Anda di halaman 1dari 29

KARYA TULIS ILMIAH

Tentang
WISATA RELIGI PAMIJAHAN
Tahun Pelajaran 2021/2022

Disusun oleh:
Aldo Mubarok
Kelas: XI MIPA 1

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


MAN 5 TASIKMALAYA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat, berkah, hidayah, dan karunia-Nya, kelompok kami dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah tentang, ”Wisata Religi Pamijahani”.
Karya tulis ini disusun dan diajukan untuk memenuhi nilai keterampilan
semua mata pelajaran di Kelas XI semester 2 Tahun Pelajaran 2021/2022.
Selesainya Karya tulis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan yang tak ternilai harganya.
Untuk itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Nandang Iskandar, S.Pd.,MM selaku kepala MAN 5 Tasiknakaya;
2. Teman-teman seperjuangan di kelas XI – Mipa 1 yang senantiasa memberikan
motivasi dan semangat.
Yang terpenting untuk kedua orang tua kami, yang telah memberikan
kekuatan secara moril maupun materiil, karena tanpa bantuan mereka mustahil
kami bisa menyelesaikan karya tulis ini. Terima kasih telah membimbing dan
menyayangi kami sampai saat ini.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada kami, senantiasa
mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin.
Akhirnya, kami berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis khususnya, dan umumnya bagi semua pembaca, serta dapat
berguna bagi kemajuann MAN 5 Tasikmalaya.

Toblongan, Januari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................9
C. Tujuan...........................................................................................................9
BAB II PEMBAHASAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................................11
B. Metodologi Penelitian.................................................................................11
C. Hasil Perjalanan wisata...............................................................................13
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.....................................................................................................23
B. Saran............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu bentuk peninggalan arkeologi Islam pada masa awal Islam

sampai saat ini adalah Makam Syekh Abdul Muhyi1 yang bertempat di daerah

Pamijahan Tasikmalaya. Kedatangan Syekh Abdul Muhyi ke daerah

Pamijahan memberi pengaruh besar terhadap masyarakat sekitar, baik dari

segi tatanan Sosial, Ekonomi, Budaya termasuk dalam masalah Keagamaan

yang merupakan misinya. Ia merupakan Wali yang dianugrahkan bagi daerah

Pamijahan dengan berbagai karomahnya.

Sebagaimana yang telah dimaklumi, keberhasilan dalam menyebarkan

Agama Islam tidak terlepas dari peran para Ulama pada waktu itu.2 Hal ini

tentu saja mengukuhkan bahwa Ulama adalah sosok yang dipandang sebagai

pioneer3 dalam menyebarkan Islam di Nusantara termasuk Syekh Abdul

Muhyi itu sendiri, yang pada umumnya dikenal oleh masyarakat umum

sebagai Wali.

Wali itu sudah di izinkan Allah SWT dapat melakukan sesuatu dengan

ketentuan-Nya sebelum sesuatu itu terjadi, sesuai dengan ilmunya. Abu Al-

Mahawib As-Syadzili menyatakan bahwa Wali yang sempurna ialah yang

1
Syekh Abdul Muhyi lahir sekitar tahun 1650 M/ 1071 H yang di besarkan di kota Gresik/Ampel
2
Mengenal Sejarah Islam Indonesia, Islam sukses tersebar karena telah dibebawa oleh para
pedagang-pedagang, mubalig-mubalig, orang-orang yang dianggap wali atau keramat, ahli-ahli
tasawuf, guru-guru agama, dan haji-haji, adalah golongan pembawa islam (Nugroho Notosusanto,
Sejarah nasional III, Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia,
Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2008, hlm. 169).
3
Pioneer adalah perintis, pelopor
1
2

sudah mendapat izin Allah SWT untuk memutar balikan sesuatu dalam alam

ini. Allah mengaruniai keramat4 disaat hidupnya sebagaimana diberinya

sesudah mati. Allah SWT menyembuhkan orang sakit, menyelamatkan orang

kram, mengalahkan musuh, menurunkan hujan, dan yang lainya, sebagai

kemuliaan (keramat) bagi Wali itu.5

Pemahaman arti Wali Allah bisa ditinjau dari berbagai perspektif:

Menurut KBBI Online: Sahabat Allah, orang yang suci dan

berkeramat. Menurut pandangan lain bahwa6: Lafadz Wali itu berwajan

af‟ilun, sehingga mubalaghah dari fa‟il seperti Al-„Alim Al-Qadir dan

lainnya. Dan maknanya adalah: orang yang terus-menerus ibadahnya tanpa

diselangi suatu kedurhakaan. Boleh juga fa‟il dengan makna maf‟ul, seperti

qatil dengan makna maqtul dan jarih dengan makna majruh, yaitu orang yang

diperlakukan oleh Allah SWT dalam pemeliharaan dan penjagaannya atas

jalan berkekalan dan terus-menerus, maka tidaklah dijadikan-Nya Khidzlan,

(kemampuan untuk mendurhakai). Dan sesungguhnya Ia mengekalkan taufik-

Nya, yaitu kemampuan untuk ta’at. Firman Allah SWT “Dan dialah Allah

yang memelihara orang-orang yang shaleh”.

Naturalnya, sehingga setiap daerah yang di anugrahi seorang Wali

pasti terlahir budaya baru yang mampu merubah tatanan kehidupan lahir dan

batinya, karena manusia yang berdab tidak dapat dipisahkan dengan

4
Kata keramat di adaptasikan dari kata Karomah (Arab). Keramat artinya orang suci atau sakti;
tempat atau sesuatu yang suci; orang soleh (KBBI)
5
H. A. Fuad Said, Keramat Wali-Wali, (Al-Khusna Zikra: 2000), hlm. 12.
6
KH. M. Syafi’I Hadzami, Tudhihul Adillah, (Elex Media Komputindo: 2010 ) hlm. 244
3
kebudayaan yang mencerminkan eksistensi7dari tata nilai masyarakatnya.

Daerah Desa Pamijahan merupakan salah satu dari deret panjang daerah-

daerah Indonesia khususnya di daerah Jawa, karena daerah-daerah yang terdiri

sepanjang Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur tersebut mempunyai

kekhasan kultur yang berbeda dengan daerah lain.

Perkembangan dan pengembangan akal pikiran manusia menghasilkan

apa yang kita sebut “Kebudayaan” adapun konsep kebudayaan sendiri asalnya

dari bahasa sanskerta, kata buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang

berarti “budi” atau “akal”8. Oleh sebab itu, kebudayaan dapat diartikan

sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal yang mengandung

unsur cipta atau pikiran, rasa, dan karsa atau kehendak.

Menurut orang Jawa sendiri, kebudayaannya bukan merupakan salah

satu kesatuan yang homogen9. Mereka menyadari adanya keanekaragaman

yang sifatnya regional10 sepanjang daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa

Timur. Pandangan tersebut orang Jawa senang melukiskan peristiwa masa

lampaunya dengan dipengaruhi sosiokultural11yang ada. Pada dasarnya,

manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu

adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka. Kebiasaan-kebiasaan,

praktek-praktek, dan tradisi-tradisi untuk terus hidup serta berkembang

7
Eksistensi adalah hal berada, keberadaan.
8
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu antropologi.(Rineka Cipta: Jakarta; 1990) hlm. 9
9
Homogen adalah terdiri atas jenis, macam, sifat, watak, dan sebagainya yang sama.
10
Regional adalah bersifat daerah, kedaerahan.
11
Bahasa kultural akar kata Kultur yang berasal dari kata culture dalam bahasa inggris, yang
aslinya dari bahasa latin kata colore artinya segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah
dan mengubah alam (Soerjono soekanto, 1990: 188)
4

diwariskan oleh suatu generasi ke generasi lainya dalam suatu masyarakat

tertentu.

Generasi-generasi berikutnya bisa di atur untuk menerima kebenaran-

kebenaran tersebut tentang kehidupan disekitar mereka, pantangan-pantangan

dan nilai-nilai tertentu ditetapkan, dengan melalui banyak cara orang-orang

menerima penjelasan perilaku yang dapat diterima untuk hidup dalam

masyarakat tersebut.12

Hal ini berakibat dalam kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya

yang masih mempertahankan warisan budaya nenek moyangnya yang berupa

tradisi. Mereka masih terikat kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam

masyarakat, berupa tradisi yang telah diterima, diakui dan dilakukan oleh

masyarakat Jawa. Adapun sebagian tradisi yang sudah lazim diterima oleh

masyarakat yaitu tradisi bentuk religi yang sampai saat ini masih dipraktikan

di dalam kehidupan sehari-hari, walaupun pada dasarnya masyarakat Jawa

memiliki keyakinan dan praktik-praktik ibadah menurut agama yang

diyakininya.

Kesadaran yang tumbuh pada masyarakat tidak mamapu mengubah

keyakinan yang sudah ditanamkan nenek-nenek moyang, sehingga adat

kebiasaan yang berlaku pada masyarakat saat ini bukan murni ajaran agama,

melainkan campuran dogma yang melahirkan adat baru yang diterima. Pada

zaman dahulu penduduk Jawa menganut kepercayaan Animisme dan

Dinamisme yang kuat, termasuk di daerah Pamijahan yang sebagian

12
Soejono Soekanto, Hukum dan perubahan Sosial, ( Citra Aditya Bakti: Bandung, 1991), hlm.
55
5

masyarakatnya beragama Buddha yang begitu kuat, sehingga jika ada orang

atau masyarakat yang diketahui berbeda keyakinan mereka bunuh.13Animisme

ini merupakan kepercayaan kepada roh-roh yang telah meninggal dianggap

masih ada dan memiliki kekuatan, sementara Dinamisme merupakan

kepercayaan kepada benda-benda yang memiliki keramat atau kekuatan gaib.

Kepercayaan ini semakin kuat setelah masuknya Agama Hindu dan Buddha

yang dalam peribadatannya menggunakan sesajen-sesajen terhadap roh-roh

leluhur, benda-benda gaib, dewa-dewa penyelamat.

Animisme dan Dinamisme ini masih tetap berkembang sampai dengan

masuknya Islam ke Indonesia. Meskipun Islam melarang perbuatan syirik,

kenyataannya sampai saat ini masih banyak yang menganut tradisi-tradisi

yang menjadi budaya leluhurnya, pada sisi lain masyarakat mempercayai apa

yang dibawa oleh Islam, disisi lain juga mereka meyakini budaya leluhurnya.

Dilematis yang tidak ada titik temu keputusan dalam mengambil satu

pemahaman dalam kehidupannya.

Keadaan yang seperti ini memaksa para pemikir Islam memberi

pandangan antara budaya dan agama, sehingga pencampuran tersebut

mengandung berbagai macam persepsi yang melahirkan sebuah idiologi yang

harus dimiliki oleh masyarakat. Seperti yang banyak dikenal berbagai kategori

pengelompokan agama seperti: Agama Wahyu dan Agama 14Budaya:

Agama Wahyu adalah yang seluruh ajarannya berasal dari Allah

SWT., yang disampaikan kepada Rasulullah SAW., melalui AL-Qur’an untuk


13
Wawancara K.H. Endang Ajidin 61 tahun sebagai kuncen Makam dengan diperkuat oleh Bpk.
Mahrus 54 tahun sebagai ketua DKM masjid dalam Pamijahan.
14
Beni Kurniawan, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:2009) hlm.4-5
6

disebarkan kepada seluruh umat manusia, yaitu agama Islam. Inilah yang

merupakan kebenaran hakiki, karena ajaran ini berasal dari Allah SWT.,

Tuhan bagi seluruh hamba-hamba-Nya. Oleh karena itu, ajaran ini benar-benar

suci, bersih, tidak tercampur oleh ajaran selain dari-Nya, dan bukan pula

ajaran dari makhluk-Nya, melainkan murni dari Allah melalui malaikat jibril

untuk disamapikan kepada Rasul-Nya, yang akhirnya harus disebarkan kepada

manusia dimuka bumi ini.

Ciri Agama Wahyu diantarnya sebagai berikut:

1. Ini benar-benar murni dari Allah, yang diturunkan kepada masyarakat di

seluruh dunia.

2. Dan wahyu itu disampaikan kepada Rasul-Nya yang penuh tanggung

jawab karena merupakan pilihan Allah SWT.

3. Memiliki kitab suci yang bersih dari berbagai campur tangan manusia atau

yang lainnya.

4. Isi ajarannya selalu tetap, tidak akan berubah sampai akhir zaman.

Sedangkan tafsirannya dapat berubah sesuai dengan kecerdasan dan

kepekaan sosial sebagai manusia.

5. Dalam konsep ke-Tuhanan-Nya adalah selalu bertauhid, artinya Meng-

Esa-kan Allah SWT., bahwa Allah itu satu.

6. Dalam kebenarannya bersifat universal, yaitu berlaku bagi setiap manusia,

masa dan keadaan zaman, walaupun zamannya berubah dari yang

tradisional ke moderen.
7

Agama budaya adalah agama yang ajaranya selalu berasal dari pikiran

manusia dan segala sesuatu persamaan manusaia baik kualitatif , maupun

kuantitatif.

Ciri Agama Budaya diantaranya sebagai berikut:

1. Selalu tumbuh dan berkembang secara kumulatif dalam masyarakat yang

menganutnya.

2. Tidak disampaikan oleh utusan-Nya, artinya tidak ada Rasul Allah yang

diutus untuk menyebarkannya.

3. Tidak ada kitab suci yang menjdi dasarnya. Kalaupun ada, biasanya

mengalami perubahan, pembaruan mungkin untuk menyempurnakan yang

belum sempurna dari masa ke masa.

4. Ajarannya selalu berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal serta

pikiran manusia, yang menyesuaikannya dengan keadaan zaman yang

modern.

5. Apapun konsep ketuhanan adalah dinamisme, animisme, politeisme dan

monoteisme.

6. Isi dari ajaran agama budaya tidak universal, yaitu adanya kekhususan

bagi manusia tertentu, masa tertentu, dan keadaan tertentu dengan ruang

lingkup yang tertentu.

Masyarakat Jawa pada umumnya masih banyak yang mempertahankan

budaya leluhurnya, misalnya budaya Ziarah kubur ke makam-makam orang

yang sudah meninggal, karena masyarakat Jawa masih mempertahankan nilai-

nilai budaya yang ada dalam daerahnya sampai sekarang, maka dari itu
8

mereka mempunyai kepercayaan untuk pergi berziarah ke makam-makam

keramat terutama kepada para tokoh penyebar Islam di daerah Jawa.

Makam Syekh Abdul Muhyi juga menjadi salah satu dari tujuan wisata

ziarah oleh masyarakat Jawa dan Sumatra terlebih se-Indonesia. Kegiatan

ziarah15 ke makam tersebut merupakan salah satu bentuk dari Wisata religi.

Wisata religi ini dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki

makna khusus bagi umat beragama, biasanya berupa tempat ibadah yang

memiliki kelebihan. Pemerintah maupun swasta merespons positif dengan

mengembangkan tempat ziarah sebagai objek wisata ziarah, dengan cara

pengelolaan sedemikian rupa sehingga para peziarah dapat melaksanakan

aktivitas ziarahnya dengan aman dan nyaman.16

Masyarakat sangat meyakini bahwa ulama atau wali yang mempunyai

jasa dalam penyebaran Islam harus di ziarahi dengan maksud untuk mendapat

berkah. Adapun ziarah yang sering dilakukan oleh kebanyakan orang yaitu

kepada Nabi dan Para Wali, ada sebagian ulama yang berfatwa diantaranya

Ibn Taymiyah mengatakan ziarah kubur lebih banyak di tunjukan kepada

makam Nabi daripada ziarah ke makam Wali, adapun riwayat Ibn Batuta,

yang hidup pada zaman yang sama, mengisahkan pengalamanya di Billad al-

15
Menurut KH. Endang Ajidin 61 tahun, sebagai Kuncen Makam Syeikh Abdul Muhyi, Ia
mengatakan Ziarah itu adalah Ritual keagamaan yang dimana untuk berkunjung ke makam yang
dianggap keramat. Ziarah ini biasanya kebanyakan kelompok masyarakat itu membawa
pemandu atau kyai, ajengan, sebagai pemandu bacaan-bacaan yang harus di baca seperti dzikir,
tasbih, tahmid. Di wawancarai 15 Juli 2015 pukul 15.42 Wib
16
Purwadi.Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual, (Jakarta, Kompas: 2006) hlm. 69
9

Syam sering menyebut kelompok pertama (Para Nabi) daripada kelompok

kedua ( Awliya).17

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka penulis mengambil rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap ketokohan dan Situs

Makam Syekh Abdul Muhyi Pamijahan tahun 2015?

2. Bagaimana dampak sosial keagamaan bagi masyarakat sekitar Situs

Makam Syekh Abdul Muhyi Pamijahan tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui:

1. Memberi informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keadaan

Situs Makam Syekh Abdul Muhyi Tahun 2015. Menyangkut situasi,

geografis, dan demografis.

2. Manfaat adanya Situs makam Syekh Abdul Muhyi Tahun 2015.

Menyangkut keadaan sosial keagamaanya.

17
Henri Chambert-Loir DKK Ziarah dan Wali di Dunia Islam.(Serambi, 2007) hlm. 17
10

D. Kajian Pustaka

Situs makam yang menjadi pusat perhatian umat Islam, memiliki nilai

spiritual yang kuat, karena pada dasarnya situs makam ini terdapat orang yang

semasa hidupnya membawa misi Agama bagi kemaslahatan umat. Dalam

pembahasan situs makam ini masih sedikit para sejarawan yang mengungkap

mengenai situs makam Pamijahan, terutama mengenai dampak atau manfaat

adanya Situs Makam Syekh Abdul Muhyi di desa Pamijahan kecamatan

Bantarkalong Tasikmalaya, belum ada yang meneliti. Dalam katalog judul

Skripsi pada prodi Sejarah dan Peradaban Islam belum ada yang membahas

mengenai Fungsi Situs Makam Syekh Abdul Muhyi.

Berdasarkan penelitian yang telah dikaji diatas, kajian rencana

penelitian penulis adalah mengenai Situs Makam Pamijahan: Fungsi Sosial

Keagamaan Tahun 2015 Kajian ini belum pernah dibahas sebelumnya. Maka,

rencana penelitian ini layak untuk dikaji lebih lanjut karena belum ada yang

membahas sebelumnya.
11
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

1. Waktu : Pukul 08.00-11.30 WIB tanggal : 25 Januari 2022


2. Tempat : Wisata Religi, Pamijahan, Bantarkalong.

B. Jenis dan Sejarah Tempat yang di kunjungi


Di Pamjihan itu terdapat makam penyebar agama Islam Syekh Haji Abdul
Muhyi. Makam ini terletak di Desa Pamijahan, Kecamatan Bantarkalong,
65 kilometer arah selatan dari pusat kota Tasikmalaya. Menjelang puasa dan
bulan Maulud, obyek wisata ziarah ini ramai dikunjungi. Tiap tahun tak
kurang dari 500.000 orang berkunjung ke kompleks pemakaman itu.

Peziarah mengunjungi makam Syekh Haji Abdul Muhyi untuk shalat dan
berdoa, kemudian melanjutkan perjalanan ke Goa Safarwadi yang tak jauh
dari lokasi makam. Di goa itu terdapat petilasan Syekh Haji Abdul Muhyi,
seperti pertapaan, masjid, batu Peci Haji, dan tempat yang dulunya
dipercaya sebagai pesantren.

Terdapat pula stalaktit (hasil sedimentasi yang mengantung di langit-langit


goa) dan stalagmit (sedimentasi yang terbentuk di dasar goa) yang
menambah pesona goa tersebut. Goa Safarwadi Nama Safarwadi berasal
dari bahasa Arab, yaitu “safar” (jalan) dan “wadi” (lembah/jurang). Jadi,
Safarwadi adalah jalan yang berada di atas jurang, sesuai dengan letaknya
di antara dua bukit di pinggir kali.

Goa Safarwadi merupakan salah satu tujuan utama peziarah yang


berkunjung ke Pamijahan. Panjang lorong goa sekitar 284 meter dan lebar
24,5 meter. Peziarah bisa menyusuri goa dalam waktu dua jam. Salah satu
bagian goa yang paling sering dikunjungi adalah hamparan cadas berukuran
sekitar 12 meter x 8 meter yang disebut sebagai Lapangan Baitullah.
Tempat itu dulu sering dipakai shalat Abdul Muhyi bersama para santrinya.

Di samping lapangan cadas itu terdapat sumber air Cikahuripan yang keluar
dari sela-sela dinding batu cadas. Mata air itu terus mengalir sepanjang
12
tahun. Oleh masyarakat sekitar, air itu dipopulerkan sebagai air “zamzam”
Pamijahan. Air itu dipercaya memiliki berbagai khasiat. Menjelang
Ramadhan, para peziarah di Pamijahan tak lupa membawa botol air dalam
kemasan, bahkan jeriken, untuk menampung air “zamzam” itu. Dengan
minum air itu, badan diyakini tetap sehat selama menjalankan ibadah puasa.

Siapa Syekh Haji Abdul Muhyi? Tokoh ulama yang lahir di Mataram tahun
1650 ini adalah tokoh agama yang diziarahi di Pamijahan. Abdul Muhyi
tumbuh dan menghabiskan masa mudanya di Gresik dan Ampel, Jawa
Timur. Ia pernah menuntut ilmu di Pesantren Kuala Aceh selama delapan
tahun. Ia kemudian memperdalam Islam di Baghdad pada usia 27 tahun dan
menunaikan ibadah haji.

Setelah berhaji, ia kembali ke Jawa untuk membantu misi Sunan Gunung


Jati menyebarkan agama Islam di Jawa Barat. Awalnya Abdul Muhyi
menyebarkan Islam di Darma, Kuningan, dan menetap di sana selama tujuh
tahun. Selanjutnya, ia mengembara hingga ke Pameungpeuk, Garut selatan,
selama setahun. Abdul Muhyi melanjutkan pengembaraannya hingga ke
daerah Batuwangi dan Lebaksiuh.

Setelah empat tahun menetap di Lebaksiuh, ia bermukim di dalam goa


(sekarang dikenal sebagai Goa Safarwadi) untuk mendalami ilmu agama
dan mendidik para santrinya. Bersama para santrinya, Abdul Muhyi
menyebarkan Islam di Kampung Bojong, sekitar 6 km dari goa. Sekarang
tempat itu lebih dikenal sebagai Kampung Bengkok. Sekitar 2 kilometer
dari Bojong, ia mendirikan perkampungan baru yang disebut Kampung
Safarwadi.

Kampung itu kemudian berganti nama menjadi Pamijahan, yang artinya


tempat ikan bertelur (memijah). Di Lebaksiuh Syekh Muhyi menetap dan
mensyiarkan Islam, meski demikian dia tetap berupa mencari keberadaan
gua yang dimaksud syekh Abdurrauf. Konon jika tanaman padi yang
ditanam Syekh Muhyi dapat panen dengan jumlah yang sama dengan bibit
awal saat ditanam maka letak gua itu pun sudah dekat.
13
“Suatu hari dia memerhatikan bahwa tumbuhan beras telah tumbuh dan
menghasilkan sebanyak seperti yang telah dia tanam. Dia bahagia dan
bersyukur pada Allah atas tanda yang baik dan jelas menyangkut di mana
gua yagn ia telah cari-cari selama 12 tahun,” tulis Sri Mulyati dalam Peran
Edukasi Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah dengan Referensi Utama
Suryalaya.

Sykeh Muhyi pun menemukan gua yang dimaksud gurunya pada usia 40
tahun. Gua itulah yang dinamakan Gua Pamijahan. Saat ini area gua masuk
Desa Pamijahan, Kecamatan Bantarkalong, Tasikmalaya.

Setelah menemukan gua tersebut, Syekh Abdul Muhyi dan keluarganya


pindah dan mulai menyebarkan ajaran tarekat Syattariyah. Murid-murid
Syekh Abdul Muhyi diantaranya yakni Sembah Khotib Muwahid, Eyang
Abdul Qohar, Sembah Dalem Sacaparna yang juga mertuanya dan Sembah
Dalem Yudanagara.

C. Hasil Perjalanan Wisata Pamijahan

Pada tahapan langkah-langkah penelitian mengenai “Situs Makam

Pamijahan: Fungsi Sosial Keagamaan Tahun 2015”, penulis menempuh

langkah-langkah penelitian dengan menggunakan metode penelitian sejarah.

Penelitian sejarah merupakan proses merekonstruksi sejarah dengan

mengumpulkan fakta dan data-data sejarah, kemudian dibangun menjadi satu


14

kesatuan untuk mengungkap sebuah peristiwa sejarah secara objektif

berdasarkan pada bukti-bukti sejarah yang berhasil didapatkan di lapangan.

Menurut Louis Gottchalk, metode sejarah ialah proses menguji dan

menganalisis kesaksian sejarah guna menemukan data yang otentik dan dapat

dipercaya, serta usaha sintesis atas data semacam itu menjadi kisah sejarah

yang dapat dipercaya.18

Objek penelitian sejarah adalah peristiwa-peristiwa yang telah terjadi

pada masa lampau, dimana peristiwa-peristiwa tersebut direkonstruksi secara

sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,

memverifikasi serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan masalah.

Merekonstruksi sejarah terhadap masa lampau dari suatu peristiwa diperlukan

metode sejarah, yaitu prosedur kerja sejarawan untuk menuliskan masa

lampau berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkannya. Dalam metode

penelitian ini, penelitian dilakukan dalam situasi alamiah akan tetapi didahului

oleh semacam intervensi dari pihak peneliti. Intervensi ini dimaksudkan agar

fenomena yang dikehendaki oleh peneliti dapat segera tampak dan diamati,

dengan demikian terjadi semacam kendali atau kontrol parsial terhadap situasi

di lapangan.19

Penelitian ini adalah penelitian sejarah, maka dalam penelitian ini

langkah-langkah yang dilakukan menggunakakan metode penelitian sejarah.

Metode penelitian sejarah ada empat tahapan langkah-langkah yang mesti

18
Louis Gottchalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Press, 1983), hlm. 32.
19
Azwar Saefudin, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 17.
15

ditempuh oleh sejarawan dalam melakukan penelitiannya. Adapun langkah-

langkah tersebut yaitu Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi.20

1. Heuristik

Pada tahapan ini, peneliti berusaha untuk mencari dan mengumpulkan

beberapa sumber yang diperlukan melalui wawancara dan studi pustaka.

Jenis sumber sejarah terdiri dari sumber lisan, sumber tertulis, dan

sumber visual. Sumber lisan adalah sumber yang didapat dari tangan pertama

yang dituturkan secara lisan oleh orang-orang yang diwawancara oleh

sejarawan.21Sedangkan sumber tertulis yang berupa hasil dari tulisan-tulisan

yang dimasukan untuk bahan sejarah seperti buku-buku kronik catatan,

peristiwa dan sebagainya. Sedangkan sumber visual merupakan bahan-bahan

peninggalan masa lalu yang berwujud benda atau peninggalan masa lalu yang

berbentuk epigrafis,22 seperti gambar dan foto-foto. Dalam tahapan

pengumpulan data ini peneliti menggunakan pendekatan secara personal,

dengan cara mengikuti pengajian di Pesantren kemudian penulis juga dapat

memperoleh data dengan cara wawancara, sumber benda dan sumber tulisan.

Diantaranya data-data yang diperoleh oleh peneliti adalah:

1.1. Sumber Lisan

a. K.H. Endang Ajidin usia 61 tahun, kuncen di lingkungan

Makam Syekh Abdul Muhyi.

20
Dudung. Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 44.
21
Helius. Syamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm. 102
22
Hugiono. Poerwantana, Pengantar Ilmu Sejarah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 31
16

b. K.H. Mahrus usia 54 tahun, ketua DKM Masjid Dalam

Pamijahan.

c. K. H Beben usia 52 Tahun, salah satu Tokoh masyarakat

Pamijahan dan masih keturunan Syekh Abdul Muhyi.

1.2. Sumber Benda

Sumber benda dalam penelitian ini yaitu berupa data

fotografis berupa foto-foto dokumentasi. Data ini merupakan

sumber primer diantaranya yaitu:

a. Doc 01, berupa foto gerbang masuk Makam Syekh Abdul

Muhyi, yang diambil pada tanggal 15 juli 2015.

b. Doc 02, berupa foto aktivitas pengajian di Masjid dalam

Pamijahan, yang diambil pada tanggal 12 Mulud 1436H.

c. Doc 03, buku yang berisi mengenai perjuangan atau

perjalanan hidup Syekh Abdul Muhyi dalam menyebarkan

Islam sampai meninggal dan dimakamkan di Pamijahan,

diambil 6 juli 2015.

Selain itu, peneliti ini juga dilengkapi dengan sumber

sekunder untuk mendukung penelitian terkait dengan aspek teoritik

dan pendekatan yang berupa buku-buku yaitu:

a. Chambert Loir, Henri DKK. Ziarah dan wali di dunia Islam,

diterbitkan oleh Serambi. Buku ini memberi penelitian

informasi mengenai makna ziarah pada makam para wali.


17

b. Purwadi. Jejak para wali dan ziarah spiritual, diterbitkan oleh

Kompas. Buku ini memberi informasi kepada peneliti

mengenai jejak-jejak perjuangan para wali.

c. Pemerintah kabupaten Tasikmalaya Kantor dinas Pariwisata

dan Kebudayaan. Informasi Pariwisata & Budaya Kabupaten

Tasikmalaya Jawa Barat. Berupa brosur pariwisata yang ada

di Tasikmalaya, memberikan peneliti informasi tentang

pariwisata makam Syehk Abdul Muhyi di Pamijahan.

d. Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar, diterbitkan oleh

PT Rafika Aditama. Buku ini memberi peneliti informasi

tentang pengertian budaya dan apa saja yang termasuk sosial

kebudayaan.

2. Kritik

Pada tahapan ini, sumber data yang dihimpun untuk kemudian diuji

melalui kritik yang tujuannya adalah untuk menyeleksi data dan fakta. Selain itu,

kritik merupakan tahapan pengujian dalam menganalisa sumber, mengenai

otensitas dan kredibilitas sumber secara intern dan ekstern.

2.1. Ekstern

a. Sumber Lisan

Khusus untuk sumber lisan, peneliti melakukan kritik ekstern

melalui wawancara dengan K.H. Endang Ajidin laki-laki usia 61

tahun, seorang kuncen di sekitar makam Syekh Abdul Muhyi dan

masih merupakan keturunan Syekh Abdul Muhyi.Beliau merupakan


18

sumber primer, karena beliau telah lama menjadi kuncen disana, beliau

sangat mengetahui lebih banyak yang berkaitan dengan Syehk Abdul

Muhyi termasuk keadaan sekitar makam Syekh Abdul Muhyi.

K.H. Mahrususia 54 tahun, ketua DKM Masjid dalam Pamijahan.

Beliau termasuk sumber primer karena beliau sudah lama menjadi

ketua DKM Masjid dalam Pamijahan. Beliau mengetahui sedikit

banyaknya mengenai keadaan daerah Pamijahan dari awal sebelum

mengalami perubahan baik itu geografis ataupun sosial keagamaannya.

K.H. Beben usia 52 Tahun, salah satu Tokoh masyarakat Pamijahan

termasuk juga keturunan Syekh Abdul Muhyi. Beliau juga merupakan

sumber primer yang memberi infomasi keadaan daerah Pamijahan.

b. Sumber Benda

Kritik yang dilakukan pada sumber primer berupa benda

didapatkan pada bentuk foto-foto dokumentasi, buku yang berkaitan

dengan Syekh Abdul Muhyi dan makam yang di jadikan tempat

berziarah yaitu sebagai berikut:

Doc. 01, dokumen yang diambil pada 15 juli 2015, berupa Foto

Gerbang masuk Makam Syekh Abdul Muhyi, foto ini merupakan

sumber primer. karena ini menjadi bukti adanya makam Syeh Abdul

Muhyi.

Doc. 02, dokumen yang diambil pada 12 Mulud 1436 H, berupa

foto kegiatan pengajian yang sedang melaksanakan pengajian bulanan

di lingkungan Masjid Syekh Abdul Muhyi. Foto ini merupakan sumber


19

primer, karena ini merupakan bukti adanya kegiatan pengajian yang

sedang melakukan pengajian di Masjid dalam Pamijahan.

Doc.04, dokument yang didapat pada 6 Juli 2015, berupa buku

yang menceritakan tentang Syekh Abdul Muhyi dan tradisi ziarah yang

dilakukan di makam Syekh Abdul Muhyi. Ini merupakan sumber

primer, karena dalam buku ini di bahas mengenai Syekh Abdul Muhyi

baik biografi, perjuangannya dalam menyebarkan Islam sampai

makamnya yang sekarang di jadikan sebagai tempat ziarah.

2.2. Intern

a. Sumber Lisan

Khusus dalam sumber lisan, peneliti melakukan kritik

internal melalui wawancara dengan K.H. Endang Ajidin 61 Tahun

seorang kuncen di lingkungan makam Syekh Abdul Muhyi, beliau

merupakan sumber primer selama wawancara beliau menceritakan

apa saja yang berkaitan dengan penelitian Situs Makam Syekh

Abdul Muhyi.

K.H. Mahrus usia 54 tahun, ketua DKM Masjid Dalam

Pamijahan. Beliau termasuk sumber primer karena beliau sudah

lama menjadi ketua DKM Masjid dalam Pamijahan. Beliau

mengetahui sedikit banyaknya mengenai keadaan daerah

Pamijahan dari awal sebelum mengalami perubahan baik itu

geografis ataupun sosial keagamaannya. K.H. Beben usia 52 tahun,

salah satu Tokoh masyarakat Pamijahan. Beliau juga merupakan


20

sumber primer yang memberi informasi keadaan daerah

Pamijahan.

b. Sumber Benda

Kritik yang dilakukan pada sumber primer berupa benda

didapatkan pada bentuk foto-foto dokumentasi, buku yang

berkaitan dengan Syekh Abdul Muhyi dan makam yang di jadikan

tempat berziarah yaitu sebagai berikut:

Doc. 01, dokumen yang diambil pada 15 juli 2015, berupa

Foto Gerbang masuk Makam Syekh Abdul Muhyi, foto ini

merupakan sumber primer, karena ini menjadi bukti adanya

Makam Syekh Abdul Muhyi.

Doc. 02, dokumen yang diambil pada12 Mulud 1436H,

berupa foto acara pengajian yang sedang melakukan pengajian di

lingkungan makam Syekh Abdul Muhyi. Foto ini merupakan

sumber primer, karena ini merupakan bukti adanya kegiatan

pengajian yang berjalan di sekitar makam Syekh Abdul Muhyi.

Doc.04, dokumen yang didapat pada 6 Juli 2015, berupa

buku yang menceritakan tentang Syekh Abdul Muhyi dan tradisi

ziarah yang dilakukan di makam Syekh Abdul Muhyi.Ini

merupakan sumber primer, karena dalam buku ini di bahas

mengenai Syekh Abdul Muhyi baik biografi, perjuangannya dalam

menyebarkan Islam sampai makamnnya yang sekarang di jadikan

sebagai tempat ziarah.


21

3. Interpretasi

Penelitian ini mengenai fungsi situs makam yang dilakukan di makam

Syekh Abdul Muhyi, konteks penelitian dalam penyusunan penelitian ini

termasuk pada penelitian sejarah Sosial Kebudayaan, karena kebudayaan adalah

salah satu yang di kaji dalam ilmu sosial, dalam bukunya munandar sulaiman

(ilmu budaya dasar) dikatakan bahwa kebudayaan meliputi pemahaman, perasaan

suatu bangsa yang kompleks, meliputi kepercayaan, seni, moral, hukum adat

istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang dimunculkan dari anggota

masyarakat.23

Tradisi juga bisa dikatakan sebagai sosial kebudayaan karena ini

merupakan kebiasaan dan kepercayaan masyarakat yang dimana pada suatu

wilayah terdapat wali atau ulama maka disitu pasti terlahir peradaban baru dan

tradisi baru, karena seorang ulama atau wali diyakini oleh masyarakat umum

memiiki karomah yang mampu mengubah sebuah peradaban dengan

kesalehannya.

4. Historiografi

Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dari penelitian sejarah, yaitu

tahapan penulisan, sebagai hasil dari penafsiran fakta-fakta itu yang ditulis

menjadi suatu kisah yang terjadi atau sebagai cerita sejarah. Jadi, historiografi

adalah lanjutan dari tahapan interpretasi, yang kemudian hasilnya ditulis menjadi

kisah yang selaras dengan kejadian yang sebenarnya. Historiografi dibutuhkan

Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: PT Rafika Aditama, 2005). Hlm 19
23
22

daya seni dalam menulis serta rekonstruksi yang imajinatif dari masa lampau

berdasarkan sumber yang diperoleh dengan menepuh proses menguji dan

menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.24

Pada tahapan historiografi ini, seorang sejarawan mengarahkan seluruh

daya fikirannya, bukan hanya keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan

dan catatan-catatan, namun yang utama adalah penggunaan fikiran-fikiran kritis

dan analisisnya harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian

dalam suatu penulisan utuh.25

Pada tahapan terakhir dari langkah penelitian sejarah ini, penulis mencoba

untuk menyusun semua data atau sumber sejarah yang telah diseleksi melalui

tahapan sebelumnya dalam bentuk kisah atau cerita sejarah. Tahapan ini

digunakan jenis penulisannya adalah deskripsi analisis, yaitu jenis penulisannya

yang menggunakan fakta-fakta guna menjawab pertanyaan apa, dimana,

bagaimana, siapa saja, dan mengapa.26

Makalah ini akan disusun dalam empat bab, yang saling berkaitan antara

yang satu dengan yang lainnya dengan sistematika penulisan sebagai berikut;

24
Louis Gottchal, Mengerti Sejarah: terjemahan Nugroho Notosusanto, (Jakarta: UI Press, 1995),
hlm. 39
25
Helius Syamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007), .hlm. 156
26
Ibid.hlm. 29
23

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Simpulan
Tempat ziarah Pamijahan merupakan tempat yang bersejarah yang dirintis

oleh Syekh Haji Abdul Muhyi. Tempat ziarah tersebut awalnya tempat

perkumpulan para wali dalam menyebarkan ajaran agama Islam. Namun,

sekarang dijadikan tempat ziarah para umat muslimin untuk beribadah

kepada Allah SWT.

B. Saran
Peliharalah tempat ziarah tersebut karena tempat tersebut merupakan tempat

yang diberikan oleh Allah SWT untuk digunakan tempat beribadah kepada

Allah SWT.
24
DAFTAR PUSTAKA

Khaerussalam, AA. 2008. Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi.

Pamijahan: Pemeliharaan Makam Karomat.


25
LAMPIRAN
26

Anda mungkin juga menyukai