramatisir Bersifat persuasive

Semi ilmiah adalah karangan ilmu pengatahun yang menyajikan fakta umum dan menurut metodologi penulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya pun tidak semi formal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan karangan non ilmiah. Maksud dari karangan non ilmiah tersebut ialah karena jenis semi ilmiah masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen. Karakteristiknya adalah berada diantara ilmiah. Bentuk karangan semi ilmiah yaitu artikel, editorial, opini, tips, reportase dan resensi buku. Resensi buku adalah bentuk konbinasi antara uraian, ringkasan dan kritik objektif terhadap sebuah buku. Klasifikasi pembuatan resensi buku ilmiah yaitu ringkasan, deskripsi, kritik, apresiasi, dan praduga.

Ciri-ciri karangan semi ilmiah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Ditulis berdasarkan fakta pribadi; Fakta yang disimpulkan subjektif; Gaya bahasa formal dan popular; Mementingkan diri penulis; Melebih-lebihkan sesuatu; Usulan-usulan bersifat argumentatif; Bersifat persuasive.

Ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Jenis karangan ilmiah : 1. Makalah : Karya tulis yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif (menurut bahasa, makalah berasal dari bahasa Arab yang berarti karangan). 2. Kertas kerja : Makalah yang memiliki tingkat analisis lebih serius, biasanya disajikan dalam lokakarya. 3. Skripsi : Karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasar pendapat orang lain. 4. Tesis : Karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi. 5. Disertasi : Karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasar data dan fakta yang sahih dengan analisi yang terinci. Ciri-ciri karangan ilmiah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sistematis; Objektif; Cermat, tepat dan benar; Tidak persuasif; Tidak argumentatif; Tidak emotif; Tidak mengejar keuntungan sendiri; Tidak melebih-lebihkan sesuatu.

Menurut Lamuddin Finoza, terdapat tiga ciri karangan ilmiah. Pertama, karangan ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (factual objektif). Factual objektif berarti faktanya sesuai dengan objek ang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Objektif juga mengandung pengertian adana sikap jujur dan tidak memihak, serta memakai ukuran umum dalam menilai sesuatu, bukan ukuran yang subjektif (selera perseorangan). Objektifitas tersebutlah yang membuat kebenaran ilmiah berlaku umum dan universal. Dengan kata lain kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan memlalui ekspreimen bahwa dengan kondidi dan metode ang sama dapat dihasilkan kesimpulan yang sama pula. Kedua, tulisan ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur (sistematis) dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Bahas aiulmiah harus baku, baik ejaan, pembentukan kata, maupun struktur kalimatnya. Selain itu bahasa ilmiah bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsiran dan makna ganda (ambigu). Ciri lain bahasa ilmiah adalah menggunakan istilah spesifik yang berlaku khusus dalam disiplin ilmu masing-masing. Macam-macam ragam Bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu berdasarkan media, berdasarkan cara pandang penutur dan berdasarkan topik pembicaraan. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media terdiri dari ragam lisan dan ragam tulis. Ciri-ciri ragam lisan : 1. Memerlukan orang kedua/teman bicara; 2. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu; 3. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh. 4. Berlangsung cepat; 5. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu; 6. Kesalahan dapat langsung dikoreksi; 7. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi. Contoh ragam lisan adalah Sudah saya baca buku itu.

Ciri-ciri ragam tulis : 1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara; 2. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu; 3. Harus memperhatikan unsur gramatikal; 4. Berlangsung lambat; 5. Selalu memakai alat bantu; 6. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi; 7. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca. Contoh ragam tulis adalah Saya sudah membaca buku itu. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur terdiri dari ragam dialek, ragam terpelajar, ragam resmi dan ragam tak resmi. Contoh ragam dialek adalah Gue udah baca itu buku. Contoh ragam terpelajar adalah Saya sudah membaca buku itu. Contoh ragam resmi adalah Saya sudah membaca buku itu. Contoh ragam tak resmi adalah Saya sudah baca buku itu. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan terdiri dari ragam bahasa ilmiah, ragam hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial, ragam kedokteran dan ragam sastra. Ciri-ciri ragam ilmiah : 1. 2. 3. 4. Bahasa Indonesia ragam baku; Penggunaan kalimat efektif; Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda; Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias; 5. Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan; 6. Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antaralinea. Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan :

1. 2. 3. 4. 5.

Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam hukum) Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam bisnis) Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra) Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran) Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi)

Diksi atau Pilihan Kata


I. Pengertian Diksi Diksi adalah ketepatan pilihan kata untuk menyatakan sesuatu. Diksi atau pilihan kata pada dasarnya adalah hasil upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Diksi atau pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Beberapa fungsi diksi secara umum adalah sebagai berikut: 1. melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal, 2. membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca, 3. menciptakan komunikasi yang baik dan benar, 4. menciptakan suasana yang tepat, 5. mencegah perbedaan penafsiran, 6. mencegah salah pemahaman, dan 7. mengefektifkan pencapaian target komunikasi. II. Syarat Ketepatan Pemilihan Kata

Ketepatan kata adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Syarat-syarat ketepatan pilihan kata: 1. 2. 3. 4. membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat, membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya, tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika pemahamannya belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menemukan makna yang tepat dalam kamus, 5. menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara tepat, 6. menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar, 7. menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat, 8. menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, 9. menggunakan dengan cermat kata yang bersinonim, berhomofon, dan berhomografi, 10. menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat. III. Syarat Kesesuaian Kata

Selain ketepatan pemilihan kata, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian kata agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan, atau suasana yang sedang berlangsung. Syarat kesesuaian kata adalah sebagai berikut:

1. menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukkan penggunaannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan, 2. menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat, 3. menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan berlawanan makna dengan cermat, 4. menggunakan kata dengan nuansa tertentu, 5. menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah, dan komunikasi nonilmiah menggunakan kata popular, dan 6. menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis, IV. Makna Denotatif dan Makna Konotatif

Makna denotatif adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Makna denotatif sering juga disebut makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) faktual dan objektif, makna sebenarnya, dan makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya, bukan makna kias. Makna konotatif adalah makna kias, bukan sebenarnya dan dapat berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain dan berubah dari suatu masa ke masa yang lain. Makna konotatif cenderung bersifat subjektif dan dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu. V. Kata Abstrak dan Kata Konkret

Kata konkret mempunyai referensi objek yang dapat diamati. Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindera disebut konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap pancaindera, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Bertolak belakang dengan kata konkret, kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep dan digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. VI. Kata Umum dan Kata khusus

Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. Sebaliknya, makna kata menjadi sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya. Makin umum suatu kata makin besar kemungkinan terjadi salah paham atau perbedaan tafsiran. Sebaliknya makin khusus, makin sempit ruang lingkupnya, makin sedikit kemungkinan terjadi salah paham. Dengan kata lain, semakin khusus makna kata yang dipakai, pilihan kata semakin tepat. VII. Idiomatik

Idiomatik adalah konstruksi yang khas pada satu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti, misalnya, sehubungan dengan, berhubungan dengan, sesuai dengan, bertepatan dengan, sejalan dengan, disebabkan oleh, berharap akan, dan lain-lain. Ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa. Ungkapan yang bersifat idiomatik terdiri dari atas dua atau tiga kata yang dapat memperkuat diksi di dalam tulisan. IX. Nominalisasi

Nominalisasi atau disebut juga substantivasi adalah suatu proses perubahan kelas kata, yaitu dari kelas kata lain menjadi kata benda. Sederhananya nominalisasi disebut juga dengan pembendaan. Nominalisasi bisa menyatakan sistem, proses, keadaan, hasil, dan lain-lain. Berdasarkan kelas katanya, nominalisasi digolongkan ke dalam tiga bagian, yaitu : 1. Nomina deverbal merupakan hasil dari proses perubahan kelas kata dengan dasar verba (kata kerja) menjadi nomina (kata benda). 2. Nomina deadjektival dari sebuah adjektiva (kata sifat) dapat dilakukan nominalisasi. 3. Nomina denumeral merupakan hasil nominalisasi yang berasal dari kata bilangan menjadi kata benda. X. Pengertian Kalimat

Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek dan predikat. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Dalam bahasa lisan kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dan dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Kalimat dikatakan benar, santun, dan efektif bila memenuhi batasan-batasan di bawah ini, yaitu: 1. keutuhan kalimat ditandai oleh adanya kesepadanan struktur dan makna kalimat (berkaitan dengan unsur gramatikal, yaitu subjek, predikat, objek, keterangan, pelengkap), 2. kesejajaran yang berarti kesamaan bentuk kata yang digunakan secara konsisten, 3. kefokusan pesan agar maknanya mudah dipahami, 4. kelogisan kalimat, 5. kehematan kalimat yang dilihat dari setiap unsur kalimat yang harus berfungsi dengan baik, 6. kecermatan menggunakan diksi 7. kevariasian struktur, diksi, dan gaya namun tidak mengubah makna kalimat, 8. ketepatan diksi yang mengungkapkan pikiran secara tepat, dan 9. ketepatan ejaan dan tanda baca.

XI.

Kesalahan Kalimat

Kalimat dikatakan baik bila dapt diterima oleh siapa pun dan benar artinya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kesalahan kalimat dapat berakibat fatal, salah pengertian, salah tindakan, dsb. Hal itu disebabkan oleh kesalahan struktur, ejaan, dan diksi. Dalam ilmu bahasa indonesia terdapat istilah-istilah yang memiliki arti khusus. Seperti sinonim, antonim, homonim dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas satu persatu lengkap dengan pengetian dan contoh-contohnya. Pengertian homonim Kata homonim berasal dari kata homo yang berarti sama dan nym berarti nama, homo dapat diartikan sama nama, sama bunyu, sebunyi, tetapi berbeda makna. Sebagai contoh : - Syah = Raja Syah = kepala (pemimpin) - buku = ruas buku = kitab - bandar = pelabuhan bandar = parit bandar = pemegang uang dalam perjudian Pengertian Homofon Homofon terdiri atas kata homo yang berarti sama, dan foni (phone) yang berarti bunyi atau suara. Homofon mempunyai pengertia sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna Contoh kata yang berhomonim : 1. Sangsi ; bimbang atau ragu-ragu, sanksi ; (hukuman) 3. bank (tempat menyimpan / menghutang uang), bang (berarti sebutan kakak lakilaki)

Pengertian Homograf Homograf terdiri dari kata homo yang berarti sama dan graf (graph) berarti tulisan. Homograf ditandai oleh kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna. Contoh kata homograf bisa kamu lihat pada kalimat di bawah ini : 1. Ia makan apel (buah) sesudah apel (upacara ) dilapangan

2. Pejabat teras (pejabat utama) itu duduk santai di teras (lantai depan rumah) sambil membaca berita di koran tentang pertanian di daerah teras (bidang tanah datar yang miring di perbukitan) 3. Polisi serang (mendatangi untuk menyerang) penjahat di Kabupaten Serang (nama tempat). Serangan jantung (penyakit jantung yang mendadak) melanda orang tua yang tidak pernah berolah raga. Pengertian Sinonim Sinonim adalah kata yang memiliki makna atau arti yang sama. Contoh kata sinonim misalnya ; kredit = mencicil, berdusta = berbohong, haus = dahaga, baju = pakaian, bunga = kembang dan masih banyak lagi contoh lainnya. Contoh kalimat yang menggunakan kata sinonim sebagai berikut 1. Mobil pak Tono dibeli dengan cara kredit, karena ia lebih suka mencicil dari pada membayar penuh. sinonim dari kredit = mencicil 2. Semoga saja bu Sinta itu tidak berdusta, karena organisasi tidak menyukai orang yang suka berbohong. sinonim dari berdusta = berbohong Pengertian Antonim Antonim merupakan kata yang memiliki arti yang berlawanan makna contoh kata antonim misalnya ; suami lawan katanya istri, tua lawan katanya muda, besar lawan katanya kecil, pria lawan katanya wanita, dan masih banyak lagi Contoh kalimat yang menggunakan kata sinonim sebagai berikut : 1. Pak joko adalah seorang suami yang sangat mencintai istri dan anak-anaknya. 2. Pak Ridwan ingin memanfaatkan masa mudanya dengan baik agar tidak menyesal ketika sudah tua nantinya. Itulah penjelasan mengenai antoni, sinonim homonim, homofon, dan homograf, semoga bisa kamu pahami dan memberikan manfaat bagi kamu yang membutuhkan. referensi : buku bahasa indonesia oleh Widjono Hs., banizamzami.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai