………………………………………………………………………………………
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh peran pura Uluwatu terhadap daya tarik wisata
dan sarana pendidikan. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui sejarah
berdirinya pura Uluwatu, perkembangan wisata pura Uluwatu di pulau Bali, serta
kontribusi keberadaan pura Uluwatu sebagai sarana pendidikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, ada dua sumber mengenai pura Uluwatu
yaitu sumber tertulis dan sumber lisan. (1) Sejarah berdirinya pura Uluwatu
berkaitan dengan peninggalan kuno atau bentuk fisik dari pura tersebut, seperti
candi kurung di pelataran pura yang membatasi halaman pura. (2) Seiring
perkembangan pariwisata di pulau Bali maka pura Uluwatu dikomodifikasikan
sebagai daya tarik wisata, sehingga tempat tersebut menarik banyak wisatawan
untuk menikmati indahnya pura, pemandangan alam serta pementasan tari kecak.
(3) Kontribusi keberadaan pura Uluwatu sebagai sarana pendidikan. Pura uluwatu
sebagai sebuah tempat yang memiliki potensi sumber daya yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat terutama generasi muda terkait dengan sarana
pendidikan.
Abstract
This research is motivated by the role of this Uluwatu temple on tourist attractions
and educational facilities. In addition, it also aims to find out the history of the
establishment of Uluwatu temple, the development of Uluwatu temple tourism in
Bali, and the contribution of the existence of the Uluwatu temple as a means of
education.
This study uses a qualitative method, namely by making direct observations at the
destination location and collection data using observation, intervews and also
document studies.
This result of this study indicate that there are two sources regarding the Uluwatu
temple, namely written sources and oral sources. (1) the history of the
establishment of the Uluwatu temple is related to ancient relics or the phsycal
form of the temple such as the temple breckets in the temple courtyard which
border the temple yard. (2) Along with the development of tourism on the island
of Bali, the Uluwatu temple is commodified as a tourist attraction, so that the
place attracts many tourists to enjoy the beauty of the temple, natural scenery and
Kecak dance performances. (3) Contribution to the existence of the Uluwatu
temple as a means of education. Uluwatu temple as a place that has potential
resources that can be utilized by the community, especially the younger
generation, related to educational facilitieas.
PENDAHULUAN
Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
pengembangan pribadi serta mempelajari keunikan daya tarik wisata. Indonesia
adalah negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang terkenal akan
pariwisatanya. Oleh karena, itu Indonesia memiliki daya tarik wisata yang terkenal
di mancanegara. Berkembangnya industri pariwisata yang ada, menjadi daya tarik
wisata yang diharapkan mampu menarik minat wisatawan asing berkunjung ke
Indonesia.
Salah satu tempat di Indonesia yang industri pariwisatanya terkenal
dimancanegara dan sudah berkembang sangat pesat adalah pulau Dewata, Bali.
Seperti yang diketahui pulau Bali mempunyai banyak potensi alam dan budaya dan
merupakan tempat untuk menyejukan suasana hati dan pikiran. Di samping
memiliki potensi alam dan budaya, Bali juga memiliki 54 lokasi obyek wisata yang
tersebar di delapan kabupaten. Salah satu kabupaten dengan objek pariwisata
terbanyak di pulau Bali yaitu kabupaten Badung.
Kabupaten Badung adalah salah satu kabupaten yang maju di provinsi Bali.
Daerah ini memiliki berbagai obyek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan,
salah satunya adalah Pura. Pura merupakan tempat suci umat Hindu yang didirikan
berdasarkan konsep teologi dan filosofi tertentu untuk menjadi tempat sekaligus
pusat orientasi pemujaan. Selain itu, pura dapat dijadikan sebagai tempat wisata
seperti hal nya pura Uluwatu.
Menurut tim Redaksi Bali pada (Yastari, 2017:3) bahwa Pura Uluwatu adalah
pura yang terletak di daerah perbukitan dan berdiri megah di ujung barat daya pulau
Bali di atas anjungan batu karang yang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut, yang
termasuk di wilayah desa Pecatu, kecamatan Kuta Selatan, Badung, Bali. Menurut
Jero Mangku pada (Yastari,2017:3) Pura Uluwatu ini merupakan sebuah warisan
kekayaan budaya Bali yang merupakan salah satu Cagar Budaya di pulau Bali yang
dilindungi.
Pura Uluwatu mempunya beberapa pura pesanakan, yaitu pura yang erat
kaitannya dengan pura induk. Pura pesanakan yaitu Pura Bajurit, Pura Pererepan,
Pura Kulat, Pura Dalem Selonding dan Pura Dalem Pangleburan. Masing masing
pura ini mempunyai kaitannya erat dengan Pura Uluwatu, terutama pada hari
piodalan nya. Piodalan di Pura Uluwatu, Pura Bajurit, Pura Pererepan dan Pura
Kulat terjadi pada hari Selasa Kliwon Wuku Medangsia setiap 210 hari. Manifestasi
Tuhan yang di puja di Pura Uluwatu adalah Dewa Rudra.
Pura Uluwatu juga terkenal karena tepat di bawahnya adalah pantai Pecatu yang
sering kali di gunakan sebagai tempat olahraga selancar. Ombak pantai Pecatu juga
terkenal cocok untuk dijadikan tempat selancar sehingga para wisatawan tidak
jarang berkunjung hanya untuk menguji adrenalin dengan bermain selancar. Dengan
keindahan alam dan kekayaan akan budaya Bali yang beragam mampu menarik
minat wisatawan berkunjung disana. Pura Uluwatu di samping tingkat religiusitas
budaya lokal yang unik, juga ketertarikan mereka terhadap tempat keberadaan pura
di atas tebing yang menjorok ke laut sehingga tampak indah alamiah (estetik) dan
terkesan unik untuk dirasakan oleh para pengunjung. Selain itu, di Pura Uluwatu ini
wisatawan dapat menikmati keindahan matahari terbenam secara jelas.
Pemandangan ini membawa dampak semakin ramainya wisatawan domestik
maupun asing yang berkunjung ke Pura Uluwatu.
Pura Uluwatu selain difungsikan sebagai sarana ritual, juga memiliki fungsi lain
yaitu sosial, edukatif (pendidikan) serta rekreatif. Fungsi sosial yang sangat
dirasakan ialah terjalin hubungan yang harmonis antara masyarakat desa Pecatu
khususnya dengan wisatawan lokal, domestik maupun mancanegara. Selain itu juga
di area Pura Uluwatu sering dijadikan sebagai tempat diadakannya kegiatan-
kegiatan sosial kemasyarakatan oleh warga setempat khususnya. Kedua, fungsi
edukatif (pendidikan) yang sangat penting, yang menambah nilai keunggulan dari
Pura Uluwatu tersebut. Pura sebagai sebuah memorial memiliki potensi sumber
daya yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama generasi muda terkait
dengan sumber belajar sejarah, salah satunya dengan mengembangkan pendidikan
belajar di luar kelas dengan melakukan kunjungan ke objek sejarah, misalkan
monumen, museum, pura, tempat-tempat bersejarah dan lain sebagainya. Maka dari
itu lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh dan menunjang proses pendidikan
sejarah lebih aktif. Ketiga, fungsi rekreatif inilah yang sekarang banyak
berkembang, yaitu khususnya dalam bidang pariwisata yang di mana menjadikan
Pura Uluwatu sebagai objek wisata. Hal ini secara dialektis tentu saja dirasakan
oleh masyarakat sekitar terutama yang berkecimpung dibidang kepariwisataan
memberikan kontribusi yang amat positif terutama sangat mendorong bagi
pertumbuhan ekonomi masyarakat dan perkembangan pariwisata khususnya di
wilayah desa Pecatu, kecamatan Kuta Selatan, Badung, Bali.
Teori pura menurut (Wiana, 2009:3), pura merupakan tempat suci umat Hindu
yang berfungsi sebagai tempat pemujaan dalam berbagai aspeknya. Sedangkan
menurut (Anak Agung Oka Netra : 3) pura adalah sarana untuk memuja Ida Sang
Hyang Widhi Wasa beserta seluruh manifestasi dan juga sebagai tempat memuja
roh suci leluhur dengan berbagai macam tingkatnya.
Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui sejarah
berdirinya pura Uluwatu. (2) Supaya mengerti tentang perkembangan wisata pura
Uluwatu di pulau Bali. (3) Untuk menganalisis kontribusi keberadaan pura
Uluwatu sebagai sarana pendidikan.
METODE PENELITIAN
Pengamatan ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif
merupakan metode yang fokus pada pengamatan yang mendalam. Oleh karena itu,
penggunaan metode kualitatif dalam penelitian dapat menghasilkan kajian atas suatu
fenomena yang lebih komprehensif. Penelitian ini menggunakan sistem wawancara
kepada narasumber seperti pemandu wisata dan masyarakat lokal supaya
menjadikan wawasan penelitian ini lebih luas dan akurat. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan studi dokumen
sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Kemudian teknik analisis
data pada penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dengan cara
Berdasarkan buku purana Pura Luhur Uluwatu (2007) keberadaan pura yang ada
di Bali tidak bisa dilepaskan dari kedatangan para tokoh yang berasal dari luar pulau
Bali. Demikian halnya dengan sejarah pendirian pura Uluwatu yang berkaitan erat
dengan asal mula nama Desa Pecatu yang tidak bisa di lepaskan dari kedatangan
tokoh agama yang datang ke Bali yaitu Dang Hyang Niratha (Dang Hyang
Dwijendra). Mendekati detik-detik akhir parama moksha, Dang Hyang Dwijendra
menyucikan diri dan mulat sarira terlebih dahulu. Setelah menyucikan diri, beliau
melanjutkan perjalanannya menuju lokasi ujung barat daya pulau Bali. Tempat ini
terdiri dari batu-batu tebing. Apabila di perhatikan dari bawah permukaan laut,
kelihatan saling bertindih, berbentuk kepala bertengger di atas batu-batu tebing itu,
dengan ketinggian antara 50-100 meter dari permukaan laut. Dengan demikian di
sebut Uluwatu. Berasal dari kata Ulu yang berarti kepala dan Watu yang berarti
batu.
Selain itu, pura Uluwatu ini tidak dapat di pisahkan dengan sejarah Dang Hyang
Niratha / Ida Pedanda Wawu Rauh dari Daha (Jawa Timur) yaitu seorang pendeta
penyebar agama Hindu yang moksa di tempat ini. Pendeta ini datang ke Bali
bersama keluarganya dalam masa pemerintahan Dalerm Waturenggong di Bali,
sekitar tahun 1546 masehi. Pada waktu itulah dikatakan beliau mendirikan pura ini,
karena di tempat ini beliau moksa atau ngeluwur, sehingga lama kelamaan
masyarakat menamai pura ini dengan pura Luhur Uluwatu (Sumarta, 2013).
Menurut wawancara Jingga (2013), pura Uluwatu dijadikan objek wisata sudah
sejak lama. Akan tetapi tokoh masyarakat di wilayah tersebut tidak banyak yang
mengetahui persis kapan pengukuhan tersebut dilaksanakan. Beliau mengatakan
kurang lebih sekitar tahun 1990. Hal ini dikarenakan musibah yang menimpa Desa
Pecatu yaitu kebakaran pada bangunan sekertariat desa sehingga menyebabkan
kehilangan banyak arsip-arsip penting desa. Kemudian, data yang dapat beliau
tunjukkan yaitu perihal mengenai retribusi objek dan daya tarik wisata pura
Uluwatu pada tahun 1999”. Maka dapat di simpulkan bahwa jauh sebelum itu pura
Uluwatu sudah dijadikan objek wisata yang ada di daerah Kabupaten Badung.
SIMPULAN
Kesimpulan yang telah kami lakukan pada bagian hasil dan pembahasan, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai identifikasi. Kesimpulan dari hasil
pembahasan tentang pura Uluwatu yaitu pendirian pura Luhur Uluwatu yang tidak
bisa dilepaskan dari kedatangan tokoh sejarah yang bernama Dang Hyang Niratha /
Ida Pedanda Wawu Rauh dari Daha (Jawa Timur), yaitu seorang pendeta penyebar
agama Hindu yang moksa di tempat ini, karena di tempat ini beliau moksa atau
ngeluwur, sehingga lama kelamaan masyarakat menamai pura ini dengan pura
Luhur Uluwatu. Pemanfaatan ruang spiritual di kawasan suci pura Uluwatu
memiliki pola tersendiri yang telah menjadi kearifan lokal masyarakat sekitar. Hal
ini tercermin dari adanya potensi daya tarik wisata pura Uluwatu sebagian besar
berupa panorama alam dengan bentang alam berupa pantai yang dibatasi tebing
curam, disertai dengan keindahan flora dan fauna endemik yang menjadi ciri khas
pura Uluwatu. Selain itu terdapat potensi ombak yang dimanfaatkan sebagai wisata
olahraga selancar terutama oleh wisatawan asing.
SARAN
Sejumlah hal yang terungkap dalam penelitian ini memberikan pelajaran terkait
pemanfaatan ruang dikawasan suci pura uluwatu .sumbang pemikiran dan saran
kepada pihak terkait semoga dapat dijadikan pertimbangan dan masukan bagi para
pengambil keputusan dan masyarakat terkain pembangunan dan pengembangan.
Pemanfaatan ruang dikawasan suci pura uluwatu:
DAFTAR PUSTAKA