Anda di halaman 1dari 28

Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan

gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dalam
artikel ini akan dibahas tentang 3 jenis karangan, yaitu: karangan ilmiah, karangan non ilmiah,
dan karangan semi ilmiah. Berikut ini penjelasannya.
I. Karangan ilmiah

Karangan ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan
yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau
sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh
masyarakat keilmuan.

Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau
simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari
kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah
tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian
selanjutnya.

Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya
ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya
merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu,
makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah
mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar
dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada
mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.

Tujuan karya ilmiah, antara lain:

 Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan
ilmiah yang sistematis dan metodologis.

 Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi


konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran
dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
 Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan
antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
 Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi
dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan
memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
 Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.

Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:


 Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;

 Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;

 Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;

 Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;

 Memperoleh kepuasan intelektual;

 Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;

 Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya

II. Karangan Non Ilmiah

Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan
dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta
umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak
terlalu formal).

Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah, yaitu:

 Ditulis berdasarkan fakta pribadi,

 Fakta yang disimpulkan subyektif,

 Gaya bahasa konotatif dan populer,

 Tidak memuat hipotesis,

 Penyajian dibarengi dengan sejarah,

 Bersifat imajinatif,

 Situasi didramatisir,

 Bersifat persuasif.

 Tanpa dukungan bukti

Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah, yaitu:


 Dongeng

 Cerpen

 Novel

 Drama

 Roman.

III. Karangan Semi Ilmiah

Karya tulis semi ilmiah merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi
dalam satu tulisan yang ditulis dengan bahasa konkret dan formal, kata-katanya teknis dan
didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya. Karya tulis ini juga
merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan
penulisannya tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang
sintesis-analitis karena sering dimasukkan dalam kary tulis ini. Karya tulis semi ilmiah
biasanya digunakan dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.

IV. Perbedaan Karya Ilmiah dengan Nonilmiah

Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui
orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa
menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal
yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan
nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.

1. Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif).
Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian
ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.

2. Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah
digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan
terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.

3. Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata
lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan
inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan
yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas
antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193)
menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah,
dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam
karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam
karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan
kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum
daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan
ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis,
sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk,
karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada
karangan semiilmiah.

Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah


disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi,
tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai,
resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen,
cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.

Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak
didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya
bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan
populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat, antara
lain :

1. Emotif : merupakan kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari
keuntungan dan sedikit informasi

2. persuasif : merupakan penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca,
mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative

3. Deskriptif : merupakan pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan

4. Jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.

Simpulan

Karangan merupakan karya tulis yang disusun berdasarkan kumpulan-kumpulan fakta


ataupun tidak dan dirangkum dalam sebuah karya tulis dengan menggunakan metode
tertentu sesuai kebutuhan karangan tersebut, apakah penulis akan membuat karangan ilmiah,
semi ilmiah/populer atau non ilmiah.
Karangan yang baik akan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, antara lain :

1. Karangan Ilmiah Yaitu :

a. Sistematis

b. Objektif

c. Cermat, tepat, dan benar

d. Tidak persuasif

e. Tidak argumentatif

f. Tidak emotif

g. Tidak mengejar keuntungan sendiri

h. Tidak melebih-lebihkan sesuatu.

2. Karangan Semi Ilmiah/Populer :

a. Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi

b. Fakta yang disimpulkan subyektif

c. Gaya bahasa formal dan popular

d. Mementingkan diri penulis

e. Melebihkan-lebihkan sesuatu

f. Usulan-usulan bersifat argumentatif, dan

g. Bersifat persuasif.

3. Karangan Non Ilmiah :

a. Ditulis berdasarkan fakta pribadi

b. Fakta yang disimpulkan subyektif

c. Gaya bahasa konotatif dan populer


d. Tidak memuat hipotesis

e. Penyajian dibarengi dengan sejarah

f. Bersifat imajinatif

g. Situasi didramatisir, dan

h. Bersifat persuasif.

V. Perbedaan Karya Ilmiah dengan Semi ilmiah

“Kecermatan dalam berbahasa mencerminkan ketelitian dalam berpikir” adalah slogan


yang harus dipahami dan diterapkan oleh seorang penulis. Melalui kecermatan bahasa
gagasan atau ide-ide kita akan tersampaikan. Oleh karena itu, penguasaan bahasa amat
diperlukan ketika Anda menulis.
Bahasa dalam karangan ilmiah menggunakan ragam bahasa Indonesia resmi. Ciri-ciri ragam
resmi yaitu menerapkan kesantunan ejaan (EYD/Ejaan Yang Disempurnakan), kesantunan
diksi, kesantunan kalimat, kesantunan paragraph, menggunakan kata ganti pertama
“penulis”, bukan saya, aku, kami atau kita, memakai kata baku atau istilah ilmiah, bukan
popular, menggunakan makna denotasi, bukan konotasi, menghindarkan pemakaian unsur
bahasa kedaerahan, dan mengikuti konvensi penulisan karangan ilmiah.
Terdapat tiga bagian dalam konvensi penulisan karangan ilmiah, yaitu bagian awal karangan
(preliminaries), bagian isi (main body), dan bagian akhir karangan (reference matter).

Berbeda dengan karangan ilmiah, bahasa dalam karangan semiilmiah/ilmiah popular dan
nonilmiah melonggarkan aturan, seperti menggunakan kata-kata yang bermakna konotasi
dan figurative, menggunakan istilah-istilah yang umum atau popular yang dipahami oleh
semua kalangan, dan menggunakan kalimat yang kurang efektif seperti pada karya sastra.

Berikut perbandingan istilah ilmiah dan semi ilmiah/popular.

Kata Ilmiah

 Metode

 Prosedur

 Sahih

 Fonem
 Populasi

 Stadium

 Karbon

 Produk

 Volume

 Makro

 Paradigma

Kata Populer

 Cara

 Langkah-langkah

 Sah

 Bunyi

 Penduduk

 Tahapan

 Orang

 Hasil

 Isi

 Besar

 Pandangan
A. Karya Ilmiah

1. Pengertian
Ada beberapa pengertian dari karya ilmiah, yakni :

a. Menurut Brotowidjoyo karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang


menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya
ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan,
penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika
penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya/keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).

b. Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu
pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk
memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca.

c. Karya ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang
dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan
menyajikan fakta umum serta ditulis menurut metodologi penulisan yang benar. Karya
ilmiah ditulis dengan bahasa yang konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan
dan didukung fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya

d. Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan.
Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang
diperoleh melalui suatu penelitian. Karya tulis ilmiah melalui penelitian ini menggunakan
metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap
permasalahan yang diteliti. Untuk memperjelas jawaban ilmiah berdasarkan penelitian,
penulisan karya tulis ilmiah hanya dapat dilakukan sesudah timbul suatu masalah, yang
kemudian dibahas melalui penelitian dan kesimpulan dari penelitian tersebut.
Dari berbagai macam pengertian karya ilmiah di atas dapat disimpulkan, bahwa yang
dimaksud karya ilmiah dalam makalah ini adalah, suatu karangan yang berdasarkan
penelitian yang ditulis secara sistematis, berdasarkan fakta di lapangan, dan
dengan menggunakan pendekatan metode ilmiah.

2. Ciri Karya Ilmiah

Tidak semua karya yang ditulis secara sistematis dan berdasarkan fakta di lapangan adalah
sebuah karya ilmiah sebab karya ilmiah mempunyai ciri-ciri seperti berikut ini:

1. Objektif.

Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan
kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang
disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian,
siapa pun dapat mengecek (memverifikasi) kebenaran dan keabsahannya.

2. Netral.

Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-
kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu,
pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca
perlu dihindarkan.

3. Sistematis.

Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola
pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya.
Dengan cara demikian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.

4. Logis.

Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau
deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif;
sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola
deduktif.

5. Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan).


Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu
menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-
gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang
seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar)
hendaknya dihindarkan.

6. Tidak Pleonastis

Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat kata-katanya atau tidak
berbelit-belit (langsung tepat menuju sasaran).

7. Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.

3. Syarat Karya Ilmiah

Berikut ini adalah syarat-syarat karya ilmiah :

 Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
 Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang
menyangganya.

 Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.


 Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang
tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
 Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandungdalam
hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
 Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan),
deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).
 Feature merupakan bentuk tulisan semiilmiah yang cukup penting di dunia jurnalistik. Romli (2001)
menyebutkan bahwa feature itu “mutlak” diperlukan oleh redaksi media massa terutama mingguan,
dwimingguan, dan bulanan. Hal ini pula yang menjadi salah satu alternatif bagi media massa cetak untuk
mampu mengimbangi media elektronik. Makna tersirat dari pernyataan di atas adalah bahwa, “Silakan tulis
feature sebanyak-banyaknya dan cobalah kirimkan ke redaksi media.”
 Kadang-kadang pembaca media menyamakan feature dengan artikel. Karena itu mereka menyebutkannya
juga sebagai sebuah artikel untuk sebuah feature. Komus Besar Bahasa Indonesia belum memuat
katafeature atau fitur, misalnya. Dalam Kamus inggris—Indonesia (An English—Indonesian
Dictionary) featuredimaknai ‘roman’ dan roman itu sendiri adalah sebuah cerita. Artinya, feature dan roman
memiliki sifat yang sama, yaitu sifat “bercerita” dan sifat “kreatif”.
 Teknik berceritalah yang merupakan perbedaan pokok antara tulisan bentuk feature dengan tulisan bentuk
artikel. Ciri utama tulisan artikel adalah membahas atau menganalisis masalah. Kadang-kadang sebuah
artikel mengemukakan alternatif pemecahan masalah yang dikaji di dalamnya. Lebih dari itu, kadang-
kadang sebuah artikel begitu gambling mengutarakan sikap atau penafsiran penulis yang subjektif. Artinya
orang lain bisa (sangat) tidak setuju dengan penafsiran subjektif sang penulis. Salah satu contoh artikel
yang kaya dengan penafsiran subjektif dari sang penulis adalah tulisan Atip Tartiana yang berjudul “Mudik
Politik dan Spirit Silaturahmi” (terlampir).
 Walaupun feature berbeda dengan artikel, pada suatu saat kita bertemu dengan tulisan yang tidak bisa
dengan mudah kita bedakan dari artikel, terutama feature ilmu pengetahuan. Tulisan itu berangkat dari
peristiwa yang dialami oleh seorang tokoh namun dalam pengembangannya mengarah pada pembahasan
yang dialami oleh tokoh tersebut karena menyangkut kepentingan kemanusiaan dan menyangkut kebijakan
pemerintah. Silakan baca tulisan yang berjudul “Ketika Petasan Menjadi Sumber” (terlampir). Ya, kadang-
kadang batas pemisah atau pembeda kedua jenis tulisan ini tidaklah bersifat patah arang.
 Dalam tulisan ini, feature dibatasi dengan tulisan kreatif yang menyajikan ilmu pengetahuan dengan cara
bercerita atau menceritakan. Di dalamnya ada tokoh cerita. Isinya berupa fakta-fakta, peristiwa, sisi lain dari
suatu peristiwa, atau tentang bagaimana melakukan atau bekerjanya sesuatu. Tidak ada penafsiran
subjektif dari sang penulis terhadap peristiwa atau masalah yang disajikannya. Jadi, feature berbeda
dengan esai yang isinya berupa pembahasan, alternatif pemecahan, serta pandangan subjektif sang penulis
tentang suatu masalah. Esai inilah yang bisa dianggap sama dengan tulisan bentuk artikel.
 Tulisan feature bersifat kreatif. Kreatif dalam proses pencarian dan penemuan tema tulisan dan kreatif
dalam cara pengembangannya seperti yang dikemukakan di dalam butir “Bahasa Tulisan Semiilmiah”.

feature
adalah tulisan hasil reportase (peliputan) mengenai suatu objek atau peristiwa yang bersifat
memberikan informasi, mendidik, menghibur, meyakinkan, serta menggugah simpati atau empati
pembaca. (LeSPI, 1999-2000). Sisi-sisi kemanusiaan atauhuman interestmerupakan aspek yang
paling dominan dalam sebuah produk tulisanfeature. Pengertian feature yang demikian
sebetulnya tidaklah begitu saklek karena masing-masing penulis memiliki arti tersendiri. Dalam
penulisan feature, kehendak, opini atau subyektifitas pandangan penulis sangat mungkin untuk
dimasukan, meskipun tidak secara mencolok. Opini itu tersamar dalam pelukisan suasana,
penggunaan contoh-contoh, serta penyertaan narasumber pilihan yang dapat
dipertanggungjawabkan kredibilitasnya.

Ciri-ciri feature
1. Lengkap
Sebuah feature disebut lengkap bila menyatukan bagian-bagian fakta dari suatu peristiwa, dan
memadukan jalan pikiran penulisnya dalam bagian pendahuluan, rincian atau uraian , dan
kesimpulan atau penutup (punch).
2. Melawan Kebasian
Feature dapat menjadi alat ampuh melawan kebiasaan berita. berita hanya berumur 24 jam.
Dengan feature, sebuah berita dapat dipoles menjadi menarik kembali dan tetap aktual.
3. Non Fiksi
Feature merupakan pengungkapan fakta-fakta yang dirangkai menjadi satu kesatuan dan
memebrikan gambaran yang jelas dan utuh kepada pembaca mengenai suatu peristiwa atau suatu
objek.
4. Bagian Dari Media Massa
Sebuah feature harus disajikan dalam media massa, baik cetak (surat kabar, majalah dan buletin)
maupun elektronik (televisi dan radio, kalau sekarang web dan blog termasuk juga khan…?)
5. Panjang tak Tentu
Belum ada ketentuan mengenai panjang pendeknya sebuah feature, sehingga
tulisanfeaturesangat bervariasi tergantung penulisnya. Panjang pendeknya
sebuah featuretergantung pada penting-tidaknya peristiwa, menariknya aspek yang diungkap,
dan bagaimana penulis berusaha mewarnai feature sehingga memikat dari awal sampai akhir.
Sifat-sifat Feature
1. Kreatif
Feature membutuhkan kreativitas penulisnya, dalam mencari objek tulisan yang khas, yang
kadang-kadang merupakan peristiwa biasa, namun belum pernah atau jarang terungkap.
2. Variatif
Sebuah feature ditulis dengan gaya penulisan yang variatif dengan mampu membangkitkan
imajinasi pembacanya. Diksi atau pilihan kata, komposisi atau rangkaian kata-kata, kalimat dan
paragrafnya, dari fakta-fakta yang diperoleh ditulis tidak monoton, hidup dan variatif.
3. Subyektif
Feature bersifat subyektif. Yakni sangat tergantung sudut pandang, wawasan, intelektual,
ketrampilan, dan karakter penulisnya.
4. Informatif
Feature membantu pembaca dengan memperjelas suatu keadaan untuk merasakan gambaran dari
suaru kejadian, atau mempengaruhinya bertindak atau percaya. Nilai informatif feature berbeda
dengan berita langsung yang benar-benar menyajikan informasi. Informasi dalam feature lebih
mendalam dan lengkap.

Ciri - Ciri Feature


(Inna Wijaya)
 Proses jalannya cerita cenderung vertikal dan mendalam.
 Mengungkapkan gambaran kualitatif (khas).
 Diramu dalam satu tofik kehidupan yang nyata (rill).
 Menggambarkan satu kehidupan dalam satu episode.
 Jalan ceritanya relatif dapat diramalkan.
 Diolah dengan sasaran untuk mengubah sikap peserta.
Jenis-jenis feature
Ada beberapa jenis feature, di antaranya adalah:
1. Feature berita yang lebih banyak mengandung unsur berita, berhubungan dengan
peristiwa aktual yang menarik perhatian khalayak. Biasanya merupakan pengembangan
dari sebuah straight news. Misalnya, menulis berita tentang buronnya Muhammad
Nazaruddin, mantan bendahara umum Partai Demokrat–yang juga anggota DPR-RI.
Untuk menulis berita tersebut yang kental unsur feature-nya, bisa cerita tentang fakta
seputar kasus dipecatnya Nazaruddin dari Partai Demokrat karena dugaan keterlibatan
Nazaruddin dalam korupsi pembangunan wisma atlet SEA Games. Mengapa ia dituduh
korupsi, berapa banyak duit yang dikorupsinya, mengapa ia harus kabur ke Singapura,
dan masih banyak hal yang bisa ditulis.
2. Feature artikel yang lebih cenderung segi sastra. Biasanya dikembangkan dari
sebuah berita yang tidak aktual lagi atau berkurang aktualitasnya. Misalnya, tulisan
mengenai suatu keadaan atau kejadian, seseorang, suatu hal, suatu pemikiran, tentang
ilmu pengetahuan, dan lain-lain yang dikemukakan sebagai laporan (informasi) yang
dikemas secara ringan dan menghibur. Misalnya, menulis tentang kondisi kaum muslimin
di berbagai belahan dunia.
Berdasarkan tipenya. Untuk persoalan ini, feature dapat dibedakan menjadi (ini saya
‘modifikasi’ dari tulisannya Asep Syamsul M. Romli) yaitu :
1. Feature human interest (langsung sentuh keharuan, kegembiraan, kejengkelan
atau kebencian, simpati, dan sebagainya). Misalnya, cerita tentang penjaga mayat di
rumah sakit, kehidupan seorang petugas kebersihan di jalanan, liku-liku kehidupan
seorang guru di daerah terpencil, suka-duka menjadi dai di wilayah pedalaman, atau kisah
seorang penjahat yang dapat menimbulkan kejengkelan.
2. Feature pribadi-pribadi menarik atau feature biografi. Misalnya, riwayat hidup
seorang tokoh yang meninggal, tentang seorang yang berprestasi, atau seseorang yang
memiliki keunikan sehingga bernilai berita tinggi. Itu sebabnya, Anda bisa menuliskan
tentang profil para pemimpin Islam di masa lalu, misalnya. Atau Anda juga bisa cerita
tentang kisahnya al-Khawarizmi, ilmuwan muslim yang menemukan angka nol.
3. Feature perjalanan. Misalnya kunjungan ke tempat bersejarah di dalam ataupun
di luar negeri, atau ke tempat yang jarang dikunjungi orang. Dalam feature jenis ini,
biasanya unsur subjektivitas menonjol, karena biasanya penulisnya yang terlibat langsung
dalam peristiwa/perjalanan itu mempergunakan “aku”, “saya”, atau “kami” (sudut
pandang—point of view—orang pertama). Ambil contoh tentang perjalanan menunaikan
ibadah haji. Perjalanan ke tanah suci itu bisa Anda tuangkan dalam sebuah tulisan
bergaya feature yang menarik. Itu sebabnya, disarankan untuk membawa buku catatan
kecil untuk menuliskan semua peristiwa yang dialami sebagai bahan penulisan.
Pokoknya, sip deh.
4. Feature sejarah. Yaitu tulisan tentang peristiwa masa lalu, misalnya peristiwa
Keruntuhan Khilafah Islamiyah, sejarah tentang Istana al-Hamra dan benteng Granada.
‘Melongok’ kejayaan Islam di masa lalu. Sejarah tentang kekejaman tentara Salib saat
membantai kaum muslimin, sejarah pertama kali Islam masuk ke Indonesia dan
sebagainya. Banyak kok sejarah yang bisa kita tulis dengan jenis feature ini. Pokoknya
asyik deh.
5. Feature petunjuk praktis (tips), atau mengajarkan keahlian—how to do it.
Misalnya tentang memasak, merangkai bunga, membangun rumah, seni mendidik anak,
panduan memilih perguruan tinggi, cara mengendarai bajaj, teknik beternak bebek, seni
melobi calon mertua dan sebagainya.
Nah, inilah beberapa jenis feature yang perlu diketahui. Dalam literatur lain, atau di lapangan
bisa dijumpai hingga 8 jenis feature (selain yang 5 jenis di atas),yakni feature penjelasan/latar
belakang; feature tren/mode gaya hidup; dan juga feature peristiwa musiman. Tetapi terlepas dari
berbagai jenisnya, feature adalah salah satu karya jurnalistik yang menarik untuk ditulis dan
dibaca.

Jenis-jenis feature
(Menurut Inna Wijaya)
 Feature tokoh menarik (profil/biografi)
 Feature peristiwa menarik (Human Interest and Human Touch)
 Feature peninggalan sejarah (Historis)
 Feature panduan wisata/perjalanan (how to do it feature)
 Feature petunjuk praktis/tip (how to do it feature)
 Feature ilmiah/ilmu pengetahuan (Science)

Jenis-jenis Features
Personality profiles:

Feature tentang personality profile ini ditulis untuk membuat audiens lebih dekat pada orang di
dalam berita. Wawancara dan observatsi, serta creative writing, digunakan untuk memberikan
gambaran sehidup-hidupnya tentang seseorang.

Human interest:

Ini jenis feature yang paling banyak ditulis. Feature yang human interest ini ditulis untuk
menunjukkan 'keanehan' subyek atau nilai praktisnya, emosionalnya, atau entertainment-nya.
'Aneh' dalam hal ini adalah sesuatu yang beda atau tidak lazim sehingga menarik perhatian orang
banyak.

Trend:

Feature tentang trend ini untuk menguji orang, hal, atau organisasi yang punya dampak terhadap
masyarakat. Kisah-kisan trend ini menarik karena orang cenderung suka membaca atau
mendengar tentang sesuatu yang prediktif.

Backgrounders:

Feature backgrounder ini bertujuan menambahkan makna terhadap isu-isu saat ini dengan
menjelaskannya lebih jauh mendalam. Seperti namanya, feature ini menembus batas sekadar
berita. Informasinya berisi sesuatu yang menjelaskan terjadinya persitiwa.

How-to features:

Feature ini membantu orang mempelajari suatu issue dengan cara menjelaskan mereka
bagaimana melakukan sesuatu. Misalnya; bagaimana menghindari flu babi, bagaimana memulai
program daur ulang, bagaimana memasak untuk 100 anak yatim, dan lain-lain. Pastikan
mewawancarai sejumlah "experts" dan memasukkan kutipan-kutipan menarik.
Feature sejarah:
Ini biasa digunakan untuk mengenang tanggal-tanggal penting dalam perkembangan masyarakat.
Digunakan untuk membandingkan keadaan 'dulu' versus 'kini'. Pembaca bisa diingatkan kembali
tentang beberapa tanggal atau peristiwa yang signifikan, lalu mengunjungi kembali peristiwa
atau isu itu serta yang mengelilinginya.

Tema-tema musiman:

Musim selalu memberi banyak ide untukv feature. Isu banjir, misalnya, selalu terjadi dan
membawa berbagai kisah. Bukan cuma musim yang terkait cuaca atau iklim, tema-tema serupa
bisa terjadi dalam bidang siklus bisnis, siklus mode, titik-titik tertentu kehidupan lembaga atau
kemasyarakatan, serta isu-isu yang terkait dengan tema-tema spesifik dari suatu tahun.

Behind The Scenes:

Penulis feature ini bisa mendapatkan kesempatan luar biasa untuk masuk ke dalam situasi
tertentu sehingga bisa memberi pembaca perasaan bisa masuk ke dalam 'inner circle' dari suatu
peristiwa. Pembaca akan merasa mendapatkan sesuatu yang sebelumnya hanya menjadi rahasia
orang-orang dalam.

PENGERTIAN FEATURE
Apa itu Feature?
Wahyu Wibowo mengatakan bahwa batasan pasti tentang feature memang sulit. Menurut Daniel
R. Williamson (1983), misalnya, feature ibarat desir angin di antara pepohonan. Maksudnya, tiap
orang mudah merasakannya, namun sulit merumuskan rasa itu dalam kata-kata. Ada pula sebuah
definisi yang mengatakan bahwa feature adalah adalah tulisan dalam media massa yang bersifat
lebih bebas dan disusun dengan mengandalkan gaya individual.
Untuk tidak berlama-lama dalam kebingungan melihat batasan pasti sebuah feature, ada baiknya
kita lihat definisi feature yang dikemukakan oleh Biro Pendidikan Majalah Berita Mingguan
Tempo (1979) berikut ini:
"Cerita Feature adalah artikel yang kreatif, yang kadang-kadang subjektif, yang terutama
dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu
kejadian, keadaan atau aspek kehidupan"
Bila dilihat pembagian tulisan secara global, maka feature termasuk ke dalam jenis tulisan
nonfiksi, berupa fakta yang dipaparkan secara hidup, kreatif, kadang-kadang dengan sentuhan
subjektivitas pengarang dengan penekanan kepada aspek daya pikat kepentingan manusiawi.
Tujuannya adalah: memberitahukan, menghibur, mendidik, dan meyakinkan para pembaca.
Dapat disimpulkan bahwa feature bergerak antara fakta dan sastra. Atau dengan bahasa lain,
meramu fakta dengan gaya sastra.

Sesuai dengan batasan yang dibuat majalah Tempo di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa feature memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Kreatif: memungkinkan penulis "mencipta" sebuah cerita (dengan teknik berkisah), namun
bukan cerita fiktif
2. Subjectif: dengan penggunaan model aku, memungkinkan penulis memasukkan emosi dan
pikirannya.
3. Informatif: Feature memang terkadang tidak memiliki nilai berita. Ia justeru cenderung
memberi nilai informasi mengenai situasi/aspek kehidupan
4. Menghibur: Bahan feature dengan sengaja dicarikan dari cerita yang ekslusif dan ditulis
secara mendalam (indepth), termasuk aspek humor yang menyertainya
5. Awet: berita bisa basi dalam 24 jam, tapi feature tak akan pernah basi.

Jenis-jenis Feature

1.Feature berita
Yaitu suatu feature yang lebih banyak mengandung unsur beritanya, dan berhubungan dengan
peristiwa aktual yang menarik perhatian khalayak. Feature ini biasanya adalah merupakan
pengembangan dan pendalaman (News analisys) dari sebuah Straight News atau issue yang
masih menjadi perhatian publik.

2.Feature Opini
Feature jenis inipun biasanya terkait secara langsung atau tidak langsung dengan isu-isu yang
masih aktual tentang sebuah peristiwa, sebuah ide/gagasan, atau sebuah statemen (pernyataan)
orang penting, dan lain-lain. Bisa juga termasuk ke dalam jenis ini adalah artikel tentang
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fenomena kehidupan sosial-ekonomi, politik,
kebudayaan, kesusteraan, dan lain-lain.

3. Feature Human Interest

Yaitu Feature yang muatan isinya langsung dapat menyentuh rasa perikemanusiaan pembaca,
seperti kegembiraan, kejengkelan, bahkan kebenciannya. Contohnya adalah feature tentang anak
jalanan di Jakarta, perilaku penyimpangan seksual di kalangan remaja, merebaknya perilaku
peyalahgunaan narkoba, dan sejenisnya.

4. Feature Profil Tokoh (biografi)


Feature ini bercerita tentang penampilan (profil) dan biografi singkat tokoh-tokoh tertentu yang
menarik untuk dibaca. Contoh feature jenis ini misalnya adalah tulisan tentang seorang tokoh
yang baru meninggal (in memoriam)

5. Feature Perjalanan/Petualangan
Feature ini biasanya ditulis oleh pelaku perjalanan atau petualangan secara langsung atau tak
langsung. Tulisan ini mengungkap laporan kisah perjalanan, fakta-fakta yang ditemui, dan kesan-
kesan yang dirasakan selama perjalanan itu. Dalam Feature jenis ini, subjektifitas penulis sangat
menonjol dengan sudut pandang "aku" atau "kami".

6. Feature Sejarah
Feature ini bercerita tentang fakta-fakta sejarah peristiwa dan tokoh masa lampau di suatu daerah
atau tempat. contohnya tentang peristiwa proklamasi kemerdekaan RI, strategi dakwah Islam
para wali songo di pulau jawa, dan lain-lain. Feature sejarah yang baik, mampu membawa
pembacanya ke masa silam. Seolah para pembaca ikut masuk ke dalam peristiwa sejarah yang
dibacanya.

7. Feature Tips
Feature ini dikenal juga dengan informasi how to do it. Misalnya tentang model pakaian, cara
membuat dan menjahitnya, tentang resep makanan, merangkai bunga, kerajinan tangan, merawat
dan mengoperasikan kamera, dan sejenisnya.

Tekhnik Penulisan Feature


Jika dalam penulisan berita yang diutamakan ialah pengaturan fakta-fakta, maka dalam
penulisan feature kita dapat memakai teknik ''mengisahkan sebuah cerita''.Memang itulah
kunci perbedaan antara berita ''keras'' (spot news) dan feature. Penulis feature pada hakikatnya
adalah seorang yang berkisah.
Penulis melukis gambar dengan kata-kata: ia menghidupkan imajinasi pembaca; ia menarik
pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan
tokoh utama.
Agak berbeda dengan berita lugas (straight News), struktur penulisan feature tidak selalu
menggunakan metode ''Piramida terbalik'' yaitu dengan susunan tulisan yang meletakkan
informasi-informasi pokok di bagian atas, dan informasi yang tidak begitu penting di bagian
bawah, Struktur penulisan feature tidak terlalu baku. Jadi ia tergantung jenis featurenya.
Namun pada umumnya, dalam penulisan feature di media massa cetak –yang selalu terbatasi
tenggat waktu/deadline dan keterbatasan ruang halaman—maka bentuk piramida terbalik masih
digunakan. Hanya saja ada tambahan berupa ending yang berisi ringkasan atau kesimpulan dari
keseluruhan isi feature.

Persyaratan Pokok Menulis Feature

1. penguasaaan bahasa Indonesia secara baik dan benar


2. Mengetahui pengetahuan yang luas tentang jiwa manusia
3. Memiliki pengetahuan umum yang luas
4. Memiliki pandangan yang dewasa terhadap etika dan budaya masyarakat sendiri
5. memiliki ketajaman pikiran untuk melihat persoalan kemasyarakatan

Karya Ilmiah
Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan
yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh
seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang
dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Menurut pengertian lain karya
ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang
dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan
menyajikan fakta umum serta ditulis menurut metedologi penulisan yang benar.
Karya ilmiah ditulis dengan bahasa yang konkret, gaya bahasanya formal, kata-
katanya teknis dan dan didukung fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.

Karya ilmiah mempunyai 3 ciri yaitu:


1. Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual
objektif). Artinya sesuai dengan objek yang diteliti.
2. Bersifat metodis dan sistematis
3. Menggunakan ragam bahasa ilmiah yang baku dan formal, bahasanya bersifat
lugas agar tidak menimbulkan penafsiran dan makna ganda.

Macam – macam Karya Ilmiah:


a. Karya Ilmiah Pendidikan
Karya Ilmiah pendidikan digunakan untuk tugas meresume pelajaran, serta
persyaratan mencapai suatu gelar pendidikan, karya ilmiah terdiri dari :
1. Paper ( Karya Tulis)
2. Pra Skripsi
3. Skripsi yaitu karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasar
pendapat orang lain.
4. Thesis yaitu karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi.
5. Disertasi yaitu karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat
dibuktikan oleh penulis berdasar data dan fakta yang sahih dengan analisi yang
terinci.
b. Karya Ilmiah Penelitian
Karya ilmiah penelitian terdiri dari:
1. Makalah seminar
2. Laporan hasil penelitian
3. Jurnal Penelitian
Semi Ilmiah
Semi Ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan
menurut metodologi panulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret,
gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan didukung dengan fakta umum yang
dapat dibuktikan benar atau tidaknya. Semi ilmiah ini juga merupakan sebuah
penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya pun
tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-
analitis karena sering dimasukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-
ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan
misalnya dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.
Karakteristiknya berada diantara ilmiah.

Ciri-ciri Semi Ilmiah:

- Emotif : kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari
keuntungan dan sedikit informasi.
- Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca,
mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
- Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
- Kritik tanpa dukungan bukti.

Contoh :

Manga, merupakan sebutan untuk komik di Jepang. Tidak ada yang tahu secara
pasti kapan komik masuk pertama kali ke Jepang, tetapi pada mulanya komik
Jepang adalah peniruan dari film animasi Walt Disney oleh Ozamu Tezuka (1928-
1989) dan merupakan cikal bakal dari komik Jepang modern. Beliau
mengekspresikan gerakan film-film animasi Walt Disney ke dalam komik Jepang.
Karya-karya beliau setelah akhir perang dunia II membuka era baru untuk komik
Jepang.
Karya Non Ilmiah
Karya non ilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak
didukung fakta umum, ditulis berdasarkan fakta pribadi, umumnya bersifat subjektif,
gaya bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan popular. Satu
ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah
rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-
unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dan sebagainya.

Ciri-ciri Karya Non Ilmiah:

- Bersifat persuasif
- Ditulis berdasarkan fakta pribadi
- Fakta yang disimpulkan subyektif
- Bersifat imajinatif
- Gaya bahasa konotatif dan populer
- Situasi didramatisir
- tidak memuat hipotesis
- Penyajian dibarengi dengan sejarah

Contoh :
karya non ilmiah diantaranya cerpen, puisi, novel, komik

Karya non ilmiah bersifat:


1. Emotif : kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari
keuntungan dan sedikit informasi.
2. Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca,
mempengaruhi sikap cara berpikir pembaca dan cukup informatif.
3. Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
4. Kritik tanpa dukungan bukti.

Pengertian Karya Ilmiah


Karya ilmiah lazim juga disebut karangan ilmiah. Lebih lanjut, Brotowidjoyo menjelaskan
karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut
metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari
oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode
tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).
Karya ilmiah atau dalam bahasa Inggris (scientific paper) adalah laporan tertulis dan
publikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang
atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh
masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian,
makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya semua itu merupakan
produk dari kegiatan ilmuwan.
Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah biasa dijadikan
acuan (referensi) ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya. Isi
(batang tubuh) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat metode ilmiah. Menurut John Dewey
ada 5 langkah pokok proses ilmiah, yaitu (1) mengenali dan merumuskan masalah, (2) menyusun
kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis, (3) merumuskan hipotesis atau dugaan hasil
sementara, (4) menguji hipotesis, dan (5) menarik kesimpulan.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya
ilmiah, seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Yang disebut terakhir
umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil tetapi dilakukan cukup mendalam.
Sementara itu makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan
pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis
pakar-pakar dalam bidang tertentu yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan
kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan
penelitian. Dalam beberapa hal, ketika mahasiswa melakukan praktikum, ia sebetulnya sedang
melakukan verifikasi terhadap proses penelitian yang telah dikerjakan ilmuwan sebelumnya.
Kegiatan praktikum didesain pula untuk melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
B. Ciri Karya Ilmiah
Secara ringkas, ciri-ciri karya ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Objektif.
Keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan
yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan
berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat
mengecek (memvertifikasi) kebenaran dan keabsahannya.
2. Netral.
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-
kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-
pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
3. Sistematis.
Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola
pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan
cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
4. Logis.
Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif.
Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau
bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
5. Menyajikan Fakta (bukan emosi atau perasaan).
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan
fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang
berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang
mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.
6. Tidak Pleonastis
Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat. Kata-katanya jelas atau tidak
berbelit- belit (langsung tepat menuju sasaran).
C. Perbedaan Karya Ilmiah dengan Non Ilmiah
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui
orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa
menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang
sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi
atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya
ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif
adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan
dengan pengamatan atau observasi. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya,
dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah
yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata
lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan
inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan
yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas
antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193)
menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan
nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam
karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan
semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain,
karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah
khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah
konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan
semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki
pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semiilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah
disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis,
disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi;
yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel,
roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak
didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya
bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer,
walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat (1) emotif:
kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit
informasi, (2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca,
mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif: pendapat
pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.

2. KARYA NON ILMIAH


Karya tulis non-ilmiah (karya non ilmiah) adalah karya tulis ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya
tulis non-ilmiah itu pun bervariasi bahan topiknya dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak
didukung oleh fakta umum. Bahasanya mungkin kongkret atau abstrak, gaya bahasanya mungkin
formal dan teknis, atau formal dan populer.
Karya tulis ilmiah dapat dibedakan dengan karya tulis non ilmiah, dimana karya tulis non
ilmiah sangat bersifat subjektif.

a. Sifat karya non ilmiah :


1. Emotif, lebih merupakan refleksi dari sebuah perasaan yang terkadang melampaui
kebenaran.

2. Persuasif, yaitu bersifat mempengaruhi pikiran pembaca.

3. Deskriptif subjektif, dalam arti tidak didukung oleh data dan fakta.
4. Terkadang over claiming. Karya-karya non ilmiah ini terutama dapat dilihat dalam
bentuk karya-karya seni, seperti cerpen, novel, puisi, komik, dan lain-lain yang
sejenisnya.

b. Macam-macam karya non ilmiah :


1. Cerpen. Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek yang cenderung padat dan langsung
pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.

2. Dongeng. Merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata,
diakhir cerita biasanya mengandung pesan moral.

3. Roman. Sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau ganjaran yang isinya
menggambarkan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.

4. Novel. Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita.

5. Drama. Suatu bentuk karya sastra yang memilki bagian untuk diperankan oleh aktor.

3. KARANGAN SEMI ILMIAH


Karangan semi ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan.
Penulisannya pun tidak semi formal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah. Penulisan
yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis
dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah
penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi. Jenis karangan semi ilmiah memang masih banyak
digunakan misal dalam opini, editorial, resensi, anekdot, hikayat, dan karakteristiknya berada
diantara ilmiah. Karangan semi ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta
umum tetapi tidak seperti metode ilmiah yang sintesis analitis karena sering dimasukkan
karangan non ilmiah.
Karangan semi ilmiah sering disebut karangan ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa
membedakan dengan tegas antara karangan semi ilmiah ini dengan karangan ilmiah dan non
ilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan karangan semi
ilmiah, ilmiah, dan non ilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan.
Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam
karangan semi ilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan
kata lain, karangan semi ilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada
istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati
kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan
semi ilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki
pendahuluan (preliminaries) yang tidak selalu terdapat pada karangan semi ilmiah.
Perbedaan Karya Ilmiah, Karya Non Ilmiah, dan Karya
Semi Ilmiah
A. Karya Ilmiah
Karya ilmiah atau dalam bahasa Inggris (scientific paper) adalah laporan tertulis dan
publikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh
seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan
dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain
laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya
semua itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.
Ciri-ciri karangan ilmiah :
 Objektif.
Keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang
sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan
bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek
(memvertifikasi) kebenaran dan keabsahannya.
 Netral.
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan
tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang
bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
 Sistematis.
Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan
tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca
akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
 Logis.
Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau
bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud
membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
 Menyajikan Fakta (bukan emosi atau perasaan).
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh
karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye,
perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan
perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.
 Tidak Pleonastis
Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat. Kata-katanya jelas atau tidak
berbelit- belit (langsung tepat menuju sasaran).
 Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.

B. Karangan Non Ilmiah


Karangan non ilmiah sangat bervariasi topic dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung
fakta umum, ditulis berdasarkan fakta pribadi, umumnya bersifat subyektif, gaya bahasanya bias konkret
atau abstrak, gaya bahasanya formal dan popular.
Karangan non ilmiah bersifat:
 Emotif : kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit
informasi.
 Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara
berfikir pembaca dan cukup informative.
 Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
 Kritik tanpa dukungan bukti.

C. Karangan semi Ilmiah


Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semi-ilmiah,
ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam
karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semi-
ilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semi-
ilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika
diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan
dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah agak longgar meskipun
tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu
terdapat pada karangan semi-ilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas,
yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong
karangan semi-ilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah
adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah. Perbedaan-
perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.Pertama, karya ilmiah harus merupakan
pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara
fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Kedua,
karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode
atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses
pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah
menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik
penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam
melakukan pengklasifikasian.

Anda mungkin juga menyukai