Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Situs merupakan tempat-tempat dimana ditemukan peninggalan-peninggalan arkeologi, di

kediaman makhluk manusia pada zaman dahulu dikenal dengan nama situs. Situs biasanya

ditentukan berdasarkan survey suatu daerah. Ahli arkeologi mempelajari peninggalan-

peninggalan yang berupa benda untuk menggambarkan dan menerangkan perilaku manusia. Jadi

situs sejarah adalah tempat dimana terdapat informasi tentang peninggalan-peninggalan

bersejarah (Warsito, 2012: 25).

Di Indonesia terdapat banyak situs peninggalan sejarah, yang beberapa telah dikenal dunia

dan masuk menjadi 7 keajaiban di dunia, yaitu Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Ratu

Boko, dan lain sebagainya. Situs merupakan sebuah warisan peradaban yang seharusnya perlu

dijaga. Beberapa upaya pelestarian dilakukan demi menjaga ke-eksisitensiannya, salah satu

upayanya yaitu menjadikan situs sebagai tempat pariwisata.

Jejak pariwisata di Indonesia dapat ditelusuri kembali ke dasawarsa 1910-an, yang ditandai

dengan dibentuknya VTV (Vereeneging Toeristen Verkeer), sebuah badan pariwisata Belanda, di

Batavia. Badan pemerintah ini sekaligus juga bertindak sebagai tour operator dan travel agent,

yang secara gencar mempromosikan Indonesia, khususnya Jawa dan Bali. Pada 1926 berdiri

pula, di Jakarta, sebuah cabang dari Lislind (Lissonne Lindeman) yang pada 1928 berubah

menjadi Nitour (Nederlansche Indische Touriten Bureau), sebagai anak perusahaan pelatanan

Belanda (KPM). KPM secara rutin ,elayani pelayaran yang menghubungkan Batavia, Surabaya,

Bali, dan Makasar, dengan mengangkut wisatawan (Pitana dkk, 2009: 35).

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


Sumber daya manusia merupakan atribut alam yang bersifat netral sampai ada campur tangan

manusia dari luar untuk mengubahnya agar dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan manusia

itu. Dalam konteks pariwisata, sumber diartikan sebagai segala sesuatu yang mempunyai potensi

untuk dikembangkan guna mendukung pariwisata, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sumber daya yang terkait dengan pengembangan pariwisata umumnya berupa sumber daya

alam, sumber daya budaya, sumber daya minat khusus, di samping sumber daya manusia. Orang

ataupun organisasi menggunakan sumberdaya untuk beragam kegiatan pariwisata (Pitana dkk,

2009: 69).

Ditinjau dari letak geografis, Desa Baseh terletak pada ketinggian 600 mdl dengan suhu rata-

rata harian berkisar di antara 35-360C. bentang wilayah desa baseh ialah bukit. Secara ekologi

desa Baseh memiliki potensi sumber daya alam yang digunakan sebagai destinasi dengan

suguhan panorama terasering dan perbukitan. Dengan mengandalakan alam sebagai potensinya

seperti memanfaakan sungai, air terjun dan hutan lindung. Kini di desa Baseh telah berdiri

beberapa lokawisata seperti Batur Agung Mount of fun, curug Gomblang, curug Lima, curug

Dadap, curug Menceng.

Salah satu hal yang menyebabkan orang ingin melakukan perjalanan wisata adalah keinginan

untuk melihat cara hidup dan budaya orang lain di belahan dunia lain serta keinginan untuk

mempelajari budaya orang lain tersebut. Industri pariwisata mengakui peran budaya sebagai

faktor penarik dengan mempromosikan karakteristik budaya sebagai destinasi. Sumber daya

budaya dimungkinkan untuk ,menjadi faktor utama yang menarik wisatawan untuk melakukan

perjalanan wisatanya.

Pariwisata budaya dapat dilihat sebagai peluang bagi wisatawan untuk mengalami,

memahami, dan menghargai karakter dari destinasi, kekayaan dan keragaman budayanya.

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


Pariwisata budaya memberikan kesempatan kontak pribadi secara langsung dengan masyarakat

lokal dan kepada individu yang memiliki pengetahuan khusus tentang sesuatu objek budaya.

Tujuannya adalah memahami makna suatu budaya dibandingkan dengan sekedar

mendeskripsikan atau melihat daftar fakta yang ada mengenai suatu budaya. Sumber budaya

yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Bangunan sejarah, situs, monumen, museum, galeri seni, stus budaya kuno dan

sebagainya.

2. Seni dan patung kontemporer, arsitektur, tekstil, pusat kerajinan tangan dan seni, pusat

desain, studio artis, industri film dan penerbit, dan sebagainya.

3. Seni pertunjukan, drama, sendratari, lagu daerah, teater jalanan, eksibisi foto, festival,

dan even khusus lainnya.

4. Peninggalan keagamaan seperti pura, candi, masjid, situs, dan sejenisnya.

5. Kegiatan dan cara hidup masyarakat lokal, sistem pendidikan, sanggar, teknologi

tradisional, cara kerja, dan sistem keidupan setempat.

6. Perjalanan (trekking) ke tempat bersejarah menggunakan alat transportasi unik (Berkuda,

dokar, cikar, dan sebagainya).

7. Mencoba kuliner (masakan) setempat. Melihat persiapan, cara membuat, menyajikan dan

menyantapnya merupakan atraksi budaya yang sangat menarik bagi wisatawan.

Situs Batur Agung terletak di dusun Lakah desa Baseh Kecamatan Kadungbanteng

Kabupaten Banyumas. Situs Batur Agung merupakan salah satu warisan budaya dari

peradaban sebelum masehi, yang terletak di Kabupaten Banyumas. Kabupaten Banyumas

sedang mengalami massa terbaiknya di sektor pariwisata pada khususnya terletak di kawasan

Baturraden. Letak wilayah Baturraden yang tidak jauh menjadikan situs sejarah Batur Agung

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


perlu mendapat perhatian. Dari moment tersebut melatar belakangi peneliti melakukan

pengkajian terhadap situs sejarah Batur Agung sebagai destinasi wisata sejarah di Kabupaten

Banyumas.

Secara umum para wisatawan memiliki kepuasan yang ambigu. Wisata jenis sejarah juga

memiliki ciri khas tersendiri terutama dalam pembentukan karakter bangsa dengan cara

memperlajari sejarah. Namun sayangnya wisata jenis sejarah masih diminiati sebagian kecil

kelompok masyarakat. Dengan adanya kajian ilmiah ini, sebagai sarana untuk mengkaji lebih

dalam mengenai keunggulan yang terdapat pada situs sejarah Batur Agung. Terletak di desa

Baseh dikarenakan situs tersebut berada di wilayah desa wisata yang ramai dikunjungi

namun tidak berlaku bagi situs tersebut.

Kajian ilmiah ini memiliki bertujuan untuk menambah umur dari situs sejarah Batur

Agung, melalui kajian ilmiah serta diharapkan dapat membantu pemerintah atau investor

dalam upaya pengembangan yang bersangkutan dengan situs sejarah Batur Agung. Kajian

mengenai sejarah lokal memiliki dampak pada pembentukan karakter yang mendalam, serta

diharapkan dapat lebih memahami semangat nasionalis. Hal tersebut menjadi salah satu

upaya dalam mengatasi gradasi budaya yang datang di dalam arus globalisasi.

Meskipun pada akhirnya, memilih setidaknya pengetahuan itu telah bersemayam di

dalam khazanah pemahaman individu yang tinggal meledak pada waktu yang tepat. Objek

wisata sejarah dapat meningkatkan jumlah pengunjung dengan melengkapi fasilitas standar

disesuaikan dengan tujuan yang disajikan untuk wisata sejarah. Segala upaya dapat tercipta

jika adanya hubungan timbal balik dari masyarakat dan dinas yang terkait dalam menjaga

dan mempromosikan daerah lokal wisata ini lebih baik lagi. Hal ini yang mendasari penulis

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


dalam mengkaji lebih dalam mengenai potensi wisata sejarah dengan judul “Situs Sejarah

Batur Agung Sebagai Objek Wisata Kabupaten Banyumas (1997- 2015)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan mengenai Situs Sejarah Batur Agung Sebagai

Objek Wisata Kabupaten Banyumas yang telah di uraikan diatas, maka dapat dirumuskan

pokok masalah tersebut :

1. Bagaimana sejarah dari situs Batur Agung?

2. Bagaimana potensi situs sejarah Batur Agung sebagai objek wisata sejarah?

3. Bagaimana upaya pelestarian terhadap situs sejarah Batur Agung sebagai objek

wisata sejarah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk mengkaji:

1. Mengungkap latar belakang situs sejarah Batur Agung

2. Mengungkap potensi wisata yang ada di situs sejarah Batur Agung

3. Mengungkap upaya pelestarian oleh pemerintah dan instansi masyarakat terhadap

situs sejarah Batur Agung

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang dicapai dalam penelitian ini, manfaat yang diharapkan antara

lain:

1. Manfaat teoritis

a. Bagi penulis

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


Menambah pengetahuan dan wawasan sejarah mengenai salah satu warisan budaya

lokal yang tidak lain situs Batur Agung.

b. Bagi ilmu pengetahuan

Karya tulis ilmiah ini dapat menambah referensi ilmu pengetahuan dalam bidang

kesejarah dan strategi pelestarian cagar budaya.

c. Bagi pendidikan

Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sumber referensi dalam kajian pengetahuan

sejarah lokal.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintah daerah

Karya ilmiah ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah sebagai bahan

kajian pertimbangan kebijakan mengenai cagar budaya.

b. Bagi masyarakat

Dapat dimanfaatkan sebagai dasar referensi pengetahuan muatan lokal dalam

upaya pelestarian cagar budaya agar terjaga kelestariannya.

c. Bagi Wisatawan

Diharapkan karya ilmiah ini dapat menjadi pedoman dan rujukan bagi

wisatawan dalam kunjungan ke tempat bersejarah .

E. Kajian Pustaka dan Penelitian Yang Relevan

1. Kajian Pustaka

a. Situs Sejarah

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


Situs sejarah adalah tempat temuan peninggalan-peninggalan purbakala berupa benda

fosil di daerah yang diusulkan untuk diteliti, fosil dalam bahasa latin fossa yang berarti

"menggali keluar dari dalam tanah adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang

menjadi batu atau mineral. Dalam ilmu sejarah benda bangunan bersejarah merupakan data

atau sumber yang keliatandan bisa dipegang, benda dan bangunan itu disebut artefak.

Artinya, di satu sisi benda dan bangunan itu disebut data sejarah, tetapi di sisi laindisebut

fakta sejarah. Fakta benda dan bangunan itu ada, tetapi fakta sosial (sosifact) sudah tidak

kelihatan lagi karena peristiwa itu hanya sekali terjadi begitu dengan mentifact. Mentifact

adalah fakta yang benar-benar tidak kelihatan karena ia tersimpan dalam memori otak atau

terkandung dalam dokumen- dokumen yang dihasilkan manusia.dokumennya memang

tampak jelas seperti artifact, tetapi mentifact tidak dengan sendirinya keluar dari dokumen

tanpa dibaca dengan teliti (Priyadi, 2013: 69).

Banyumas sendiri terdapat beragam situs peninggalan purbakala yang sekarang menjadi

aset berharga bagi Kabupaten Banyumas dan pada khususnya daerah daerah yang menjadi

tempat keberadaan situs di tempat tersebut menambah nilai estetika yang menarik serta nilai

tambah bagi pengetahuan masyarakat lokal perihal sejarah dari daerah tersebut, menjadi

saksi benda nyata (artifact) sebagai mahakarya dari para pendahulunya. Dapat juga menjadi

jalan bagi para gengerasi penerus dalam penulisan sejarah dengan situs sebagai bahan

kajiannya. Sebuah pengharapan bagi bangsa Indonesia dalam bidang kesejarahan semakin

bertambahnya sejarawan yang berkualitas tinggi terlahir dan membawa nama Indonesia ke

jenjang ke abadian.

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


Seperti halnya Banyumas sebagai Tempat yang terdapat situs peninggalan purbakala

salah satunya situs Batur Agung yang mendapat perhatian dari pemerintah setempat dan

telah menjadi situs cagar budaya yang sebelumnya telah menjadi tempat pariwisata.

b. Pariwisata

Pariwisata menurut Spillane (1987 : 20) adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat

lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari

keseimbangan / keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi

social, budaya, alam dan ilmu.

Sedangkan Pendit (2003 : 20), mendefinisikan Pariwisata sebagai suatu proses kepergian

sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan

kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial,

kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar

ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.

Dengan pemanfaatan situs peninggalan sejarah sebagai objek wisata, merupakan langkah

maju dalam meningkatkan kepedulian terhadap sejarah di saat era globalisasi.Ini bentuk

kepedulian terhadap sejarah sama halnya bertahan hidup untuk masa depan.Dengan

mengenal belajar sejarah menawarkan permasalahan dengan berbagai pola, sehingga sebagai

manusia yang di anugrahi dengan pemikiran dinamis. Akan janggal rasanya jika tidak

sanggup belajar dari sebuah pengalaman. Karena dengan carabelajar sejarah dapat

membantu keberlangsungan keberlangsungan hidup.

Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain,

bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai mencari keseimbangan

atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya,

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


alam, dan ilmu. Namun banyak batasan mengenai apa yang dimaksud dengan “wisatawan”.

Dalam instruksi presiden No. 9/1969 dinyatakan: “wisatawan adalah setiap orang yang

berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ketempat lain dengan menikmati

perjalan dari kunjungan itu.”

Konferensi PBB tentang Perjalan dan Pariwisata Internasional di Roma pada tahun 1963

menganut pandangan yang sangat luas. Menurut konferensi tersebut, turis adalah mereka

yang melakukan perjalanan lebih dari 24 jam dengan tujuan: a)leisure “(recreation, holiday,

health, study, religion and sport); b) business, family, meeting. Sebaiknya, International

Union of Official Travel Organization (IUOTO) menetapkan suatu batasan tentang

wisatawan internasional sebagai: “... setiap orang yang datang ke suatu negara selain tempat

tinggalnya dengan maksud apapun, kecuali untuk mencari upah atau pekerjaan” (Spillane,

1991: 21). Ada beberapa jenis pariwisata yang di kategorikan sesuai denga tujuan dan objek

wisata sebagai berikut:

1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)

Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat

tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi

kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan sarafnya, untuk melihat sesuatu

yang, untuk menikmati keindahan alam, dan lain-lain (Spillane, 1991: 29)

2. Pariwisata untuk rekreasi

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendakai pemanfaatan hari-

hari liburnya untuk beristirahat untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohaninya, yang

ingin menyegarkan dan kelelahannya (Spillane, 1991: 29).

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


3. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultur Tourism)

Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di

pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat-istiadat, cara hidup rakyat, dan

lain-lain (Spillane, 1991: 30).

4. Pariwisata untuk olah raga (Sport Tourism)

Dibagi menjadi: (1) Big sport events, yaitu peristiwa-peristiwa olah raga besar seperti

olimpiade game, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain. (2) Sporting tourism of the

practitioners, yaitu pariwisata olah raga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempratikan

sendiri, seperti pendakian gunung, rafting, berburu, dan lain-lain. e) Pariwisata untuk urusan

usaha dagang (Business Tourism) Jenis pariwisata ini seperti industri pariwisata, tetapi juga

mencakup semua kunjungan ke pameran, kunjungan ke instalasi teknis yang bahkan menarik

orang-orang luar profesi ini (Spillane, 1991: 30).

5. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)

Peranan jenis wisata ini makin lama makin penting. Konvensi dan pertemuan bentuk ini

sering dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan peserta yang biasanya tinggal di beberapa kota

atau negara penyelenggara (Spillane, 1991: 31).

2. Penelitian Yang Relevan

Situs Batur Agung adalah salah satu yang menawarkan ilmu yang perlu di kaji dalam

meningkatkan kharakter lokal dan penelitian yang berjudul Situs Sejarah Batur Agung

Sebagai Objek Wisata Sejarah di Kabupaten Banyumassejauhpengamatan penulis, adalah

10

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


yang pertama kali dan belum pernah di jumpai di pustaka perihal judul penelitian tersebut,

adapun sebagai pembanding untuk analisa pustaka penelitian yang relevan terdahulu

penulisan yang berkaitan dengan situs-situs benda peninggalan.

Skripsi yang ditulis oleh Rizal Rahman Alfaridi (2017) yang berjudul Situs Sejarah

Sangiang Sebagai Objek Wisata Kabupaten Majalengka (1997-2015). Yang berkesimpulan

kepada terbentuknya desa Banjaran, serta awal terbentuknya situs Sangiang terjadi suatu

peristiwa yang menyebabkan Prabu Talaga Manggung meninggal dunia, letak situs

Sangiang dan TNGC dan KOMPEPAR sebagai badan yang mengelola situs Sangiang,

kepercayaan- kepercayaan yang ada di situs Sangiang, ritual adat yang biasa dilaksanakan di

desa Sangiang, yaitu ritual Nyapu, ritual Nyiramkeun, ritual Pareresan, dan Ritual Nadzar/

Motong Domba.

Penelitian yang dilakukan Daryanti (2002) yang berjudul Situs-situs Peninggalan Sejarah

di Baturraden Banyumas. Situs-situs sejarah yang terdapat di Baturraden juga mempunyai

mitos-mitos tertentu. Mitos adalah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah

tertentu kepada sekelompok orang. Cerita ini dapat dituturkan, tetapi juga diungkapkan

lewat tarian-tarian atau pementasan wayang. Mitos mengatasi cerita dalam arti kata modern

isinya lebih daripada rangkaian peristiwa yang menggambarkan dan menghibur saja. Mitos

tidak hanya terbatas pada semacam reportase mengenal peristiwa-peristiwa yang dahulu

terjadi. mitos memberikan arah kepada kelakuan manusia dan merupakan semacam

pedoman untuk manusia.

Novrianti (2015) yang berjudul Situs Sejarah Situ Lenkong Sebaai Objek Wisata

Kabupaten Ciamis Jawa Barat (Tahun 2001-2014). Yang berkesimpulan sebagai berikut

penjalu adalah sebuah kerajaan yang terletak di ketinggian 731 mdpl dan berada kaki

11

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


Gunung Sawal (1.764 mdpl) Jawa Barat. Pendiri kerajaan Panjalu adalah bernama Prabu

Batara Tesnajati yang perilisannya terdapat di Karantenan Gunung Sawal. Ketika masa

pemerintahan Prabu Rangga Gumilang memindahkan Ibu kota kerajaan tersebut didasarkan

atas pertimbangan untuk mengembangkan kerajaan.

F. Landasan Teori dan Pendekatan

1. Landasan Teori

Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar dalam

penelitian adalah teori. Suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu atau karya

ilmiah sering juga disebut sebagai studi literatur atau tinjauan pustaka. Salah satu contoh

karya tulis yang penting adalah tulisan itu berdasarkan riset. Landasan teori ini perlu

ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan

coba-coba. Adanya landaasan teori ini merupakan ciri bahwa penelitian ini merupakan

cara ilmiah untuk mendapatkan data.

Teori arkeologi ditempuh menjelaskan konsep lokal genius dalam kebudayaan.

Pertama-tama, Hayati Soebadio mendefeinisikan konsep local genius dengan istilah

kepribadian budaya bangsa. Definisi itu bermula dengan konsep cultural identity atau

identitas atau kepribadian budaya yang mampu menyerap atau mengolah kebudayaan

atau mengolah kebudayaan luar sesuai dengan karakter pribadinya. Kemampuan

menyerap dan mengolah itu merupakan ketahanan di segala bidang sehingga dapat

menolak yang tidak cocok dan menyerap yang cocok (Ayatrohedi, 1986:19, Priyadi,

2015:142).

12

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


Arkeologi terutama memberikan bahan penting tentang zaman yang tidak mewariskan

bahan tulis, dalam hal ini pada periode pra sejarah. Pada zaman ini belum ada tulisan atau

berita-berita tertullis. Di Sulawesi misalnya, zaman pra sejarah antara lain dapat ditelusuri

melalui tinggalan arkeolog berupa gua-gua alam seperti Leang-leang dan Sumpang Bita.

Tidak ada catatan tertulis disana yang memberi keterangan bahwa tempat itu pernah

dihuni oleh makhluk manusia. Akan tetapi melalui peninggalan yang dilakukan para

arkeolog diketahui adanya jejak-jejak yang ditinggalkan oleh manusia yang pernah

menghuni tempat itu. Tumpukan kerang yang sudah bercampur tanah dan lukisan

dinding-dinding gua. Dari hasil penggalian dan penelitian laboratorium diketahui bahwa

pada kurun waktu tertentu gua itu pernah dihuni oleh manusia (Hamid & Madjid, 2008:

26).

Kontribusi arkeolog terhadap studi sejarah kebudayaan sangatlah berarti, hampir

semuanya berasal dari hasil kebudayaan material, hampir semuanya berasal dari hasil

penggalian arkeologi misalnya pembentukan kota dan perumahan, struktur rumah,

perabot rumah tangga, pakaian, perhiasan, alat kerja, senjata, kuburan dan sebagainya.

Demikian juga dengan pengetahuan agama banyak diperoleh dari tinggalan berbagai

tinggal arkeologi, misalnya, arsitektur candi, struktur bangunan masjid, keraton, makam,

dan sebagainya (Hamid & Madjid, 2008: 26-27).

Korelasi antara sumber tertulis dan tidak tertulis sangat membantu dalam penggalian

arkeologi. Abad ke-17 sampai abad ke-18 perdagangan maritim berkembang dengan

pesat seiring dengan upaya perolehan rempah-rempah langsung di kepulauan Maluku.

Untuk memperolehnya, tidak jarang terjadi persaingan antara kapal-kapal yang

mengangkut rempah-rempah mewarnai aktivitas niaga laut. Oleh sebab itu banyak kapal-

13

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


kapal yang tenggelam di sepanjang jalur pelayaran dari dan ke kepulauan Maluku.

Demikian keterangan tertulis yang terdapat dalam sejumlah dalam dokumen yang

merekam pada masa itu. Dengan sumber tertulis ini para arkeolog dapat melakukan

penggalian dibawah laut (Hamid & Madjid, 2008: 27).

Pernyataan Notosusanto (1984: 18-21) mengenai fungsi sejarah bahwa sejarah

memberi pelajaran, inspirasi dan kesenangan. Fungsi sejarah dalam memberi pelajaran

kepada masyarakat masa kini secara terbalik masyarakat harus belajar sejarah. Belajar

sejarah bisa ditempuh melalui pendidikan sejarah di sekolah-sekolah atau orang bisa

secara individual memperlajari sejarah. Sehubungan dengan pendidikan, sejarah

berfungsi sebagai pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa

depan, dan keindahan (Kuntowijoyo, 1995: 25-30). Orang belajar sejarah diharapkan

akan menjadi insan yang bijaksana. Artinya, pengalaman buruk oranglain jangan sampai

menimpa dirinya karena ia telah belajar dari kesalahan orang terdahulu, diharapkan

dengan mempelajari kesalahan terdahulu dapat berinovasi dan berkratifitas (Priyadi,

2013: 104).

Fungsi inspirasi sejarah terpancar dari sejarah sebagai ilmu bantu, latar belakang,

rujukan dan bukti (Kuntowijoyo). Ilmu sejarah jelas tidak mandiri karena memerlukan

ilmu lain sebagai ilmu bantu. Sebaliknya ilmu sejarah juga berstatus sebagai ilmu bantu

bagi ilmu lain. Sejarah yang dijadikan latar belakang suatu tindakan atau aktivitas

manusia adalah pemanfaatan pengalaman masa lampau yang dijadikan salah satu

inspirasi (Priyadi, 2013: 104-105).

Fungsi kesenangan sejarah tampak dari sifat ilmu sejarah yang terbuka, cara

mengetahui masa lampau, pernyataan pendapat, dan profesi (Kuntowijoyo, 2995: 20-24).

14

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


Ilmu sejarah ternyata merupakan ilmu yang terbuka karena semua orang bisa menjadi

sejarawan. Tidak selalu mahasiswa lulusan sejarah bekerja menjadi sejarawan. Sejarah

memang menarik banyak orang karena kisah-kisah menyenangkan dengan berpariwisata

sejarah melalui pembacaan karya sejarah. Banyak sejarawan menyatakan pendapatnya

melalui karya sejarah karena di dalam pikiran sejarawan melekat subjektivitasnya,

terutama ketika menafsirkan fakta-fakta sejarah yang dihadapinya (Priyadi, 2013: 109).

Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu colere yang memiliki arti

mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (Menurut Soerjanto Poespowardojo

1993). Menurut The American Herritage Dictionary mengartikan kebudayaan adalah

sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirim melalui kehidupan sosial, seni

agama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok

manusia.

Dapat diasumsikan bahwa kebudayaan adalah sebagai perwujudan tanggapan manusia

terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses penyesuaian diri mereka

dengan lingkungan. Kebudayaan adalan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai

makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan

dan pengalamannya, serta menjadi kerangka landasan untuk mewujudkan dan mendorong

terwujudnya kelakuan. Dalam definisi ini, kebudayaan dilihat sebagai “mekanisme

kontrol” bagi kelakuan dan tindakan-tindakan manusia (Greetz, 1973), atau sebagai pola-

pola bagi kelakuan manusia (Keesing & Keesing, 1971). Kebudayaan telah menjadi

sistem pengetahuannya, secara terus menerus dan setiap saat bila ada rangsangan,

digunakan untuk dapat memahami dan menginterpretasi berbagai gejala, peritiwa, dan

15

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


benda-benda yang ada dalam lingkungannya sehingga kebudayaan itu juga dimiliki oleh

masyarakat dimana dia hidup (Mujianto, Elmubarok, Sunahrowi, 2010: 2-3).

2. Pendekatan

Pendekatan ditempuh karena akan memudahkan pekerjaan peneliti dalam mencari

sumber-sumber sejarah. Sejarawan Indonesia pada awalnya memang tidak terbiasa dalam

pencarian dan penemuan sumber karena langkah tersebut sebagai langkah yang bersifat

mendasar. Tanpa keberadaan sumber, penulisan sejarah tidak mungkin diwujudkan.

Sumber-sumber yang dibutuhkan oleh penelitian sejarah meliputi dokumen-dokumen

(autobiografi atau biografi, surat-surat pribadi, buku harian, memoire, surat kabar,

dokumen pemerintah, dan cerita roman)(Kartodirdjo, 1982:101-112, Priyadi, 2015: 59).

Pendekatan yang digunakan dalam mengkaji objek penelitian mengenai situs sejarah

Batur Agung sebagai objek wisata sejarah di kabupaten Banyumas agar menjadi

penelitian ilmiah peneliti menggunakan pendekatan Sosiologi untuk mengkaji sejarah

melalui peradaban masyarakat kontemporer dan juga pendekatan Arkeologis ditinjau

terdapat beberapa artefak peninggalan pada masa lampau, pendekatan dilakukan dalam

upaya menentukan jalan peneliti dalam menggali sumber data sejarah dalam metode yang

akan dilakukan.

G. Metode Penelitian

Metode dilakukan untuk menemukan jalan atau cara yang ditempuh untuk

memperoleh pemahaman tentng sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Penelitian ini

berusaha mengkaji lebih dalam situs sejarah Batur Agung sebagai objek wisata pada tahun

1997- 2015. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah,

penerapan metode penelitian ini meliputi empat tahapan, yaitu:

16

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Heuristik adalah langkah-langkah awal dalam mencari data sejarah secara langsung

(Priyadi, 2013:112).Dalam tahap ini peneliti akan melakukanobservasi terlebih dahulu

melihat-lihat kondisi wilayah situs Batur Agung dan menemui juru pemelihara serta

kepala desa. Setelah mengerti dan memahami kedatangan peneliti untuk tujuan akademisi

maka pihak desa Baseh memberikan pelayanan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan

peneliti. kemudian melakukan berbagai cara peneliti dalam memperoleh sumber-sumber

data mengenai objek penelitian yaitu Batur Agung sebagai situs peninggalan yang

merupakan sejarah lokal dari kabupaten Banyumas. Data sejarah terbagi menjadi tiga

jenis: 1. Sumber tertulis (Dokumen), 2. Sumber sejarah lisan, 3. Sumber benda dan

bangunan. Dengan begitu peneliti akan mengumpulkan data-data dari hasil dokumentasi

berupa berkas dari pemerintah/ perorangan serta melakukan wawancara kepada pihak-

pihak yang turut serta peranannya di objek kajian seperti juru kunci dari situs Batur

Agung, kepada dinas pemerintahan yang terkait, serta kepada masyarakat umum.

2. Kritik Sumber (Eksternal dan Internal)

Dalam usaha mencari kebenaran (truth), sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan

untuk membedakan apa yang benar dan apa yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin

dan apa yang mergukan atau mustahil. (Helius Sjamsudin, 2007: 131).

Kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek

“luar” dari sumber sejarah.perlu adanya pemeriksaan agar setiap sumber dapat harus

dinyatakan otentik dan integral. Saksi mata atau penulis itu harus diketahui sebagai orang

yang dapat di percaya (credible).

17

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


Kritik intern bertalian dengan (1) penilaian intrinsik terhadap sumber-sumber, (2)

melakukan perbandngan dari berbagai kesaksian atau sumber sejarah lain. Penilaian

intrinsik adalah kritik intern yang di fokuskan pada isi yang termuat dalam berbagai

sumber sejarah. Penilaian intrinsik sumber-sumber sejarah bisa mencermati sifat sumber

dan penulis dokumen (Priyadi, 2015: 103)

3. Interpretasi (Penafsiran)

Interpretasi adalah langkan metode sejarah yang harus didukung oleh heuristik

sebagai petunjuk ke arah penelitian (Kuntowijoyo, 2004:11) dan kritik. Intepretasi yang

ditopang oleh heuristik dan kritik akan membawa sejarawan membawa sejarawan kepada

suasana sikap kritik yang tinggi masukan fakta yang beraneka ragam. Sikap kritik yang

tinggi akan memacu kapasitas interpretasi yang lebih tinggi. (Priyadi, 2015: 107).

Dalam tahap ini peneliti akan menggabungkan fakta sejarah yan gtelah di peroleh dari

tahap sebelumnya agar ditemukan kesimpulan atau gambaran sejarah ilmiah. Hal ini

peneliti dituntut agar lebih cermat dan sikap objektif sejarawan, terutama dalam hal

interpretasi subjektif terhadap fakta sejarah. Itu dapat dilakukan dengan mengetahui

watak-watak peradaban, atau dengan kata lain kondisi umum yang sebenarnya dan

menggunakan nalar kritis (Khaldun 1982: 76).

4. Historiografi (Penulisan Sejarah)

Merupakan tahap penulisan pada tahap ini peneliti mulai menuliskan data-data yang

telah diperoleh agar tersajikan maksud dan tujuan dari penelitian tersebut. Pada

hakikatnya, penyajian historiografi meliputi (1) pengantar, (2) hasil penelitian, dan (3)

simpulan. Penulisan sejarah sebagai laporan seringkali disebut karya historiografi yang

18

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018


harus memperhatikan aspek kronologis, periodesasi, serialisasi, dan kausalitas (Priyadi,

2015: 92).

H. Sistematika Penyajian

Agar penelitian ini dapa dijadikan penelitian ilmiah perlu adanya sistematika penyajian

sebagai berikut:

Bab Satu Pendahuluan pada tahap ini peneliti akan menyajikan latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat, kajian pustaka, penelitian yang relevan, landasan teori,

pendekatan, metodologi dan sistematika penyajian.

Bab dua Latar Belakang Situs Sejarah Batur Agung berisi penjelasan dari rumusan

masalah yang pertama berupa sejarah dari situs sejarah Batur Agung dilanjutkan dengan

letak geografis dari desa Baseh desa yang menjadi lokasi dari situs Batur Agung.

Bab tiga Potensi Situs Ssejarah Batur Agung berisi penjelasan dari rumusan masalah

kedua mengenai potensi yang terkandung sehingga Situs sejarah Batur Agung dapat

dijadikan objek wisata kemudian akan terbagi menjadi beberapa bahasan tentang ekologi

pariwisata

Bab empat Upaya Pelestarian Situs Sejarah Batur Agung berisi penjabaran dari

rumusan masalah ketiga mengenai keterkaitan oleh pemerintah dan instansi masyarakat

dalam upaya pelestarian dan kemajuan dari situs Batur Agung

Bab lima Simpulan dan saran berisi simpulan yang merupakan serapan initisari dari

seluruh pembahasan-pembahasan dari bab-bab sebelumnya serta berisi saran untuk

mengembangkan institusi yang diteliti.

19

Pelestarian Situs Sejarah…, Bagus Septrisia Arifin, FKIP UMP, 2018

Anda mungkin juga menyukai