PENDAHULUAN
Budaya merupakan suatu hal yang bisa dijadikan sebagai identitas unik dan khas bagi
mengetahui tentang pengertian budaya, karena hal ini dapat memberikan hal yang positif.
Terlebih lagi, Indonesia memiliki banyak sekali budaya. Hal ini dikarenakan negara maritim
ini memiliki banyak ragam suku dan bahasa. Sehingga hal ini membuat banyak para
pengunjung dari luar mancanegara berlibur disini memang menjadi suatu kebanggaan bagi
Page 2
Indonesia karena memiliki banyak budaya yang amat melimpah dan unik. Jika berbicara
mengenai budaya, budaya yang sangat unik terlintas pertama di benak saya adalah budaya
Noken merupakan sebuah tas yang terbuat dari akar rotan khusus yang berasal dari
Papua. Budaya pembuatan noken bahkan sudah ada sejak jaman nenek moyang masyarakat
papua dan baru dikenal dunia sejak 1970 atau semenjak jaman perebutan Irian Jaya terhadap
Belanda yang saat itu menguasai Papua dibawah komando Soeharto dan sudah di akui oleh
UNESCO pada tanggal 04 Desember 2012 sebagai warisan kebudayaan nasional. Bahkan
orang asli Papua pun mempunyai filosofi tersendiri mengenai tas noken yang mereka anggap
sebagai suatu kebudayaan. Bagi masyrakat Papua sendiri, tas tradisional noken ini memiliki
simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua
Apa hal yang menarik dari tas noken tersebut? Hal yang sangat menarik dari tas
noken tersebut adalah bahwa ada nilai budaya yang terkandung didalamnya. Pembuatan tas
noken hanya boleh dilakukan oleh wanita Papua yang sudah dewasa. Dikarenakan ketika
wanita Papua berhasil membuat sebuah noken, mereka sudah di nyatakan sudah menjadi
dewasa. Noken memiliki fungsi yang sama seperti tas pada umumnya. Pada awalnya noken
digunakan untuk membawa barang kebutuhan sehari-hari seperti hasil pertanian, sayuran,
umbi-umbian, serta untuk menggendong anak yang berusia 0 – 3 tahun. Namun seiring
berjalannya waktu, noken mengalami “perubahan bentuk serta fungsi”. Tas noken pun sudah
berevolusi bentuk dan fungsinya sesuai dengan perubahan jaman. Untuk menunjang berbagai
Page 3
fungsi tersebut, noken memiliki berbagai macam ukuran. Tentunya, ukuran tersebut telah
yang berukuran kecil untuk keperluan sekolah. Selain itu, noken digunakan dalam upacara
dan kenang-kenangan untuk tamu. Para wisatawan yang berkunjung biasanya membeli noken
sebagai oleh-oleh. Sebenarnya tidak ada penjelasan khusus mengapa noken di bawa di
kepala. Hal itu hanya menjadi kebiasaan masyarakat Papua sejak zaman dulu. Tas noken
perempuan mereka belajar membuat noken. Hal itu dilakukan hingga mereka bisa membuat
Mereka baru diperbolehkan menikah jika benar-benar mampu membuat noken dengan
tangannya sendiri. Kaitan lingkungan dengaan dengan budaya adalah lingkungan ke budaya,
atau budaya ke lingkungan, maka lingkungan dan budaya adalah dua hal yang timbal balik
dan tidak bisa dipisahkan. Adaptasi ini sebagai proses yang menghubungkan sistem budaya
dengan lingkungannya. Dengan adanya pergeseran ekologi lama menuju ekologi baru, maka
budaya sebagai obyek kajian hendak diganti dengan populasi organisme sebagai unit dasar
analisis. Dalam pergerseran ini budaya sangat penting sebagai mekanisme adaptasi manusia
agak diturunkan hingga sebagai salah satu segi dalam perilaku manusia. Oleh sebab itu sejak
tahun 1970 – 2019, Noken mengalami perubahan bentuk, fungsi serta nilai dalam kehidupan
masyarakat yang didasari pada perubahan jaman, kebutuhan, dan aspek lainnnya. Berikut
akan saya ulas pembahasan perubahan bentuk dan fungsi noken tersebut di bab selanjutnya.
Page 4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belkang di atas, maka saya merumuskan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana latar belakang perubahan noken dari tahun 1970 - 2019?
1.2.2 Bagaimana perubahan bentuk dan fungsi pada noken dari tahun 1970 - 2019?
Adapun tujuan yang ingin didapatkan dari rumusan masalah tersebuh adalah :
1.3.1 Agar dapat mengetahui latar belakang perubahan noken dari tahun 1970 - 2019.
1.3.2 Agar dapat mengetahui bentuk dan fungsi perubahan pada noken dari tahun 1970
- 2019.
Page 5
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam suatu penelitian tentu memiliki manfaat - manfaat sehingga hasil yang diperoleh
dalam penelitian tersebut. Selain dapat digunakan oleh peneliti sendiri sebagai ilmu pengetahuan,
juga bisa dimanfaatkan orang lain dalam kapasitas kebutuhannya masing - masing. Oleh karena
itu maka penelitian tesebut hendaknya memiliki manfaat yang bersifat teori maupun yang
bersifat praktis.
1.4.1.1. Hasil penilitian dari permsalahan ini dapat memberikan ilmu pengetahuan yang sudah
1.4.1.2. Perguruan Tinggi diharapakan memperoleh umpan balik sebagai hasil integasi dengan
masyarakat.
1.4.1.3. Menambah khasana pengetahuan serta memperoleh berbagai kasus berharga yang
dapat digunakan sebagai contoh dalam proses pendidikan dalam bidang ilmu
pengetahuan.
1.4.2.1. Untuk mengetahui fungsi noken itu sendiri dalam perkembangan jaman dalam
perspektif sejarah
1.4.2.2. Untuk mengetahui perubahan bentuk noken yang terjadi sejak tahun 1970 – 2019
Page 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian suatu objek sejarah baik dalam skala kecil maupun dalam skala kecil,
perlu adanya pembatasan atau Ruang lingkup penelitian. Pembatasan tersebutakan saya bagi
Penelitian ini dilakukan di salah satu rumah adat papua yang bersebelahan dengan Biara
Postulan St. Fransikus Asisi, Pikhe, Papua. Alasannya saya dulu merupakan salah seorang
biarawan yang tinggal di biara itu, sehingga lebih mudah dapat menjangkau informan yang
tinggal bersebelahan dengan biara kami, selain hal itu, kakak pertama saya juga merupakan
seorang biarawan yang masih tinggal di daerah itu dan bisa dikatakan sebagai informan saya
Dari aspek dimensi waktu, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian bedasarkan
sejarah dan sistem perubahan fungsi dan bentuk noken dalam perspektif sejarah sejak 1970 –
2019.
Tema yang diungkap dalam penelitian ini terbatas pada perubahan fungsi dan bentuk
noken dalam perspektif sejarah sejak 1970 – 2019 yang berada di Papua, khususnya terlebih di
Provinsi Papua Barat, yang terletak di kota Wamena, di daerah Pikhe yang menjadi pusat kota
Page 7
BAB II
Dalam melakukan sebuah penelitian dibutuhkan teori - teori yang dapat mendukung
tujuan dari penelitian tesebut, maka penelitian harus mampu memilih teori yang akan di pilih
sesuai dengan jenis penelitian dan tujuan dari penelitian yang dilakukan.
Landasan teori ini berarti menuntun peneliti dari mana harus memulai pekerjannya dan
bagaimana agar data - data atau sumber - sumber sejarahnya disusun dengan baik dan benar.
Dengan adanya literatur maka akan mempermudah peneliti dan membuat hasil penelitian
mendekat hasil yang sempurna dan peneliti akan dipermudah dalam membuat sebuah
kesimpulan dalam penulisan ”Noken dalam perspektif sejarah sejak 1970 – 2019” yang berada di
Papua, khususnya terlebih di Provinsi Papua Barat, yang terletak di kota Wamena, di daerah
Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat
dipastikan akan mengalami hal yang dinamakan dengan perubahan - perubahan. Adanya
perubahan - perubahan tersebut dapat diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan
dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan
dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan - perubahan yang terjadi
Page 8
di dalam masyarakat, pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti
Tetapi perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu masyarakat yang mengalami
perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Perubahan
tersebut dapat berupa perubahan - perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan
pengaruh luas maupun terbatas. Disamping itu ada juga perubahan - perubahan yang
http://belajarpsikologi.com/pengertian-perubahan-sosial/ ).
Menurut teori ini, perubahan sosial terjadi karena perubahan pada cara pengorganisasian
masyarakat, sistem kerja, pola pemikiran, dan perkembangan sosial. Perubahan sosial dalam
teori evolusi jarang menimbulkan konflik karena perubahannya berlangsung lambat dan
Setiap masyarakat baik yang tinggal di desa maupun di kota, tentunya mengalami
perubahan dan dinamika sosial budaya. Perubahan dan dinamika sosial ini merupakan akibat
dari adanya interaksi antar manusia dan antar kelompok. Artinya, karena masyarakat selalu
melakukan interaksi sosial, maka sebuah perubahan sosial tidak bisa di hindari.
Proses dinamika atau perubahan sosial pada dasarnya dapat dianalisis atau diamati lebih
dalam. Untuk menganalisis proses – proses dinamika serta perubahan masyarakat dan
kebudayaan, maka diperlukan pemahaman dalam konsep - konsep perubahan social itu sendiri
Page 9
yang meliputi internalisasi konsep – konsep perubahan sosial tersebut memiliki pengertian
seperti berikut:
a) Enkulturasi
Yaitu proses seorang individu dalam mempelajari dan menyesuaikan pikiran serta sikapnya
dengan adat istiadat, sistem norma, dan peraturan - peraturan yang hidup dalam
kebudayaannya. Proses ini sudah dimulai sejak kecil di dalam lingkungan keluarga dan
kepribadiannya. Dengan berkali - kali meniru, tindakannya menjadi suatu pola yang
mantap dan norma yang mengatur tindakannya atau menjadi sebuah tindakan yang
dibudayakan. Di dalam konteks ini, yang dimaksudkan oleh sang penulis adalah noken
yang di anggap sebagai kebudayaan dikarenakan noken dan orang papua tidak bisa
dipisahkan, noken dipakai kemana – mana dan di bawa setiap saat, sebagai contoh sejak
bayi, orang papua sudah dikenakan noken ( Ibu membawa bayi menggunakan noken )
b) Difusi
Yaitu suatu proses penyebaran unsur – unsur kebudayaan dan sejarah hingga ke seluruh
dunia. Proses penyebaran ini juga bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok –
kelompok manusia dimuka bumi. Dalam konteks ini, yang dimaksudkan oleh penulis
bahwa noken pada awalnya lebih dahulu diketahui oleh masyarakat papua di bagian
Page 10
c) Akulturasi
Yaitu proses sosial yang timbul ketika seorang individu/ masyarakat bertemu suatu
kebudayaan tertentu dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dan kemudian unsur-
unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan itu sendiri
dipahami sebagai bentuk percampuran kebudayaan asing dan lokal, dengan masih
mempertahankan unsur kepribadian budaya lokal. Seperti halnya noken yang di bahas, bahwa
di daerah Papua, terdapat suku yang tak terhitung banyaknya, dan setiap suku mempunyai motif
noken yang berbeda – beda terlebih motif masyarakat papua gunung dan masyarakat papua
pantai.
d) Inovasi ataupenemuan
Yaitu suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber - sumber alam, energi, dan modal,
pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang kesemua hal tersebut
akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk yang baru. Inovasi
biasanya berkaitan dengan pembaruan kebudayaan yang khusus mengenai unsur teknologi dan
Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tidak direncanakan atau diarahkan, tapi
umumnya membentuk pola yang berulang. Teori linier atau teori perkembangan menyebutkan
bahwa perubahan yang terjadi di masyarakat berujung atau menuju satu titik yang sama. Teori
Page 11
ini juga merangkum proses evolusi maupun revolusi. Teori gerakan sosial meyakini bahwa suatu
perubahan yang terjadi akan selalu melalui jalan yang berliku dan membutuhkan proses yang
panjang. Teori modernisasi menyebutkan bahwa perubahan yang terjadi pada suatu negara
berkembang akan mencontoh negara industri atau negara yang lebih maju. Seperti halnya dengan
Noken yang berubah seiring berkembangnnya jaman dalam bentuk perubahan serta fungsi.
Perubahan sosial memiliki berbagai macam bentuk berdasarkan lama waktu berubah, skala, sifat,
serta niat terjadinya suatu perubahan yang terjadi pada peristiwa, orang, maupun benda, dan
dalam konteks kali ini yang di bahas dalam perubahan sosial adalah noken sebagai benda
Berdasarkan lama waktu berubahnya, perubahan sosial dibagi menjadi dua, yaitu
perubahan lambat ( Evolusi) dan perubahan cepat ( Revolusi ). Dasar dari teori evolusi dapat
berupa Unilinear Theories of Evolution yang mengatakan bahwa manusia dan masyarakat
mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan - tahapan tertentu yang dimulai dari yang
paling sederhana hingga yang sempurna. Dasar teori evolusi yang kedua adalah Universal
Theories of Evolution yang menganggap bahwa perkembangan masyarakat yang terjadi tidak
memerlukan faktor tertentu dan bersifat tetap. Terakhir adalah Multilined Theories of Evolution
yang tertentu saja. Untuk memenuhi terjadinya revolusi itu, diperlukan beberapa syarat.
Sementara itu, perubahan cepat atau revolusi hanya dapat terjadi jika syarat - syaratnya
terpenuhi. Syarat revolusi antara lain adalah keinginan umum, pemimpin yang dapat mengayomi,
kesamaan tujuan, serta momentum yang tepat. Bentuk perubahan sosial berdasarkan skalanya
dapat dibagi menjadi perubahan besar dan perubahan kecil. Perubahan besar memberikan
Page 12
dampak yang dirasakan oleh masyarakat, contohnya perkembangan teknologi. Sementara itu,
perubahan kecil tidak berpengaruh secara langsung ke masyarakat dalam skala besar.
Berdasarkan niatnya, perubahan sosial dibagi menjadi perubahan yang dikehendaki, perubahan
berlangsung dengan dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologi
perubahan revolusi adalah perubahan yang terjadi mengenai unsur - unsur masyarakat atau
Terakhir, perubahan sosial berdasarkan sifatnya dibagi menjadi perubahan struktural dan
perubahan proses. Perubahan struktural memiliki dasar untuk mendorong adanya reorganisasi
suatu masyarakat. Sementara itu, perubahan proses adalah perubahan sebagai penyempurnaan
Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tidak direncanakan atau diarahkan, tapi
umumnya membentuk pola yang berulang. Teori linier atau teori perkembangan menyebutkan
bahwa perubahan yang terjadi di masyarakat berujung atau menuju satu titik yang sama. Teori
ini juga merangkum proses evolusi maupun revolusi. Teori gerakan sosial meyakini bahwa suatu
perubahan yang terjadi akan selalu melalui jalan yang berliku dan membutuhkan proses yang
panjang. Teori modernisasi menyebutkan bahwa perubahan yang terjadi pada suatu negara
berkembang akan mencontoh negara industri atau negara yang lebih maju. Seperti halnya dengan
Noken yang berubah seiring berkembangnnya jaman dalam bentuk perubahan serta fungsi.
Page 13
Perubahan sosial memiliki berbagai macam bentuk berdasarkan lama waktu berubah,
skala, sifat, serta niat terjadinya suatu perubahan yang terjadi pada peristiwa, orang, maupun
benda, dan dalam konteks kali ini yang di bahas dalam perubahan sosial adalah noken sebagai
benda warisan orang Papua sebagai bentuk kebudayaan. Berdasarkan lama waktu berubahnya,
perubahan sosial dibagi menjadi dua, yaitu perubahan lambat (evolusi) dan perubahan cepat
(revolusi). Dasar dari teori evolusi dapat berupa Unilinear Theories of Evolution yang
mengatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-
tahapan tertentu yang dimulai dari yang paling sederhana hingga yang sempurna. Dasar teori
evolusi yang kedua adalah Universal Theories of Evolution yang menganggap bahwa
perkembangan masyarakat yang terjadi tidak memerlukan faktor tertentu dan bersifat tetap.
Terakhir adalah Multilined Theories of Evolution yang fokus pada penelitian-penelitian evolusi
masyarakat dengan tahap-tahap perkembangan yang tertentu saja. Untuk memenuhi terjadinya
Sementara itu, perubahan cepat atau revolusi hanya dapat terjadi jika syarat - syaratnya
terpenuhi. Syarat revolusi antara lain adalah keinginan umum, pemimpin yang dapat mengayomi,
kesamaan tujuan, serta momentum yang tepat. Bentuk perubahan sosial berdasarkan skalanya
dapat dibagi menjadi perubahan besar dan perubahan kecil. Perubahan besar memberikan
dampak yang dirasakan oleh masyarakat, contohnya perkembangan teknologi. Sementara itu,
perubahan kecil tidak berpengaruh secara langsung ke masyarakat dalam skala besar.
Berdasarkan niatnya, perubahan sosial dibagi menjadi perubahan yang dikehendaki, perubahan
Page 14
Terakhir, perubahan sosial berdasarkan sifatnya dibagi menjadi perubahan struktural dan
perubahan proses. Perubahan struktural memiliki dasar untuk mendorong adanya reorganisasi
suatu masyarakat. Sementara itu, perubahan proses adalah perubahan sebagai penyempurnaan
sosial yang sedang berlaku merupakan penyebab utama terjadinya perubahan sosial.
Ketidakpuasan ini tidak dirasakan oleh semua anggota masyarakat, sebagian anggota masyarakat
tidak menginginkan perubahan. Tapi, jika lebih banyak yang menginginkan perubahan, biasanya
perubahan akan terjadi, tetapi apabila hanya kelompok minoritas dengan kekuatan kecil yang
menginginkan perubahan, maka perubahan tersebut sulit untuk tercapai. Jika dikaitkan evolusi
atau perubahan dengan budaya itu sendiri, maka evolusi atau perubahan merupakan suatu arahan
untuk mengalami suatu proses perkembangan jati diri kelompok atau jati diri suatu barang yang
mencerminkan asal usul jati diri itu sendiri. Perubahan yang terjadi satu bagian akan membawa
perubahan pula terhadap bagian lain ( Sumber : George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan
Jika kita berbicara tentang noken, tentu mainset atau pemikiran pertama yang terlintas di
benak kita adalah daerah timur. Karena memang Noken berasal dari Timur Nusantara yang
tepatnya berasal dari “Papua”. Pendidikan yang berkarakter dapat menumbuhkan rasa
nasionalisme serta kecintaan terhadap barang – barang lokal setempat, yang seperti halnya
Page 15
noken. Setelah Noken di akui oleh UNESCO pada tanggal 04 Desember 2012, sebagai warisan
budaya setempat, masyarakat lokal semakin berantusias melestarikan tas noken yang dianggap
sebagai budaya leluhur. Bahkan Noken telah berubah fungsi dan bentuknya secara berkala, yang
mulanya hanya untuk mengisi ubi dan anak, kini telah dimodifikasi menjadi tas sekolah dengan
corak dan warna yang beragam sehingga menambah minat pembeli untuk berbelanja noken.
Bahkan dalam Pergub yang terbaru menegaskan bahwa setiap hari kamis para pelajar di imbau
David Kaplan dan Robert A. Manners mencoba memberikan pemahaman tentang teori-
teori antropologi dan perubahan sosial melalui bukunya yang berjudul The Theory of Culture,
yang telah diterjemahkan oleh Landung Simatupang. Dalam buku Teori Budaya ini terdiri dari
lima bab, antara lain adalah Antropologi: Metode dan Pokok Soal dalam Penyusunan Teori;
Oreientasi Teoretik; Tipe-Tipe Teori Budaya; Analisis Formal; dan Epilog: Beberapa Tema
Lama dan Arah Baru. Masing-masing dalam setiap bab masih diuraikan lagi menjadi sub-sub
bab. Dalam review ini, saya mencoba untuk menyajikannya dengan format yang terdiri dari
pengantar, ringkasan dari keselurahan isi buku, kemudian dianalisis kekurangan dan kelebihan
dari buku, dan yang terakhir berisi kesimpulan dan jugamemusatkan perhatian pada bagaimana
posisi- posisi tertentu membawa serta perbedaan derajat prestise, bukan pada bagaimana individu
menguasai posisi – posisi tertentu( Sumber : George Ritzer, Edisi terbaru Teori Sosiologi
David Kapplan memberikan ringkasan kepada kita bahwa ada dua hal pokok masalah
antropologi, yaitu menjelaskan kesamaan dan perbedaan budaya, pemeliharaan budaya maupun
perubahannya dari masa ke masa. Untuk melihat persamaan budaya, maka menggunakan
Page 16
kacamata psikobiologis, yaitu kesamaan bentuk dan pola budaya yang cenderung bertitik temu
adalah pertumbuhan, perubahan atau perkembangan. Namun, jika melihat perbedaan budaya
sarana di luar manusia (alat yang digunakan manusia untuk mentransformasikan dirinya
sehingga dapat diketahui perbedaan keyakinan, perilaku, nilai, dan bentuk sosial antara
kelompok). Hal inilah yang oleh antropolog disebut budaya. Menurut David Kapplan dan
Manners, budaya adalah suatu golongan fenomen yang diberi muatan makna tertentu oleh
antropolog dalam rangka menghadapi soal-soal yang mereka coba untuk memecahkannya. Dua
alasan bagi antropolog untuk mempertahankan konsep budaya itu dan menjaganya agar tetap
dibedakan dari struktur sosial, yaitu (a) organisasi sosial tidaklah merupakan sesuatu yang unik
pada manusia, karena sistem sosial manusia adalah sistem sosiokultural yang sejati; dan (b)
seperti struktur sosial, ideologi dan teknoekonomi sehingga budaya adalah nama yang tepat
untuk menyebut sistem yang lebih besar dan induk dari subsistem. Ada dua reaksi para
antropolog dalam menyikapi keragaman pengaturan budaya, yaitu relativisme dan komparatif.
Relativisme dan komparatif adalah dua hal yang berbeda. Relativisme cederung disebut
sebagai tesis ideologisnya, sedangkan komparatif disebut sebagai tesis metodelogis. Budaya
dalam pandangan kaum relativis adalah sebagai kebulatan tunggal dan hanya sebagai dirinya
sendiri, sedangkan pandangan kaum komparativ adalah sebagai suatu institusi, proses, kompleks
atau ihwal, harus dibedakan dari matriks budaya yang lebih besar dengan cara tertentu sehingga
dapat diperbandingkannya. Maka, yang benar dari pandangan ini adalah kaum komparatif karena
tidak ada dua kebulatan sosiokultural yang benar-benar sama sehingga harus dipisahkan.
Perbedaan lain, para relativis tercengkram oleh soal perbedaan, sedangkan para komparatif
Page 17
memperhatikan persamaan maupun perbedaan. Bagi relativ, setiap budaya adalah unik;
sedangkan bagi komparatif tidak ada keunikan karena tertutup oleh kesamaan antarbudaya.
Relativisme dipandang sebagai dasar metodelogis karena berguna sebagai peringatan dalam
mempelajari budaya yang berbeda-beda sehingga agar tidak terpengaruh oleh prakonsepsi
kebudayaan sendiri. Maka, komparativ ini hal penting dalam pembentukan teori karena dengan
perbandingan ini diperlukan upaya penyeleksian. Maka Leach mengatakan jantung segala
persoalan adalah teori. Kemudian, lahir pula evolusionisme modern (Childe, White dan
Steward). Hasil pemikiran mereka antara lain: rekaman arkeologis menunjukkan keseluruhan
pola perubahan bersifat evolutif dan progresif; bagan evolusi menjadi multilinear dari unilinear;
adanya konsep dasar evolusi, yaitu perubahan terarah bukan perubahan siklis; evolusionisem
sistem yang bulat. Tokohnya adalah Kingsley Davis. Dasar penjelasan fungsionalisme adalah
asumsi (terbuka dan tersirat) bahwa semua sistem budaya memiliki syarat fungsional, atau
konsep fungsi, yaitu fungsi manifes adalah konsekuensi obyektif yang memberikan sumbangan
pada penyesuaian atau adaptasi sistem yang dikehendaki dan disadari oleh partisipan sistem
tersebut; dan fungsi laten adalah konsekuensi obyektif dari suatu ihwal budaya yang tidak
dikehendaki maupun disadari oleh warga masyarakat. Kesulitan dalam analisis fungsional adalah
Merton mengenalkan konsep dysfunction (disfungsi/fungsi negatif), yaitu suatu institusi negatif
Page 18
budaya dikatakan fungsional manakala memberikan andil bagi adaptasi atau penyesuaian sistem
Jaminan adanya hubungan yang memadai dengan lingkungan dan adanya rekruitmen
seksual
Komunikasi
Sosialisasi
dalam suatu ekosistem tertentu, melainkan membahas cara manusia (berkat budaya sebagai
sarananya) memanipulasi dan membentuk ekosistem itu sendiri. Jadi bukanlah budaya yang
membentuk manusia, tapi manusialah yang membentuk budaya itu sendiri yang didasari oleh
faktor lingkungan setempat. Perubahan budaya di dasari oleh sebuah hal yang bernama adaptasi.
Hal ini berfungsi untuk melihat kemunculan, pemeliharaan dan transformasi berbagai
konfigurasi budaya. Umumnya, cenderung menekankan teknologi dan ekonomi dalam analisis
terhadap budaya, karena dari sisi waktu dan sisi budaya akan terlihat jelas perbedaannya.
Menurut Charles O. Frake ekologi budaya memberikan penekanan penting pada konseptualisasai
Page 19
dari tafsir pribumi mengenai lingkungan (faktor ideologis dan psikologis). Dua konsep sentral
ekologi budaya dalah ekologi lingkungan dan adaptasi. Pandangan posibilisme lingkungan
(environment possibilism), yaitu pandangan yang memperhatikan ciri-ciri habitat alami bukan
sebagai penyandang peran penentu melainkan peran pemberi kemungkinan atau pemberi batas.
Adaptasi ini sebagai proses yang menghubungkan sistem budaya dengan lingkungannya. Dengan
adanya pergeseran ekologi lama menuju ekologi baru, maka budaya sebagai obyek kajian hendak
diganti dengan populasi organisme sebagai unit dasar analisis. Dalam pergerseran ini budaya
sangat penting sebagai mekanisme adaptasi manusia agak diturunkan hingga sebagai salah satu
segi dalam perilaku manusia. Oleh sebab itu sejak tahun 1970 – sekarang, Noken mengalami
perubahan bentuk, fungsi serta nilai dalam kehidupan masyarakat yang didasari pada perubahan
Teori fungsional adalah istilah teori yang berasal dari Bahasa Inggris “functional theory”
yang berusaha secara fungsionalis melacak faktor penyebab perubahan sosial masyarakat sampai
ketidakpuasan masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi memengaruhi kehidupan
mereka. Teori ini berhasil mempersingkat perubahan sosial yang tingkatnya moderat, bukan
memandang pada konflik sosial sebagai bagian kehidupan manusia. Teori adalah suatu pendapat
bagaimana dan kenapa sebuah fakta terjadi (Macionis, 1997:15). Sedangkan Scupin dan De
Corse (1995) mendefinisikan teori adalah kumpulan hipotesis yang tidak berhubungan yang
menawarkan penjelasan secara umum untuk fenomena natural atau sosial. Salah satu teori
Teori fungsionalisme adalah teori dominan dalam antropologi. Teori ini memandang
budaya sebagai satu kesatuan, dan mencoba untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara
Page 20
bagian-bagian masyarakat yang tercipta dan bagaimana bagian ini fungsional (bermakna
memiliki konsekuensi yang menguntungkan pada individu dan masyarakat) dan disfungsional
(bermakna memiliki konsekuensi negatif). Teori ini memandang masyarakat sebagai sistem yang
kompleks yang mana bagian tersebut bekerja bersama untuk mempromosikan solidaritas dan
stabilitas; ini menandakan bahwa kehidupan sosia kita dituntun berdasar pada struktur sosial,
Seluruh struktur sosial berkntribusi pada operasi masyarakat. Dua antropolog inggris
terkemuka Radcliff Brown dan Bronslaw Malinowski, menggambarkan dua standar teori:
Struktural fungsionalisme, yang menekankan pada keunggulan dari masyarakat dan menyusun
para individu, dan bagaimana berbagai macam elemenfungsi struktur sosial untuk memelihara
permintaan sosial dan keseimbangan. Psikologi strukturalisme, yang mana menekankan pada
Kelemahan teori fungsional adalah gagalnya menjelaskan kenapa masyarakat itu berbeda atau
justru memiliki kesamaan. Ontropolog fungsionalisme menganggap dunia tertib, memberi sedikit
perhatian atau bahkan tidak memberi perhatian pada kompetisi dan konflik (Howard dan Dunaif-
Hattis, 1992). Teori ini tidak berhubungan dengan sejarah, mengabaikan proses sejarah. (Scupin
dan De Corse, 1995) teori ini juga tidak dapat menjelaskan perubahan sosial dan budaya,
sebagaimana ia dulu memandang masyarakat sebagai sesuatu yang stabil dan tetap. meskipun
dalam antropologi.
Lantas jika kita kaitkan fungsional dengan sebuah objek “Noken” maka noken
mempunyai sebuah bentuk fungsional dan nilai dari bentuk itu sendiri. Seperti yang sudah
Page 21
dijelaskan di atas bahwa fungsional bermakna atau memiliki konsekuensi yang menguntungkan
pada individu dan masyarakat. Jadi dapat disimpulkan dari Fungsi Noken itu pada dasaranya jika
ditilik dari segi budaya adalah untuk mengangkut makanan pokok khas Papua, yakni Ubi atau
yang biasa disebut “Hipere”, yang mana seiring perekmbangan jaman, Noken itu sendiri telah
mengalami perubahan bentuk fungsional dalam noken itu sendiri, seperti halnya Noken pada
jaman sekarang di gunakan berbagai kalangan sebagai pengganti tas sekolah, brand hits, dan lain
hal sebagainya. Oleh sebab itu, perubahan bentuk noken takkan merubah bentuk fungsionalnya
Kajian pustaka adalah sebuah hasil dari argumentasi penalaran keilmuan yang
memaparkan atau memperlihatkan hasil dari kajian pustaka dan penelitian mengenai masalah –
masalah tentang suatu topik yang berisikan sebagai gagasan yang harus mendukung oleh
berbagai sumber data. Dalam penelitian diperlukan langkah - langkah terhadap kepustakaan
dalam bentuk karya ilmiah yang berupa skripsi, Tesis, Desertasi maupun beberapa buku serta
majalah untuk mendapatkan sumber – sumber yang jelas dan terkait dengan permasalahan yang
diangkat.
Sumber data kepustakaan yang di pakai oleh peneliti akan dapat bermanfaat sebagai
yang berasal dari Papua. Dalam konteks ini, tentu noken yang akan di bahas. Dikarenakan hanya
sedikit sekali orang yang menuliskan tentang noken dari pelaku sejarah.
Page 22
Maka kajian pustaka yang di ambil dalam konteks ini di buat oleh Alm. Pastor Frans
Lieshout, OFM. yang berjudul ”Manusia Papua dan Budayanya” yang di buat tahun 1999 yang
berada pada halaman 102, yang merupakan salah satu tinjauan antropologi orang papua yang
mempunyai banyak tulisan mengenai noken di dalamnya. Dalam buku yang ditulis oleh seorang
biarawan asal Belanda yang bernama Frans Lieshout, OFM, dia mengatakan bahwa noken
pertama kali dibuat oleh masyarakat pegunungan menggunakan serabut kayu untuk mengangkut
hasil bumi demi memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dan untuk melakukan sistem barter
kepada masyarakat pantai. Kemudian masyarakat pantai berusaha mencoba membuat tas serupa
yang diberikan oleh masyarakat pegunungan, namun karena jenis pohon yang digunakan untuk
membuat noken tidak ada dan jenis pohon yang dimaksud tidak dapat tumbuh disana maka
mereka berusaha membuatnya dengan anyaman daun kelapa. Tetapi karena bahan dasarnya tidak
kuat maka mereka beralih menggunakan wol sederhana untuk membuat noken tersebut. Hal yang
membedakan penelitian beliau dengan penilitian saya adalah beliau menuliskan tentang noken
sebagai salah satu dari kebbudayaan Papua sedangkan penelitian saya membahas tentang
perkembangan bentuk dan fungsi dari noken itu sendiri secara periodik dari tahun 1970 – 2019.
Konsep adalah istilah atau simbol yang menunjukan pada suatu pengertian tertentu,
merupakan teori - teori buku yang digunakan sebagai landasan dasar dalam menjawab semua
permasalahan yang diajukan. Hal ini dikarenakan judul, konsep akan mampu menjelaskan dan
memberikan arahan terhadap variabel yang akan diteliti sehingga peneliti mempunyai pola pikir
yang terarah dan terorganisir. Semakin jelas konsep yang dipaparkan maka semakin
diperoleh semakin holistick, jelas dan akurat. Maka dalam kerangka berpikir ini akan disajikan
Page 23
bagan lengkap beserta keterangan yang akan menjelaskan sedikit arah dari penelitian, yang akan
Manusia
Type equation here .
Mahkluk sosial
Kebudayaan
Hasil kebudayaan
Sejarah dan perspektif sejarah terhadap bentuk, fungsi, dan jenis noken dalam
perkembangannya sejak tahun 1970 - sekarang
Manusia merupakan mahkluk individu yang membentuk kelompok sosial dan sangat
membutuhkan satu sama lain. Peradaban manusia dimulai dengan adanya kepercayaan, serta
kebudayaan yang berbeda – beda. Meskipun demikian, namun maksud dan tujuan tetap sama
yaitu sama – sama menununjukkan jati diri masyarakat dalam sebuah kebudayaan itu sendiri. Hal
ini juga terjadih dalam masyarakat Papua, terlebih di Kota Wamena, daerah Pikhe. Kebudayaan
merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan sosial masyarakat. Kebudayaan yaitu
hasil cipta dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat, dan setiap kecakapan serta
kebiasaan .
Adanya kebudayaan ini maka munculah sistem pendidikan untuk memperdalam ajaran
budaya dari setiap individu untuk bisa mengimplementasi dalam kehidupan nyata. Budaya juga
sebagai faktor terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat, seperti: pengembangan bentuk
Seperti halnya gambar di atas, mau menunjukkan bahwa pada dasarnya manusia adalah
sebuah makhluk sosial yang membutuhkan sosialisasi terhadap sesamanya yang di bentuk oleh
lingkungan sekitar. Karena daerah iklim Papua merupakan daerah pergunungan dan lembah, oleh
sebab itu akar pohon jati khusus yang di ambil serat kayunya telah mengalami perubahan bentuk
sosial dari 1970 – 2019, kita telah mendapati banyak sekali perubahan noken modern yang telah
Page 25
BAB III
METODE PENELITIAN
Seorang atau sekelompok orang dalam melakukan suatu penelitian tentu mempunyai
maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Maka dari itu diperlukan suatu sarana yaitu metode.
Metode adalah sarana yang paling penting dalam suatu penelitian, sebab penelitian yang bersifat
ilmiah harus menggunakan metode yang tepat agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Menyadari hal itu, maka sebelum adanya peneltian harus memilih metode yang sesuai
“Pada umumnya yang disebut metode adalah cara atau prosedur untuk mendapatkan
objek. Juga dikatakan bahwa metode adalah cara untuk membuat atau mengerjakan sesuatu
dalam sistem terencana dan teratur. Jadi, metode selalu erat hubunganya dengan prosedur,
proses atau teknik yang sistematis untuk melakukan penelitian disiplin tertentu”
(Pranoto,2010:11).
Sesuai dengan tujuan penelitian dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menemukan,
mengunakan metode - metode ilmiah, sehingga bisa dikatakan bahwa metode memang
Berdasarkan hal-hal diatas, maka dalam peneltian ini metode yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Page 26
3.1. Heuristik
Heuristik merupakan bagian dari peneltian sejarah. Heuristik adalah upaya penelitian
untuk menghimpun jejak - jejak sejarah atau mengumpulkan dokumen-dokumen agar dapat
jejak atau dokumen - dokumen yang berhasil dihimpun itu merupakan data-data yang sangat
berharga sehingga dapat dijadikan dasar untuk menelusuri peristiwa-peristiwa sejarah yang
Menulis sejarah tidak mungkin dapat dilakukan tanpa adanya sumber sejarah, selain
sumber sejarah harus adanya juga jejak sejarah dimana penliti tidak bisa melakukan
penelitian tanpa melakukan data terlebih dahulu. Menurut terminologinya “heuristik berasal
dari bahasa yunani Heuristiken yang berarti mengumpulkan atau menemukan sumber. Yang
dimaksud dengan sumber atau sumber sejarah adalah sejumlah materi sejarah yang tersebar
Heuristik itu mengikat sifatnya sistematis, maka tahap-tahap dari metode sejarah
tidak dapat ditukar balik atau mendahulukan kritik, interprestasi, atau historiografi. Semua
jenis tulisan atau penelitin tentang sejarah mendapat sumber sejarah, kisah masa lalu tidak
sejarah pertama-tama yang perlu dipahami adalah bentuk dari sumber sejarah yang akan
dikumpulkan ( poelinggomang,2011:43).
Page 27
Heuristik adalah kegiatan yang dilakukan dengan menghimpun jejak-jejak sejarah atau
informasi sejarah. Jejak atau sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian ini, berupa
Sumber tertulis adalah sumber yang berupa dokumen tertulis, baik diatas kertas maupun
media lainya. Data yang peneliti kumpulkan dari sumber tertulis mempergunakan etnik study
kepustakaan. Study kepustakaan yaitu suatu metode yang dilakukan didalam perpustakaan
dengan mengkaji bahan pustaka berupa sumber bacaan, dokumen tertulis, buku-buku
Sumber tertulis yang digunakan dalam penulisan ini yaitu tentang teks-teks sejarah yang
didapat dari buku buku jurnal maupun dialeg tokoh papua yang memperjuangkan noken itu
dan budaya itu sendiri, dalam konteks ini yang dimaksudkan sebagai naskah sejarah adalah
buku yang di buat Alm. Pastor Frans Lieshout, OFM. yang berjudul ”Manusia Papua dan
Budayanya” yang di buat tahun 1999 yang berada pada halaman 102.
Dikarenakan hanya sedikit sekali orang yang menuliskan tentang noken dari pelaku
sejarah, maka kajian pustaka yang di ambil dalam konteks ini di ambil dari buku Alm. Pastor
Frans Lieshout, OFM. yang berjudul ”Manusia Papua dan Budayanya” yang merupakan
salah satu tinjauan antropologi orang papua yang mempunyai banyak tulisan mengenai noken
di dalamnya.
Page 28
3.1.2 Sumber Lisan
Sumber lisan adalah keterangan langsung dari pelaku atau saksi dari peristiwa yang
terjadi di masa lampau, atau dari orang-orang yang menerima keterangan itu secara lisan dari
orang lain. Sumber lisan yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan teknik
wawancara atau atau kesaksian langsung pelaku atau membuat pernyataan kepada orang-orang
maupun informan yang memiliki keterkaitan langsung dengan sejarah dan pengaruh budaya
Data yang peneliti peroleh dari para informan merupakan sumber yang bersifat sekunder
dengan cara wawancara. “Dalam hal ini pengambilan informasi dilakukan dengan teknik
Snowball Sampling, dimanadi dalam pengunaan teknik ini senantiasa berdasarkan kepada
pengetahuan dan tujuan tentang ciri-ciri tertentu yang telah didapat dari populasi
sebelumnya”(Mardalis,2009: 58).
Dalam penelitian ini yang berkedudukan sebagai informan inti adalah para Frater ( calon
pastor ) sebagai putra asli daerah yang bertinggal di Sekolah Tinggi Fajar Timur, STFT, yang
selanjutnya akan menunjukan informan selanjutnya yang dianggap mengetahui informasi untuk
Dalam konteks sumber lisan ini, saya mewawancarai salah satu tokoh papua yang
berpengaruh sebagai narasumber saya, yakni Fr. Aris Yeimo, Pr., Fr. Yosef Setiadi, Pr., Sebagai
salah satu biarawan asli papua yang juga mengenal noken sebagai kebudayaannya. Hasil dari
wawancara saya dengan beliau akan saya lampirkan dalam bab yang ke empat.
Page 29
3.1.3 Sumber Benda
Sumber benda adalah sumber sejarah yang diperoleh dari peninggalan benda-benda
kebudayaan atau bukti langsung dari sejarah yang berbentuk sebuah benda dalam kehidupan
nyata. Misalnya sebuah sejarah memang benar adanya karena terdapat benda atau sebuah bukti
nyata yang memang benar-benar ada seperti berupa noken – noken tradisional hingga noken
modern
Jadi sebuah benda bersejarah sangatlah berperan penting demi kelangsungan sebuah
penelitian terkait dengan penlitian sejarah yang akan diteliti, benda tersebut berupa sebuah noken
dalam perspektif sejarah dari tahun 1970 – 2019. Jadi benda benda yang akan diteliti lebih lanjut
mengeni perubahan dan fungsi noken yang signifikan yang saya bagi menjadi tiga periodik
nantinya dari jenjang tahun 1970 – 2019. Benda yang dimaksudkan oleh penulis adalah noken –
noken yang akan di bahas lebih lanjut pada pembahasan bab empat.
Setelah sumber sejarah dalam berbagai kategori dikumpulkan, tahap berikutnya adalah
verifikasi atau kritik untuk memperoleh keabsahan sumber. “Dalam hal ini dilakukan uji
keabsahan tentang keaslian sumber yang dilakukan melalui kritik eksteren dan keabsahan
Dengan demikian jejak sejarah yang diperoleh, perlu dievakuasi dengan kritik sejarah,
baik dengan kritik ekstern maupun kritik intern. Hasil yang diharapkan dalam melakukan kritik
ini, agar pengaruh subjektivitas yang dihimpun dalam sumber-sumber sejarah dapat dihindari,
Page 30
3.2.1 Kritik Ekstern
Kritik ekstern adalah “Analisis terhadap suatu data guna menetapkan keaslian dan
autenstisitas data tersebut dan tergantung pada bentuk alami yang teliti”(Sukardi, 2010:206).
Kritik sumber juga diartikan suatu penelitian atas asal usul dari sumber, suatu pemeriksaan
atas catatan atau peningalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi dan untuk
1. Kesaksian ini benar –benar diberikan oleh orang ini atau pada waktu ini (authenticity)
2. Kesaksian yang diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan, tanpa ada suatu
( Sjamsuddin,2007:134 ).
Kritik ekstern mengacu pada kegiatan untuk menguji kepastian dari jejak-jejak sejarah
atau dokumen serta informasi yang diperoleh, kritik ekstern ini dilakukan terhadap sumber
tertulis dan sumber lisan. Untuk sumber terulis dilakukan dengan melihat siapa penulisnya,
tahun berapa diterbitkan, apakah kondisinya masih utuh, sedangkan untuk sumber lisan dilihat
siapa dan apa latar belakang orang yang dipergunakan sebagai informan.
menjejerkan kesaksian dari pada saksi-saksi yang tidak saling berhubungan satu sama lainnya.
Kritik intern mengacu pada tingkat kebenaran sumber, apakah yang telah didapat bisa
dipercaya, dan tidak dimanipulasi. Kritik intern ini dilakukan dengan cara membandingkan
antara sumber yang satu dengan sumber yang lainnya sehingga dihasilkan bukti sejarah yang
autentik.
Page 31
Setelah melalui kedua proses penyaringan tersebut, maka selanjutnya sebagai akhir
penyusunan cerita sejarah. Dalam tahap inilah seringkali digunakan bantuan dari disiplin atau
sub disiplin dari ilmu lain. Dengan demikian sumber atau data yang telah didapat terkait sejarah
dan pengaruh budaya noken dalam perspektif sejarah dari tahun 1970 - 2019, tidak diragukan
lagi kebenarannya dan autensitas kesaksian akan didapatkan. Dalam kritik intern ini dilakukan
penelitian intrinsik ( penelitian isi sumber ). Apakah pembuat kesaksian mau memberikan
kesaksian yang benar. Hal ini dilakukan dengan membandingkan kesaksian dari sumber yang
ada. Sumber-sumber sejarah yang telah diuji kebenaranya melalui kritik ekstern maupun kritik
3.3 Interprestasi
berdasarkan fakta-fakta yang telah disimpulkan. Untuk menghasilkan cerita sejarah, fakta yang
sudah dikumpulkan harus diinterprestasikan. Fakta sejarah yang sudah terwujud belumlah dapat
dimanfaatkan untuk penyusunan cerita sejarah karena masih ada satu langkah atau metode yaitu
interprestasi. Fakta-fakta yang telah diperoleh perlu diinterprestasikan sehingga fakta tersebut
dapat dihubungkan secara bermakna dalam keseluruhan cerita sejarah yang hendak disusun.
Melalui interprestasi jejak-jejak sejarah bisa diwujudkan sebagai fakta sejarah dari kesimpulan
yang kita peroleh dari jejak-jejak sejarah disaring dan diuji kebenaranya.
Dalam tahapan ini data yang diperoleh dianalisi sehingga melahirkan suatu pemahaman
baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta
minimnya data dan data yang membuat interprestasi menjadi sangat vital. Keakuratan serta
Page 32
analisis yang tajam perlu dilakukan untuk mendapatkan fakta sejarah yang objektif. Dengan
kata lain, tahap ini dilakukan sebagai penyimpulan kesaksian atau data yang dapat dipercaya
3.4 Historiografi
Di dalam akhir dari suatu penlitian, yang harus ditempuh sejarahwan adalah menyusun
cerita sejarah atau penulisan sejarah yang dikenal dengan historiografi, dalam hal ini diperlukan
kemampuan dan ketelitian untuk menjaga mutu cerita sejarah yang disusun. “Layaknya laporan
penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan gambaran
yang jelas mengenai proses penelitian dari awal sampai akhir” ( Abdurahman,2007: 76 ).
sejarah yang disusun menggunakan prinsip-prinsip tertentu seperti prinsip serealisasi ( cara-cara
membuat urutan waktu peristiwa ) dan prinsip kausalisasi ( hubungan sebab akibat ) yang
masuknya, proses masuknya, dan bagaimanakah pengaruh dan lainya. Selain menggunakan
prinsip-prinsip diatas juga dibutuhkan kemampuan sastra untuk menyusun cerita sejarah yang
menarik.
Sejarah tidak hanya melaporkan kejadian yang merupakan fakta masa lalu yang
menguraikan hubungan antara rentetan peristiwa, tetapi juga harus ada saling keterkaitan antara
fakta dan data yang diperoleh. Sehingga demikian akan membentuk gambaran yang mudah
dipahami.
Page 33
BAB IV
Noken adalah tas selempang rajut yang terbuat dari benang kasur warna-warni khas
sebatang kayu yang disebut dengan kayu koji. Noken terdiri dari dua jenis yaitu noken Anggrek
dan Noken Wol Meskipun memiliki bentuk yang berbeda namun keduanya memiliki fungsi dan
Noken dalam perspektif bahasa Indonesia dapat disejajarkan dengan kantong atau tas yang
dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Namun, kantong atau tas tetap menjadi kantong atau
tas, noken tetap menjadi noken bagi rakyat Papua. Secara etimologi, kata noken belum jelas asal
usul proto bahasanya pada keragaman bahasa yang ada di Tanah Papua. Namun, jika ditelusuri
konteks katanya dalam bahasa daerah, secara genetis termasuk dalam kerabat keluarga bahasa
West Papua New Guinea, sub group rumpun bahasa Austronesia, yakni Austronesian - Melayu
Polinesian - Central Eastern - Eastern Melayu – Polinesian - South Halmahera –West New
Guinea – West New Guine – Cenderawasih Bay – Biak (bahasa Biak), yakni inoken‘ tasanya
mana tau tas keranjang khas Papua ( Sumber : Noken dan Perempuan Papua, Elisabeth Lenny
Marit, 2016 ). Dalam perekmbangannya, sejak tahun 1970 – 2019 tentu noken mengalami
berbagai perubahan dari segi sosial, budaya, dan ekonomi yang akan saya bahas di pembahasan
berikut.
Page 34
4.1.1 Perubahan Noken Dari Segi Sosial
Perlu diketahui bahwa masyarakat Papua terdiri dari dua tipe masyarakat, yaitu
masyarakat gunung yang hidup di daerah pegunungan tengah Papua dan masyarakat pesisir yang
hidup di daerah pantai. Sebelum masyarakat Papua berkontak dengan masyarakat luar, orang
Papua sudah lebih dahulu menerapkan sistem transaksi barter berupa sumber daya alam antara
alam kepada masyarakat pantai berupa umbi-umbian, sayur, keladi, daging babi dan lain
sebagainya. Sebagai imbalan masyarakat pantai juga memberikan hasil alam dari laut berupa
Untuk menunjang berbagai fungsi tersebut, noken memiliki berbagai macam ukuran.
Tentunya, ukuran tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan atau fungsi. Noken itu sendiri
telah mengalami perubahan bentuk fungsional dalam noken itu sendiri. Pemakaian noken pun
mempunyai nilai strata didalamnya. Untuk orang papua sendiri, jika noken di gantungkan di
leher depan dada menggambarkan orang yang memakai noken itu merupakan orang penting yang
terhormat, sedangkan yang menggantung noken di samping bahu merupakan orang dari kalangan
biasa. Ada makna tersembunyi di balik pembuatan Noken khas Papua ini. Tas yang dibuat oleh
para mama di Papua ini memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi
masyarakat di sekitar tanah Papua. Dahulu Noken juga menjadi simbol kedewasaan seorang
wanita. Jika seorang wanita tidak bisa membuat noken, maka dia dianggap belum dewasa. Noken
juga sering digunakan sebagai syarat bagi wanita Papua sebelum menikah. Jadi jika seorang
wanita belum bisa membuat noken, dia belum bisa menikah. Namun seiring berjalannya waktu,
noken memiliki fungsi dan makna yang lebih beragam selain hanya membawa barang. Noken
Page 35
juga memiliki simbol dan identitas orang Papua dan bagi masyarakat non Papua, noken sebagai
Noken sebagai identitas diri orang Papua karena noken merupakan salah satu warisan
budaya dunia yang berasal dari Indonesia Timur. Karena itu penggunaan noken merupakan suatu
kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Papua. Terdapat filosofi tersendiri di balik pembuatan
Noken khas Papua ini. Tas yang dibuat oleh para mama di Papua ini memiliki simbol kehidupan
yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di sekitar tanah Papua. Selain itu noken
juga disimbolkan sebagai rahim ibu yang membawa, melindungi dan menjaga sesuatu
didalamnya termasuk anak kecil yang masih balita. Bagi masyarakat Papua, noken memiliki
makna filosofis dan simbol-simbol kehidupan tersendiri. Noken dianggap sebagai simbol wanita
Papua, kesuburan, kekeluargaan, ekonomi, kehidupan yang baik, perdamaian, dan identitas.
Sebagai budaya asli Papua, noken memiliki hubungan erat dengan alam.
Noken adalah suatu bentuk lambang identitas orang Papua, dan di Papua memiliki lebih
dari ratusan suku dan di setiap suku memiliki cara yang berbeda-beda dalam merajut
noken. “Jadi setiap suku beda. Ada yang perempuan saja yang merajut, tapi ada juga laki-laki
yang bisa merajut”. Selain itu juga noken sebagai bentuk pemersatu orang asli Papua baik yang
berada di wilayah Indonesia maupun yang ada di wilayah negara Papua New Guinea.
Di masa rezim Soeharto, banyak sekali orang asli Papua yang mendapatkan tekanan dan
diskriminatif yang berlebihan dari militer Indonesia sehingga menimbulkan suatu bentuk protes
dan perlawanan terhadap negara Indonesia dan pemerintahan Soeharto. Belum lagi transmigran
Page 36
masyarakat pendatang yang sekian banyak tinggal menetap di Papua sehingga secara perlahan
mereka terusik di tanah sendiri.karena itu mereka mengupayakan untuk mendirikan suatu negara
“West Papua” sebagai negara sendiri yang terpisah dari Indonesia. Pada masa pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pengibaran bendera Bintang Kejora (Bendera bintang
kejora adalah lambang sebuah negara yang ingin didirikan sendiri oleh simpatisan Organisasi
Papua Merdeka (OPM), yang ingin memerdekakan diri dari NKRI) . Sangat dilarang keras dan
memiliki konsekuensi penjara. Karena itu beberapa kalangan (oknum) di Papua berusaha untuk
menunjukkan eksistensi identitas mereka untuk membuat sebuah noken yang bergambarkan
bendera Bintang Kejora sebagai bentuk halus perlawanan terhadap NKRI. Jika saya boleh
berpendapat, nilai noken pertama kali muncul dari hal ini, yang di sebarluaskan dari noken
Pada saat ini noken sudah banyak digunakan oleh semua kalangan bahkan para guru,
murid, orang perkantoran sekalipun merasa bangga dengan menggunakan noken sebagai task has
asli Papua. Noken saat ini digunakan hanya untuk gaya semata dan masih memiliki fungsi yang
sama yaitu membawa barang bawaan. Saat ini noken sudah dikenal di seluruh mancanegara dan
diperkenalkan ke seluruh dunia sehingga masyarakat luar (khususnya orang barat) sehingga
Bagi masyarakat Papua, noken memiliki makna filosofis dan simbol-simbol kehidupan
tersendiri. Noken dianggap sebagai simbol wanita Papua, kesuburan, kekeluargaan, ekonomi,
kehidupan yang baik, perdamaian, dan identitas. Sebagai budaya asli Papua, noken memiliki
hubungan erat dengan alam. Noken terbuat dari bahan dasar serat kulit kayu dan pewarna alami
yang berasal dari akar tumbuhan dan buah-buahan hutan. Anyaman yang dibuat oleh para mama
Papua umumnya dijadikan sebagai wadah serbaguna. Noken ini umumnya dibuat oleh kaum
Page 37
perempuan Papua dan pada masa lalu laki-laki tidak diperkenankan untuk membuatnya. Hal ini
karena budaya Papua yang mengharuskan hanya kaum perempuan saja yang membuat dan
membawa noken tersebut. Pada awalnya noken digunakan untuk membawa barang kebutuhan
sehari-hari seperti hasil pertanian, sayuran, umbi-umbian, serta untuk menggendong anak yang
berusia 0 – 3 tahun. Namun seiring berjalannya waktu, noken mengalami “perubahan bentuk
serta fungsi”. Tas noken pun sudah berevolusi bentuk dan fungsinya sesuai dengan perubahan
jaman. Untuk menunjang berbagai fungsi tersebut, noken memiliki berbagai macam
ukuran.Tentunya, ukuran tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan atau fungsi, dan juga
perubahan bentuk dan fungsi itu berubah seiring perkembangan jaman. Perubahan pada noken
terjadi dikarenakan hal mendasar yakni “kebutuhan”. Kebutuhan yang di sesuaikan dengan
perkembangan jaman. Jadi nilai serta bentuk dan fungsi noken pun di buat disesuaikan dengan
Seiring berjalannya waktu setelah orang Papua mengalami kontak dengan orang luar
(Misionaris Kristen) kaum laki-laki sudah mulai diperbolehkan membuat noken sendiri
meskipun kebanyakan tidak sebagus noken yang dibuat oleh kaum perempuan.Satu hal yang
ditegaskan oleh penulis bahwa pada jaman dulu, hanya perempuanlah yang diperkenankan
menggunakan noken dikarenakan bagi masyarakat papua sendiri, noken mempuknai makna
“Rahim” yang artinya kehidupan dikarenakan noken dulunya dipakai untuk membawa kehidupan
( Bayi yang berusia 0 – 3 tahun ) dan membawa umbi – umbian atau yang di kenal dengan
“Hipere”sebagai makanan pokok yang dapat memebrikan kehidupan bagi yang hidup. Namun
sekarang perubahan budaya terjadi pada noken yang mana semua golongan dapat menggunakan
noken tersebut.
Page 38
(Gambar Ibu
Papua Menyusui Anaknya menggunkan Noken ) ( Gambar Presiden Jokowi Menggunakan Noken tahun 2019)
nilai jual yang mahal karena noken mempunyai daya tarik atau unsur kebudayaan didalamnya
yang membuat noken begitu mahal. Noken mulai mempengaruhi ekonomi khususnya bagi
masyarakat Papua itu sendir.Mereka mulai mencoba untukl berdagang atau berjualan
noken.Biasanya, ibu – ibu papua berjualan noken di tempat - tempat rawan keramaian supaya
kemungkinan terbeli dari pelanggan lebih besar. Ibu – ibu Papua biasanya menawarkan noken
dagangannya yang sudah terjahit dengan berbagai motif. Keterampilan ini didapat dari belajar
otodidak dan belajar dari teman yang mengetahui lebih dahulu. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengaruh modernisasi tidak meredupkan eksistensi noken sebagai salah satu kearifan
lokal Papua, baik itu dari kalangan masyarakat lokal maupun pendatang.Noken tetap punya
Page 39
tempat dihati peminatnya. Hal ini ditandai dengan bertambahnya penggemar noken dari waktu
ke waktu; dan upaya yang dilakukan pemerintah adalah membuat peraturan wajib pakai noken
pada ASN setiap hari kamis. Sedangkan upaya masyarakat adalah memakai noken dan
dilakukan oleh komunitas-komunitas pecinta noken adalah membantu memasarkan produk dari
para pengrajin noken juga mendorong ekonomi kreatif dengan mengadakan festival atau pekan
raya noken.
modernisasi pada masyarakat di Papua dapat diakui dan bertahan; dan upaya dalam
meningkatkan ekonomi serta menjaga warisan kebudayaan merupakan tanggung jawab bersama
( Sumber : Eksistensi Noken Dalam Modernisasi Pada Masyarakat Di Kota Sorong, Nurul
Istiqomah, 2018 )
(Sumber Gambar :
Liputan6.com/penjualnokenpapuatahun2017)
Page 40
4.2 Perubahan Bentuk Dan Fungsi Pada Noken Dari Tahun 1970 -2019
Berdasarkan hasil wawancara saya dengan para narasumber yang mengetahui tentang
noken sebagai salah satu putra daerah yang akan menjadi pastor atau calon pastor yang disebut
sebagai frater yang berepengaruh dipapua, mereka menjelaskan bahwa noken terdiri dari dua
jenis yaitu noken anggrek dan noken wol yang keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu
mengangkut barang bawaan. Noken anggrek pertama kali dibuat oleh masyarakat pegunungan
sehingga jenis noken ini identik dengan masyarakat gunung, sedangkan noken wol dibuat oleh
wol, mereka terlebih dahulu menggunakan noken serabut daun kelapa dan noken kulit kayu atau
yang disebut sebagai noken anggrek. Noken wol sendiri baru dibuat pada saat misionaris asal
Belanda memperkenalkan benang wol kepada orang Papua. Kontak pertama Papua dengan orang
luar adalah masyarakat pantai sehingga merekalah yang pertama kali mengenal kebudayaan luar
sehingga peradaban masyarakat Papua yang berada di pantai lebih maju ketimbang masyarakat
Papua yang ada di pegunungan. Noken serabut daun kelapa sendiri telah digantikan dengan
noken wol karena benang wol lebih kuat dan tahan lama ketimbang noken yang terbuat dari
serabut daun kelapa. Selain itu noken wol juga dapat dibuat sesuai dengan berbagai variasi sesuai
dengan keinginan ( Sumber : Manusia Papua Dan Budayanya Dalam Suatu Tinjauan
Bentuk noken yang dibuat oleh masyarakat pantai jauh lebih kecil ukurannya ketimbang
noken yang dibuat oleh masyarakat pegunungan. Hal ini dikarenakan budaya masyarakat
pegunungan yang lebih suka menenteng barang barang bawaan mereka yang banyak ke dalam
noken dan diangkut menggunakan tali penyangga yang dikaitkan di atas kepala. Tidak jarang
Page 41
juga mereka membawa anak mereka yang masih balita ke dalam noken tersebut. Hal ini
Sedangkan bagi masyarakat pantai, noken wol tidak digunakan untuk mengangkut hasil
alam dari laut melainkan untuk membawa beberapa peralatan dan biasanya untuk membawa
peralatan pancing dan keperluan lainnya. Yang paling unik dari semua noken adalah noken yang
berasal dari Asmat yang berada di pesisir selatan Papua. Jenis noken ini disebut dengan Noken
Asmat yang dibuat dengan menggunakan serabut kayu, wol dan bulu kasuari. Karena bentuknya
yang unik dan proses pembuatannya yang rumit maka nilai dari noken ini jauh lebih mahal
Masyarakat Papua biasanya menggunakan Noken untuk bermacam kegiatan, Noken yang
berukuran besar (disebut Yatoo) dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman
hasil panen, barang-barang belanjaan, atau bahkan digunakan untuk menggendong anak.yang
berukuran sedang (disebut Gapagoo) digunakan untuk membawa barang - barang belanjaan
dalam jumlah sedang, dan yang berukuran kecil (disebut mitutee) digunakan untuk membawa
Tas Noken ini sendiri memiliki ukuran yang bervariasi, bahkan ada yang berukuran besar
yang biasa dipakai oleh mama-mama yang bekerja sebagai petani dan mampu mengankat bahan
hasil bumi yang cukup berat dengan menggunakan tas noken ini, dan uniknya lagi ini digunakan
dengan memakai jidat atau bagian depan kepala mereka dengan mengalungkannya ke arah
belakang punggung mereka, dan untuk tas noken yang berukuran kecil biasa dipergunakan oleh
siswa-siswa pelajar asli putra-putri daerah Papua untuk dipergunakan sebagai tempat buku dan
Page 42
Bagi masyarakat Papua, noken memiliki makna filosofis dan simbol-simbol kehidupan
tersendiri. Noken dianggap sebagai simbol wanita Papua, kesuburan, kekeluargaan, ekonomi,
kehidupan yang baik, perdamaian, dan identitas. Sebagai budaya asli Papua, noken memiliki
hubungan erat dengan alam. Noken terbuat dari bahan dasar serat kulit kayu dan pewarna alami
yang berasal dari akar tumbuhan dan buah-buahan hutan. Anyaman yang dibuat oleh para mama
Papua umumnya dijadikan sebagai wadah serbaguna. Noken ini umumnya dibuat oleh kaum
perempuan Papua dan pada masa lalu laki-laki tidak diperkenankan untuk membuatnya. Hal ini
karena budaya Papua yang mengharuskan hanya kaum perempuan saja yang membuat dan
Pada awalnya noken digunakan untuk membawa barang kebutuhan sehari-hari seperti
hasil pertanian, sayuran, umbi-umbian, serta untuk menggendong anak yang berusia 0 – 3 tahun.
Namun seiring berjalannya waktu, noken mengalami “perubahan bentuk serta fungsi”.Tas noken
pun sudah berevolusi bentuk dan fungsinya sesuai dengan perubahan jaman. Untuk menunjang
berbagai fungsi tersebut, noken memiliki berbagai macam ukuran. Tentunya, ukuran tersebut
telah disesuaikan dengan kebutuhan atau fungsi, dan juga perubahan bentuk dan fungsi itu
berubah seiring perkembangan jaman.Perubahan pada noken terjadi dikarenakan hal mendasar
yakni “kebutuhan”. Kebutuhan yang di sesuaikan dengan perkembangan jaman. Jadi nilai serta
bentuk dan fungsi noken pun di buat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang
memakainya. Dalam sejarah pembuatan noken mengalami tiga bentuk evolusi seiring pemikiran
manusia yang semakin maju, yaitu zaman peramu, zaman baru dan zaman modern (Boelaars,
1982: 97-98). Namun kali ini saya membagi menjadi 3 periode rentang tahun antara 1970 –
Page 43
Lampiran foto dengan para narasumber :
Page 44
4.3.1 Periode Pertama ( 1970 – 2000 )
Di tahun 1970 masuk pada zaman baru atau yang disebut dengan revelation yaitu zaman
dimana masyarakat Papua beradaptasi dengan kebudayaan dan adat istiadat serta kebiasaan
masyarakat dari luar Papua. Pada zaman ini merupakan zaman dimana untuk pertama kalinya
orang Papua melakukan kontak dengan orang luar yang pada saat itu para misionaris Kristen
melakukan penyebaran agama kepada mereka. Pada zaman ini masyarakat Papua masih
bergantung kepada alam yang menyediakan kebutuhan bagi mereka. Umumnya masyarakat
Papua pada masa itu menggantungkan hidup mereka dari hasil berburu, bertani dan menangkap
ikan. Dengan peralatan yang masih sederhana, mereka mampu berjuang guna memperoleh
kebutuhan hidup.
Setelah ada kontak dengan orang luar maka Papua secara perlahan mengalami perubahan
yang cukup baik dan kemajuan yang signifikan termasuk peradaban di Papua. Di masa ini juga
semua hal yang belum pernah ada di Papua dibawa ke sana oleh Misionaris untuk diperkenalkan
kepada masyarakat Papua dan salah satunya adalah benang wol. Masyarakat Papua pertama kali
tidak langsung membuat noken dengan benang wol, tetapi membuat secarik kain yang kelak
akan digunakan untuk membuat baju atau penutup aurat. Di samping itu sebelum masyarakat
Papua menggunakan noken wol, mereka terlebih dahulu menggunakan noken serabut daun
kelapa dan noken kulit kayu atau yang disebut sebagai noken anggrek. Noken wol sendiri baru
dibuat pada saat misionaris asal Belanda memperkenalkan benang wol kepada orang Papua.
Kontak pertama Papua dengan orang luar adalah masyarakat pantai sehingga merekalah yang
pertama kali mengenal kebudayaan luar sehingga peradaban masyarakat Papua yang berada di
pantai lebih maju ketimbang masyarakat Papua yang ada di pegunungan. Noken serabut daun
kelapa sendiri telah digantikan dengan noken wol karena benang wol lebih kuat dan tahan lama
Page 45
ketimbang noken yang terbuat dari serabut daun kelapa. Selain itu noken wol juga dapat dibuat
Setelah itu muncullah ide untuk membuat noken dari benang wol sehingga nyaman dan
praktis untuk digunakan selain menggunakan daun kelapa yang mudah rusak dan cepat lapuk.
Meskipun demikian juga tidak menutup kemungkinan bahwa noken anggrek mulai bervariasi
Boelaars membagi papua berdasarkan zaman, dalam tulisannya ada juga yang disebut
dengan zaman peramu, yang dimaksud dengan zaman peramu menurut Boelaars adalah zaman
dimana masyarakat Papua hanya mengandalkan hasil alam untuk kebutuhan hidup mereka
Ide tentang pembuatan noken berawal pada zaman peramu yaitu ketika Orang Papua
berusaha memikirkan bagaimana membawa hasil alam yang berlimpah itu ke rumah mereka
(honai). Setelah itu mereka menciptakan tas yang dibuat dari serabut kayu lalu dianyam
sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah noken. Pertama kali noken ini dibuat oleh orang
Papua di wilayah pegunungan, dan setelah melakukan kontak dengan masyarakat pantai maka
mereka juga berusaha membuat noken sendiri yang berbeda dari masyarakat pegunungan sebagai
identitas orang Papua di wilayah pesisir pantai. Mereka membuatnya dengan berbahan dasar
daun kelapa yang dihiasi dengan beberapa kulit kerang untuk asesoris.
Page 46
(Gambar noken ini adalah bentuk noken berukuran kecil yang disebut dengan mitutee. Jenis
noken ini sudah ada sejak zaman peramu dan masih digunakan hingga saat ini)
(Jenis noken ini merupakan jenis noken yang umumnya dibuat oleh masyarakat Papua
bagian pesisir. Jenis noken ini dibuat dari ayaman daun kelapa dan merupakan bentuk
Page 47
4.3.2 Periode Kedua ( 2000 – 2010 )
Periode ini sebenarnya sudah memasuki periode peralihan dari masa ‘revelation’ menuju
masa modern dimana masyarakat Papua sudah terbiasa dengan gaya kehidupan modern yang
semuanya serba ada dan serba mudah. Namun pada masa ini juga merupakan masa yang
mencekam di sebagian wilayah Papua karena semenjak masa Orde Baru dan pemisahan Timor
Leste dari NKRI, gerakan Papua untuk merdeka semakin digaungkan. Banyak sekali konflik atau
pertikaian yang terjadi antara masyarakat sipil dan pemerintah pusat, dalam hal ini soal
perlawanan terhadap pemerintah, banyak orang Papua yang membuat noken dari kain wol
dengan motif Bintang Kejora (lambang perjuangan kemerdekaan Papua) sebagai simbol
perlawanan dan anti terhadap Indonesia. Dahulu masyarakat Papua menggunakan noken untuk
kebutuhan hidup, namun di masa periode ini penggunaan noken dipakai sebagai identitas diri
masyarakat Papua kepada dunia dan motif bintang kejora juga dipakai dalam pembuatan noken
Di masa ini juga bentuk noken mulai mengalami perubahan yang semakin kreatif dan
inovatif. Karena berbagai bentuk noken sudah dianyam dan dihias sedemikian cantik sehingga
dapat menarik perhatian orang yang ingin membelinya. Noken sebagai tas tradisional dan
identitas orang Papua baik yang pengunungan maupun pesisir. Yang paling unik dari semua
noken adalah noken dari asmat dimana noken ini selain dibuat menggunakan kayu anggrek,
ternyata juga ditambahkan beberapa hiasan dari bulu burung kasuari, kulit kerang, dll sehingga
Page 48
( Noken ini merupakan noken khas asmat yang proses pembuatannya lebih rumit dari noken
Page 49
( Ini adalah noken berukuran besar yang disebut dengan Yatoo yang artinya rahim. Jenis noken
dibuat berukuran besar supaya dapat menaruh hasil alam dan juga anak mereka yang masih
balita di dalamnya )
Ini merupakan masa yang sangat memprihatinkan bagi generasi Papua karena mereka
sudah tidak lagi tahu atau peduli dengan kebudayaannya sendiri dan diganti dengan kebudayaan
luar yang dianggap lebih baik dan lebih modern. Kebudayaan Papua sudah mengalami
pergeseran dengan kebudayaan luar sehingga hanya sedikit orang saja yang masih berpegang
teguh dengan adat istiadat dan kebudayaan asli Papua. Semua benda benda yang diciptakan
sendiri dari orang asli Papua sudah mengalami pergeseran makna sehingga semuanya hanya
tinggal sejarah.
Demikian juga halnya noken sebagai tas tradisional dan identitas orang Papua baik yang
pengunungan maupun pesisir. Pada saat ini noken sudah mengalami pergeseran makna dan
bahkan sudah jarang orang yang menggunakan noken karena diganti dengan tas dari luar yang
lebih bagus dan lebih modern. Hal ini paling banyak ditemui di wilayah perkotaan dimana
masyarakat Papua mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan perubahan modernisasi yang
ada. Noken saat ini digunakan hanya untuk hiasan semata (style) dan masih memiliki fungsi
yang sama yaitu membawa barang bawaan. Meskipun banyak orang yang menggunakan noken
namun makna filosofis itu sudah mengalami pergeseran seiring berjalannya waktu.
Di daerah pengunungan Papua saat ini penggunaan noken masih sering digunakan oleh
masyarakat setempat terlebih khusus oleh anak anak sekolah. Kebanyakan mereka menggunakan
noken untuk kebutuhan sehari hari dalam hal mengangkut barang bawaan. Alasan mereka lebih
Page 50
memilih noken ketimbang tas modern adalah karena masyarakat Papua dapat memproduksi tas
mereka sendiri berupa noken untuk membawa buku, alat tulis dan lain-lain daripada harus
membeli tas modern yang jauh lebih mahal. Bahkan yang viral belakangan ini adalah ketika tas
noken digunakan untuk menghitung jumlah perolehan surat suara dalam sebuah pemilihan umum
(Gambar ini diambil pada saat pemilihan kepala bupati di Kabupaten Dogiai distrik Mapia-
Papua. Pemilihan ini terbilang unik karena tidak menggunakan kotak suara seperti pada
umumnya namun menggunakan noken untuk menampung surat suara)
Page 51