Anda di halaman 1dari 9

1

Sejarah dan perkembangan Kawasan Saribu Rumah Gadang Sebagai


Destinasi Wisata Budaya

(Tinjauan Historis)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Humaniora (S.
Hum) Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam

OLEH:
AISHA BALQIS
4417003

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS USULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
TAHUN 1440 H/ 2020 M
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara dengan memiliki beragam budaya dan itu berada

hampir diseluruh indonesia, dan itu termaksud kedalam benda cagar budaya(BCB),

yaitu yang berupa benda dibuat manusia dan benda yang terjadi oleh alam. Daerah di

Indonesia memiliki budaya yang berbeda. Salah satunya berada di, Kecamatan Sungai

Pagu, Kota Muarolabuah, Kabupaten Solok Selatan, memiliki warisan budaya.

Kecamatan Sungai Pagu merupakan tempat peninggalan budaya berupa rumah

gadang dengan jumlah yang sangat banyak yang kini dijadikan sebagai museum

terbuka. Rumah gadang ini memiliki julukan sebagai “Saribu Rumah Gadang”.

Museum terbuka ini memiliki koleksi rumah gadang yang mempunyai jarak dekat

satu dengan lainnya. Sehingga dapat dijadikan cagar budaya agar menjadikan

pembelajaran bagi generasi selanjutnya.

Sesuai dengan Al-Qur’an Surat Hud, Ayat 120:

‫َو ُك اًّل َن ُق ُّص َع َل ْي َك ِم ْن َأ ْن َب ا ِء الُّر ُس ِل َم ا ُنَث ِّب ُت ِب ِه ُف َؤ اَد َك ۚ َو َج ا َء َك ِف ي َٰه ِذ ِه ا ْل َح ُّق َو َم ْو ِع َظٌة َو ِذ ْك َر ٰى ِل ْل ُم ْؤ ِم ِن يَن‬

Artinya: “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-
kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang
kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang
beriman”

Dari ayat diatas kita diajarkan untuk belajar dari kisah/sejarah agar menjadi

pelajaran dan peringatan untuk masa depan, agar tidak terjadi kesalahan yang sama.

Museum terbuka yang berada di kabupaten Solok Selatan ini memiliki sejarah dan

budaya yang masih terjaga hingga saat ini. Dari perkampungan adat di saribu rumah
3

gadang ini kita bisa belajar budaya masyarakat minangkabau sehingga menjadi

pelajaran di masa yang akan datang.

Museum merupakan organisasi pelestarian dan sumber informasi benda yang

memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat. Oleh karena itu museum punya

visi dan misi yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pemberi pendidikan

kepada masyarakat tentang arti sebuah kekayaan budaya sebagai warisan bangsa.

Guna melaksanakan visi dan misi museum tersebut, sebuah museum harus punya

informasi yang terdiri dari penyelenggara dan pengelola dengan kewenangan masing-

masing yang berbeda. Penyelenggara museum merupakan instansi yang memiliki

gagasan melestarika museum, dapat berupa yayasan atau badan hukum lain atau

pemerintah pusat maupun daerah. Sedangkan pengelola museum merupakan orang

yang diberi tugas oleh penyelenggara museum untuk melaksanakan tugas

menjalankan kegiatan penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan1.

Pemanfaatan museum mencakup tiga fungsi museum yang disebut dalam

definisi menurut ICOM, yakni fungsi pelayanan untuk tujuan pendidikan, penelitian,

dan hiburan. Adapun pemanfaatan dalam konteks yang lebih luas meliputi

pendayungan cagar budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat

dengan tetap mempertahankan kelstarian (UU No. 11 tahun 2000 tentang Cagar

Budaya).2

Dari hasil observasi di lapangan penulis melihat kondisi perkampungan

budaya masih dalam tahap renovasi, penulis melihat banyak rumah gadang yang

1
http://belajaritutiadaakhir.blogspot.com/2011/08/museum-di-indonesia.html diakses pada 31/03/20 jam
20:00
2
http://e-journal.uajy.ac.id/2227/3/2TA12623.pdf diakses pada 31/03/20 jam 21:32
4

direnovasi dan ada rumah gadang yang dipertahankan karena bangunan yang awet

dan masih sangat bagus.

Berdasarkan informasi tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti hal

tersebut dan memberi judul “ Sejarah Dan Perkembangan Kawasan Saribu

Rumah Gadang Sebagai Destinasi Wisata Budaya 2013-2019”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Untuk memudahkan penulis dalam penelitian maka di rumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah kawasan saribu rumah gadang?

2. Bagaimana perkembangan kawasan saribu rumah gadang sebagai destinasi

wisata budaya?

2. Batasan Masalah

a. Batasan Temporal penelitian ini adalah 2013-2019. Alasan penulis yaitu pada

tahun 2013 peresmian saribu rumah gadang sebagai destinasi wisata budaya,

sedangkan pada tahun 2019 terjadi revitalisasi besar-besaran.

b. Batasan Spasial penelitian ini adalah Nagari Koto Baru, Kecmatan Sungai

Pagu, Kota Muaralabuh, Kabupaten Solok Selatan.

c. Batasan Tematis penelitian ini adalah sejarah museum terbuka, yang mengkaji

sejarah dan perkembangan kawasan Saribu Rumah gadang di Nagari Koto

Baru, Kecmatan Sungai Pagu, Kota Muaralabuh, Kabupaten Solok Selatan.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kawasan Saribu Rumah Gadang


5

b. Untuk mengetahui perkembangan Kawasan Saribu Rumah Gadang

sebagai tempat destinasi wisata budaya.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

dalam mengambil keputusan saat menentukan tujuan berekreasi yang

mencakup studi dan wisata untuk menambah wawasan tentang suatu ilmu

dan pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan kawasan saribu rumah

gadang.

b. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa sejarah peradaban islam dan juga

khususnya mahasiswa pada umumnya.

c. sebagai syarat untuk mendapat gelar S.hum (Sarjana Humaniora) di

jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin, Adab Dan Dakwah

IAIN Bukittinggi.

D. Tinjauan Kepustakaan

E. Penjelasan Judul

Untuk memahami dan sekaligus menghindari kesalahan pemahaman terhadap

judul penelitian ini, perlu penulis menjelaskan beberapa istilah yang di gunakan dalam

judul yakni perkembangan adalah perubahan yang progresif dan kontinyu

(berkesinambungan) secara terus-menerus. Kawasan saribu rumah gadang merupakan

kawasan wisata kampung budaya yang menjadi distenasi wisata budaya, digunakan

sebagai wadah penambah ilmu, kesenangan, dan pendidikan bagi yang berkunjunng,

dan merupakan cagar budaya. Peneliti melihat perkembangan dari sejak tahun 2013.
6

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang berbentuk

deskriptif naratif. Deskripsi naratif adalah bentuk deskripsi yang berusaha

mengungkapkan bagaimana proses dari suatu peristiwa kesejarahan, bagaimana itu

urutan fakta-fakta dalam suatu kejadian historis sebagai kesatuan proses dalam jangka

waktu tertentu atau serialisasi fakta-fakta sesuai dengan urutan kejadian yang

sesungguhnya terjadi.

Ada empat langkah penelitian sejarah yaitu :

1. Heuristik

Adalah tahap awal penelitian yakni mengumpulkan sumber-sumber yang

relavan dengan kajian yang diteliti. Dalam penulisan ini penulis mengumpulkan

sumber-sumber tulisan dengan mengunakan studi kepustakaan dan

mengumpulkan data dan sumber lisan sengan melakukan wawancara dengan

beberapa informan yaitu tetua yang tinggal di Kawasan saribu rumah gadang

Untuk sumber primer penulis dapat dari arsip-arsip kawasan saribu rumah

gadang yang berhubungan dengan penelitian ini. Sedangkan untuk sumber

sekunder didapat dari wawancara, jurnal dan perpustakaan daerah Sumatera Barat

serta buku-buku yang berkaitan dengan sejarah dan museum.

Dalam tahap ini menempuh tiga cara yaitu:

a) Study kepustakaan (library research)

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Diantaranya data-data yang

dibutukan berkaitan dengan museum maupun cagar budaya serta buku lain

yang dapat menunjang penulisan ini. Bahan itu diperoleh dari Dinas
7

Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pariwisata pemuda dan olah raga, dan

perpustakaan IAIN Bukitinggi.

b) Wawancara

Dalam proses wawancara ini penulis mewawancarai beberapa orang informan

seperti pengurus Kawasan Saribu Rumah Gadang serta tetua yang tinggal di

Kawasan Saribu Rumah Gadang. Wawancara ini merupakan sumber lisan

peneliti dalam melakukan penelitian ini.

c) Observasi

Untuk mendapatkan data yang bekenaan dengan Kawasan Saribu Rumah

Gadang, peneliti langsung terjun kelapangan untuk mencari data yang valid.

2. Kritik sumber

adalah proses penentuan akurasi dan keabsahan sumber sejarah berdasarkan

penganalisaan yang mendalam terhadap berbagai faktor yang terkait dengan

keberadaan serta kompetensi sumber sebagai saluran informasi sejarah yang dicari

melalui kritik ekstern dan intern.3

a. Kritik Ekstern

Adalah penyajian terhadap otentitas dan integraitas material seumber berupa

kertas, tulisa dan pengarang yang ditulis. Dalam kritik ekstern ini peneliti

menganalisa informasi yang didapat dari hasil wawancara serta kebenaran

informasi yang diberikan informan. Dalam kritik ekstern ini penulis

melakukan wawancara dengan nara sumber yang bisa dijadikan sumber primer

dalam penelitian ini seperti pengurus museum Kawasan Saribu Rumah

Gadang.

3
Irhas A. Shamad, Ilmu Sejarah Perspektif Metodologis Dan Acuan Penelitian, (Jakarta:
Hayfa Press, 2003), hal 92.
8

b. Kritik Intern

Adalah pengujian terhadap isi informasi, kadang-kadang informasi yang

terdapat dan sumber yang itu dapat dipercaya sebagai sumber informasi

sejarah yang diteliti. Sumber yang terseleksi proses diatas akan dijadikan

smber dan dipakai dalam menyimpulkan fakta-fakta sejarah dari topik

pembahasan.

Kritik sumber dalam penelitian ini pertama ditujukan pada keluarga yang

terlibat langsung dalam mengurus hasil dari peninggalan Kawasan Saribu

Rumah Gadang dari tahun tahun berdiri sampai sekarang. Setelah dilakukan

penelitian, ternyata informasi yang di dapat melalui wawancara tetua yang

tinggal di Kawasan Saribu Rumah Gadang dari keluarga dan informan lain.

Jadi fakta bersifat (koroborasi) atau fakta keras yang telah mendapat

dukungan dari sumber lain.

3. Sintesis

adalah membuat jalinan fakta tersusun dan terkait dalam satu keseluruhan

hingga membentuk rangkaian cerita sejarah yang logis. Setelah melakukan kritik

ekstern dan intern maka dilakukan sintesis dengan menggunakan titik intrepetasi

yaitu penafsiran fakta-fakta sejarah. Dalam hal ini diusahakan supaya fakta-fakta

lainnya mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya sehingga menjadi

satu kesatuan yang utuh. Sintesis pada dasarnya yaitu membuat jalinan fakta

tersusun dan terkait satu sama lain sehingga membentuk suatu jalinan cerita

sejarah yang logis.

Dalam proses sintesis ini peneliti melakukan yaitu pemilahan sumber

wawancara yang terpercaya dengan memisahkan informasi yang dibutuhkan


9

sesuai dengan penelitian yang akan diangkat serta membuang informasi yang

tidak relavan dengan penelitian ini.

4. Historiografi atau penulisan

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dalam bentuk deskripsi naratif,

menggunakan pendekatan sejarah. Deskripsi naratif adalah bentuk deskripsi yang

berusaha mengungkapkan bagaimana proses dari suatu peristiwa kesejarahan,

bagaimana urutan fakta-fakta dalam suatu kejadian historis sebagi kesatuan proses

dalam jangka waktu tertentu atau serialisasi fakta-fakta sesuai dengan urusan kejadian

yang sesungguhnya terjadi.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan ini, maka penulis menyusun secara sistematis

kedalam beberapa bab, pada masing-masing bab diikuti oleh sub-sub bab sebagai berikut:

Bab I pendahuluan, memaparkan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, penjelasan judul, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.

Bab II menjelaskan gambaran umum Kawasan Saribu Rumah Gadang sebagai Tempat

destinasi Wisata Budaya

Bab III Sejarah Kawasan Saribu Rumah Gadang

Bab IV Menjelaskan perkembangan Kawasan Saribu Rumah Gadang dari tahun 2013

sampai dengan tahun 2019.

Bab V Penutup yang memaparkan tentang kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai